Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN DINAMIS BAHAN

BAKU ABS ARBELAC DENGAN MEMPERTIMBANGKAN


YIELD UNCERTAINTY
Kazha Zuhria Rhapsody
Program Studi Manajemen Logistik, Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia (STIMLOG)
Jl. Sariasih No. 54 Sarijadi, Bandung, Jawa Barat (40151)
Telp. : (022) 2019218 / (022) 95166572, Fax. : (022) 2019218
e-mail : kazhazuhria@gmail.com

Abstrak

Ketersediaan produk (bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi) bagi suatu perusahaan
adalah hal yang sangat penting, karena berpengaruh pada setiap kegiatan rantai pasok. Selain itu,
ketersediaan produk juga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengendalian persediaan diantaranya yaitu peramalan
permintaan, jumlah safety stock, persediaan dan ketidakpastian yang berasal dari supplier (seperti lead
time dan kehandalan supplier dalam memenuhi permintaan). Pengendalian persediaan menjadi lebih
sulit ketika perusahaan tidak mampu mengatasi ketidakpastian tersebut. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dilakukan perencanaan pengendalian persediaan menggunakan kebijakan pengendalian
persediaan dinamis (�� , �) dengan mempertimbangkan non-stationary demand, ketidakpastian yield,
dan lead time yang dikembangkan oleh Mohammed Zied Babai (2006). Dari kebijakan tersebut
diperoleh hasil dan kesimpulan berupa reorder point atau titik pemesanan kembali pada setiap periode
dan jumlah pemesanan.

Kata Kunci : Persediaan Dinamis, Ketidakpastian Yield, Non-Stationary Demand, Lead Time

1. PENDAHULUAN prosedur yang digunakan untuk mengatasi


Ketersediaan produk (baik dalam bentuk ketidakpastian permintaan. Saat ini, terdapat
bahan baku, bahan penolong, suku cadang, banyak penelitian mengenai ketersediaan baik
barang setengah jadi, maupun barang jadi) bagi produk maupun bahan baku, dengan tujuan
suatu perusahaan adalah hal yang sangat mengatasi permasalahan persediaan
penting, karena berpengaruh terhadap setiap deterministik dan probabilistik dengan
kegiatan rantai pasok. Menentukan tingkat mempertimbangkan permintaan dan lead time.
produk yang optimal (dalam arti tidak Namun, lead time dan permintaan yang
menimbulkan beban biaya yang besar dan digunakan dalam kebijakan cenderung
produk tersedia ketika dibutuhkan) harus diketahui atau konstan (Kaplan, dkk 1970).
diperhatikan dan merupakan sebuah investasi Selain permintaan dan lead time,
yang besar bagi setiap perusahaan (Riyanto, ketersediaan bahan baku atau produk juga
2012). Selain itu, ketersediaan produk juga tergantung terhadap supplier/pemasok, apakah
memudahkan konsumen untuk mendapatkan supplier tersebut dapat memenuhi permintaan
produk yang diinginkan (Tjiptono, 2005). pelanggan dengan tepat waktu dan jumlah yang
Ketersediaan produk ini menjadi lebih sesuai atau tidak. Hal tersebut kembali lagi
kompleks ketika memperhatikan jumlah kepada kehandalan suatu supplier dalam
permintaan, dan ketidakpastian lead time (M. Z. mengendalikan persediaan dan permintaan,
Babai, 2009). kehandalan suatu supplier dalam memenuhi
Menurut Whybark dan Williams 1976, Speh permintaan pelanggan, apabila ketika
dan Wagenheim 1978, Nevison dan Burstein pelanggan memesan bahan baku atau produk
1984, bahwa lead time berdampak terhadap dalam jumlah tertentu, dan supplier tidak dapat
keuangan suatu perusahaan dan penting untuk memenuhi permintaan tersebut dengan jumlah
mengatasi dampak tersebut, terlepas dari yang sesuai dengan permintaan M. Zied Babai,
2006 dalam jurnal Sri Hartini dan Indria satu jenis biji plastik tetapi memakai lebih dari
Larasati, 2009). lima jenis biji plastik. Dari beberapa jenis biji
Saat ini, banyak penelitian mengenai plastik tersebut ada satu jenis yang paling
persediaan mulai dari penelitian statis dan banyak digunakan dan dibutuhkan, yaitu bahan
dynamic inventory, stationary dan non- baku biji plastik ABS Arbelac 750.
stasionary demand, deterministic demands dan Oleh karena itu, pada penelitian ini akan
stochastic lead time, serta penelitian dibahas mengenai penerapan kebijakan
pengendalian persediaan dinamis dengan ketersediaan dinamis bahan baku biji plastik
memperhatikan lead time dan ketidakpastian ABS Arbelac 750 dengan mempertimbangkan
permintaan (Whybark and Williams 1976, non-stationary demand, lead time dan
Kaplan 1970, Scarf 1959, Chen 2000 dll dalam ketidakpastian yield, dengan menentukan titik
jurnal M. Zied Babai, 2009). pemesanan kembali atau reorder point dan
Pada saat ini, banyak perusahaan jumlah yang akan dipesan. Titik pemesanan
manufaktur yang memiliki lebih dari satu kembali atau reorder point dihitung untuk
supplier untuk memenuhi kebutuhan persediaan mengetahui kapan pemesanan harus diadakan
dan mendapatkan bahan baku yang akan atau dilakukan, sehingga kedatangan atau
digunakan pada bagian produksi. Bahkan ada penerimaan barang yang dipesan tepat pada
juga manufaktur yang memiliki bahan baku waktu dimana persediaan diatas safety stock
dengan karakteristik yang berbeda, sehingga (Sudana, 2011). Serta menentukan jumlah
untuk memenuhi kebutuhan manufaktur tidak pemesanan dengan mempertimbangkan
dapat membeli bahan baku tersebut di ketidakpastian yield. Sehingga manufaktur
sembarang supplier, dan hanya fokus kepada sebagai konsumen dapat mengantisipasi
satu supplier tertentu. Bahan baku yang bersifat kendala-kendala yang mungkin terjadi akibat
demikian biasanya sulit untuk ditemukan atau ketidakhandalan supplier tersebut.
masih jarang atau belum ada yang
memproduksi bahan baku di negara asal 2. STUDI PUSTAKA
manufaktur, atau spesifikasi bahan baku yang 2.1 Logistik
dimiliki beberapa supplier tidak sesuai dengan Logistik berasal dari bahasa Yunani yaitu
yang dibutuhkan oleh manufaktur tersebut dan logos yang berarti “rasio, kata, kalkulasi, alasan,
biasanya bahan baku diimpor dari negara lain, pembicaraan, orasi”. Menurut kamus Oxford
tergantung dari bahan baku yang diperlukan English mendefinisikan logistik sebagai “The
oleh sebuah manufaktur. Dalam kondisi branch of military science having to do with
tersebut manufaktur sebagai pelanggan dari procuring, maintaning, and transporting
sebuah supplier harus memastikan apakah material, personel, and facilities”. Karena
supplier handal atau tidak dalam memenuhi logistik dianggap sebagai revolusi dari
permintaan pelanggan, apabila supplier tidak kebutuhan militer untuk memenuhi persediaan
dapat mengirimkan barang sesuai dengan selama perang. Sedangkan menurut Cristopher,
jumlah yang dipesan maka manufaktur sebagai 2005 dalam buku Annisa Kesy dkk. tentang
pelanggan harus mengantisipasi “Manajemen Logistik”, logistik adalah proses
ketidakhandalan supplier dalam jumlah yang dari pengelolaan secara strategis dalam usaha
dikirim dan lead time pemesanan. Jika hal pengadaan, pergerakan dan penyimpanan
tersebut tidak diperhatikan, maka akan material, part, dan persediaan akhir (dan aliran
berdampak pada persediaan, produksi, informasi yang berhubungan), melalui
penjualan dan pemenuhan permintaan organisasi dan jalur pemasarannya dalam
konsumen terhadap produk di dalam beberapa cara untuk mendapatkan keuntungan
manufaktur tersebut. (Sri Hartini, 2009). tertentu di masa depan yang maksimal melalui
Salah satu contoh perusahaan yang efektivitas biaya dari pemenuhan pemesanan.
mengalami persoalan tersebut adalah Dan terakhir menurut CSCMP (Council of
perusahaan yang memproduksi meter air di Supply Chain Management Profesionals),
kota Bandung. Dalam membuat sebuah meter logistik merupakan proses dari perencanaan,
air dibutuhkan tiga bagian yaitu body casing, implementasi, dan pengendalian prosedur-
inner, dan head casing. Dari ketiga bagian prosedur untuk transportasi yang effisien dan
tersebut bagian inner merupakan bagian yang effektif serta penyimpanan barang termasuk
memiliki komponen bahan baku biji plastik jasa, dan informasi yang berhubungan mulai
paling banyak, dan tidak hanya menggunakan dari titik awal hingga titik konsumsi dengan
tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. ketidakpastian peramalan (forecasts).
Definisi ini mencakup pergerakan inbound, Peramalan dan ketidakpastian peramalan dapat
outbound, internal, dan eksternal. diperoleh dengan menggunakan metode
2.2 Pengendalian Persediaan kuantitatif dan/atau kualitatif. Dalam penelitian
Pengendalian persediaan merupakan salah ini ketidakpastian peramalan digunakan sebagai
satu masalah penting yang dihadapi oleh pengganti kesalahan dalam peramalan.
perusahaan. Kekurangan bahan baku akan Berikut ini merupakan asumsi-asumsi yang
mengakibatkan adanya hambatan-hambatan digunakan dalam penerapan kebijakan (�� ,Q) :
pada proses produksi. Kekurangan persediaan 1. Sistem tidak terbatas dan replenishment
barang jadi di pasaran akan menimbulkan persediaan membutuhkan lead time.
kekecewaan pada pelanggan dan akan 2. Peramalan (F) dan ketidakpastian peramalan
mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka, (FU) diberikan pada awal horizon
sedangkan kelebihan persediaan akan perencanaan.
menimbulkan biaya ekstra (biaya penyimpanan 3. Pada setiap periode, peramalan dan
dan lain-lain), di samping resiko kerusakan ketidakpastian peramalan kumulatif selama
karena penyimpanan barang yang terlalu lama. satu interval R diketahui di awal periode
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian peramalan.
persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh 4. Ketidakpastian peramalan (FU) adalah
suatu perusahaan. (Subagyo, 1984: 205) variabel acak yang independent dan
berdistribusi normal untuk semua periode
2.3 Klasifikasi Kebijakan Pengendalian dari horizon perencanaan dengan parameter
Persediaan (0, ��� ).
Menurut M Zied Babai dalam jurnal Sri 5. Ketidakpastian yield berdistribusi normal.
Hartini dan Indria Larasati 2009, Berdasarkan
tipe informasi permintaan yang digunakan, Dalam kebijakan ( �� ,Q), system dikendalikan
kebijakan pengendalian persediaan dapat dalam setiap peramalan periode dasar. Setiap
diklasifikasikan sebagai pendekatan awal periode �, jika posisi persediaan berada di
berdasarkan pada penggunaan persediaan bawah titik pemesanan ulang (reorder point) �� ,
dimana kebijakan pengendalian persediaan jumlah yang dipesan � . Jumlah pemesanan
mengasumsikan bahwa tidak tersedia informasi yang diterima setelah periode �. Perkembangan
permintaan di awal horison perencanaan, persediaan dalam kebijakan ( �� ,Q)
parameter kebijakan diperoleh berdasarkan digambarkan pada gambar dibawah ini :
distribusi probabilitas dari permintaan historis,
keputusan pengendalian persediaan dibuat pada
waktu sebenarnya. Pendekatan berdasarkan
kebutuhan masa depan dimana kebijakan
pngendalian persediaan mengasumsikan bahwa
terdapat informasi permintaan di awal dalam
bentuk pesanan maupun peramalan.

Dalam kebijakan ini, interval perlindungan


sama dengan penjumlahan dari replenishment
lead time L dan single elementary forecast
period (periode tunggal harus ditambahkan
karena peninjauan waktu diskrit). Jadi, titik
pemesanan ulang �� sama dengan peramalan
kumulatif dan maksimal ketidakpastian
2.4 Kebijakan Pengendalian Dinamis (�� ,Q)
peramalan kumulatif selama periode L+1.
Sistem persediaan satu tahap (single stage)
Rumus titik pemesanan ulang :
dan satu item (single item) dengan permintaan
non-stationary diberikan dalam bentuk �� = �+1 �
�=1 �+�−1
+ �−1 ��� �����+1 (2.16)
Titik pemesanan kembali �� adalah variabel
over time sejak peramalan dan ketidakpastian
peramalan adalah variabel over time. Istilah
kedua dalam �� berfungsi sebagai safety stock 2.6 Tingkat Pelayanan (Service Level)
dimana, dalam kasus ketidakpastian peramalan Tingkat pelayanan dapat diukur melalui
variabel dari satu periode ke periode lainnya tingkat ketersediaan barang (availability) dan
bersifat relatif. Kuantitas � dapat dihitung cara memberikan pelayanan (Serviceability)
dengan menggunakan rumus Wilson, sebagai (Senator Nur Bahagia, 2006 dan Sri Hartini dkk,
berikut : 2009).
2� �
�=1 ��
�= ℎ�
(2.17) 2.7 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan merupakan semua
Dalam kebijakan (�� ,Q) ketidakpastian yield pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan
hanya berpengaruh kepada jumlah pemesanan barang (Senator Nur Bahagia, 2006).
Q, sedangkan untuk rumus �� tidak berubah.
Dalam kebijakan ini dianggap bahwa 2.8 Biaya Pemesanan (Order Cost)
ketidakpastian yield, yaitu ketika jumlah Q Biaya pemesanan merupakan semua
dipesan, penerimaan jumlah barang yang pengeluaran yang ditimbulkan untuk
dipesan bersifat acak (misal jumlah barang mendatangkan barang dari luar, terdiri dari
yang diterima tidak sesuai dengan pesanan atau biaya administrasi pembuatan dan penerimaan
jumlah barang yang dipesan sesuai tetapi pesanan serta biaya teekomunikasi. Biaya
pengiriman dicicil). Dapat dilihat pada gambar pemesanan tidak tergantung dari jumah yang
2.7 ketidakpastian yield yang kecil tidak dipesan, tetapi tergantung dari berapa kali
memiliki pengaruh pada probabilitas stock out pesanan dilakukan.
selama lead time pengisian sejak ada
pergeseran dalam periode ketika pesanan 2.9 Uji Distribusi Kolmogorov Smirnov
ditempatkan. Dengan demikian, persamaan dari Uji Kolmogorov Smirnov merupakan
safety stock dan reorder point (�� ) sama seperti pengujian normalitas yang sering digunakan,
dalam kebijakan ( �� ,Q) tanpa ketidakpastian kelebihan dari uji normalitas ini adalah
yield yaitu ada pada persamaan 2.18. sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan
persepsi di antara satu peneliti dengan peneliti
lainnya yang menggunakan uji ini. Konsep
dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov
adalah membandingkan distribusi data (yang
akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku, distribusi normal baku adalah
data yang telah ditransformasikan ke dalam
bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi
uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah uji
beda antara data yang diuji normalitasnya
dengan data normal baku. Seperti pada uji beda
biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti
Namun, untuk kuantitas atau jumlah yang terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika di
dipesan Q berubah dan dapat diperkirakan atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang
dengan persamaan 2.18 berikut : signifikan.
2� �
�=1 ��
�= ℎ�
- ��� (2.18) 2.10 Mean (Rata-rata)
Mean atau rata-rata adalah ukuran statistic
2.5 Lead Time kecenderungan terpusat sama halnya Median
Dari segi supply chain management dan Modus, rata-rata dibagi menjadi beberapa
menurut Prof. Richardus Eko Indrajit dan Drs. macam yaitu, rata-rata hitung (aritmatik), rata-
Richardus Djokopranoto (2016), konsep lead rata geometric, rata-rata harmonic dan lain-lain.
time dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu Namun, jika yang ditanyakan hanya rata-rata
dari pihak pelanggan (Customers) dan dari saja, maka rata-rata yang dimaksud adalah rata-
pihak penjual atau pembuat barang (Supplier). rata hitung (aritmatik). Simbol rata-rata
tergantung dari data yang akan digunakan, jika
data sampel maka simbol rata-rata adalah � dan
data populasi maka simbol rata-rata adalah µ.

2.11 Variasi dan Standard Deviasi


Standar deviasi merupakan akar kuadrat
dari variasi, ukuran variasi ini yang paling
sering digunakan karena nilainya memenuhi
kriteria statistika. Variasi dicari dengan
menghitung selisih dari setiap elemen data
dengan rata-rata. Variasi juuga dibedakan
antara variasi populasi dan variasi sampel.

2.12 Peramalan (Forecasting)


Menurut Herjanto (2003), Peramalan
adalah suatu bentuk usaha untuk meramalkan
keadaan di masa mendatang melalui pengujian
keadaan di masa lalu. Peramalan adalah
perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang
akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang
lalu, dan penggunaan kebijakan-kebijakan
proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu
yang lalu. Teknik peramalan dibagi menjadi
dua diantaranya :
a. Teknik peramalan secara kualitatif yaitu
peramalan yang melibatkan pendapat
pribadi, pendapat ahli, metode delphi,
penelitian pasar dan lain-lain. Bertujuan
untuk menggabungkan seluruh informasi
yang diperoleh secara logika dan sistematis
yang dihubungkan dengan faktor
kepentingan pengambil keputusan.
b. Teknik peramalan secara kuantitatif yaitu
peramalan yang digunakan pada saat data
masa lalu cukup tersedia. Beberapa teknik
kuantitatif yang sering dipergunakan adalah
seperti metode exponential smoothing,
moving average, regresi linier dan masih
banyak lainnya (Gasperz, 2004).

2.13 Meter Air


Meter air adalah salah satu alat untuk
mengukur volume air yang mengalir melalui 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sistem perpipaan, secara terus menerus, yang Dari hasil pengolahan data dengan
dilengkapi dengan unit penghitung, dan menggunakan kebijakan persediaan dinamis
( �� ,Q), diperoleh hasil mengenai jumlah
indikator volume air melalui jaringan pipa.
pemesanan atau quantity order (Q), dan titik
3. METODE PENELITIAN pemesanan kembali atau reorder point ( �� ).
Dalam melaksanakan penelitian ini Berikut ini adalah penjelasan analisis untuk
dibutuhkan proses yang terstruktur dan masing-masing Q dan �� :
sistematis. Adapun metode penelitiannya 1. Jumlah pemesanan atau quantity order (Q)
adalah sebagai berikut : Dalam penentuan jumlah pemesanan (Q),
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu rata-
rata ketidakpastian yield ( ��� ), biaya
pemesanan (A), biaya simpan (h), jumlah
periode dalam horizon peramalan (H), dan Juni 2017 78 87,423 165,423
peramalan pada setiap periode (�� ). Juli 2017 81 36,255 117,255
� Agustus 2017 92 87,423 179,423
2� �
�=1 �
�= − ��� September 2017 117 9,014 126,014
ℎ� Oktober 2017 150 87,423 237,423
November 2017 147 34,532 181,532
2(��. 72.057,5/���������)(474)
�= −( Desember 2017 138 23,809 161,809
(��. 2.188,05/�������)(12)
− 13,9) Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa
titik pemesanan kembali atau reorder point
68.310.510
�= + 13,9 terjadi ketika :
26.256,6 1. Pada periode pertama (bulan Januari
2017) batas titik pemesanan kembali
�= 2.601,65 + 13,9 (�1 ) sebesar 171 kemasan atau 4.275 kg.
� = 51,006 + 13,9 2. Pada periode kedua (bulan Februari
2017) batas titik pemesanan kembali
� = 64.906 ≈ 65 kemasan
(�2 ) sebesar 164 kemasan atau 4.100 kg.
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh 3. Pada periode ketiga (bulan Maret 2017)
bahwa jumlah pemesanan pada setiap kali batas titik pemesanan kembali ( �3 )
pemesanan adalah sebesar 65 kemasan sebesar 163 kemasan atau 4.075 kg.
bahan baku biji plastik ABS Arbelac 750. 4. Pada periode keempat (bulan April
Jika dihitung dalam satuan kilogram, maka 2017) batas titik pemesanan kembali
jumlah pemesanannya adalah 1.625 kg (�4 ) sebesar 156 kemasan atau 3.900 kg.
(diperoleh dari 65 kemasan dikali dengan 5. Pada periode kelima (bulan Mei 2017)
25 kg/kemasan). Perhitungan jumlah batas titik pemesanan kembali ( �5 )
pemesanan ini tidak dihitung untuk setiap sebesar 185 kemasan atau 4.625 kg.
periodenya, tetapi dihitung untuk 6. Pada periode keenam (bulan Juni 2017)
keseluruhan periode dan berlaku untuk batas titik pemesanan kembali ( �6 )
setiap kali melakukan pemesanan. Selain sebesar 166 kemasan atau 4.150 kg.
itu, penentuan jumlah pemesanan atau 7. Pada periode ketujuh (bulan Juli 2017)
quantity order ini juga berdasarkan pada batas titik pemesanan kembali ( �7 )
ketidakpastian yield atau ketidakhandalan sebesar 118 kemasan atau 2.950 kg.
supplier/pemasok dalam memenuhi 8. Pada periode kedelapan (bulan Agustus
permintaan konsumen. 2017) batas titik pemesanan kembali
(�8 ) sebesar 180 kemasan atau 4.500 kg.
2. Titik pemesanan kembali atau reorder 9. Pada periode kesembilan (bulan
point (�� ) September 2017) batas titik pemesanan
Setelah jumlah pemesanan diketahui, kembali (�9 ) sebesar 127 kemasan atau
selanjutnya adalah mengetahui titik 3.175 kg.
pemesanan kembali atau reorder point (�� ) 10. Pada periode kesepuluh (bulan Oktober
dalam kebijakan persediaan dinamis 2017) batas titik pemesanan kembali
( �� ,Q). Perhitungan reorder point telah ( �10 ) sebesar 238 kemasan atau 5.950
dilakukan pada bab sebelumnya di point kg.
ke 4.2.5, dengan hasil perhitungan sebagai 11. Pada periode kesebelas (bulan
berikut : November 2017) batas titik pemesanan
Tabel 4.1 Analisis Titik Pemesanan kembali ( �11 ) sebesar 182 kemasan
Kembali (�� ) atau 4.550 kg.
1 2 3 4 12. Pada periode kedua belas (bulan
PERIODE (��� ) ��� (��) Desember 2017) batas titik pemesanan
Januari 2017 123 47,199 170,199 kembali ( �12 ) sebesar 162 kemasan
Februari 2017 143 20,830 163,83 atau 4.050 kg.
Maret 2017 146 16,011 162,011
April 2017 120 35,422 155,422 Selanjutnya, dari hasil perhitungan titik
Mei 2017 97 87,423 184,423 pemesanan kembali pada setiap periode
dituangkan dalam bentuk diagram di bawah Gambar 4.3 Kebijakan Persediaan
ini. Diagram ini hanya menunjukkan Dinamis (�� , �)
perubahan pada masing-masing data yang Pada gambar 4,3 menjelaskan bahwa besar
terdapat pada tabel 4.1 di atas yang terdiri titik pemesanan kembali atau reorder point
dari peramalan kumulatif (��� ), safety stock (�� ) ditentukan dari nilai peramalan
(��� ), dan reorder point (�� ). Satuan yang kumulatif ( ��� ) dan Safety Quality (��� ).
digunakan dalam pembuatan diagram ini Dalam hal ini safety stock dan safety quality
adalah kemasan. memiliki peranan yang sama tetapi untuk
safety quality lebih bervariasi dan
ditentukan secara dinamis untuk menutupi
ketidakpastian peramalan pada protection
interval yang berbeda untuk target layanan
tetap.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan
data yang dilakukan pada penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengetahui langkah-langkah atau cara
Gambar 4.1 Grafik Tabel 4.1 Titik perhitungan kebijakan persediaan dinamis
Pemesanan Kembali ( �� ,Q), dengan mempertimbangkan
ketidakpastian yield. Dalam penggunaan
kebijakan ini digunakan untuk menentukan
titik pemesanan kembali atau reorder point
( �� ) dan jumlah pemesanan atau quantity
order (Q) secara berkelanjutan. Urutan
pengolahan data dimulai dari menentukan
asumsi dan notasi yang digunakan dalam
penelitian ini, kemudian melakukan
perhitungan awal (seperti perhitungan Uji
Distribusi Permintaan, Peramalan (F),
Ketidakpastian Peramalan (FU), Permintaan
Kumulatif (CD), Peramalan Kumulatif (CF),
Gambar 4.2 Grafik Tabel 4.1 Ketidakpastian Peramalan Kumulatif (CFU),
Cumulative Forecast Lead Time (L), Protection Interval (PI),
Ketidakpastian Yield (EQ), Tingkat Layanan
Pengendalian persediaan dilihat dari hasil Siklus, Safety Stock (Ss), Biaya Pemesanan
perhitungan titik pemesanan kembali atau (A), dan Biaya Persediaan (h)). Setelah
reorder point (�� ) sesuai dengan grafik perhitungan awal dilakukan, selanjutnya
kebijakan persediaan dinamis ( �� , �) di adalah menghitung Jumlah Pemesanan atau
bawah ini : Quantity Order (Q), dan Titik Pemesanan
Kembali atau Reorder Point (�� ).
2. Dari langkah-langkah pengolahan data
tersebut dengan menggunakan kebijakan
persediaan dinamis ( �� ,Q) dengan
mempertimbangkan ketidakpastian yield,
diperoleh jumlah pemesanan (Q) adalah 63
kemasan atau sebanyak 1.575 kg bahan
baku biji plastik ABS Arbelac 750, dan titik
pemesanan kembali pada setiap periodenya
(�� ) masing-masing.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan


dan kesimpulan di atas, maka saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu diharapkan dapat
mempertimbangkan ketidakpastian- [10] Prof. Richardus Eko Indrajit, dan Drs.
ketidakpastian lainnya (Misal seperti Richardus Djokopranoto. (2016). “Supply
ketidakpastian lead time). Selain itu, karena Chain Management Modul Pembelajaran
penelitian ini melihat dari sisi konsumen yang Berbasis Standar Kometensi dan
hanya memiliki satu supplier atau pemasok. Kualifikasi Kerja”. Yogyakarta. Preinexus.
Dimana pemasok tersebut memiliki [11] Ristono, Agus. (2009). “Manajemen
ketidakpastian yield atau ketidakhandalan Persediaan”. Yogyakarta. Graha Ilmu.
pemasok dalam memenuhi permintaan, maka [12] Tawaka, Akida dan Tati Harihayati M.
untuk penelitian selanjutnya dapat dilihat dari “Supply Chain Management di PT. Multi
sisi supplier atau pemasok. Instrumentasi”. Bandung. Universitas
Komputer Indonesia.
6. DAFTAR PUSTAKA [13] Akbar, Aulia. (2018). “Cara Menghitung
[1] Atang Sarbini, ST. (2014). “Spesifikasi Tarif Listrik yang Benar”.
Meter Air”. Bandung. Pusat Penelitian dan (https://www.moneysmart.id/begini-lho-
Pengembangan Permukiman Balitbang cara-menghitung-tarif-listrik-benar/)
Kementrian Pekerjaan Umum. (Diakses tanggal 1 Februari 2019)
[2] Atnan, Ferdy Ramadhan. (2014). “Analisis [14] Astuti, Dewi. “Rumus Statistik Rata-rata
Pengaruh Persepsi Kualitas Ketersediaan Hitung (Mean)”.
Produk, Product Knowledge terhadap (https://www.academia.edu/30639857/Ru
Brand Awareness Produk Private Label”. mus_Statistik_Rata-rata_Hitung_Mean)
Semarang. Universitas Diponegoro. (Diakses tanggal 1 Februari 2019)
[3] Babai, M. Zied. (2005). “Politiques De [15] Azly, Rahmad. (2017). “Menghitung
Pilotagede Flux Dans Les Cha � Nes Satuan Watt Menjadi KWH”.
Logistiques : Impact De L’utilisation Des (https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blog
Pre � Visions Sur La Gesion De Stocks”. spot.com/2017/07/menghitung-satuan-
Ecole Centrale Paris. Ph. D Thesis, watt-menjadi-kwh.html)
Laboratoire G�nie Industriel. (Diakses tanggal 1 Februari 2019)
[4] Babai, M. Zied. (2006). “A Dynamic [16] Dee-roy. (2012). “Menentukan Tingkat
Inventory Control Policy Under Demand, Ketersediaan Produk Optimal”.
Yild and Lead Time Uncertainty”. Ecole (https://manajement.info/2012/05/19/mene
Centrale Paris. Laboratoire G � nie ntukan-tingkat-ketersediaan-produk-
Industriel. optimal/)
[5] Babai, M. Zied. (2007). “Dynamic Versus (Diakses tanggal 19 Desember 2018)
Static Control Policies In Single Stage [17] Kerami, Djati. (2015). “Pemodelan
Production-Inventory Systems”. Ecole Matematis (Edisi 2)” Tanggerang Selatan.
Centrale Paris. Laboratoire G � nie Universitas Terbuka.
Industriel. (http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/2016/08/0
[6] Babai, M. Zied. (2007). “Dynamic Re- 8/mata4324-pemodelan-matematis-edisi-
order Poin Inventory Control with Lead- 2/#tab-id-3.)
Time Uncertainty : Analysis and Empirical (Diakses tanggal 19 Desember 2018)
Investigation”. Ecole Centrale Paris. [18] Tradegecko. “Introduction to Carrying
Laboratoire G�nie Industriel. Costs”.
[7] Bahagia, Senator N. (2006). “Sistem (https://www.tradegecko.com/learning-
Inventori”. Bandung. Institut Teknologi center/introduction-to-carrying-costs)
Bandung (ITB). (Diakses tanggal 1 Februari 2019)
[8] Hartini, Sri dan Indria Larasati. (2009).
“Penendalian Persediaan Menggunakan
Pendekatan Dynamic Inventory dengan
Mempertimbangkan Ketidakpastian
Permintaan, Yield dan Lead Time”.
Semarang. Universitas Diponegoro.
[9] Hendayani, R. (2011). “Mari
Berkenalan dengan Manajemen
Logistik”. Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai