Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN

“FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN OPTALMIK DAN NASAL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1.ALFRED NY.WIDU : 194111002

2.ANASTASIA E.P. GILLY : 194111004

3.ANASTASIA R. MO’I : 194111005

4.MARIA CONSITA BITA : 194111021

5.RAFIKA R.LALANG : 194111028

6.ARINDINI M.KALE : 184111016

7.THERESIA S.ORA ADJA : 184111026

KELAS : FARMASI A/IV

DOSEN PENGAMPU: apt. Christin Aprillian Beama,M.Farm

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Makalah ini kami buat
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Formulasi Teknologi Sediaan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.Makalah ini
kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Untuk penyempurnaan
makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terimakasih.

Kupang, 7 Juni 2021

Penu;is
DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................i

Kata pengantar..............................................................................ii

Daftar isi.......................................................................................iii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang..........................................................4


1.2 Rumusan masalh......................................................5
1.3 Tujuan......................................................................5

BAB 2 Pembahasan

2.1 Sediaan Optalmik (tetes mata).......................................6

2.2 Sediaan Nasal (tetes Hidung).........................................11

BAB 3 penutup

3.1 kesimpulan..................................................................14

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Mata merupakan organ target yang ideal untuk pengobatan topikal.Namun
mata sebenarnya terlindungi oleh beberapa lapisan untuk mencegah masuknya
zat ataupartikel asing, pertama oleh kelopak mata dan aliran air mata dan
kemudian olehkornea, yang membentuk barier fisik-biologis.Ketersediaan
hayati yang buruk dari obat-obatan berbentuk tetes mata konvensional
disebabkan oleh tingginya pengeluaran airmata yang menyebabkan eliminasi
obat menjadi cepat pada selaput precornial.Masalah biovailabilitas pada bentuk
sediaan ini dapat diatasi dengan penambahan zataktif berlebih pada formulasi.
Namun upaya ini berpotensi berbahaya jika larutan obat dari mata terserap
secara sistemik dari saluran nasolakrimal1,2,3.
Cara lain untuk memperpanjang waktu tinggal dari zat aktif yang
dimasukkan dan meningkatkan bioavailabilitas sediaan optalmik adalah
dikembangkannya berbagai sediaan mata seperti salep, suspensi dan gel. Sistem
penghantaran obat okular sepertisalep dan suspensi belum digunakan secara
luas karena beberapa kekurangannyaseperti penglihatan kabur ketika pemakaian
sediaan.
Perbaikan yang relatif sederhana namun penting dari beberapa sediaan
optalmik konvensional dapat dicapai menggunakan sistem penghantaran obat
berdasarkankonsep pembentukan gel in situ.Bentuk sediaan gel in situ
merupakan solusi untukmeningkatkan waktu kontak obat di pra-kornea.Sistem
penghantaran obat gel in situoptalmik terdiri dari sistem transisi fasa yang
diberikan dalam bentuk cair kemudianbergeser ke dalam fase gel. Larutan yang
diberikan di kantung mata akan membentukgel karena respons terhadap
beberapa rangsangan pada polimer. Oleh karena itu,sistem gel in situ memiliki
keuntungan ganda dari formulasi cair yang mudah diaturbersamaan dengan
waktu tinggal gel.Waktu kontak sediaan in situ gel optalmik ini dapat
diperpanjang dengan penambahan polimer pembentuk gel ke larutan
sehinggaviskositas sediaan ini meningkat juga.Sistem penghantaran in situ
awalnya diberikandalam bentuk larutan viskositas rendah ke kantung mata
konjungtiva.Bila bersentuhanlangsung dengan lingkungan mata, perubahan
polimer menyebabkan pembentukan gel.Sistem ini bersifat pseudoplastik yang
menyerupai cairan air mata dan karenanyakurang menimbulkan efek iritasi
dibandingkan salep optalmik.Ada beberapa hal yangharus diperhatikan untuk
sediaan gel in situ optalmik, yaitu kapasitas pembentukkangel, pH, sterilitas,
jernih, pelepasan obat diperpanjang, viskositas, permeabilitas,
danisotonisitas.Sediaan nasal adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang
digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau
lokal.Berisi satu atau lebih bahan aktif.
Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi
pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya. Sediaan hidung
mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi eksipien, sebagai
contoh bahan untuk adjust viskositas sediaan, untuk adjust atau stabilisasi pH,
untuk meningkatkan kelarutan zat aktif atau kestabilan sediaan.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa itu sediaan optalmik dan sediaan nasal?
2. Bagaimana formulasi sediaan optalmik dan sediaan nasal?
3. Apa saja evaluasi sediaan optalmik dan sediaan nasal?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sediaan optalmik dan sediaan nasal
2. Untuk mengetahui formulasi dari sediaan optalmik dan sediaan nasal
3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan optalmik dan sediaan nasal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SEDIAAN OPTALMIK


 Sediaan Optalmik
 Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,terletak
dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk memberi perlindungan
maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh.
 Optalmik adalah solusi steril dasar lemak atau udara dari alkaloid,garam
alkaloid,antibiotic,atau zat lain yang dimasukkan kedalam mata.
 Sediaan tetes mata,tetes mata merupakan sediaan steril yang dapat
berupa larutan atau suspensi,digunakan untuk mata,dengan cara
meneteskan pada selaput lendir,disekitar kelopak mata dan bola mata(FI
III 1979)
 Jenis-jenis sediaan optalmik
- Larutan Optalmik: semua bahan harus dalam bentuk larut,tidak ada
masalah dengan homogenitas,tidak menganggu pandangan,kontak
dengan permukaan absorbsi sangat singkat,untuk meningkatkan
kontak dilakukan dengan meningkatkan viskositas( misalnya dengan
menambahkan metil selulosa).Viskositas 18-25cps

- Suspensi Optalmik: serbuk sangat halus(10 um),senyawa yang relatif


tidak larut dalam air,mengandung suspending
agent(CMC,PEG,Dll),obat ada kemungkian tertinggal pada cul-de-
sec maka lama kerja obat dan lama kontak obat lebih tinggi
disbanding larutan,obat diabsorbsi akan dikonpensasi dengan
kelarutan obat yang tersisa pada cul-de-sac.
- Salep mata: salep mata akan menimbulkan gangguan
pandangan,kecuali bila digunakan malam hari menjelang tidur.untuk
mendapatkan sedian steril salep mata:
o Mencampur aseptis(basis disterilkan dengan oven)
o Sterilisasi dengan sinar gam

Perlu ditambahkan pengawet seperti : khlorobutanol,paraben dan


garam organic lainnya,bahan obat ditambahkan kedalam salap dalam
bentuk larutan atau serbuk micronized

o Basis salep mata seperti minyak petrolatum,minyak


mineral,lanolin anhydrous,gel polietilen
o Basis salap mata harus mempunyai sifat:
1. Tidak mengiritasi mata
2. Obat dalat mengalami difusi untuk keluar dari sediaan
3. Mampu menahan pelepasan secara bertahap

- Oculas Insert: oabat diimpregnasikan pada matriks,yang akan


larut pada saat diinsersikan kedalam kelopak mata perlahan dan
mengalami erosi bertahap,Bioavailabilitas obat dan lama kerja
obat
LACRISERT for kerato
conjunctivitissicca

- Larutan Intraokular: digunakan untuk oprasi ocula(missal oprasi


katarak),contohnya: larutan irigasi(15-500 ml),larutan
miotik( Karbakol,asetilkolin HCl)

 Penggunaan Obat Mata


Umumnya digunakan sebagai:
 Midriatika(pelebar pupil) dan siklopergik.midriatik memungkinkan
pelebaran fundus dengan pelebaran bola mata.Midriatik yang lebih keras
selama masa kerjanya disebut siklopergik.Contoh :
atropine,skopolamin,hiosiamin,homatropin.
 Miotik(penyempit pupil) untuk terapi glaucoma.Miotik mengurangi
tekanan intraokuler yang menyertai glaucoma misalnya
pilokarpin,fisotigmin,neostigmine.
 Antibakteri: untuk melawan infeksi pada mata.Digunakan baik secara
sitemik setempat demi efektifitasnya.Misal kloramfenikol,natrium
sulfasetamid,gentamisin,tetrasiklin dan neomisin.Untuk infeksi virus
digunakan indoksuridin atau vidarabin.
 Anastetika lokal: untuk mengurangi rasa sakit sebelum dan sesudah
operasi,trauma dan sewaktu diadakan pemeriksaan mata.contoh tetrakain
dan kokain.
 Zat Antiradang: garam-garam hidrokortison,prednisolone,deksametason.
 Antiseptik Lokal: untuk mengurangi adanya mikroba pada mata.Misal
senyawa merkuri organic seperti thimerosol,merkuri amoniak,perak
nitrat.
 Anstrigen untuk pengobatan konjungtivitas menggunakan senyawa zink
khususnya zink sulfat sebagai anstrigen.
 Pelindung topical: dipakai sebagai air mata tiruan atau sebagai cairan
lensa kontak.Contoh metilselulosa,hidroksipropil metilselulosa.
 Formula Umum Sediaan Tetes Mata
R/ Bahan aktif
Pembawa/pelarut
Zat tambahan:
 Pengisotonis
 Pendapar
 Pengental
 Pengawet
 Antioksidan

Contoh Formulasi:

R/ Atropin sulfat Zat Aktif

NaCl Pengisotoni

CH3COOH Pendapar

Polivinil Alkohol Pengental

Benzalkonium klorida Pengawet

Na-metabisulfit Antioksidan

Aqua pro injeksi Pembawa/Pelarut

1. Zat Aktif
2. Pengisotoni:
 Disebabkan oleh kandungan elektrolit dan kandungan koloidnya.cairan
air mata memiliki suatu tekanan osmotic,yang nilainya sama dengan
darah dan cairan jaringan( 0,9% NaCl).
 Mata memiliki suatu daerah toleransi toniitas yang benar-benar
tinggi.maka larutan dengan daerah tonisitas sesuai dengan konsentrasi
NaCl 0,7- 1,45% diterima tanpa rasa nyeri dan tidak menyebabkan
keluarnya air mata
 Oleh karena larutan obat hanya digunakan dalam kualitas yang benar-
benar kecil(beberapa tetes) dan konsentrasi bahan obat yang terpakai
umumnya kecil, maka larutan sampai taraf mendekati isotoni telah
memadai.
 Larutan yang digunkan pada mata luka,atau mata yang telah dioprasi
sebaiknya isotonis.
3. Pendapar

Daerah toleransi PH yang tidak merusak mata diberikan berlainan dalam


literatur.Pada pemberian tetesan biasa yang dipandang sebagai bebas rasa
nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Daerah PH DARI 5,5-11,4 masi
dapat diterima.

4. Pengawet
 Bersifat bakteoristatik dan fungistatik khusunya terhadap Pseudomonas
aeruginosa
 Tidak mengiritasi Jaringan okuler,artinya tidak mengiritasi kornea atau
conjunctiva pada pemakaian berulang dan tidak menyebabkan rusaknya
epitel.
 Tersatukan dengan zat aktif untuk obat tetes mata.
 Tidak cenderung menyebabkan alergi sensitisasi
 Tetap efektif dalam kondisi normal penggunaannya.
5. Pengental
Penggunaan bahan pengental dalam obat tetes mata bertujuan:
 Sebagai air mata buatan
 Sebagai bahan pelican untuk lensa kontak
 Untuk meningkatkan kekentalan larutan,yang berakibat waktu kontak
antara sediaan dengan kornea semakin lama menghasilkan efek terapi
tercapai.
6. Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk
itu kadang dibutuhkan antioksidan.antioksidan yang sering digunakan adalah
Na-metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%.
7. Pembawa/ Pelarut
Sebagai pembawa/pelarut sediaan.
 Evaluasi sediaan optalmik( tetes mata)
a. Organoleptis: dengan menggunakan panca indra kita dapat menevaluasi
ras,bau dan warna( jernih,tidak berbau dan tidak berwarna).
b. Uji kejernihan
 Masukkan sampel dan pelarut pembanding 2 tabung yang berbeda
 Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu amati tegak
lurus kea rah bawah tabung.
 Syarat: cairan dapat dikatakan jernih apabila kejernihannya sama dengan
kejernihan air atau pelarut yang dipakai
c. Uji volume Terpindahkan( FI V, hal 1614)
 Tuang perlahan isi cairan dari wadah kedalam delas ukur secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara.
 Lihat hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya/volume yang
ditentukan.
 Syarat: volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak ada satupun wadah yang kurang dari 95% dari volume
yang dinyatakan pada etiket.
d. Uji kebocoran
 Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan botol sediaan tetes
mata dengan mulut botol menghadap kebawah
 Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.
e. Uji pH( FI V, hal 687)
 Pengecekkan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indicator universal.
 Syarat: 7,0 – 7,5
f. Uji sterilitas( FI V,hal 1359)
 Secara aseptis tuang volume cairan dengan menggunakan filter
membrane steril porositas 0,22 um , diameter 47 mm
 Secara aseptis pindahkan membrane dari alat pemegang
 Potong membrane menjadi setengah bagian
 Celupkan membrane atau setengah membrane ke dalam medium SCDM(
Soybean Casein Digest Medium atau Tryptone Soya Broth) dan inkubasi
pada suhu 20-25ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
 Dengan cara yang sama celupkan membrane atau setengah membrane
lainnya ke dalam 100ml media FTM(Fluida zthioglycollate Media) dan
inkubasi pada 30-35ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
 Amati jika tidak ada pertumbuhan mikroba maka sediaan termasuk
sediaan yang memenuhu syarat.
 Keuntungan dan kerugian tetes mata
Sediaan tetes mata
Keuntungan:
 Tetes mata secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep
 Tidak mengganggu penglihatan saat digunakan.

Kerugian:

 Waktu kontak relatif singkat antara obat dan permukaan tang terabsorbsi
 Bioavailibilitas mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara
topical u/ kebanyakan obat kurung dari 1-3% dari dosis yang
dimasukkan melewati kornea sampai keruang anterior

 Syarat sediaan optalmik


 Steril
Mata merupakan organ yang sangat sensitive,oleh karenanya tetes mata
harus steril,bebas dari mikroorganisme.jika sediaan tersebut tidak steril
maka dapt mengiritasi mata dan menyebabkan infeksi pada mata,bahkan
dapat menyebabkan kebutaan
 Tidak mutlak bebas pirogen
Pirogen dapat menimbulkan demam bila masuk saluran
sistemik,sedangkan tetes mata hanya digunakan untuk efek lokal
saja.selain itu adanya system perlindungan dari kelopak mata dan
kelenjar dalam mata menyebabkan dengan segera memindahkan bahan-
bahan asing yang masuk ke mata.
 Isotonis
Cairan mata isotonis dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas
setara dengan larutan NaCl pekat 0,9%,secara ideal larutan obat mata
harus isotonis, tapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dnegan larutan NaCl pekat 0,6% dan tertinggi setara dengan larutan
NaCl pekat 2% tanpa gangguan nyata.
 Isohidris
pH larutan sebisa mungkin sama dengan pH cairan mata. Keisohidrisan
ini tidak mutlak karena air mata akan dengan cepat mengatasi perbedaan
pH( cairan mata bersifat sebagai dapar). Sediaan yang tidak isohidris itu
terkait dengan kenyamanan penggunaan, yaitu menyebabkan raa
pedih.Namun dalam pembuatan sediaan tetes mata lebih diutamakan
masalah kestabilan bahan obat.jika pada akhirnya sediaan yang dibuat
sedikit berbeda dengan pH cairan mata tetap diperbolehkan. Daerah pH
tetes mata yang tidak memberikan rasa nyreri yaitu pH 7,3-9,7,
sedangkan daerah pH dari 5,5-11,4 masih dapat diterima( voig 1994)
 Jernih
Jernih artinya tidak mengandung partikel asing yang mungkin dapat
melukai mata.
 Viskositas
Kenaikkan viskositas dapat membantu menahan obat pada jaringan
sehingga obat dapat dipertahankan.viskositas untuk larutan obat mata
dipandang optimal jika berkisar antara 15-25 cps.

 Prosedur pembuatan sediaan tetes mata atropin sulfat


Grey area (Ruang sterilisasi)
1. Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara masingmasing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang pengaduk, spatel, kaca arloji, corong,
membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm, kertas saring, aluminium foil, dan
kertas perkamen disterilisasi dengan oven pada suhu 170˚C selama 1 jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret, dan botol 100 ml disterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit. c. Karet pipet tetes, tutup karet,
wadah OTM dan tutup wadah OTM direndam dengan alkohol 70% selama
24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi terlebih dahulu sebelum disterilisasi
2. Pembuatan air steril pro injeksi 100 ml Aquadest yang disterilkan dengan
Autoklaf pada suhu 121˚C selama 15 menit.
3. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan ke dalam white area
melalui transfer box.
Grey area (Ruang penimbangan)
1. Lakukan penimbangan untuk masing-masing bahan.
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang berisi bahan yang telah ditimbang
dan telah ditutup dengan aluminium foil dimasukkan ke white area melalui
transfer box.
White area (Ruang pencampuran)
1. Siapkan aqua pro injeksi
2. Kembangkan polivinil alkohol sebanyak dalam aqua pro injeksi , lalu
panaskan hingga suhu 90˚C, aduk dengan batang pengaduk, tunggu sampai
dingin. Kemudian campurkan dengan bahanbahan lain yang telah dilarutkan.
3. Atropin sulfat dilarutkan dalam aqua pro injeksi, masukkan ke dalam gelas
kimia 50 ml. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi,
kemudian atropin sulfat yang dilarutkan diaduk dengan batang pengaduk.
4. NaCl dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia 50 ml, aduk
dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro
injeksi.
5. Benzalkonium klorida sebanyak 0,005 g dilarutkan dalam 2 ml aqua pro
injeksi dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji
dibilas 2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
6. Dinatrium EDTA sebanyak 0,01 g dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas
2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
7. Na-metabisulfit sebanyak 0,025 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas
2 kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
8. CH3COOH 0,02 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia
50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml
aqua pro injeksi.
9. CH3COONa sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam
gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml aqua pro injeksi.
10.Setelah zat aktif dan semua zat tambahan terlarut, campurkan bahan-bahan
yang telah dilarutkan tersebut ke dalam gelas kimia 100 ml.
11.Tambahkan larutan CH3COOH dan CH3COONa untuk mempertahankan
pH target sediaan.
12.Larutan digenapkan 80% dengan aqua pro injeksi yaitu 40 ml, aduk dengan
batang pengaduk.
13.Lakukan pengecekan pH dengan menggunakan pH indikator universal, bila
nilai pH belum mencapai pH target sediaan, lakukan adjust pH (bila perlu)
dengan menambahkan larutan NaOH 0,1 N dan larutan HCl 0,1 N.
14.Larutan digenapkan dengan aqua pro injeksi hingga 100% yaitu 50 ml.
15.Larutan disaring dengan membran filter 0,45 µm, yang dilanjutkan dengan
membran filter 0,22 µm (duplo) dan ditampung dalam erlenmeyer steril.
16.Larutan dimasukkan ke dalam botol. Pasangkan tutup karet dan ikat dengan
simpul champagne kemudian ditransfer ke ruang sterilisasi melalui transfer
box.
Grey area (Ruang sterilisasi)
1. Larutan disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15
menit.
2. Larutan yang telah disterilisasi ditransfer ke ruang pengisian di bawah LAF
melalui transfer box.
White area (Ruang pengisian )
1. Siapkan buret steril dan lakukan pembilasan dengan menggunakan sediaan
sampai semua bagian dalam buret terbasahi.
2. Larutan dituang ke dalam buret steril. Ujung bagian atas buret ditutup
dengan aluminium foil.
3. Sebelum diisikan ke dalam botol tetes mata, jarum buret steril dibersihkan
dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan larutan sebanyak 10,7 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
6. Botol yang telah ditutp dibawa ke ruang evaluasi melalui transfer box.

 Contoh sediaan Tetes Mata di pasaran


1. INSTO
indikasinya : meredakan gejala iritasi mata ringan, seperti mata merah,
gatal, atau kering.
2. RHOTO NAFAZOLINE
indikasinya : digunakan untuk meredakan kemerahan, bengkak, dan
gatal/mata berair karena pilek, alergi, atau iritasi mata (karena asap,
berenang, atau memakai lensa kontak).

3. NAVITAE
indikasinya : melubrikasi dan melembabkan mata kering, mata lelah pada
pemakaian lensa kontak; melubrikasi dan membasahi lensa kontak;
meredakan rasa tidak nyaman dan iritasi akibat mata kering atau kondisi
lingkungan akibat penggunaan lensa kontak.
 Anatomi Fisiologi Mata

1. Konjungtiva
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan, memberikan
perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata.
2. Sklera
Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
menjadi tempat melakatnya otot mata.
3. Kornea
Berfungsi sebagai pelindung mata agar tetap bening dan bersih, kornea ini
dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air mata.
4. Koroid
Memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal
cahaya.
5. Iris
Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini menentukan
warna pada mata seseorang. Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
6. Pupil
Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya
yangmasuk kedalam mata. Pupil juga Lubang di dalam Iris yang dilalui
berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina.
7. Lensa
Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
Lensa berperan penting pada pembiasan cahaya.
8. Retina
Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls
saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II).
9. Aqueous humor
Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan
bola mata.
10.Vitreus humor(Badan Bening)
Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong
dalam menjaga bentuk bola mata.
11.Bintik kuning
Fungsi bintik kuning yang terdapat di retina pada mata adalah untuk
menerima cahaya dan meneruskan ke otak.
12.Saraf optic
Saraf optik memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya
hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya
diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
13.Obat mata
a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
c). Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya untuk
menutup mata.
d). Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya
menggerakkan mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke
bawah dan kedalam

2.2. SEDIAAN NASAL

 Sediaan nasal adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada
rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu
atau lebih bahan aktif. Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak
memberi pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya.
 Kategori sediaan nasal:
- Nasal drops dan liquid nasal spray
Merupakan suatu larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk
instilasi atau disemprotkan ke dalam rongga hidung.
-Nasal powders/bedak hidung
Dimaksudkan untuk insuflasi ke dalam rongga hidung dengan cara tertentu.
-semisolid nasal preparations / sediaan hidung semi solid
- nasal washes/pencuci hidung
Pada umumnya berupa larutan isotonik dimaksudkan untuk membersihkan
rongga hidung
- nasal sticks
Sediaan solid dimaksudkan untuk penggunaan secara lokal
 Obat tetes hidung (OHT) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung,dapat mengandung zat
pensuspensi,pendapar dan pengawet. (FI IV)

 Formulasi sediaan
R/ Zat Aktif
Cairan pembawa
pH larutan dan zat pendapar
pensuspensi
pengental
pengawet
 Contoh Formulasi

R/ Natrium Diklofenak Zat Aktif

Natrium Klorida isotonis

Metil selulosa Pengental

Benzalkonium klorida Pengawet

Aquadest Pelarut

a. Cairan pembawa
 Umumnya digunakan air
 Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa obat tetes hidung.
b. pH larutan dan zat pendapar
 pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5-6,5 dan pH sekresi anak-anak
antara 5,0-6,7. Jadi dibuat pH larutan OHT antara pH 5 sampai 6,7.
 Disarankan menggunakan dapar fosfat pH 6,5 atau dapar lain yang cocok
pH 6,5 dan dibuat isotonis dengan NaCl.
c. Pensuspensi(FI edisi III 1979)
 Dapat digunakan sorbitan(span),polisorbat(tween) atau surfaktan lain
yang cocok,kadar tidak boleh melebihi dari 0,01% b/v.
d. Pengental
Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas
mucus hidung.sering digunakan:
 Metil selulosa (Tylosa)= 0,1-0,5
 CMC-Na = 0,5-2%

Larutan yang sangat encer/sangat kental menyebabkan iritasi mukosa


hidung.

e. Pengawet
Umumnya digunakan Benzolkonium
 Evaluasi Sediaan
a. Penetapan pH
Dilakukan pengatuan pH dengan menggunakan kertas indicator universal
b. Uji kejernihan larutan
Uji kejernihan dilakukan dengan melihat apakah terdapat partikulat dalam
sediaan dibawah lampu.
c. Uji kebocoran
Dilakukan dengan cara melihat kebocoran atau tidaknya suatu sediaan yang
telah disterilisasi.
d. Volume Terpindahkan
Volume terpindahkan dilakukan dengan memindahkan suatu sediaan
kedalam gelas ukur dan dilihat volumenya.Apakah sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak.
 Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dalam pemberian obat tetes hidung antara lain
sebagai berikut:
1. Metabolisme melalui enterohepatik dan dinding usus dikurangi
2. Penguraian di saluran pencernaan dihindari
3. Kecepatan dan jumlah obat yang diabsopsi serta profil konsertasi obat
dalam plsma terhadap waktu sebanding dengan pemberian dengan
intravena.
4. Banyak pembuluh dan struktur membrane mukosa yang permeable
sehingga memungkinkan pemberian secara sistemik.
Adapun kekurangan dari sediaan tetes hidung adalah sebagai berikut:
1. Metode dan Teknik pemberian sulit karena memerlukan alat bantu
yang dapat digunakan untuk ukuran yang tepat
2. Lokasi obat yang tepat, sulit dicapai.
3. Kecepatan pembersihan obat.

• Hal-hal yang harus diperhatikan

Dalam pembuatan obat tetes hidung, ada beberapahal yang perlu diperhatikan,
antara lain :

1. Viskositas
Penambahan metil cellulose sebanyak 0,5 % untuk mendapatkan
viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mukosa hidung.
2. Isotonis
Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis atau sedikit
hipertonis. Namun, larutan yang sangat encer atau sangat pekat akan
menyebabkan iritasi mukosa hidung. Untuk tonisitas, kita dapat
menambahkan NaCl atau Dekstrosa.
3. Isohidris
Keasaman (pH) sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 – 6,5, sedangkan
anak antara 5,0 – 6,7. Rhintis akut menyebabkan pergeseran pH ke arah
basa, sedangkan peradangan akut menyebabkan pergeseran pH ke arah
asam. Sebaiknya, kita menggunakan dapar phosphat pH 6,5.

 Prosedur pembuatan sediaan tetes hidung


 Timbang semua bahan
 Masukkan Natrium Diklofenak, Natrium Klorida, Metil selulosa,
Benzalkonium klorida ke dalam gelas piala dan tambahkan
Aquadest lalu aduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga
homogen
 Setelah semua bahan larut, tuang larutan kedalam 10 gelas ukur
hingga volume akhir masing-masing
 Lakukan sterilisasi filtrasi dengan menggunakan penyaring bakteri
(kertas saring 0,22μm)
 Setelah disterilkan, masukkan larutan tersebut kedalam botol tetes
yang telah dikalibrasi secara aseptic dengan menggunakan corong
 Kemas botol dalam dus dan beri etiket biru (obat luar)
 Penggunaan Obat Tetes Hidung
 Bersihkan hidung, tengadahkan kepala, teteskan obat dan tahan
posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk kelubang
hidung.
 Setelah dipakai, bilas ujung tetes hidung dengan air panas dan
keringkan dengan kertas tissue kering.
 Untuk menghindari infeksi, jangan gunakan lebih dari satu orang
 Dan yang harus diperhatikan , teteskan obat dengan hati-hati agar
tidak mengalir keluar atau tertelan. Dan usahakan ujung penetes
tidak mengenai hidung untuk menghindari penularan.

 Contoh sediaan tetes hidung di pasaran


1.

indikasi : Obat ini digunakan untuk meringankan hidung tersumbat dan nasofaring akibat flu,
sinusitis, hayfever atau alergi saluran pernapasan bagian atas

2.

Indikasi :digunakan untuk meredakan hidung tersumbat akibat flu, demam, alergi saluran
pernapasan bagian atas lainnya atau infeksi sinus.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Mata merupakan organ target yang ideal untuk pengobatan
topikal.Namun mata sebenarnya terlindungi oleh beberapa lapisan untuk
mencegah masuknya zat atau partikel asing, pertama oleh kelopak mata dan
aliran air mata dan kemudian oleh kornea, yang membentuk barier fisik-
biologis.Ketersediaan hayati yang buruk dari obat- obatan berbentuk tetes
mata konvensional disebabkan oleh tingginya pengeluaran air mata yang
menyebabkan eliminasi obat menjadi cepat pada selaput precornial.Masalah
biovailabilitas pada bentuk sediaan ini dapat diatasi dengan penambahan zat
aktif berlebih pada formulasi. Namun upaya ini berpotensi berbahaya jika
larutan obat dari mata terserap secara sistemik dari saluran
nasolakrimal1,2,3.
Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi
pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya. Sediaan
hidung mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi
eksipien, sebagai contoh bahan untuk adjust viskositas sediaan, untuk adjust
atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan zat aktif atau kestabilan
sediaan.

3.2 SARAN
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,1979,farmakope Indonesia edisi III, Depkes RI


Anonim,2014,farmakope Indonesia edisi V, Depkes RI
E-Book Praktikum Teknologi Sediaan Steril.2016
Yusuf Lutfia, Sopyan Ian,Jurnal Insitu Gel Optalmik.2019.Majalah Farmasetika.
Allen, Popovich, Ansel, 2011, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery
Systems. Edisi ke 9
Jones, D. 2008. Pharmaceutics-Dosage Form and Design Pharmaceutical Press, USA

Anda mungkin juga menyukai