Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler


jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Hemangioma sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun (5-10%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak
bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah
kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan
tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada.

Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi


dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang
tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang
biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada kulit orang tua. Umumnya
hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus
hemangioma dapat hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian
setelah kelahiran. Harus diwaspadai bila hemangioma terletak di bagian
tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal ini dikarenakan, bila
menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu proses makan
dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam tubuh
(usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ
tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi para orang tua ketika
hemangioma tumbuh pada muka atau kepala bayi.
B. Anatomi fisologi
1. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar
menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput
lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit
terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin,
2006).
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1) Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah
mati, dan mengandung zat keratin.
2) Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se –
sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah
menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat
di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi
suatu pita yang bening, batas – batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3) Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel –
sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang
disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan
keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum granulosum.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan
yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8
lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di
bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut
akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk
tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang
disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler.
5) Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya
terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel – sel
yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris
(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir –
butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti
pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu
membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan
membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan
dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada
waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila
kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium.
Tonjolan ini disebutrete ridges atau rete pegg (prosessus
interpapilaris).
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan
epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah
berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil
sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris
(stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya
sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri
dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu serabut
kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai
tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada
kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus,
terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan
memberikan kekuatan pada alai tersebut.
c. Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan
di antara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis.
Sel – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir,
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat
dan juga pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama
(berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagaishock breaker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator
panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan
tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput
otot kemudian baru terdapat otot.

C. Etiologi
Hingga saat ini apa yang menjadi penyebab hemangioma masih belum
diketahui, namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme dari kontrol
pertumbuhan pembuluh darah. Angiogenesis sepertinya memiliki peranan
dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti Basic Fibroblast Growth
Factor (BFGF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF),
mempunyai peranan dalam proses angiogenesis. Peningkatan faktor-faktor
pembentukan angiogenesis seperti penurunan kadar angiogenesis inhibitor
misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor–beta, dan transforming
growth factor–beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma
(Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

D. Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan
dan involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai
pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat
dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana
prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat
angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru
yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma
mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker
dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase
tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor,
urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi
(Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan


cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti
dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase
involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase
involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang
besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna,
akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma
kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004;
Lehrer, 2004; Hall, 2005).
E. PATHWAY

Gama inferior & transforming


growth B

Vasculer endotel growth factor


(mutasi sel)

Hemangioma

Penekanan daerah vaskularisasi


Angiogenesis
& saraf

Vol/jumlah Sel endotel pembentuk


vaskuler Nyeri

Penekanan jaringan
Ukuran tumor

Mata
Penipisan dinding vaskuler
Astigmatisme & ambiopia Perdarahan
Rupture spontan vaskuler
Gg. sensori visual Sikatris

Nekrosis
Kurang pengetahuan Rupture ulangan
Keb. Nutrisi untuk perbaikan
jaringan & kebutuhan O2 serta
Anxietas Ulkus
nutrisi untuk pertumbuhan jaringan

Gg. Integritas kulit


Malnutrisi (suplai adekuat)

Masif
Kerusakan jaringan sekitar
tumor
Trombositopenia

Nutrisi kurang dari Vol. cairan


kebutuhan tubuh
F. Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma
kapiler dan hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial
hemangioma) terjadi pada kulit bagian atas, sedangkan hemangioma
kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada bagian dermis
dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi
bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer,
2003).
1. Hemangioma kapiler
a. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa
hari sesudah lahir. Lebih sering terjadi pada bayi prematur dan akan
menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu (Hall, 2005).
Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar.
Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular,
berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi spontan ditandai oleh
memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan
lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003;
Anonim, 2005).
b. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi
sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun
sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi
pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal
tubuh yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul
eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat
mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah
(Worman, 1998; Hamzah, 1999).
2. Hemangioma kavernosum
Terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu di bagian dermis dan
subkutis (lapisan pada kulit). Hemangioma kavernosum biasanya tidak
memiliki batas tegas berupa benjolan yaitu makula eritematosa atau nodus
yang berwarna merah keunguan. Bila ditekan mengempis dan
menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen
vaskular (pembuluh darah) yang matang. Hemangioma kavernosum
kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot atau
organ dalam. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi spontan.
Berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa
lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah
(Cohen, 2004; Anonim, 2005).

3. Hemangioma campuran
Pada beberapa kasus, kedua jenis Hemangioma diatas dapat terjadi
bersamaan dan dinamakan Hemangioma campuran. Gambaran klinisnya
juga terdiri atas gambaran keuda jenis hemangioma tersebut. Banyak
ditemukan pada ekskremitas inferior (alat gerak tubuh bagian bawah
misalnya: kakai, paha, dll), Unilateral (satu sisi bagian tubuh, misalnya:
paha kiri/kanan), soliter (tunggal) dan terjadi sejak lahir atau pada masa
anak-anak. Ciri-cirinya antaranya lain tonjolan bersifat lunak dan berwarna
merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi
gambaran keratolik dan verukosa. Lokasi hemangioma campuran pada
lapisan kulit superfisial (permukaan) dan dalam, atau di organ dalam
(Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).

G. Manifestasi klinik
1. Hemangioma kapiler
Tanda-tanda Hemangioma kapiler, berupa: Bercak merah tidak
menonjol dari permukaan kulit. Salmon patch berwarna lebih muda sedang
Port wine stain lebih gelap kebiru-biruan, kadang-kadang
membentuk benjolan di atas permukaan kulit.
2. Hemangioma kavernosum
Tampak sebagai suatu benjolan, kemerahan, terasa hangat dan
compressible (tumor mengecil bila ditekan dan bila dilepas dalam
beberapa waktu membesar kembali).
3. Hemangioma Campuran
Diantara jenis Hemangioma kavernosum dan campuran ada yang
disertai fistulaarterio-venous (bawaan).
Gejala klinis tergantung macamnya :
a. Hemangioma kapiler, Port wine stain tidak ada benjolan kulit.
b. Strawberry mark, menonjol seperti buah murbai.
c. Hemangioma kavernosum , teraba hangat dan compressibel
Pemeriksaan dan Diagnosis:
a. Mudah nampak secara klinis, sebgai tumor yang menonjol atau
tidak menonjol dengan warna kemerah-merahan
b. Tumor bersifat compressible
c. Kalau perlu dengan pemeriksaan angiografi

H. Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi
lainnya. Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding
pembuluh darah karena tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma,
sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh (Katz, et al., 2002).
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi,
perdarahan, dan sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat
juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al., 1999).
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu
dikira bahwa trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif.
Ternyata kemudian bahwa dalam jaringan hemangioma terdapat
pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan
dan harus lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari
sumbatan pada sumbu penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi
yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan tersembunyi
dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al.,
1999).

I. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu:
a. Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami
pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar
maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12
bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah,
1999). Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering
tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri,
hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004).
b. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah
hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga,
dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan;
hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami
infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi
deformitas jaringan (Anonim, 2005).

Penatalaksanaan hemangioma secara aktif, antara lain:


a. Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya
dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan
sesudah 6-7 tahun. Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan
atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal
untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
b. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak
ditinggalkan karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang
pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu
lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan
menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
c. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang
mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk
bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral
20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan,
lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid
dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada
lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan
mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi
yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan
penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma
campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi
langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat
meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi
lambung, serta pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005).
d. Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya
dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau
larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai
karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
e. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral
arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik
(Hamzah, 1999).
f. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.
Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).

J. Pemeriksaan Penunjang
Hampir pada seluruh kasus, diagnosis dapat ditegakkan secara ekslusif
berdasarkan pemeriksaan fisis dan riwayat penyakit. Namun demikian,
beberapa jenis hemangioma dapat disalahartikan sebagai malformasi vaskular
atau jenis tumor lain, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
1. USG
Ultrasonografi berguna untuk membedakan hemangioma dari struktur
dermis yang dalam ataupun subkutan, seperti kista atau kelenjar limfe.
USG secara umum mempunyai keterbatasan untuk mengevaluasi ukuran
dan penyebaran hemangioma. Dikatakan juga bahwa USG doppler (2
kHz) dapat digunakan untuk densitas pembuluh darah yang tinggi (lebih
dari 5 pembuluh darah/ m2) dan perubahan puncak arteri. Pemeriksaan
menggunakan alat ini merupakan pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
untuk mengenali suatu hemangioma infantil dan membedakannya dari
massa jaringan lunak lain.
2. MRI
MRI merupakan modalitas imaging pilihan karena mampu mengetahui
lokasi dan penyebaran baik hemangioma kutan dan ekstrakutan. MRI juga
dapat membantu membedakan hemangioma yang sedang berproliferasi
dari lesi vaskuler aliran tinggi yang lain (misalnya malformasi
arteriovenus). Hemangioma dalam fase involusi memberikan gambaran
seperti pada lesi vaskuler aliran rendah (misalnya malformasi vena.
3. CT scan
Pada sentra yang tidak mempunyai fasilitas MRI, dapat merggunakan CT
scanwalaupun cara ini kurang mampu menggambarkan karakteristik atau
aliran darah. Penggunaan kontras dapat membantu membedakan
hemangioma dari penyakit keganasan atau massa lain yang menyerupai
hemangioma.
4. Foto polos
Pemeriksaan foto polos seperti foto sinar X, masih bisa dipakai untuk
melihat apakah hemangioma mengganggu jalan nafas.
5. Biopsi kulit
Biopsi diperlukan bila ada keraguan diagnosis ataupun untuk
menyingkirkan hemangioendotelioma kaposiformis atau penyakit
keganasan. Pemeriksaan immunohistokimia dapat membantu menegakkan
diagnosis. Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan biopsi ialah
perdarahan.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data dasar
1) Data pasien: Identitas nama pasien, alamat, tanggalmasuk, tanggal
pengkajian, nomor registrasi, diagnosa medis.
2) Data penanggung jawab: Identitas nama oenanggung jawab, umur,
pekerjaan, alamat, hub. Dengan pasien.
3) Riwayat kesehatan:
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayt kesehatan keluarga
a. Pola fungsional gordon
1) Pola presepsi kesehatan menggambarkan akan pentingnya pengetahuan
tentang kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik menggambarkan akan konsepsi relatif
kebutuhan metabolik dan asupan gizi. Pola konsumsi makanan dan
cairan, keadaan pertumbuhan, rambut, kuku, kulit dan membran
mukosa.
3) Pola eliminasi menggambarkan pola ekresi.
4) Pola aktivitas dan mobilitas menggambarkan aktivitas pengisisan waktu
sehari-hari.
5) Pola tidur dan istirahat menggambarkan pola istirahat dan tidur.
6) Pola presepsi dan konsep diri menggambarkan diri sendiri, kemampuan
dan peran.
7) Pola mekanisme koping, pada pasien hemangioma mengalami ketakutan
akan penyakit yang diderita dan tindakan yang akan dilakukan.
8) Pola keyakinan dan kepercayaan menggambarkan dalam diri melakukan
ibadah, agama yang dianut.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien hemangioma tingkat kesadaran composmentis, tidak
menujukkan tanda-tanda yang berbahaya.
2) Kepala : Rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi di kepala.
3) Mata: Mata simetris, pupil isokor, reaksi pupil terhadap cahaya baik,
konjungtiva merah muda, sklera putih, pengelihatan baik.
4) Hidung : Simetris, tidak ada secret dalam hidung, tidak ada lesi, fungsi
penciuman baik.
5) Mulut: Mukosa pucat, tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak ada karies
gigi.
6) Telinga: Daun telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen dalam
telinga, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka, fungsi pendengaran baik.
7) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada gangguan
menelan.
8) Dada
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu perafasan.
Palpasi : Pengembangan paru sama, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor
Auskultasi: Tidak ada suara tambahan, vesikuler.
9) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi: S1 S2 teratur, tunggal
10) Abdomen
Inspeksi : Datar tidak terlihat masa
Auskultasi: Peristaltik usus normal 20x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Tympani
11) Ekskremitas
Ekskremitas atas : Tidak terpasang infus, tidak terjadi
gangguan fungsi gerak pada ekskremitas atas
Ekskremitas bawah : Kaki kanan dan kaki kiri sama, tidak ada
kelainan bentuk, gerak bebas
12) Genetalia: Tidak mengalami gangguan
c. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b/d tindakan pra operasi
2. Nyeri b/d tindakan insisi pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Potter P. A,Perry A.G.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawata :
Konsep,proses,praktik. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Anda mungkin juga menyukai