KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Makalah ini kami buat
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Formulasi Teknologi Sediaan.
Penu;is
DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................i
Kata pengantar..............................................................................ii
Daftar isi.......................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Pembahasan
BAB 3 penutup
3.1 kesimpulan..................................................................14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Mata merupakan organ target yang ideal untuk pengobatan topikal.Namun
mata sebenarnya terlindungi oleh beberapa lapisan untuk mencegah masuknya
zat ataupartikel asing, pertama oleh kelopak mata dan aliran air mata dan
kemudian olehkornea, yang membentuk barier fisik-biologis.Ketersediaan
hayati yang buruk dari obat-obatan berbentuk tetes mata konvensional
disebabkan oleh tingginya pengeluaran airmata yang menyebabkan eliminasi
obat menjadi cepat pada selaput precornial.Masalah biovailabilitas pada bentuk
sediaan ini dapat diatasi dengan penambahan zataktif berlebih pada formulasi.
Namun upaya ini berpotensi berbahaya jika larutan obat dari mata terserap
secara sistemik dari saluran nasolakrimal1,2,3.
Cara lain untuk memperpanjang waktu tinggal dari zat aktif yang
dimasukkan dan meningkatkan bioavailabilitas sediaan optalmik adalah
dikembangkannya berbagai sediaan mata seperti salep, suspensi dan gel. Sistem
penghantaran obat okular sepertisalep dan suspensi belum digunakan secara
luas karena beberapa kekurangannyaseperti penglihatan kabur ketika pemakaian
sediaan.
Perbaikan yang relatif sederhana namun penting dari beberapa sediaan
optalmik konvensional dapat dicapai menggunakan sistem penghantaran obat
berdasarkankonsep pembentukan gel in situ.Bentuk sediaan gel in situ
merupakan solusi untukmeningkatkan waktu kontak obat di pra-kornea.Sistem
penghantaran obat gel in situoptalmik terdiri dari sistem transisi fasa yang
diberikan dalam bentuk cair kemudianbergeser ke dalam fase gel. Larutan yang
diberikan di kantung mata akan membentukgel karena respons terhadap
beberapa rangsangan pada polimer. Oleh karena itu,sistem gel in situ memiliki
keuntungan ganda dari formulasi cair yang mudah diaturbersamaan dengan
waktu tinggal gel.Waktu kontak sediaan in situ gel optalmik ini dapat
diperpanjang dengan penambahan polimer pembentuk gel ke larutan
sehinggaviskositas sediaan ini meningkat juga.Sistem penghantaran in situ
awalnya diberikandalam bentuk larutan viskositas rendah ke kantung mata
konjungtiva.Bila bersentuhanlangsung dengan lingkungan mata, perubahan
polimer menyebabkan pembentukan gel.Sistem ini bersifat pseudoplastik yang
menyerupai cairan air mata dan karenanyakurang menimbulkan efek iritasi
dibandingkan salep optalmik.Ada beberapa hal yangharus diperhatikan untuk
sediaan gel in situ optalmik, yaitu kapasitas pembentukkangel, pH, sterilitas,
jernih, pelepasan obat diperpanjang, viskositas, permeabilitas,
danisotonisitas.Sediaan nasal adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang
digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau
lokal.Berisi satu atau lebih bahan aktif.
Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi
pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya. Sediaan hidung
mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi eksipien, sebagai
contoh bahan untuk adjust viskositas sediaan, untuk adjust atau stabilisasi pH,
untuk meningkatkan kelarutan zat aktif atau kestabilan sediaan.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa itu sediaan optalmik dan sediaan nasal?
2. Bagaimana formulasi sediaan optalmik dan sediaan nasal?
3. Apa saja evaluasi sediaan optalmik dan sediaan nasal?
1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sediaan optalmik dan sediaan nasal
2. Untuk mengetahui formulasi dari sediaan optalmik dan sediaan nasal
3. Untuk mengetahui evaluasi sediaan optalmik dan sediaan nasal
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh Formulasi:
NaCl Pengisotoni
CH3COOH Pendapar
Na-metabisulfit Antioksidan
1. Zat Aktif
2. Pengisotoni:
Disebabkan oleh kandungan elektrolit dan kandungan koloidnya.cairan
air mata memiliki suatu tekanan osmotic,yang nilainya sama dengan
darah dan cairan jaringan( 0,9% NaCl).
Mata memiliki suatu daerah toleransi toniitas yang benar-benar
tinggi.maka larutan dengan daerah tonisitas sesuai dengan konsentrasi
NaCl 0,7- 1,45% diterima tanpa rasa nyeri dan tidak menyebabkan
keluarnya air mata
Oleh karena larutan obat hanya digunakan dalam kualitas yang benar-
benar kecil(beberapa tetes) dan konsentrasi bahan obat yang terpakai
umumnya kecil, maka larutan sampai taraf mendekati isotoni telah
memadai.
Larutan yang digunkan pada mata luka,atau mata yang telah dioprasi
sebaiknya isotonis.
3. Pendapar
4. Pengawet
Bersifat bakteoristatik dan fungistatik khusunya terhadap Pseudomonas
aeruginosa
Tidak mengiritasi Jaringan okuler,artinya tidak mengiritasi kornea atau
conjunctiva pada pemakaian berulang dan tidak menyebabkan rusaknya
epitel.
Tersatukan dengan zat aktif untuk obat tetes mata.
Tidak cenderung menyebabkan alergi sensitisasi
Tetap efektif dalam kondisi normal penggunaannya.
5. Pengental
Penggunaan bahan pengental dalam obat tetes mata bertujuan:
Sebagai air mata buatan
Sebagai bahan pelican untuk lensa kontak
Untuk meningkatkan kekentalan larutan,yang berakibat waktu kontak
antara sediaan dengan kornea semakin lama menghasilkan efek terapi
tercapai.
6. Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk
itu kadang dibutuhkan antioksidan.antioksidan yang sering digunakan adalah
Na-metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%.
7. Pembawa/ Pelarut
Sebagai pembawa/pelarut sediaan.
Evaluasi sediaan optalmik( tetes mata)
a. Organoleptis: dengan menggunakan panca indra kita dapat menevaluasi
ras,bau dan warna( jernih,tidak berbau dan tidak berwarna).
b. Uji kejernihan
Masukkan sampel dan pelarut pembanding 2 tabung yang berbeda
Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu amati tegak
lurus kea rah bawah tabung.
Syarat: cairan dapat dikatakan jernih apabila kejernihannya sama dengan
kejernihan air atau pelarut yang dipakai
c. Uji volume Terpindahkan( FI V, hal 1614)
Tuang perlahan isi cairan dari wadah kedalam delas ukur secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara.
Lihat hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya/volume yang
ditentukan.
Syarat: volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100% dan tidak ada satupun wadah yang kurang dari 95% dari volume
yang dinyatakan pada etiket.
d. Uji kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan botol sediaan tetes
mata dengan mulut botol menghadap kebawah
Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.
e. Uji pH( FI V, hal 687)
Pengecekkan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indicator universal.
Syarat: 7,0 – 7,5
f. Uji sterilitas( FI V,hal 1359)
Secara aseptis tuang volume cairan dengan menggunakan filter
membrane steril porositas 0,22 um , diameter 47 mm
Secara aseptis pindahkan membrane dari alat pemegang
Potong membrane menjadi setengah bagian
Celupkan membrane atau setengah membrane ke dalam medium SCDM(
Soybean Casein Digest Medium atau Tryptone Soya Broth) dan inkubasi
pada suhu 20-25ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
Dengan cara yang sama celupkan membrane atau setengah membrane
lainnya ke dalam 100ml media FTM(Fluida zthioglycollate Media) dan
inkubasi pada 30-35ᵒC selama tidak kurang dari 7 hari.
Amati jika tidak ada pertumbuhan mikroba maka sediaan termasuk
sediaan yang memenuhu syarat.
Keuntungan dan kerugian tetes mata
Sediaan tetes mata
Keuntungan:
Tetes mata secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep
Tidak mengganggu penglihatan saat digunakan.
Kerugian:
Waktu kontak relatif singkat antara obat dan permukaan tang terabsorbsi
Bioavailibilitas mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara
topical u/ kebanyakan obat kurung dari 1-3% dari dosis yang
dimasukkan melewati kornea sampai keruang anterior
3. NAVITAE
indikasinya : melubrikasi dan melembabkan mata kering, mata lelah pada
pemakaian lensa kontak; melubrikasi dan membasahi lensa kontak;
meredakan rasa tidak nyaman dan iritasi akibat mata kering atau kondisi
lingkungan akibat penggunaan lensa kontak.
Anatomi Fisiologi Mata
1. Konjungtiva
Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan, memberikan
perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata.
2. Sklera
Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan
menjadi tempat melakatnya otot mata.
3. Kornea
Berfungsi sebagai pelindung mata agar tetap bening dan bersih, kornea ini
dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air mata.
4. Koroid
Memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal
cahaya.
5. Iris
Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini menentukan
warna pada mata seseorang. Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
6. Pupil
Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya
yangmasuk kedalam mata. Pupil juga Lubang di dalam Iris yang dilalui
berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina.
7. Lensa
Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
Lensa berperan penting pada pembiasan cahaya.
8. Retina
Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls
saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II).
9. Aqueous humor
Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan
bola mata.
10.Vitreus humor(Badan Bening)
Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong
dalam menjaga bentuk bola mata.
11.Bintik kuning
Fungsi bintik kuning yang terdapat di retina pada mata adalah untuk
menerima cahaya dan meneruskan ke otak.
12.Saraf optic
Saraf optik memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya
hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya
diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
13.Obat mata
a). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
b). Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup
mata.
c). Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya untuk
menutup mata.
d). Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya
menggerakkan mata dalam(bola mata).
e). Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke
bawah dan kedalam
Sediaan nasal adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada
rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu
atau lebih bahan aktif. Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak
memberi pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya.
Kategori sediaan nasal:
- Nasal drops dan liquid nasal spray
Merupakan suatu larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk
instilasi atau disemprotkan ke dalam rongga hidung.
-Nasal powders/bedak hidung
Dimaksudkan untuk insuflasi ke dalam rongga hidung dengan cara tertentu.
-semisolid nasal preparations / sediaan hidung semi solid
- nasal washes/pencuci hidung
Pada umumnya berupa larutan isotonik dimaksudkan untuk membersihkan
rongga hidung
- nasal sticks
Sediaan solid dimaksudkan untuk penggunaan secara lokal
Obat tetes hidung (OHT) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung
dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung,dapat mengandung zat
pensuspensi,pendapar dan pengawet. (FI IV)
Formulasi sediaan
R/ Zat Aktif
Cairan pembawa
pH larutan dan zat pendapar
pensuspensi
pengental
pengawet
Contoh Formulasi
Aquadest Pelarut
a. Cairan pembawa
Umumnya digunakan air
Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa obat tetes hidung.
b. pH larutan dan zat pendapar
pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5-6,5 dan pH sekresi anak-anak
antara 5,0-6,7. Jadi dibuat pH larutan OHT antara pH 5 sampai 6,7.
Disarankan menggunakan dapar fosfat pH 6,5 atau dapar lain yang cocok
pH 6,5 dan dibuat isotonis dengan NaCl.
c. Pensuspensi(FI edisi III 1979)
Dapat digunakan sorbitan(span),polisorbat(tween) atau surfaktan lain
yang cocok,kadar tidak boleh melebihi dari 0,01% b/v.
d. Pengental
Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas
mucus hidung.sering digunakan:
Metil selulosa (Tylosa)= 0,1-0,5
CMC-Na = 0,5-2%
e. Pengawet
Umumnya digunakan Benzolkonium
Evaluasi Sediaan
a. Penetapan pH
Dilakukan pengatuan pH dengan menggunakan kertas indicator universal
b. Uji kejernihan larutan
Uji kejernihan dilakukan dengan melihat apakah terdapat partikulat dalam
sediaan dibawah lampu.
c. Uji kebocoran
Dilakukan dengan cara melihat kebocoran atau tidaknya suatu sediaan yang
telah disterilisasi.
d. Volume Terpindahkan
Volume terpindahkan dilakukan dengan memindahkan suatu sediaan
kedalam gelas ukur dan dilihat volumenya.Apakah sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak.
Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dalam pemberian obat tetes hidung antara lain
sebagai berikut:
1. Metabolisme melalui enterohepatik dan dinding usus dikurangi
2. Penguraian di saluran pencernaan dihindari
3. Kecepatan dan jumlah obat yang diabsopsi serta profil konsertasi obat
dalam plsma terhadap waktu sebanding dengan pemberian dengan
intravena.
4. Banyak pembuluh dan struktur membrane mukosa yang permeable
sehingga memungkinkan pemberian secara sistemik.
Adapun kekurangan dari sediaan tetes hidung adalah sebagai berikut:
1. Metode dan Teknik pemberian sulit karena memerlukan alat bantu
yang dapat digunakan untuk ukuran yang tepat
2. Lokasi obat yang tepat, sulit dicapai.
3. Kecepatan pembersihan obat.
Dalam pembuatan obat tetes hidung, ada beberapahal yang perlu diperhatikan,
antara lain :
1. Viskositas
Penambahan metil cellulose sebanyak 0,5 % untuk mendapatkan
viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mukosa hidung.
2. Isotonis
Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis atau sedikit
hipertonis. Namun, larutan yang sangat encer atau sangat pekat akan
menyebabkan iritasi mukosa hidung. Untuk tonisitas, kita dapat
menambahkan NaCl atau Dekstrosa.
3. Isohidris
Keasaman (pH) sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 – 6,5, sedangkan
anak antara 5,0 – 6,7. Rhintis akut menyebabkan pergeseran pH ke arah
basa, sedangkan peradangan akut menyebabkan pergeseran pH ke arah
asam. Sebaiknya, kita menggunakan dapar phosphat pH 6,5.
indikasi : Obat ini digunakan untuk meringankan hidung tersumbat dan nasofaring akibat flu,
sinusitis, hayfever atau alergi saluran pernapasan bagian atas
2.
Indikasi :digunakan untuk meredakan hidung tersumbat akibat flu, demam, alergi saluran
pernapasan bagian atas lainnya atau infeksi sinus.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Mata merupakan organ target yang ideal untuk pengobatan
topikal.Namun mata sebenarnya terlindungi oleh beberapa lapisan untuk
mencegah masuknya zat atau partikel asing, pertama oleh kelopak mata dan
aliran air mata dan kemudian oleh kornea, yang membentuk barier fisik-
biologis.Ketersediaan hayati yang buruk dari obat- obatan berbentuk tetes
mata konvensional disebabkan oleh tingginya pengeluaran air mata yang
menyebabkan eliminasi obat menjadi cepat pada selaput precornial.Masalah
biovailabilitas pada bentuk sediaan ini dapat diatasi dengan penambahan zat
aktif berlebih pada formulasi. Namun upaya ini berpotensi berbahaya jika
larutan obat dari mata terserap secara sistemik dari saluran
nasolakrimal1,2,3.
Sediaan nasal sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi
pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan silianya. Sediaan
hidung mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi
eksipien, sebagai contoh bahan untuk adjust viskositas sediaan, untuk adjust
atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan zat aktif atau kestabilan
sediaan.
3.2 SARAN
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA