Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019

“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era


Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


SEBAGAI SARANA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SD

Ai Ovi Siti Sopiah


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Majalengka
ovsph27@gmail.com

ABSTRAK
Pembelajaran matematika merupakan suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi nyata.
Pemebelajaran matematika ini bertujuan untuk menguasai konsep matematika, menerapkan
konsep tersebut dalam pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan. Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar
realitasnya masih banyak siswa yang berasumsi bahwa pembelajaran matematika ini adalah
pembelajaran yang relatif paling sulit dikuasi dan tidak menarik bagi siswa. Hal ini
dikarenakan proses pembelajaran matematika yang cenderung monoton baik dari penggunaan
model, metode maupun media belajar. Oleh karena itu, perlu menerapkan model-model
pembelajaran salah satunya menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Model Problem
Based Learning (PBL) merupakan model pengajaran yang menjadikan permasalahan nyata
sebagai konteks utama untuk peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah serta memperoleh pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model PBL ini
dapat menjadi kontruksi aktivitas belajar siswa.
Kata kunci : model Problem Based Learning (PBL), Pembelajaran matematika

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu peserta didik
agar dapat mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan guna dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus dilakukan dengan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk aktif atau menjadi pelaku utama dalam proses pembelajaran.
Sehingga peserta didik tidak hanya menerima ilmu atau informasi yang disampaikan pendidik.
Akan tetapi, dengan kesempatan tersebut siswa mampu memecahkan suatu permasalahan dan
mendapatkan ilmu atau informasi secara luas. Memotivasi atau merangsang keaktifan peserta
didik, pendidik harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Seperti
yang tercantum dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 menyebutkan bahwa ‘Proses

734
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,


menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk beradaptasi aktif, serata memberi
ruang yang cukup prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik’.
Pembelajaran dalam satuan pendidikan perlu adanya dukungan sebuah program yang
tercantum atau disebut juga dengan istilah kurikulum agar tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Kurikulum adalah pedoman yang digunakan pendidik
sebagai acuan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah,
baik kegiatan kurikuler yang formal maupun nonformal guna mencapai tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum yang sedang berlaku pada saat ini adalah kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 proses pembelajaran diimplementasi-kan melalui beberapa bidang studi salah
satunya bidang studi Matematika
Matematika adalah bahasa khusus yang menggunakan angka-angka dan simbol-simbol
untuk mempelajari hubungan antara kuantitas. Pada dasarnya matematika berhubungan dengan
ide, struktur dan hubungan yang relavan serta logis. Hal ini mengacu pada pandangan Ruseffendi
(dalam Heruman, 2017: 1) yaitu “Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma
atau postulat dan akhirnya ke dalil”.
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang memfasilitasi pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang dianggap sulit dan tidak menarik oleh siswa. Hal ini dikarenakan proses
pembelajaran matematika yang relatif monoton baik dari penggunaan model, metode maupun
media belajar. Kegiatan belajar mengajar yang menarik dan menantang dapat memberikan
motivasi bagi siswa. Perlunya kegiatan belajar yang menantang dimaksudkan agar siswa
memahami konsep-konsep pembelajaran yang kemudian dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah di kehidupan nyata. Kegiatan pembelajaran yang menarik dan menantang diwujudkan
melalui model pembelajaran inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif menurut
Fathurrohman (2015) yaitu model Problem Based Learning (PBL). Menurut Isrok’atun dan
Rosmala (2018) Problem Based learning (PBL) merupakan ‘istilah lain dari Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) yang menitik beratkan pada adanya suatu permasalahan yang siswa hadapi
dalam pembelajaran’.

735
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

Rumusan masalah dalam kajian ini yaitu 1) Bagaimana pembelajaran matematika di sekolah
dasar. 2) Bagaimana implementasi Model Problem Based Learning (PBL). Sementara itu tujuan
kajian berdasarkan rumusan masalah yaitu 1) Mendeskripsikan pembelajaran matematika di
sekolah dasar. 2) Mendeskripsikan implementasi model Problem Based Learning (PBL). Manfaat
yang dapat di peroleh dari artikel ini mencakup beberapa diantaranya 1). Sebagai referensi
pembelajaran di sekolah dasar. 2) Sebagai bahan bacaan untuk mengetahui implementasi model
Problem Based Learning (PBL).
KAJIAN LITERATUR
1. Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Matematika dalam dunia pendidikan menitik beratkan kepada kehidupan sehari-hari,
contohnya mulai dari waktu, pengukuran, interaksi jual beli, dan lain-lain. Secara tidak
langsung matematika mengajarkan siswa menyelesaikan masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini diperkuat oleh pandangan Marti (dalam Sundayana, 2016 : 2)
yang mengemuka-kan bahwa ‘meskipun matematika dianggap memiliki tingkat kesulitan
yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari’. Kemudian matematika menurut
Sugiarto (dalam Nahdi, 2018: 51) ‘Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam dalam berbagai disiplin
dan menunjukan daya pikir manusia’.
Pembelajaran matematika memiliki peran intim dalam proses pembelajaran, karena
matematika merupakan suatu cabang ilmu yang menjadi pelayan bagi cabang ilmu lainnya
seperti, kimia, fisika dan ekonomi. Selain itu, matematika juga salah satu mata pelajaran
yang ada dalam Ujian Nasional pendidikan dasar dan menengah. Menurut Brunner (dalam
Heruman, 2017 : 4) ‘dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang diperlukannya’. Artinya, dalam proses pembelajaran
matematika, siswa tidak hanya belajar dengan mendapat transfer ilmu melainkan siswa
belajar untuk memecahkan suatu permasalahan sendiri dan memberikan penemuan
informasi baru untuknya.
Pembelajaran matematika tidak hanya penting dalam proses perkembangan ilmu
pengetahuan saja, akan tetapi berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa. Dalam
proses pembelajaran matematika, akan terlihat kepribadian setiap siswa, seperti rasa ingin
tahu, teliti, bertanggungjawab dll. Melalui pembelajaran matematika, siswa belajar untuk

736
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

mandiri, memecahkan masalah sendiri, dan mengorganisir kehidupannya sendiri secara


sistematis (disiplin). Hal ini merupakan salah satu modal penting untuk menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.
2. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian model PBL
Menurut Komalasari (dalam Santoso, 2018: 82) Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata
pelajaran. Selanjutnya menurut Duch (dalam Shoimin, 2017: 130) PBL adalah “model
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para
peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan”. Sedangkan menurut Shoimin (2017) menyatakan bahwa
‘model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual
siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi’. Pendapat lain
disampaikan oleh Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2017: 130) menyatakan bahwa
“Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengerjakan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempat-kan para peserta didik dalam
peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan
baik”.
Sehubungan dengan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan PBL merupakan
model pembelajaran yang berorientasi pada masalah dunia nyata yang disajikan guru
dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa diminta untuk mencari alternatif solusi
dari permasalahan tersebut secara berkelompok.
b. Karakteriktik Model Problem Based Learning (PBL)
Menurut Min Liu (dalam Shoimin, 2017:130) mengemukakan bahwa
karakteristik PBL adalah sebagai berikut: 1) Learning is student center. Proses pembalajaran
dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu,
PBL didukung juga oleh teori kontruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2) Authentic problem form the organizing focus for

737
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

learning. Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga
siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dengan mudah
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti. 3) New information is acquired
though self-directed learning. Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum
mengetahui dan memahami suatu pengetahuan persyaratan sehingga siswa berusaha
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya. 4)
Learning occurs in small groups. Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam
usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok
kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan
tujuan yang jelas. 5) Teacher act as facilitators. Pada pelaksanaan PBM, guru hanya
berperan sebagai fasilitator. Meskipun bagi guru harus selalu memantau perkembangan
aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.
Adapun karakteristik PBL menurut Ibrahim dan Nur (dalam Haryanti, 2017: 59)
yaitu: 1) pengajuan maslaah atau pernyataan secara secara social penting dan secara
perbadi bermakna untuk siswa karena sesuai dengan kehidupan nyata autentik,
menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai berbagai macam
solusi untuk situasi tersebut; 2) berfokus pada keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu;
3) penyelidikan autentik dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan
masalah,mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisis informasi melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan
merumuskan kesimpulan; dan 4) menghasilkan produk atau karya dan
memamerkannya.
c. Tahapan-tahapan model PBL
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL)
memiliki beberapa tahapan. Menurut Trianto (dalam Isrok’atun dan Rosmala, 2018: 46)
tahapan-tahapan PBL yaitu 1) Orientasi siswa pada masalah. 2) Mengorganisasi siswa
untuk belajar. 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. 4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Adapun tahapan Problem Based Learning (PBL) menurut Huda
(dalam Shoimin, 2017: 47) yaitu: 1) Menyajikan suatu masalah. 2) Mendiskusikan
masalah. 3) Menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. 4) Berbagi informasi. 5)
Menyajikan solusi. 6) Merefleksi.

738
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

Atau dapat diperjelas dengan langkah-langkah pembelajaran menurut Shoimin


(2017) yaitu: 1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang
dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan, topik tugas, jadwal dll). 3) Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data hipotesis dan
pemecahan masalah. 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbai tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Dengan demikian penerapan model Problem Base Learning dalam proses
pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah oleh guru, kemudian secara
berkelompok siswa diminta untuk berdiskusi mengkaji masalah yang diberikan guru.
Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu membimbing siswa dalam
mengkaji permasalahan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap selanjutnya
perwakilan kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas.
d. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)
Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) menurut Amir (dalam Isrok’atun
dan Rosmala, 2018: 49) yaitu 1) Fokus kebermaknaan. 2) Meningkatkan kemampuan
siswa untuk berinisiatif. 3) Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. 4)
Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok. 5) Pengembangan
sikap self-motivated. 6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator. 7) Jenjang penyampaian
pembelajaran dapat ditingkatkan. Adapun kelebihan PBL menurut Shoimin (2017) yaitu
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi
nyata. 2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar. 3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan
menghafal atau menyimpan informasi. 4) Terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja
kelompok. 5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. 6) Siswa memiliki kemampuan

739
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

menilai kemajuan belajar sendiri. 7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan


komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8)
Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam
bentuk peer teaching.
Kemudian Kelebihan PBL menurut Masyithah (2018) yaitu 1) Merupakan teknik
yang caukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2) Menantang kemampu-an
peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi
pesera didik. 3) Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar. 4) Membantu
peserta didik menyampaikan pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata. 5) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan 6) Proses
pembelajaran lebih menyenangkan dan disukai peserta didik. 7) Memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahu-an yang mereka
miliki dalam dunia nyata. 8) Mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar.
KESIMPULAN
Pembelajaran matematika memiliki peran intim dalam dunia pendidikan, karena
matematika merupakan suatu cabang ilmu yang menjadi pelayan bagi cabang ilmu
lainnya seperti, kimia, fisika dan ekonomi. Selain itu, matematika juga salah satu mata
pelajaran yang ada dalam Ujian Nasional pendidikan dasar dan menengah. Melalui
pembelajaran matematika, siswa belajar untuk mandiri, memecahkan masalah sendiri,
dan mengorganisir kehidupannya sendiri secara sistematis (disiplin). Hal ini merupakan
salah satu modal penting untuk menghadapi per-kembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju. Dalam proses pembelajaran matematika, siswa tidak
hanya belajar dengan mendapat transfer ilmu melainkan siswa belajar untuk
memecahkan suatu permasalahan sendiri dan memberikan penemuan informasi baru
untuknya. Oleh karena itu penerapan model dalam proses pembelajaran sangat
membantu meningkatkan keaktipan siswa terutama dalam menerapkan model Problem
Based Learning dimana dalam prosesnya siswa mendapatkan permasalahan yang harus
dipecahkan. Adapun tahapan Problem Based Learning (PBL) yaitu: 1) Menyajikan suatu
masalah. 2) Mendiskusikan masalah. 3) Menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru.
4) Berbagi informasi 5) Menyajikan solusi 6) Merefleksi.

740
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019
“Literasi Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era
Revolusi Industri 4.0”. 8 Agustus 2019

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tantang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif Alternatif Desain Pembelajaran yang
Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Haryanti, Y.D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, 3, (2), hlm. 57-63.
Heruman. (2017). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Isrok’atun dan Rosmala, A. (2018). Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Masyithah. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Min 3 Banda Aceh. Skripsi sarjana pada
FTK UIN AR-RANIRY Banda Aceh: tidak diterbitkan.
Nahdi, D.S. (2018). Eksperimentasi model Problem Based Learning dan model Guided Discovery
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari self efficacy
siswa. Jurnal Cakrawala Pendas, 4, (1), hlm. 50-56.
Santoso, E. (2018).Pembeajaran Berbasis Masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan
pemecahan matematika siswa. Jurnal THEOREMS (The Original Research of
Mathematics), 2, (2), hlm. 80-87.

Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media Group.
Sundayana, R. (2016). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

741

Anda mungkin juga menyukai