Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI NORMATIF ṢAḤĪFAH AL-MADĪNAH

TERHADAP KONSTITUSI NEGARA INDONESIA

Hanif Fudin Azhar

Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto


Email: haniffudinazhar@gmail.com

Abstrak

Dalam kehidupan negara, setiap negara memiliki pedoman khusus yang dapat mengatur
dan mengikat secara kompleks bagi kehidupan orang-orang di negara tersebut, termasuk
dalam pengaturan tata kelola yang berkaitan dengan pemerintah. Tulisan ini membahas
dan mengkaji pedoman spesifik yang dimaksud, atau dapat diartikan sebagai konstitusi
negara. Fokus kajian mengenai konstitusi negara adalah konstitusi Republik Indonesia,
yaitu UUD 1945 pasca-Perubahan yang secara implisit dianggap relevan dengan Ṣaḥīfah
al-Madīnah atau Piagam Madinah yang merupakan hasil atau Mu'aqadah al. -Waṭāniyah
dibuat berdasarkan kesepakatan antara Rasulullah SAW dan orang-orang Madinah pada
waktu itu. Karena dianggap memiliki konten konstitusional sebagai konstitusi negara
modern, penulis menggunakan aspek reflektif Ṣaḥīfah al-Madīnah secara normatif dalam
hal konten konstitusi di Republik Indonesia.

Kata kunci: Ṣaḥīfah al-Madīnah, konstitusi, negara

Abstract

In the life of the nation, each country has specific guidelines to regulate and bind the
people in the country, including governance arrangements. This paper is intended to
discuss and examine those specific guidelines as the state constitution. The focus of this
study is the constitution of the Republic of Indonesia, namely the post-Amendment 1945
Constitution which is considered implicitly relevant to Ṣaḥīfah al-Madīnah or Medina
Charter as the result of the agreement between Rasulullah SAW and people of Madinah
at that time (Mu'aqadah al-Waṭāniyah). It is considered to have constitutional content as
in constitution of a modern state. The author uses the reflective aspect of Ṣaḥīfah al-
Madīnah normatively in terms of constitutional content in the Republic of Indonesia.

Keywords: Ṣaḥīfah al-Madīnah, constitution, state

A. Pendahuluan maka tidak mungkin tidak tangan


Pengaturan kehidupan umat seorang balita tersebut tertutup
manusia di dunia menjadi bernilai (mengepal). Hal itu menandakan bahwa
penting mengingat bahwa secara kodrati manusia dalam ke-individuannya
sifat manusia adalah naluri berkuasa. memiliki sifat naluri berkuasa. Bahkan,
Hal tersebut dapat digambarkan ketika atas sifatnya itu manusia melalui segala
diri manusia dalam tahapan balita, cara untuk menyingkirkan individu
bahwa ketika balita itu lahir ke dunia manusia lainnya dalam rangka
1
Vol. 1 No. 1 Juni 2018

memperoleh kekuasaan yang harus Selain itu, fungsinya sebagai dokumen


dipegang dirinya sendiri tertulis resmi yang berisi pokok-pokok
Dalam kehidupan bernegara, pedoman kenegaraan, menyebabkan
secara sosiologis terdapat beragam Ṣaḥīfah al-Madīnah ini dapat dikatakan
komunitas masyarakat. Diperlukan suatu tepat juga untuk disebut sebagai sebuah
pedoman khusus kenegaraan untuk konstitusi dalam sistem kenegaraan.2
membatasi dan mengatur masyarakat
agar tercipta harmoni sosial. Pedoman B. Konsep Konstitusi
khusus dimaksud memiliki muatan Menurut Kamus Umum Bahasa
prinsipil yang bertujuan untuk mengatur Indonesia konstitusi segala ketentuan
perihal kehidupan kenegaraan seperti dan aturan mengenai ketatanegaraan.3
perihal kepentingan umum, dasar sosial- Jika merujuk pada definisi tesebut, maka
politik, termasuk pola mekanisme konstitusi tidak dapat dilepaskan
pemerintahan. Dalam rangka hubungannya dari negara. Atas dasar
menertibkan sifat manusia yang definisi tersebut, maka dapat dikatakan
berkehendak untuk saling berkuasa. Hal konstitusi dapat dipersamakan hukum
yang demikian, pada dasarnya untuk tertinggi (lex suprema) sehingga negara
membentuk suatu masyarakat dan yang memiliki konstitusi juga dapat
pemerintahan sebagai wadah persatuan dikatakan sebagai negara hukum.
penduduk negara tersebut. Pedoman Konstitusi memiliki korelasi dengan
khusus itu dapat dikatakan sebagai penyelenggaraan negara. Konstitusi
konstitusi, hukum dasar (the sebagai charter of nation ataupun
fundamental legal) yang mengatur sebagai asas dan norma, memuat
pokok-pokok mekanisme kenegaraan ketentuan-ketentuan mengenai bentuk
dengan melalui kesepakatan kolektif bagian luar (bentuk negara dan
elemen bangsa dalam menjalankan pemerintahan) dan dalam organisasi
kehidupan berbangsa dan bernegara.1 negara (alat kelengkapan organisasi
Tulisan ini mencoba mengkaji negara).4
dan membahas mengenai konstitusi Konstitusi dapat dikatakan
dengan objek pembahasannya terhadap sebagai wasilah normatif untuk
Ṣaḥīfah al-Madīnah atau Piagam mencegah penyalahgunaan kekuasaan
Madinah yang didialogkan dan (abuse of power) dalam suatu negara.
direfleksikan dengan konstitusi di negara Sebagaimana dalam teorinya, Ibn
Indonesia. Hasil refleksi muatan Khaldun yaitu Teori Mulk Siyasi, bahwa
konstitusi tersebut digunakan untuk negara dengan abuse of power
mengukur relevansi secara subtantif dari dikualifikasikan sebagai negara tanpa
Ṣaḥīfah al-Madīnah atau Piagam berperadaban. Jadi, menurut Ibn
Madinah terhadap konstitusi negara Khaldun, parameter negara hukum yang
Indonesia. Ṣaḥīfah al-Madīnah sebagai
piagam tertulis pertama dalam sejarah 2
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu
umat manusia yang dapat dibandingkan Hukum Tata Negara (Jakarta: Rajawali Pers,
dengan pengertian konstitusi modern. 2015), hlm. 85-86.
3
Arif Santosa, Kamus Umum Bahasa
Indonesia(Yogyakarta: Mahkota Kita, tt), hlm.
1
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara 345.
4
dan Hukum Administrasi Negara Dalam Bagir Manan, Memahami Konstitusi:
Perspektif Fikih Siyasah (Jakarta: Sinar Grafika, Makna dan Aktualisasi(Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 63. 2015), hlm. 55.

2 Hanif Fudin Azhar


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

ideal adalah nilai peradaban manusia Oleh karenya, konstitusi sebagai


yang tinggi dengan konstitusi yang resultante diartikan sebagai konsensus
merupakan kaidah-kaidah hukum atas dalam penjaminan tegaknya kons-
akal manusia yang berpegang pada nilai- titusionalisme dalam era kom-temporer
nilai agama.5 Moh. Mahfud MD, atas dasar: 1). Kesepakatan mengenai
mengartikan konstitusi itu sebagai hasil tujuan dan cita-cita, 2). Kesepatakan
resultante atau produk kesepakatan tentang rule of law dalam penyeleng-
politik sesuai dengan situasi politik, garaan negara, dan 3). Kesepakatan
ekonomi, sosial, dan budaya ketika mengenai bentuk institusi-institusi dan
dibuat oleh lembaga yang berwenang. prosedur ketatanegaraan.7
Cara pandang ini merupakan konfigurasi Selain memuat aspek perjanjian
elemen-elemen negara tersebut sebagai atau konsensus, konstitusi juga memiliki
penentu arah dinamika dan produk muatan konstitusional, antara lain8: 1).
sebuah konstitusi.6 Adanya jaminan hak-hak asasi manusia;
Perujukkan kepada makna 2). Penetapan susunan ketatanegaraan
konstitusi sebagai penentu arah yang bersifat fundamental; dan 3).
dinamika sesuai prinsip-prinsip hukum, Adanya pembagian dan pembatasan
politik-etis, dan kemanusiaan dalam tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
sistem ketatanegaraan suatu negara, fundamental. Akan tetapi, dalam
seperti pembatasan kekuasaan yang pandangan Bagir Manan, bahwa muatan
dapat dikatakan sebagai bagian dari konstitusi di setiap negara dapat
pengamalan nilai-nilai agama juga, dipastikan, tidak ada konstitusi yang
karena berdampak kepada suatu sama disetiap negara. Hal tersebut
keadilan. Pembatasan kekuasaan terse- dipengaruhi oleh9: 1). Dasar ideologi
but dapat berindikasi kepada pengaturan dan filosofi, 2). Landasan teori dan
kehidupan masyarakat negara tersebut konsep, 3). Latar belakang sejarah dan
ke arah kesejahteraan, karena peme- kultur, dan 4). Identitas kenegaraan.
rintah sebagai tumpuan pemersatu Atas dasar itu, secara fungsional
masyarakat negara. konstitusi sebagai pembatas kekuasaan
Implikasinya, konstitusi sebagai yang mencegah adanya penyalahgunaan
lex suprema dan/atau resultante yang kekuasaan, yang juga berindikasi kepada
memiliki konten asas/kaidah norma perlindungan warga negara. Catatan
dalam pengaturan penyelenggaraan historis membuktikan bahwa, fungsi
sistem ketatanegaraan suatu negara konstitusi dimaksud merupakan hasil
melalui pembatasan kekuasaan dalam sikap penolakan rakyat terhadap sistem
rangka menghindari penyalahgunaan pemerintahan yang bertindak sewenang-
kekuasaan (abuse of power) dan wenang, baik dari zaman prasejarah
perlindungan warga negara tersebut. hingga zaman modern seperti sekarang
7
Amrullah Karebet Warastra, “Konstitusi
5
Muhammad Tahir Azhary, Negara sebagai Instrumen untuk Membatasi Kekuasaan
Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya Negara” dalam Jurnal Konstitusi, Vol. II, Nomor
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya 2, November 2009, hlm. 55
8
pada Periode Negara Madinah dan Masa Sirajuddin & Winardi, Dasar-Dasar
Kini(Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hlm. Hukum Tata Negara Indonesia (Malang: Setara
15. Press, 2015), hlm. 50.
6 9
Moh. Mahfud MD, Pilitik Hukum di Bagir Manan, Memahami Konstitusi:
Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 6. Makna dan Aktualisasi…, hlm. 161-162.

Refleksi Normatif Ṣaḥīfah al-Madīnah 3


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

ini. Karena, dalam kurun waktu pembatasan kekuasaan pemerintah,


kehidupan manusia tersebut tidak maka hal tersebut telah mencakup dalam
menutup kemungkinan, bahwa oknum pelaksanaan menjamin hak-hak asasi
pemerintah yang berkendak untuk manusia dalam negara tersebut.
memiliki kekuasaan secara otoriter. Islam melalui Rasulullah
Konsep-konsep yang dimunculkan Muhammad SAW telah memberikan
seperti kontrak sosial, dan bahkan trias kontribusi dan pembuktian melalui
politica belum dapat memberikan Ṣaḥīfah al-Madīnah atau Piagam
kontribusi konkret atas permasalahan Madinah dalam membangun Madinah
„kode etik‟ sistem ketatanegaraan sebagai city state yang memiliki
tersebut. heterogenitas atas masyarakatnya.12 Di
Dengan demikian, pembatasan negara republik Indonesia sendiri, yang
kekuasaan tersebut merupakan ide merupakan negara hukum dengan
pokok konstitusionalisme dalam rangka konstitusinya yaitu UUD 1945 telah
mencegah penyelenggaraan pemerinta- diaplikasikan dihadapan segenap warga
han negara yang sewenang-wenang.10 negara Indonesia yang memiliki
Serta, dalam artian yuridis atas kesamaan secara sosiologis terhadap
konstitusi juga mendukung bahwa Kota Madinah. Maka dari itu, adapun
konstitusi sebagai hukum dasar negara rumusan masalah dalam tulisan ini
harus sesuai dengan pahama keadilan adalah bagaimana ukuran relevansi
masyarakat dan menjamin hak asasi antara konstitusi negara Indonesia dan
manusia. Karena hukum secara moral Madinah?
harus dipertanggungjawabkan, maka
dalam konteks penyelenggaraan negara C. Ṣaḥīfah al-Madīnah sebagai
kesesuaian penggunaan kekuasaan Konstitusi Negara
negara dengan hukum yang berlaku Catatan historis membuktikan
merupakan syarat perlu. Maka dari itu, bahwa jauh sebelum pemikiran Barat
keadilan hukum dan jaminan hak asasi mencetuskan konsep negara
manusia merupakan bagian integral dari konstitusional, sejarah Islam telah
suatu negara hukum.11 mengemukakan bahwa sepanjang masa
Hal yang demikian, menurut Rasulullah Muhammad SAW. telah lahir
penulis masih dalam penalaran logis konstitusi tertulis pertama yaitu Piagam
karena konstitusi sebagai hukum dasar Madinah atau Ṣaḥīfah al-Madīnah.
suatu negara yang merupakan resultante Piagam Madinah ini adalah dokumen
masyarakat negara tersebut memiliki konstitusional negara yang dicetuskan
materi muatan sebagaimana yang telah oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
disampaikan diatas. Maka, dalam hal ini fondasi negara Madinah.13 Bahkan W.
menurut penulis jika konstitusi Montgomery Watt menyatakan bahwa
diperuntukkan dalam penyelenggaraan
negara melalui pembagian dan 12
Kota Madinah (dahulu: Yastrib) secara
sosiologis masyarakat tidak homogen, tetapi
10
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu heterogen yaitu terdiri dari bangsa Arab dan
Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Yahudi. Lihat Rahmad Asril Pohan, Toleransi
2014), hlm. 171. Inklusif: Menapak Jejak Sejarah Kebebasan
11
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Beragama dalam Piagam Madinah (Yogyakarta:
Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern Kaukaba Dipantara, 2014), hlm. 11.
13
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016), Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu
hlm. 383. Hukum Tata Negara…, hlm. 85.

4 Hanif Fudin Azhar


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

dokumen tersebut (Piagama Madinah) tautkan dengan erat antara agama dan
secara umum diakui secara autentik, negara.16
sekaligus telah menjadi sumber ide yang Menurut penulis, adanya Ṣaḥīfah
mendasari negara Islam.14 al-Madīnah merupakan hikmah besar
Piagam Madinah atau Ṣaḥīfah al- terlebih jika meninjau latar belakang
Madīnah ini merupakan piagam tertulis yang terjadi pra- Ṣaḥīfah al-Madīnah
pertama dalam sejarah umat manusia tersebut. Artinya, hikmah besar ini
yang dapat dibandingkan dengan dikarenakan hasil ketabahan dan
pengertian konstitusi dalam sistem keikhlasan Nabi Muhammad SAW
ketatanegaraan modern. Dalam narasi dalam menyebarkan ajaran agama Islam
historisnya, Piagam Madinah atau yang diawali dari kota Mekkah. Karena
Ṣaḥīfah al-Madīnah ditetapkan sebagai itu juga, penduduk kota Mekkah seiring
piagam politik (Ṣaḥīfah al-Siyāsah) yang berjalannya waktu sukar untuk diajak
digunakan sebagai siasat Rasulullah memeluk agama Islam, karena telah
SAW pasca-hijrah ke Madinah yang menganut paham paganisme, terlebih
dimaksudkan untuk membina kesatuan juga pada pemerintahan yang dikuasai
kehidupan berbagai golongan warga oleh aristokrat Quraisy yang juga
Madinah.15 memusuhi Rasulullah SAW. Selain itu,
Madinah yang disebut juga city situasi sosio-politik yang terjadi di
state dapat dikatakan sebagai negara Madinah yang menggambarkan keri-
hukum. Hal ini karena berpedoman cuhan dan konflik antara suku utama
langsung kepada Piagam Madinah bangsa Arab yaitu suku Aus dan Khazraj
sebagai resultante. Ditambah, di dalam dengan suku-suku Yahudi.
Piagama Madinah terdapat prinsip- Selanjutnya, hikmah lainnya
prinsip negara hukum berdasarkan yaitu adanya perjanjian al-‘Aqabah yang
doktrin ajaran Islam. Hal demikian dilakukan antara Rasulullah SAW
dilakukan Rasulullah SAW dalam dengan suku Khazraj di al-‘Aqabah dan
rangka menciptakan kesejahteraan bagi menyatakan diri masuk Islam serta
masyarakat Madinah yang hal tersebut mengakui kerasulan Nabi Muhammad
merupakan suatu hak dan kewajiban SAW., yaitu sebagaimana yang
bagi seorang Kepala Negara dan dilakukan pada perjanjian al-‘Aqabah I
sekaligus seorang Rasul Allah SWT. tahun 620 H di musim haji. Akan tetapi,
Maka, dengan demikian Rasulullah perpisahan suku Khazraj dengan Nabi
SAW telah menerapkan prinsip ajaran Muhammad setalah perjanjian al-
Islam yaitu hablun min Allah wa hablun ‘Aqabah I merasa lemah dalam
min an-nas. Pengisitilahkan negara menghadapi pertentangan dengan
hukum terhadap Madinah pada masa sesama bangsanya yaitu suku Aus.
Rasulullah SAW itu telah memper- Untuk itu, pada perjanjian al-‘Aqabah II
suku Aus yang telah memiliki perjanjian
dengan Yahudi memutuskan untuk
berpihak kepada Rasulullah SAW
14
Dahlan Thaib, dkk., Teori dan Hukum
16
Konstitusi (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. Muhammad Tahir Azhary, Negara
31. Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya
15
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya
dan Hukum Administrasi Negara Dalam pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
Perspektif Fikih Siyasah.., hlm. 67. hlm. 158.

Refleksi Normatif Ṣaḥīfah al-Madīnah 5


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

bersama suku Khazraj untuk melakukan konstitusional di negara-negara modern,


perdamaian dan berperang melawan karena adanya tuntutan untuk hidup
musuh, hal ini disampaikan pada baiat bermasyarakat, berbangsa dan berne-
perjanjian al-‘Aqabah II tahun 622 H di gara, yaitu tatanan masyarakat yang
musim haji. demokratis, berkeadilan, berkadaban dan
Hal tersebut merupakan keadaan damai.
sosio-politik di Madinah yang juga Menurut penulis yang mengutip
menggambarkan masyarakat yang pernyataan Dahlan Thaib menyatakan
heterogen, yang didiami oleh berbagai bahwa secara inklusif muatan materi
suku, agama, dan keyakinan, serta tidak yang dimiliki oleh Ṣaḥīfah al-Madīnah
adanya pemerintahan yang dapat telah menggambarkan suatu karakteristik
menyatukan karakteristik masyarakatnya masyarakat (ummah) dan negara Islam,
tersebut, terlebih karakteristik antara lain19:
internalnya, seperti kesukuan yang kuat 1. Masyarakat pendukung Ṣaḥīfah al-
sehingga menimbulkan paham Madīnah adalah masyarakat yang
chauvinisme antar-suku. Sehinga, oleh majemuk/heterogen, yang terdiri dari
karena itu dibutuhkan seorang pemimpin berbagai suku dan agama.
yang dapat mempersatukan kehidupan 2. Semua warga memiliki kedudukan
mereka di tanah Madinah. Atas dasar itu, yang sama dalam segala hal,
Nabi Muhammad SAW yang telah termasuk secara sosial dan hukum.
dikabarkan oleh kaum Yahudi telah 3. Semua warga memiliki kedudukan
muncul sebagai nabi maka mereka yang sama dalam segala hal,
menerimanya dan mengakui Nabi termasuk hak dan kewajiban
Muhammad SAW sebagai pemimpin terhadap negara
melalui perjanjian al-‘Aqabah.17 4. Negara (Madinah) menjamin hak
Adapun muatan prinsip kebebasan warga negara, termasuk
konstitusional, dan sekaligus sebagai kebebasan beragama
doktrin ajaran agama Islam yang 5. Penerapan sistem desentraslisasi
dimiliki di dalam Ṣaḥīfah al-Madīnah 6. Pemberlakuan hukum adat dengan
antara lain prinsip persatuan dan berpedoman kepada kebenaran dan
persaudaraan, prinsip persamaan, prinsip keadilan.
kebebasan, prinsip gotong-royong, Sehingga, atas dasar tersebut,
prinsip keadilan, prinsip musyawarah, prinsip-prinsip materi muatan di dalam
prinsip pelaksanaan hukum, prinsip Ṣaḥīfah al-Madīnah telah menjadi suatu
hubungan berbangsa, prinsip pertahanan ide revolusioner, dan inspirasi dalam
dan perdamaian, prinsip kepemimpinan, membangun sistem kemasyarakat
prinsip kepertanggungjawaban, prinsip majemuk dalam suatu negara.20
kedisiplinan.18 Hal prinsipal demikian Ṣaḥīfah al-Madīnah jika direflek-
juga dianggap sebagai prinsip universal sikan kepada definisi konstitusi menurut
yang memiliki relevansi terhadap prinsip Miriam Budiardjo yaitu sebagai status
legal yang khusus, yang merupakan
17
ungkapa aspirasi, cita-cita, dan standar-
Rahmad Asril Pohan, Toleransi standar moral yang dijunjung tinggi oleh
Inklusif: Menapak Jejak Sejarah Kebebasan
Beragama dalam Piagam Madinah.., hlm. 55.
18 19
J. Suyuthi Pulungan, Fikih Siyasah: Dahlan Thaib, dkk., Teori dan Hukum
Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Yogyakarta: Konstitusi,,, hlm. 38-39.
20
Ombak, 2014), hlm. 89. Ibid., hlm. 43.

6 Hanif Fudin Azhar


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

suatu bangsa, dan beberapa mencermin- sebagai nabi dan rasul, juga sekaligus
kan suatu dasar negara dan ideo- menjadi „soko guru‟ sistem ketata-
loginya.21 Terlebih, jika meninjau negaraan dan pemerintahan yang benar.
kepada pernyataannya Moh. Mahfud Hal itu terbukti setelah Beliau wafat dan
MD, yang mengartikan konstitusi itu digantikan para sahabatnya yang
sebagai hasil resultante atau produk memimpin dengan jujur dan adil.23
kesepakatan politik sesuai dengan situasi
politik, ekonomi, sosial, dan budaya.22 D. Relevansi Piagam Madinah
Maka, atas dasar tersebut Ṣaḥīfah al- dengan Konstitusi Negara
Madīnah dapat dinyatakan dan/atau Indonesia
disetarakan dengan konstitusi modern. Sebagai salah satu ciri negara
Kendatipun, sebagian ahli yang merdeka dan berdaulat, negara
mengatakan bahwa Ṣaḥīfah al-Madīnah Indonesia memiliki sebuah konstitusi,
secara paripurna tidak dapat dikatakan yang tertuang secara normatif dan
sebagai konstitusi karena hanya dimaktubkan di dalam dokumen resmi
dinyatakan tidak terdapat penjelasan negara yaitu Undang-Undang Dasar
mengenai pembagian kekuasaan antara 1945 (UUD 1945). Konstitusi tersebut
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akan juga memiliki latar belakang sejarah
tetapi, penulis dan beberapa ahli yang yang panjang. Artinya, konstitusi
yang menyetujui Ṣaḥīfah al-Madīnah tersebut diadakan untuk jangka waktu
adalah konstitusi tetap pada pernyataan. jauh ke depan, namun esensinya tidak
Dalam hal konten materi muatan Ṣaḥīfah dapat dilepaskan dari suasana ketika
al-Madīnah sebagaimana telah konstitusi tersebut dibentuk. Kendatipun,
dijelaskan sebelumnya merupakan konstitusi secara subtansi bersifat
materi muatan yang bersifat prinsipal- konstan, namun perubahan masyarakat
subtantif mengenai sistem kehidupan yang heterogen intens terjadi.
kenegaraan dan kebangsaan. Mengenai Menurut Sri Soemantri peruba-
pembagian kekuasaan pemerintahan han yang dikehendaki adalah perubahan
sebenarnya secara eksplisit tidak diatur konstitusi yang berimbang. Artinya,
didalamnya, karena langsung konstitusi harus bersifat tidak fleksibel
dipraktikkan dalam penyelenggaraan karena konstitusi berisi berbagai
kenegaraan di Madinah dibawah peraturan tentang organisasi negara yang
kekuasaan Rasulullah SAW, dengan bersifat fundamental. Serta, di sisi lain
didasarkan atas Ṣaḥīfah al-Madīnah konstitusi juga harus tidak sukar dalam
sebagai konstitusinya. perubahannya, sehingga kehendak untuk
Berbeda dengan trias politica mengubah konstitusi tidak tersalurkan.24
yang dicetuskan oleh Montesquieu UUD 1945 (konstitusi) Indonesia
karena adanya kesewenangan kekuasaan tersebut juga sebagaimana dalam tesis
absolut. Rasulullah SAW, tidak Sri Soemantri bahwa tidak ada satu
menjadikan kekuasaannya sebagai
pemimpin sewenang-wenang. Karena, 23
Rasulullah SAW selain kapasitasnya Rahmad Asril Pohan, Toleransi
Inklusif: Menapak Jejak Sejarah Kebebasan
Beragama dalam Piagam Madinah…, hlm. 165.
21 24
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Sri Soemantri Martosoewignjo, Hukum
Politik.., hlm. 171. Tata Negara Indonesia: Pemikiran dan
22
Moh. Mahfud MD, Pilitik Hukum di Pandangan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Indonesia.., hlm. 6. 2015), hlm. 9.

Refleksi Normatif Ṣaḥīfah al-Madīnah 7


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

negara yang tidak mempunyai konstitusi. (constitutional convention) sebagai


Dalam hal tersebut negara Indonesia pengertian luas dari konstitusi tersebut.
merupakan salah satu negara yang Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa
memiliki konstitusi.25 etika dan moral penguasa harus
Landasan konstitusi negara mematuhi konvensi ketatanegaraan,
Indonesia yaitu UUD 1945 tidak dapat karena konvensi ini tidak terikat secara
dipisahkan dari perjuangan politik hukum sehingga tidak ada sanksi jika
bangsa Indonesia. Maka, UUD 1945 terjadi pelanggaran atasnya.28
dapat dikatakan sebagai dokumen Dalam tulisan ini, penulis akan
nasional (national document), dokumen mencoba memberikan materi muatan
politik dan hukum (political-legal konstitusi yang termaktub di dalam
document) dan sebagai sertifikat UUD 1945 pasca-Amandemen. Artinya,
kelahiran negara (birth certificate).26 materi muatan konstitusi yang
Lain halnya, Bagir Manan menyebutkan diberlakukan pasca reformasi. Adapun
UUD 1945 sebagai etika politik negara materi muatan UUD 1945 sebenarnya
dan wadah konstitusionalisme yaitu masih relevan secara teoritis yaitu
berkaitan dengan aktualisasi UUD 1945 sebagaimana dinyatakan oleh Mr. J.G.
yang dapat menghantarkan suatu tradisi Steenbeek yang dikutip oleh Sri
ber-konstitusi sehingga menjadi UUD Soemantri Martoswignjo antara lain29:
1945 yang hidup (the living constitution) 1). Adanya jaminan hak-hak asasi
dalam perjalanan ketatanegaraan selama manusia, 2). Pengaturan sistem
kemerdekaan.27 struktural ketatanegaraan yang bersifat
Sedangkan dalam hal sebagai fundamental, dan 3). Pengaturan tentang
etika politik negara, UUD 1945 sebagai pembagian dan pembatasan kekuasaan
konstitusi negara Indonesia salah dalam sistem ketatanegaraan yang
satunya melalui cara UUD 1945 sebagai bersifat fundamental.
the living constitution sebagaimana telah Secara spesifik, UUD 1945 yang
dijelaskan. Selain itu, UUD 1945 juga terdiri dari Pembukaan (Preambule),
harus diartikan secara luas untuk Batang Tubuh, memuat 16 BAB dengan
dijadikan sebagai etika politik negara. 37 pasal, serta 3 pasal pada Aturan
Artinya, bahwa konstitusi di Indonesia Peralihan, dan 2 pasal pada Aturan
kendatipun dimaktubkan di dalam Tambahan.30 Dalam hal tersebut, perlu
sebuah dokumen resmi negara yaitu diketahui bahwa keniscayaan UUD 1945
UUD 1945. Namun, harus mencakup tersebut merupakan realisasi dari asumsi
juga kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan atas keberadaan konstitusi itu sendiri.
Keterkaitan dengan materi muatan
25
Menurut Sri Soemantri Martosoewignjo konstitusi, bahwa pengukuran seberapa
negara-negara di dunia hampir seluruhnya luas muatan materi konstitusi yang
memiliki konstitusi karena hal tersebut
dikarenakan pada hakikatnya negara adalah
termuat tidak berpacuan pada banyaknya
organisasi kekuasaan, sehingga untuk
28
menghindari atau menjauhkan kekuasaan dari Ibid., hlm. 188-189.
29
kesewenang-wenagan maka diharuskan di setiap Sri Soemantri Martosoewignjo, Hukum
negara adanya sebuah konstitusi. Lihat Sri Tata Negara Indonesia: Pemikiran dan
Soemantri Martosoewignjo, Hukum Tata Negara Pandangan…, hlm. 49.
30
Indonesia: Pemikiran dan Pandangan, hlm. 20. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/
26
Ibid., hlm. 18. public/conten/profil/kedudukan/UUD_1945_Per
27
Bagir Manan, Memahami Konstiitusi: ubahan diakses pada Sabtu, 02 Juni 2018 pukul
Makna dan Aktualisasi.., hlm. 137. 11.28 WIB.

8 Hanif Fudin Azhar


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

pasal yang ada. Akan tetapi, pada termuat di dalam UUD 1945 juga
seberapa rinci materi muatan itu diatur terdapat prinsip negara hukum, prinsip
dan dijelaskan di dalam konstitusi itu konstitusionalisme, prinsip distribution
sendiri. Sehingga, konstitusi dimaksud of power, prinsip negara kesatuan, dan
dapat dikatakan sebagai konstitusi yang prinsip pemerintahan republik.34 Dengan
konstitusional dalam sistem ketata- demikian, prinsip-prinsip tersebut juga
negaraan.31 sebagai bagian dari visi Indonesia yang
Dengan demikian itu, konstitusi religius, manusiawi, bersatu, demokratis,
(UUD 1945) Indonesia secara teoritis adil, sejahtera, maju, mandiri, baik dan
dikategorikan ke dalam konstitusi bersih dalam penyelenggaraan negara.35
tertulis, karena dicantumkan di dalam
dokumen resmi negara Indonesia yaitu E. Penutup
UUD 1945. Dalam hal lain, konstitusi Dalam implikasi pembahasan ini,
(UUD 1945) Indonesia juga bersifat secara eksplisit penulis paparkan analisa
rigid, karena hanya dapat diubah melalui atas konstitusi Madinah dan Indonesia.
cara khusus dan persidangan istimewa. Sebagai awalannya, penulis akan
Status UUD 1945 sebagai konstitusi menganalisa dari aspek sosiologis kedua
derajat tinggi, karena UUD 1945 secara negara tersebut. Kaitannya dengan hal
legal-formal memiliki kedudukan tersebut, antara Madinah dan Indonesia
tertinggi dari peraturan perundang- memiliki kesamaan dalam hal
undangan lainnya.32 Adapun juga kemasyarakatan yang bersifat heterogen,
konstitusi (UUD 1945) Inonesia yaitu dari berbagai suku, agama, dan
dianggap sebagai konstitusi presidensiil keyakinan. Sehingga, pengaturan ketata-
(presidential executive constitution) dan negaraan antara kedua negara tersebut
konstitusi kesatuan (unitary constitution) diperuntukkan kepada kondisi kemasya-
dengan sistem otonomi daerah. rakat yang heterogen, selain pengaturan
Materi muatan UUD 1945 juga untuk sistem pemerintahan yang berjalan
didasari dengan adanya prinsip-prinsip di dalam kedua negara tersebut.
antara lain prinsip Ketuhanan Yang Atas dasar itu, konstitusi yang
Maha Esa, prinsip kedaulatan rakyat, dirumuskan memiliki kesamaan secara
prinsip permusyawaratan, prinsip subtantif baik terhadap materi muatan
kekeluargaan, dan prinsip keadilan konstitusi maupun prinsip-prinsip yang
sosial.33 Prof. Bagir Manan mendasarinya. Adapun materi muatan
menambahkan bahwa prinsip yang konstitunya seperti: 1). Adanya jaminan
hak-hak asasi manusia, 2). Pengaturan
31
sistem struktural ketatanegaraan yang
Nomensen Sinamo, Hukum Tata bersifat fundamental, dan 3). Pengaturan
Negara Indonesia (Jakarta: Permata Aksara,
2014), hlm. 116. tentang pembagian dan pembatasan
32
Pasal 2 TAP MPR Nomor kekuasaan dalam sistem ketatanegaraan
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata yang bersifat fundamental. Serta, adanya
Aturan Peraturan Perundang-Undangan juncto prinsip-prinsip seperti prinsip Ketuhanan
Pasal 7 UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
33
A. F. Azhari, “Materi Muatan UUD 34
Bagir Manan, Memahami Konstitusi:
1945 sebagai Undang-Undang DasarRevolusi”, Makna dan Aktualisasi…, hlm. 59.
35
dalam Publikasi Ilmiah Universitas Lihat TAP MPR RI Nomor
Muhammadiyah Surakarta, 2008, hlm. 65. Lihat VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa
http://publikasiilmiah.ums.ac.id. Depan.

Refleksi Normatif Ṣaḥīfah al-Madīnah 9


Vol. 1 No. 1 Juni 2018

Yang Maha Esa, prinsip kedaulatan Republik Indonesia . Accessed


rakyat, prinsip permusyawaratan, prinsip Juni 2, 2018.
kekeluargaan, dan prinsip keadilan http://www.mahkamahkonstitusi.g
sosial, prinsip negara hukum, prinsip o.id/public/conten/profil/keduduka
konstitusionalisme, prinsip distribution n/UUD_1945_Perubahan.
of power, prinsip negara kesatuan. Magnis, Franz. Etika Politik : Prinsip
Keseluruhannya, dikaitkan dengan Moral Dasar Kenegaraan Modern.
konstitusi antara Madinah dan Indonesia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
yang digunakan sebagai hukum dasar 2016.
(lex suprema) untuk mengatur sistem Manan, Bagir, Memahami Konstitusi:
pemerintahan dan masyarakat negara Makna dan Aktualisasi. Jakarta:
dalam rangka penyelenggaraan suatu Rajawali Pers, 2015.
negara. Martosoewignjo, Sri Soemantri, Hukum
Tata Negara Indonesia: Pemikiran
Daftar Pustaka dan Pandangan. Bandung:
Rosdakarya, 2015.
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu MD, Moh. Mahfud, Politik Hukum di
Hukum Tata Negara. Jakarta: Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers,
Rajawali Press, 2015. 2017.
Azhari, A. F. "Materi Muatan UUD Pohan, Rahmad Asril. Toleransi
1945 sebagai Undang-Undang Inklusif: Menapak Jejak Sejarah
Dasar Revolusi." Publikasi Ilmiah Kebebasan Beragama dalam
Universitas Muhammadiyah Piagam Madinah. Yogyakarta:
Surakarta. Surakarta: 2008. Kaukaba Dipantara, 2014.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id. Santosa, Arif,. Kamus Umum Bahasa
59-76. Indonesia. Jakarta: Mahkota Kita,
Azhary, Muhammad Tahir. Negara 2015
Hukum: Suatu Studi Tentang Sinamo, Nomensen, Hukum Tata
Prinsip-prinsipnya Dilihat Dari Negara Indonesia. Jakarta:
Segi Hukum Islam, Permata Aksara, 2014.
Implementasinya Pada Periode Sirajuddin, and Winardi, Dasar-Dasar
Negara Madinah dan Masa Kini . Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: Prenada Media Group, Malang: Setara Press, 2015.
2015. Sukardja, Ahmad, Hukum Tata Negara
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu dan Hukum Administrasi Negara
Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Dalam Perspektif Fiqh Siyasah.
Utama, 2008. Jakarta: Sinar Grafika, 2014
Dahlan Thaib, dkk. Teori dan Hukum TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2001
Konstitusi. Jakarta: Rajawali Pers, tentang Visi Indonesia Masa
2013 Depan.
Fikih Siyasah: Ajaran, Sejarah, dan Warastra, Amrullah Karebet. "Konstitusi
Pemikiran. 2014. J. Suyuthi Sebagai Instrumen untuk
Pulungan. Yogyakarta: Ombak Membatasi Kekuasaan Negara."
Press, 2013. Jurnal Konstitusi II (2): 47-62.
Konstitusi, Mahkamah. n.d. Undang- 2009.
Undang Dasar 1945 Negara

10 Hanif Fudin Azhar

Anda mungkin juga menyukai