Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Manejemen dan Kepemimpinan dalam Praktik Kebidanan
Dosen Pembimbing : Ibu Wintarsih, SST, M. Kes

Disusun Oleh : Kelompok 1

Alda Listiani 220607301 Miftakhul Jannah 220607336


Alfiatun Jannah A 220607302 Nasrifin 220607337
Devi Rani Y S 220607307 Ridha Niladitya 220607387
Hotma Rodearny 220607319 Ririn Aryati 220607344
Irma Hairani 220607327 Rosfika Sari 220607348
Maya Lupita S 220607335 Wulandari 220607363

PRODI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
ANGKATAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah
ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manejemen dan Kepemimpinan dalam
Praktik Kebidanan.
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita yang masih banyak kekurangan dalam ilmu
pengetahuan.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan dalam makalah selanjutnya.

Jakarta, 22 September 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan yang diakui oleh negara dan memenuhi kualifikasi untuk daftar serta memiliki
izin yang sah untuk menjalankan praktek kebidanan.
Profesi kebidanan adalah salah satu profesi yang sudah diakui di Dunia Internasional
sebagai profesi yang paling dekat dengan perempuan selama siklus kehidupannya. Sebagai
salah satu profesi dalam bidang kesehatan bidan memiliki kewenangan untuk memberikan
pelayanan kebidanan yaitu kesehatan reproduksi kepada perempuan, remaja putri, calon
pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium dan menopause, bayi baru
lahir , anak balita dan prasekolah. Selain itu bidan juga berwenang untuk memberikan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanaan nasional dan internasional
terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan
merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan
khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kebidanan di luar negeri .
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


Pada pertengahan abad ke-17, bidan adalah profesi penting dan dihormati di
komunitas kolonial Belanda. Kebidanan hanya salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
para bidan kepada komunitas kolonial. Pada saat itu, kadangkala bidan juga berperan sebagai
perawat dan merawat orang sakit dan sekarat, mengurus jenazah, sebagai herbalis, serta
dokter hewan. Selain gaji sebagai imbalan, bidan juga memperoleh rumah, tanah, dan
makanan sebagai bentuk penghormatan atas jasa mereka.
Akan tetapi, terdapat berbagi faktor yang menurunkan derajat bidan di masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mencakup perilaku religius, kebutuhan ekonomi, pengambilalihan
tugas dan tanggung jawab oleh dokter, pendidikan yang tidak mendukung dan tidak adanya
organisasi kebidanan, peningkatan jumlah imigran, serta status wanita yang direndahkan.
1. Perilaku Religius
Pada awal abad ke-17, banyak bidan berasal dari Inggris yang keberadaannya
merupakan bantuan dari gereja sehingga penilaian moral lebih ditekankan. Seorang bidan
dituntut untuk memiliki karakter/perilaku baik. Seorang bidan juga diperbolehkan
mendengarkan pengakuan dosa dan melakukan pembaptisan. Namun disisi lain seorang
bidan harus bertanya dan memaksa ibu untuk mengetahui ayah dari bayi yang
sebenarnya. Hal itu dianggap orang tidak etis. Selain itu, bidan di desa sering dianggap
penyihir, apalagi kalau bayi yang dilahirkan cacat.
2. Kebutuhan Ekonomi
Pada awal abad ke-18, imbalan bagi bidan tidak lagi mencukupi. Bidan hidup
morat-marit meskipun tinggal di kota. Pada saat itu belum ada organisasi yang mengatur
upah minimum bidan.
3. Pengambil Alihan Tugas dan Tanggung Jawab oleh Dokter
Pada awal abad ke-18 itu pula masyarakat kelas atas cenderung percaya pada
dokter yang didominasi pria dibanding bidan yang notabenenya adalah wanita. Bahkan
Dokter Walter Channing, lulusan Harvard dengan tegas berpendapat bahwa ia tidak
setuju dengan adanya keberadaan bidan wanita.
4. Pendidikan yang Tidak Mendukung dan Tidak Adanya Organisasi Kebidanan
Abad ke-18 dan 19 merupakan titik pesatnya perkembangan dunia medis,
keperawatan, serta praktik obstetri. Tetapi sayangnya, perkembangan ini tidak diialami
oleh profesi kebidanan. Tidak ada system yang terorganisasi untuk pendidikan bagi
bidan. Kurangnya sekolah formal kebidanan dan jurnal ilmiah dalam skala nasional, serta
pengakuan legal terhadap profesi kebidanan membatasi komunikasi di antara sesame
bidan sehinggga membuat mereka terisolasi satu sama lain. Keterbatasan ini
menyebabkan pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak berdasarkan praktik
kebidanan yang turun menurun, belajar dari pengalaman, melalui penggunaan obat-
obatan tradisional, dan doa.
5. Peningkatan Jumlah Imigran
Pada masa revolusi industri, sejumlah negara mengalami peningkatan imigrasi,
namun kondisi kebidanan masih tetap sama. Hal ini terjadi karena banyak bidan imigran
yang tidak bias berbahasa Iggris dan tidak memiliki akses ke system pelayanan kesehatan
yang ada, khususnya bidan kulit hitam, karena masalah rasisme.
6. Status Wanita yang Direndahkan
Turunnya pamor bidan di mata masyarakat diperburuk dengan status wanita yang
direndahkan saat itu. Wanita dipandang sebagai objek eksploitasi secara ekonomi, dan
dianggap tidak kompeten dalam bidang politik dan sosial. Peran pria yang sangat
mendominasi di masyarakat menjadikan posisi bidan terpojok dan acap kali disalahkan
bila terjadi kematian pada ibu dan bayi. Pada tahun 1906, diadakan penelitian mengenai
kematian ibu dan anak di New York. Penelitian ini menunjukkan bahwa 40% persalinan
dilakukan oleh bidan yang tidak kompeten, walaupun kelalaian dokter turut menjadi
faktor penyebab. Tingginya angka kematian ibu juga disebabkan faktor-faktor berikut:
1. Rumah sakit tidak dianggap sebagai tempat perawatan obstetri sehingga tidak tersedia
sumber daya yang cukup untuk mengatasi keadaan darurat atau komplikasi.
2. Materi pengajaran mengenai obstetric tidak dianggap penting sehingga sering
diabaikan.
3. Praktik obstetric hanya terbatas pada periode intrapartum dan postpartumsaja.
4. Sedikitnya pengaturan yang mengatur kewenangan dan tanggung jawab bidan.
Pada abad ke-19 ( 1946-1947), terjadi migrasi penduduk dari ilinois ke Utah
menggunakan kereta kuda. Selama perjalanan tersebut terjdi banyak proses persalinan yang
dibantu bidan. Peristiwa ini tercatat dalam sejarah.
Pada tahun 1990-an, muncul sebuah artikel mengenai kebidanan yang berjudul
Changing Childbirth yang menekankan bahwa layanan maternitas seharusnya berpusat pada
wanita dan befokus pada pemenuhan kebutuhan wanita yang menggunakan layanan tersebut.
Dengan dipublikasikannya laporan tersebut maka posisi bidan semakin penting dan nyata.
Peran bidan pun mendapat tantangan, khususnya dalam pelayanan maternitas.
Dua dekade pertama pada abad ke-20 tercatat sebagai masa pelayanan maternitas
yang sangat buruk, dan untuk mengatasinya dibentuk dua organisasi, yaitu Children’s Bureau
di Washington dan Maternity Center Association di New York yang berfokus pada perbaikan
pelayanan maternitas. Di Amerika telah menjadi tradisi untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada ibu hamil. Dalam 250 tahun pertama, Amerika membentuk koloni.
Menurut Catatan Thomas
- Yang pertama kali praktek adalah Samuel Kuler dan istrinya pada tahun 1634.
- Yang kedua adalah Anne Hurctinson, seorang bidan bersama suaminya.
Pertama-tama ia menolong temannya yang bernam Magdayer yang melahirkan mencepalus
(tidak ada batok kepala), tidak ada lus. Bayinya tidak dapat bertahan lama. Masyarkat
kemudian mengecam Anne dan diusir pindah ke Long Island (Pelhan, New York). Disana ia
mati terbunuh, dan untuk mengenangnya, dibuatlah nama jalan Hurctinson di New York.

B. Sejarah Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri

1. Yunani
Hipocrates yang hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat sebutan
Bapak Pengobatan karena selama hidupnya menaruh perhatian besar terhadap perawatan dan
pengobatan serta kebidanan. Beliau menganjurkan ibu bersalin ditolong dengan
perikemanusiaan dan mengurangi penderitaan ibu. Beliau menganjurkan agar ibu bersalin
dirawat dengan selayaknya. Sehubungan dengan anjuran itu maka di negeri Yinani dan
romawi terlebih dahulu merawat wanita nifas.
2. Roma
Soranus yang hidup pada tahun 98-138 sesudah masehi. Beliau disebut Bapak Kebidanan
karena dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian terhadap kebidanan setelah masa
Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan hendaklah seorang ibu yang telah
mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut akan hantu, setan, serta menjauhkan tahayul.
Disamping itu beliau pertama kali menemukan dan menulis tentang Versi Podali, tapi sayang
tidak disertai keterangan yang lengkap. Setelah Soranus meninggal usahanya diteruskan oleh
muridnya Moscion. Ia menulis buku yang merupakan pengajaran bagi bidan-bidan. Bidan-
bidan dahulu seringkali tidak mendapatkan pengajaran, hanya bekerja berdasarkan
pengalaman dan keberanian. Buku yang ditulisnya itu diberi judul Katekismus bagi bidan-
bidan Roma. Dengan adanya buku itu majulah pengetahuan bidan.
Galen (129-201 Masehi) menulis beberapa teks tentang pengobatan termasuk Obstetri dan
Gynekologi. Dia juga mengambarkan bagaimana bidan melakukan Dilatasi Servik.

3. Italia
Zaman setelah Moscion meninggal sampai abAd pertengahan merupakan zaman yang
galau bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi mundur.
Pengobatan menjadi mundur sekali. Di Eropa ilmu pengobatan kuno menjadi satu dengan
astrologi sedangkan yang mesih berusaha menpertahankan perkembangan pengobatan
kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab, karena pada waktu itu pengobatan dan perawatan
diabaikan tidak heranlah jika kebidanan juga dilalaikan, umumnya orang menganggap bahwa
kebidanan adalah satu hal yang biasa.
Pada abad ke XV waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar, pengobatan mulai maju lagi,
terutama menganai antomi dan fisiologi tubuh menusia. Diantara guru-guru besar Itali yang
terkenal dan berjasa adalah :
1. Vesalius
2. Febricus
3. Eustachius yang menemukan tuba Eustachius (saluran yang menghubungkan hidung,
telinga dan tenggorokan).
4. Fallopius menemukan Tuba Fallopii (saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus)
5. Arantius menemukan Ductus Arantii (pembuluh darah sementara pada janin)
4. Perancis
Perkembangan yang diperoleh oleh guru besar Italia kemudian mempengaruhi
pengobatan, perawatan dan kebidanan di Perancis. Setelah kebidanan dikenal, para wanita
bangsawan mempeloporinya. Apabila wanita bangsawan itu akan bersalin, terutama yang
tinggal di istana, mereka selalu memanggil Dokter atau Bidan, dicontoh oleh kaum terpelajar
dan kemudian berkembang pula diantara wanita-wanita biasa.
Tokoh yang terkenal membawa perkembangan kebidanan di Perancis adalah :
1. Amroise Pare (1510-1590)beliau dikenal sebagai seorang ahli bedah, tetepi juga
memberikan kontribusi dalam bidang Obstetri dan Gynekologi. Beliau menemukan Versi
Podali < sebagai mana yang dikemukakan oleh Soranus dahulu, tetapi beliau memberikan
cara-cara dengan lengkap. Perasad ini dikenal dengan Versi Ekstaksi (diputar) kemudian
ditarik keluar.
2. Grullemau, beliau adalah murid dari Amroise Pare yang membantu dan meneruskan
minat gurunya.
3. Louise Bourgeois/ Boursie (1563-1636)ia dalah seorang bidan yang cakap, juga murid
dari Amroise Pare. Turut memperkenalkan versi ektraksi pada persalinan sukar. Ia
pertama kali menerbitkan buku tentang kebidanan
4. Francois Mauriceau
Menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala pada letak sungsang agar lebih mudah
yaitu dengan memasukkan dua jari ke dalam mulut bayi agar kepala bertambah fleksi.
Cara ini hingga sekarang terkanal dengan istilah Cara Mauriceau atau Perasad Mauriceau.

5. Inggris
1. William Smellie, ( 1697-1763)
Beliau mengubah bentuk cunam, serta menulis buku tentang pemasangan cunam dengan
karangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan biasa
2. William Hunter (1718-1783)
Murid dari Willian Smellie, yang memeruskan usahanya.
6. Amerika Serikat
Zaman dahulu kala di AS persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak
berpendidikan. Biasanya bila wanita sukar melahirkan, ahli obat menganjurkan agar wanita
itu diusir serta ditakuti agar ras sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena
kesakitan dan keseduhannya. Menurut catatan Thimas yang pertama kali praktek di AS
adalah Samuel Fuller dan Istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson, ia menjadi bidan
pada tahun 1634, pergi ke Boston dan melaporkan disana ia telah menolong persalinan
dengan baik dan menghilangkan kepercayaan lama.
Kemudian nasib malang menimpa Anne Hutchinson ketika ia menolong sahabatnya bernama
Marry Dyer, melahirkan anak dengan Anencephalus. Orang- orang mengecam Anne sebagai
seorang ahli shir wanita. Akibat kecaman tu ia meninggalkan Boston dan pergi ke Long
Island, kemudian ke Pelham, New York. Disana ia terbunuh waktu ada pemberontakan
orang-orang Indian. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa maka ia diperingati
dengan nama Hutchinson River Parkway
Setelah orang Amerika mendengar perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika
terpengaruh dengan kemajuan di Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya.
Antara lain :
1. Dr, James Lloyd (1728-1810.
Beliau berasal dari Boston, belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thimas.
2. Dr. Willian Shippen (1736-1808)
Beliau berasal dari Philadelphia, belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar
pada Willian Smellie dan Jhon, William Hunter dan Mackanzie. Sekembalinya di AS
mengembangkan kebidanan di Amerika. Pada tahun 1762 Dr. W. Shippen diizinkan
mendirikan kursus kebidanan di Philadelphia Gazette. Masyarakat banyak menaruh
minat, pria maupun wanitanya , sehingga kursusnya terdiri dari dari murid-murid pria dan
wanita. Dalam praktek kebidanan murid-murid dipisahkan, murid pria berpraktek pada
praktek pratikulirnya sendiri. Kemudian didirikan rumah sakit bersalin yang khusus
untuk latihan muridnya. Kursus ini berlangsung terus sampai tahun 1765, kemudian
ditutup karena adanya sekolah kedokteran dari Collage Philadelpjia. Dr. William Shippen
diangkat menjadi professor Anatomi. Pembedahan dan kebidanan diajarkan bersama-
sama pada tahun 1810 setelah ada pangangkatan dokter Thomas Chalkley James sebagai
professor kebidanan. Ia menganjurkan partus buatan pada bayi premature bila pinggul ibu
nya sempit.
3. Dr. Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742-1821. setelah menamatkan pelajarannya
beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh hingga tamat. Kemudian meneruskan lagi ke
London hingga pada tahun 1768 kembali ke Amerika Serikat pada umur 26 tahun.
Beliau terkenal dengan memajukan berdirinya bagian kedokteran di King College yang
sekarang menjadi Universitas Columbia Dr. J.V.L. Tennet yang bekerja juga pada
universitas itu menyebutnya sebagai professor kebidanan yang pertama di King College.
Kemudian Dr Samuel Bard menulis buku kebidanan yang lain dan memuat pelajaran bagi
dokter dan bidan. Isi buku tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Cara pengukuran Conyungata diagonalis
b. Kelainan-kelainan panggul
c. Melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi
4. kala I, dari permulaan persalinan sampai pembukaan lengkap
5. kala II, dari pembukaan lengkap sampai kepala kelihatan di atas perineum
6. kala III, dari tampaknya kepala bayi diatas perineum sampai lahirnya seluruh tubuh
7. Kala IV, dari lahirnya anak sampai lahirnya plasenta.
a. Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
b. Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
c. Melarang pemakaian cunam yang berulan-ulang karena banyak menimbulkan
kerugian.
8. Dr. Walter Channing (1786-1876)
Walter Channing mula-mula belajar kedokteran di universitas Pensylvania, kemudian
meneruskan ke Edenburgh dan London. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau
diangkat sebagai Profesor kebidanan di Sekolah Kedokteran Harvard, di mana
sebelumnya diajarkan subjek kebidanan sebagai subjek tersendiri. Dr. Walter Channing
juga seorang dokter yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas di RSU Boston,
Amerika Serikat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di
masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik itu dalam perkembangan pelayanan,
maupun pendidikan kebidanannya.
Dengan demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita
pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.

B. Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu
kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan
makalah ini.
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan bidan. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

.
DAFTAR PUSTAKA

Helen Varney,Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed 4 jilid 1, EGC,
2007

Dwana Estiwidani, SST, Niken Meilani, S.SiT, Hesty Widyasih, SST, Yani Widyastuti, S.SiT,
Konsep Kebidanan cet. 2, Fitramaya, 2008

Cristine Handerson, Kathleen Jones, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Mosby-EGC, 2006.

Syahlan, JH, Dr. 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai