Anda di halaman 1dari 8

Dibyo Pranowo dan Yulius Ferry

POLATANAM CAMPURAN TANAMAN KOPI

MIXED INTERCROPPING IN COFFEE

Dibyo Pranowo dan Yulius Ferry

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357
dibyo_pranowo@yahoo.com

ABSTRAK

Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman tahunan yang tidak menggunakan lahan secara maksimum seperti
pada tanaman semusim (jagung, kacang tanah, padi, kedelai, dan lain-lain) sehingga sangat memungkinkan untuk
diusahakan secara bersamaan dengan komuditas lainnya dalam model polatanam campuran. Kondisi ini didukung
oleh karakter tanaman kopi yang memerlukan tanaman penaung untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Penggunaan tanaman penaung sementara dan penaung tetap sangat memungkinkan menggunakan jenis
tanaman produktif seperti pisang, keluwak, kayumanis dan lain sebagainya. Lahan kosong di antara tanaman kopi
dan tanaman penaung sangat berpeluang untuk ditanami tanaman sela baik pada saat tanaman kopi belum
menghasilkan ataupun setelah menghasilkan. Dengan menata tata ruang yang sesuai untuk masing-masing jenis
tanaman yang sinergis diusahakan dalam bentuk polatanam campuran berbasis kopi, tidak hanya diperoleh
optimalisasi penggunaan lahan, tetapi juga diperoleh ragam produksi dan pendapatan yang lebih banyak sehingga
keberlanjutan usahatani kopi yang dilakukan akan lebih terjamin. Model polatanam campuran berbasis tanaman
kopi dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman semusim, tahunan atau kombinasi keduanya sehingga
penggunaan lahan lebih efisien dan usahatani lebih terintegrasi. Untuk menjamin keberhasilan usahatani yang
dilakukan, kegiatan pemeliharaan tanaman seperti penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan
pengendalian hama dan penyakit mutlak diperlukan agar produktivitas lahan dan tanaman tetap terjaga dan
berkelanjutan.

Kata kunci : Model, polatanam campuran, semusim, tahunan, kopi

ABSTRACT

Coffee is a perennial crop which do not use land extensively, as opposite with annual plant such as maize, nut, rice,
soya, etc, so that it is possible to cultivate it along with others by intercropping. This is supported by the characters of
coffee which require shade plants to grow and develop properly. As temporary and permanent shade plants, it is
possible to utilize productive plants such as banana, Pangium edule, cinnamon and others. Vacant land between
coffee and shade plants can be use for others intercrop, both at before and after yielding stage. With appropriate
spatial arrangement, intercropping coffee based will optimize land use, diversify productivity and increase farmers’
income, thus the sustainability of coffee farming is guaranteed. Intercopping model of coffee based farming can use
tanaman semusim and annual plants or the combination of both for efficient land use. To ensure its success,
maintenance activities such as replanting, weed control, fertilization, pest and disease control and pruning is
absolutely necessary in preserving land and crops productivity and sustainability.

Keywords : Model, multiple cropping, seasonal, annual, coffee

PENDAHULUAN diusahakan secara bersamaan dengan


komoditas lainnya dalam bentuk polatanam
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan campuran. Pengembangan usahatani kopi
tanaman tahunan yang tidak menggunakan secara monokultur, di awal pengusahaannya
lahan secara optimum seperti pada tanaman tidak akan memberikan pendapatan sampai
semusim (jagung, kacang tanah, padi, kedelai, tanaman kopi menghasilkan pada umur dua
dan lain-lain). Selain itu tanaman kopi juga sampai tiga tahun setelah tanam. Kondisi ini
memerlukan tanaman penaung untuk dapat mengakibatkan penggunaan lahan tidak
tumbuh dan berkembang dengan baik efisien.
sehingga sangat memungkinkan untuk

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 99


Polatanam Campuran Tanaman Kopi

Penerapan usahatani kopi dengan pembungaan yang lebat pada perkebunan kopi
model polatanam campuran baik pada di dataran tinggi (Evizal et al., 2009).
tanaman yang belum menghasilkan maupun Salah satu bentuk tumpangsari yang
yang telah menghasilkan merupakan salah dapat diterapkan pada tanaman kopi adalah
satu alternatif yang dapat digunakan, tidak dengan menerapkan sistem polatanam
hanya untuk meningkatkan tataguna lahan campuran. Pola tersebut memiliki beberapa
tetapi juga meningkatkan pendapatan petani. keunggulan serta keuntungan, di antaranya:
Model usahatani kopi dengan polatanaman (1) pemanfaatan lahan usahatani menjadi lebih
campuran baik dengan tanaman pangan, efisien dan produktif, (2) meningkatkan
hortikultura, pakan ternak, tanaman penaung produktivitas usahatani, (3) meningkatkan
yang produktif dan jenis tanaman lainnya yang pendapatan usahatani, (4) pemakaian input
sinergis akan dapat meningkatkan ketahanan usahatani lebih efisien, dan (5) pendapatan
usahatani yang dilakukan. Selain itu petani lebih terjamin sehingga risiko usahatani
perkebunan kopi monokultur tanpa pohon lebih kecil (Tarigan, 2003), dan berwawasan
pelindung dikelola secara intensif dengan konservasi (Tarigan, 2005).
menggunakan masukan tinggi agar Polatanam campuran di antara kopi
produktivitas tinggi akan menuai kritik dapat dilakukan, baik dengan bermacam-
internasional karena dianggap merusak macam jenis-jenis tanaman semusim maupun
lingkungan (RDV-The World Bank, 2002 dalam dengan tanaman tahunan. Jenis tanaman
Evizal et al., 2009). semusim yang diusahakan habitusnya tidak
Tumpangsari adalah salah satu bentuk lebih tinggi dibanding tanaman kopi agar tidak
polatanam dengan menanam dua jenis menaungi tanaman kopi, seperti kacang tanah,
tanaman atau lebih yang ditanam pada lahan kedelai, padi gogo, cabe, dan tanaman temu-
yang sama secara simultan (Kadekoh, 2007). temuan. Tanaman tahunan sebaiknya
Keunggulan dari usahatani ini di antaranya berfungsi juga sebagai tanaman penaung, baik
adalah lebih terjaga keseimbangan biologis, penaung tetap seperti kayu manis, karet,
diperoleh penganekaragaman hasil tanaman, kemiri sunan dan lain sebagainya, maupun
kecilnya risiko kegagalan panen, membantu penaung sementara seperti pisang. Tanaman
meningkatkan keuntungan dan stabilitas semusim pada tanaman kopi dapat berupa
pendapatan petani per satuan luas per satuan tumpangsari dan tumpang gilir.
waktu serta kesinambungan usahatani lebih Usahatani kopi dengan model
terjamin. Sistem tumpang sari lebih aman polatanam campuran ini perlu direncanakan
dibanding sistem monokultur pada kondisi dengan baik dalam menentukan jenis tanaman
lahan marginal dengan kesuburan tanah dan tata letak dari masing-masing jenis
rendah dan persediaan air yang tidak menentu tanaman yang ditanam, agar tidak terjadi
pada tingkat input yang rendah (Van Hoof, persaingan tumbuh dan dapat diusahakan
1987). Lebih lanjut Gomez dan Gomez (1983) secara berkesinambungan.
mengemukakan bahwa sistem tanam ganda
juga berperan untuk mencegah erosi karena
pertanaman tumbuh menutup tanah, lebih PENGATURAN TATA RUANG
besar menghemat air tanah dibanding dengan
sistem pertanaman tunggal (Arifin, 1988), dan Pengaturan tata ruang sangat penting
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan dalam mengatur tata letak tanaman utama
lahan (Kadekoh, 2003). Tumpang sari juga (kopi), tanaman penaung (naungan sementara
memberikan layanan lingkungan yang positif, dan penaung tetap) serta tanaman sela sebagai
antara lain: (1) menambat karbon, (2) tanaman campuran yang akan diusahakan.
mengurangi kehilangan tanah karena erosi, (3) Masing-masing jenis tanaman yang akan
meningkat bahan organik dan unsur hara diusahakan harus diketahui terlebih dahulu
tanah melalui seresah dan fisksasi nitrogen karakter pertumbuhan dan perkembangannya
kalau tanamannya legum, (4) menekan serta fungsi dari masing-masing tanaman yang
pertumbuhan gulma, dan (5) menimba unsur diusahakan dalam polatanam yang dirancang.
hara dari dalam tanah (Baon, et al. 2003). Semua jenis tanaman yang diusahakan harus
Prawoto (2008) melaporkan bahwa sinergis satu sama lain sehingga usahatani
kerontokan daun pada tanaman pelindung dapat memberikan keuntungan berkelanjutan.
berpengaruh terhadap produktivitas tanaman Pengaturan tata ruang pada model polatanam
kopi. Musim rontok daun pada musim campuran berbasis tanaman kopi pada
kemarau pada pohon gamal dan dadap prinsipnya berkaitan erat dengan kebutuhan
memberi layanan ekosistem berupa utama tanaman pokok (tanaman kopi)
terhadap besarnya intensitas penyinaran

100 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dibyo Pranowo dan Yulius Ferry

matahari yang harus diperoleh secara optimal, diversifikasi tanaman. Dalam pertanaman
ketersediaan air dan hara sehingga tumpangsari, hasil tanaman secara
pertumbuhan dan perkembangan tanaman keseluruhan lebih tinggi dibandingkan
berlangsung normal. pertanaman monokultur apabila pemilihan
Sistem perakaran tanaman campuran kombinasi jenis tanaman yang
yang akan digunakan harus mempunyai ditumpangsarikan tepat (Leihner, 1978).
perakaran yang berbeda zonanya dengan Menurut Bakar dan Norman (1975)
sistem perakaran kopi, seperti kedalaman dan pertanaman tumpangsari dapat meningkatkan
panjangnya, agar tidak tumpang tindih dengan hasil sampai 62%. Keberhasilan tumpangsari
perakaran tanaman kopi. Untuk perakaran sangat ditentukan oleh kombinasi jenis-jenis
tanaman tahunan, pilih tanaman yang tanaman penyusun. Kombinasi 2 jenis
mempunyai perakaran lebih dalam dengan tanaman atau lebih dengan umur tanaman
perakaran horizontal yang pendek, sedangkan yang tidak sama, kebutuhan cahaya matahari,
tanaman semusim perakarannya lebih CO2, air, dan unsur hara maksimum dari
dangkal. Demikian juga dengan tajuknya, harus masing-masing jenis tanaman terjadi pada
mempunyai tajuk yang letaknya berbeda. Pada waktu berbeda bila kedua jenis tanaman
tanaman tahunan sebaiknya tajuknya lebih tersebut ditanam pada waktu bersamaan
tinggi dengan tingkat naungan >30%, (IRRI, 1972). Dengan demikian kompetisi
sedangkan tanaman semusim tajuknya lebih antar jenis tanaman dapat diperkecil atau
rendah. ditiadakan. Masalah yang timbul adalah
Pengetahuan tentang karakter kebutuhan cahaya bagi tanaman sela menjadi
masing-masing jenis tanaman yang akan terbatas sehingga dapat menaungi tanaman
diusahakan dalam bentuk polatanam yang lebih rendah. Pengaturan saat tanam
campuran (tumpangsari) harus diketahui tanaman sela dimaksudkan agar tanaman sela
terlebih dahulu agar tidak terjadi antagonisme yang ditanam lebih awal mendapatkan cahaya
dan persaingan jika diusahakan secara matahari cukup karena tanaman utama masih
bersamaan. Tanaman campuran yang kecil sehingga ruang tumbuh masih terbuka.
mempunyai morfologi habitus yang lebih Sebaliknya, tanaman sela yang ditanam lebih
tinggi dapat berfungsi sebagai penaung lambat, cahaya matahari yang dibutuhkan
tanaman kopi, tanaman ini mempunyai sifat berkurang karena mendapatkan naungan dari
membutuhkan sinar matahari langsung, tajuk tanaman yang semakin lebar. Oleh
sedangkan tanaman campuran yang karena itu, pada tahap pertumbuhan tanaman
mempunyai habitus lebih rendah, dipilih utama seperti ini harus dipilih jenis tanaman
tanaman yang toleran terhadap naungan. yang toleran terhadap penyinaran matahari
Pemilihan ini dilakukan agar pemanfaatan rendah. Berbagai jenis tanaman temu-temuan
cahaya menjadi lebih efektif. Demikian cukup toleran dalam kondisi ini. Hasil
selanjutnya, dengan mengenal morfologi penelitian Bedy dan Sriwulan (2002), produksi
tanaman, pengaturan tata ruang pada tanaman tanaman temu-temuan seperti jahe, kencur,
campuran berbasis kopi lebih efektif (Tabel 1). temu lawak, temu ireng, kunyit dan lengkuas
Penanaman tanaman sela di antara sebagai tanaman sela berturut turut, sebanyak
tanaman kopi dengan beberapa jenis tanaman 20,58; 4,10; 35,52; 15,45; 17;55 dan 16,70
yang sinergis merupakan salah satu usaha ton/ha memberikan nilai tambah yang sangat
optimalisasi pemanfaatan lahan untuk berarti dalam usahatani yang dilakukan.
meningkatkan produktivitas lahan melalui

Tabel 1. Kemungkinan kombinasi beberapa sifat tanaman dalam sistem tumpangsari dengan tanaman utama kopi
Sifat morfologis tanaman
No Morfologis tanaman Keuntungan
A B
1 Habitus Tinggi Rendah Efektif penggunaan cahaya matahari
2 Perakaran Dalam Dangkal Mengurangi kompetisi faktor tumbuh dalam
tanah
3 Umur Dalam Genjah Memperpendek waktu kompetisi
4 Jenis tanaman Non Leguminosa Mengurangi kompetisi terhadap nitrogen
Leguminosa
5 Geometrik Erek Horisontal Efektif penggunaan cahaya matahari
6 Kebutuhan cahaya Tinggi Rendah Efektif penggunaan cahaya matahari
7 Fase generatif Lambat Cepat Kompetisi yang kuat dapat dihindari
Sumber: Data diolah

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 101
Polatanam Campuran Tanaman Kopi

POLATANAM KOPI DENGAN TANAMAN


TAHUNAN

Pada polatanam ini tanaman tahunan


difungsikan sebagai tanaman pelindung kopi.
Tanaman pelindung kopi dapat dibagi menjadi
tanaman pelindung tetap dan tanaman
pelindung sementara. Tanaman pelindung
tetap adalah tanaman yang berumur panjang,
lebih tinggi, sebagian penghasil buah atau
penghasil kayu industri, sedangkan tanaman
pelindung sementara, tinggi tanaman lebih a
rendah dari tinggi tanaman pelindung tetap,
tetapi lebih tinggi, lebih cepat
pertumbuhannya dibandingkan dengan
tanaman kopi. Contoh polatanam ini adalah
polatanam kopi + glirisida + kemiri sunan.
Glirisida merupakan tanaman penaungan
sementara, menunggu tanaman kemiri sunan
lebih besar dan tinggi. Glirisida selain
berfungsi sebagai penaung juga dapat
menghasilkan sumber makanan ternak atau
bahan organik untuk kompos. Polatanam
tanam ini sebaiknya diintegrasikan dengan
ternak. Tanaman kemiri sunan merupakan b
salah satu tanaman penghasil buah dan biji,
dari biji tersebut menghasilkan minyak untuk Gambar 1. Polatanam campuran : kopi + glirisida +
bahan baku biodiesel. Kemiri sunan berumur kemiri sunan + serai wangi (a).
tua juga menghasilkan kayu yang cukup baik Polatanam kopi + serai wangi + lamtoro
kualitasnya. Tanaman kemiri sunan dan + glirisida (b)
glirisida adalah tanaman yang mempunyai
sifat menggugurkan daun sebagai sumber Selain itu pohon pelindung dapat
bahan organik tanah, gugur daun tersebut menekan pertumbuhan gulma pada tanaman
terjadi bersamaan dengan musim kemarau. kopi. Hasil penelitian Evizal (2009)
Dinamika musim menggugurkan daun ini membuktikan bahwa bobot gulma yang
terbukti berpengaruh terhadap produktivitas tumbuh pada kopi tidak berpenaung lebih
tanaman kopi (Evirizal et al., 2009). Tanaman besar dari pada bobot gulma kopi berpenaung.
kopi secara alami tumbuh di bawah naungan Tanaman kopi dengan penaung
(Prawoto, 2008). Musim gugur daun pada cempaka, walaupun memberikan serasah yang
musim kemarau pada pohon glirisidiae lebih banyak dan menekan pertumbuhan
memberikan layanan ekosistem berupa gulma, namun menghasilkan produksi yang
pembungaan yang lebat pada tanaman kopi rendah. Hal ini diduga karena pohon cempaka
(Evirizal et al., 2009). Tetapi apabila berkompetisi kuat dengan pohon kopi baik
pembentukan bunga yang lebat ini tidak terhadap sinar matahari, air, maupun unsur
diimbangi dengan ketersediaan unsur hara hara (Evizal, 2009). Saefudin et al. (2005)
yang cukup, maka dapat merusak tanaman melaporkan bahwa tanaman kopi yang
kopi. ditanam di bawah tegakan kelapa, juga
Selanjutnya Prawoto (2008) mengalami persaingan dalam memanfaatkan
melaporkan bahwa tanaman kopi yang diberi sumber daya alam, walapun masih dalam taraf
penaung glirisidiae mempunyai jumlah cabang overlap. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ke
primer yang berbuah dan jumlah buah per hati-hatian dalam memilih pohon pelindung,
dompol yang lebih banyak. Komponen pohon pelindung yang mempunyai sifat
produksi seperti jumlah buah per dompol berkompetisi seperti pohon cempaka
merupakan karakter yang banyak dipengaruhi merupakan kekurangan dalam polatanam yang
oleh fluktuasi lingkungan (Hulupi, 1998). Hasil diinginkan.
ini menunjukkan bahwa pohon penaung jenis Polatanam lain yang menggunakan
legum berpengaruh positif terhadap produksi tanaman pelindung sementara seperti kopi +
tanaman kopi. pisang + glirisidia atau tanaman tahunan
lainnya. Pemilihan tanaman pisang sebagai

102 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dibyo Pranowo dan Yulius Ferry

pelindung sementara dilakukan dengan tanaman semusim antara lain, tinggi tanaman
pertimbangan bahwa tanaman kopi masih dan umurnya lebih pendek, agar tidak bersaing
muda, persaingan belum terjadi dan pisang dengan kopi dalam memanfaatkan cahaya
lebih cepat menghasilkan sehingga petani lebih matahari. Tanaman semusim dengan umur
cepat memperoleh pandapatan. yang pendek, dapat ditumpang hilirkan dengan
Polatanam tanaman kopi dengan jenis tanaman semusim lainnya.
tanaman tahunan lainnya yang berkanopi lebih
pendek dapat juga dilakukan seperti menanam
tanaman serai wangi di dalam barisan
tanaman penaung tetap sehingga polatanam di
atas menjadi kopi + glirisidia + kemiri sunan +
serai wangi (Gambar 1b).
Pada polatanam kopi + glirisida +
kemiri sunan + serai wangi, glirisida ditanam
sebagai tanaman penaung sampai tanaman
kemiri sunan dapat melindungi tanaman kopi.
Glirisida ditanam dengan jarak tanam 4,5 m x
4,5 m di antara kemiri sunan yang jarak
tanamnya 9 m x 9 m, sedangkan jarak tanam
a
kopi tetap 3 m x 2 m, dan tanaman serai wangi
ditanam dalam baris kemiri sunan.
Tanaman serai wangi disamping
berfungsi sebagai penahan erosi juga
penghasil minyak atsiri, limbah dari hasil
sulingan serai wangi dapat difermentasi
sebagai pakan ternak maupun bahan pupuk
organik. Untuk memperkuat model polatanam
campuran ini sebaiknya dilakukan secara
terintegrasi dengan ternak sehingga
pendapatan usahatani yang dilakukan oleh
petani akan lebih menguntungkan karena b
disamping akan diperoleh pupuk kandang juga
Gambar 2. Polatanam (a) kopi + keluwak + arachis
diperoleh tambahan hasil dari ternaknya.
pentoi, dan (b) kopi + kacang tanah +
Pada polatanam kopi + serai wangi + lada panjat + glirisida.
lamtoro + glirisida, glirisida ditanam sebagai
tanaman penaung sampai tanaman lamtoro Pada tanaman kopi belum
dapat melindungi tanaman kopi. Glirisida menghasilkan (TBM) jenis tanaman yang dapat
ditanam dengan jarak tanam 4,5 m x 4,5 m di ditumpangsarikan lebih banyak lagi. Untuk
antara lamtoro yang jarak tanamnya 9 m x 9 m, tanaman kopi robusta di dataran rendah, jenis
sedangkan jarak tanam kopi tetap 3 m x 2 m, tanaman yang dapat ditumpangsarikan seperti,
dan tanaman serai wangi ditanam dalam baris kacang tanah, kedelai, jagung, padi gogo, cabe,
lamtoro. Fungsi tanaman serai wangi sama temu-temuan, tanaman penutup tanah dan lain
seperti polatanam kopi + glirisida + kemiri sebagainya. Contoh polatanam adalah kopi +
sunan + serai wangi. Lamtoro jenis tanaman keluwak + arachis (Gambar 2a). Tanaman
panaung, selain mampu melakukan fiksasi keluwak adalah tanaman tahunan dengan
nitrogen dari udara, juga menghasilkan tinggi mencapai >10 meter, pertumbuhannya
serasah yang cukup banyak sehingga baik sangat cepat, dan mempunyai daun yang lebar.
untuk menjaga kesuburan tanah. Polatanam ini Buah tanaman ini digunakan untuk bumbu
walaupun pohon penaung tidak menghasilkan masak. Tanaman arachis adalah tanaman
buah tetapi memberikan layanan yang baik penutup tanah, yang cepat perkembangannya,
bagi lahan dan lingkungan. dapat memfiksasi nitrogen dari udara dan
mudah melapuk. Biomas tanaman ini dapat
dimanfaatkan untuk makanan ternak sehingga
POLATANAM CAMPURAN KOPI, TANAMAN polatanam ini sebaiknya diintegrasikan
TAHUNAN DAN TANAMAN SEMUSIM dengan ternak. Tanaman keluwak ditanam
dengan jarak tanam 8 m x 8 m segi empat,
Pada polatanam ini tanaman tahunan sedangkan tanaman kopi ditanam dengan
juga berfungsi sebagai tanaman penaung tetap, jarak 3 m x 2 m, dan arachis ditanam sebagai
tetapi ditambahkan tanaman semusim. Sifat tanaman penutup tanah di antara tanaman

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 103
Polatanam Campuran Tanaman Kopi

kopi. Pada polatanam ini populasi tanaman sela yang digunakan masing-masing jenis,
keluwak menjadi 156 batang/ha, tanaman disajikan dalam Tabel 2.
kopi 1500 batang/ha, sedangkan tanaman
arachis sekitar 6000 m2 /ha. Tabel 2. Jenis tanaman sela semusim, dan bentuk
Dalam merakit model polatanam hasil panen
campuran berbasis tanaman kopi salah satu Jenis tanaman Bentuk hasil Cara
sela panen penanaman
jenis tanaman penaung sebaiknya
Ubi kayu Umbi Lubang
menggunakan tanaman legium agar dapat Ubi jalar Umbi Gulud
menjaga kesuburan tanah. Tanaman penaung Talas Umbi Lubang
lamtoro dan glirisida merupakan tanaman Jahe Rimpang Bedengan
sumber nitrogen disamping sumber hijauan Kunyit Rimpang Bedengan
pakan ternak. Tanaman serai wangi sebagai Kacang tanah Biji Rorak/tugal
penahan erosi yang dibudidayakan dengan Kacang hijau Biji Alur/tugal
sistem lorong di antara tanaman kopi sekaligus Kacang merah Biji Rorak/tugal
sebagai penghasil minyak atsiri dan pakan Kedelai Biji Alur/tugal
Padi Biji Alur/tugal
ternak. Sedangkan polatanam campuran
Jagung Biji Alur/tugal
tanaman kacang tanah merupakan tanaman
Sumber: Data diolah (Saefudin, 2005; Tjahjana,
semusim yang dapat diusahakan di antara 2005)
tanaman kopi muda. Tanaman glirisida
disamping berfungsi sebagai tanaman penaung Tanaman sela dengan bentuk hasil
kopi juga digunakan sebagai tiang panjat umbi, rimpang, dan kacang tanah, panen
tanaman lada (Gambar 2b). dilakukan dengan cara membongkar tanah. Hal
Hasil Penelitian Herman dan Pranowo ini dapat mengganggu perakaran kopi bila
(2004) melaporkan bahwa model polatanam letaknya terlalu dekat dengan perakaran kopi.
populasi tinggi (a) kelapa + kopi + pisang + Berbeda dengan tanaman sela yang
kapolaga + nenas, (b) Kelapa + melinjo + menghasilkan biji, masalah terdapat pada
pisang + kopi + lada + kapolaga + panili + kanopi tanaman. Agar tidak terjadi persaingan
singkong, (c) Kelapa + kopi + pisang + antara tanaman kopi dengan tanaman sela
kapolaga dan (d) kelapa + melinjo + pisang + yang ditanam sebagai tanaman campuran,
kopi + lada + kapolaga + panili, dapat penanaman tanaman sela harus ditanam diluar
meningkatkan ruang pori tanah (16,07%) dan daerah bobokor. Tanaman semusim yang
penurunan bulk density sebesar 11,96% dan relatif tinggi seperti jagung diusahakan
tidak berpengaruh terhadap kadar air, pori ditanam pada tempat terjauh dari tanaman
drainase serta permeabilitas tanah. Terhadap kopi agar tidak menjadi penaung yang dapat
sifat kimia tanah berpengaruh terhadap mengurangi intensitas penyinaran matahari
penurunan pH tanah (24,6 – 30,74%), dari penaung tetap ataupun penaung
meningkatkan kadar hara Mg ( >100% ), P2O5 sementara yang telah ditanam terlebih dahulu.
(15,97 – 29,08%), K2O (20,51 – 99,30%), C- Berikut contoh model polatanam campuran
organik (24,26 – 42,60%) dan C/N-ratio berbasis tanaman kopi (Gambar 3).
(>100%), tetapi tidak berpengaruh terhadap Seperti yang telah dikemukakan
unsur hara K, Ca dan N-total dalam tanah. terdahulu bahwa tanaman semusim terutama
Model polatanam campuran dengan diusahakan di perkebunan kopi yang lahannya
tanaman semusim atau sering disebut dengan relatif datar. Penanaman dapat dilakukan
intercropping menghendaki adanya pergiliran dengan menggunakan sistem lorong (alley
tanaman dan terdapat perbedaan sistem cropping) baik di antara tanaman kopi maupun
pengolahan tanah sesuai dengan jenis tanaman di antara tanaman penaung. Berbagai jenis
sela yang akan digunakan. Hal yang perlu tanaman semusim yang dapat diusahakan di
diperhatikan dalam mengusahakan tanaman antara tanaman kopi di dataran tinggi (kopi
sela sebagai tanaman campuran di antara Arabika) biasanya jenis tanaman sayuran
tanaman kopi adalah pada pengolahan tanah seperti kubis, kentang, wortel, cabe, tomat juga
tidak boleh terlalu dekat dengan tanaman kopi kacang-kacangan dan umbi-umbian (Anggara
karena dapat merusak sistem perakaran dan Sri Marini, 2011). Tanaman kopi yang
tanaman kopi. Oleh karena itu jarak dan sistem ditumpangsarikan dengan jagung juga dapat
tanam dari tanaman sela harus diperhitungkan berfungsi sebagai penaung sementara sebelum
secara cermat termasuk posisi dari tanaman tanaman penaung permanennya tumbuh
besar.

104 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dibyo Pranowo dan Yulius Ferry

Gambar 3. Contoh model tata letak polatanam campuran berbasis tanaman kopi
Keterangan : Pisang (penaung sementara) Tanaman Kopi

Kacang tanah/kedelai/dan lain-lain Glirisida/lamtoro

Beberapa penelitian menunjukkan Penyulaman


bahwa hasil tanaman secara keseluruhan Penyulaman ditujukan agar populasi
dengan model polatanam campuran umumnya tanaman tetap utuh, selain mengefisienkan
lebih tinggi dibandingkan pola monokultur. penggunaan lahan juga mempertahankan
Teknologi budidaya tumpangsari mengacu produktivitas. Waktu penyulaman harus tepat,
pada minimalisasi kompetisi terhadap agar tanaman sulaman pertumbuhannya tidak
berbagai faktor tumbuh, baik kompetisi antara jauh tertinggal. Penyulaman tanaman penaung
spesies tanaman yang sama (intra-specific sebaiknya lebih cepat dilakukan agar
competititon), bagian tanaman (inter-plant fungsinya tetap menaungi, kemudian tanaman
competition) dan spesies tanaman yang kopi dan tanaman sela lainnya. Bahan tanaman
berbeda (inter-specific competition) (Kadekoh, yang digunakan berasal dari bibit yang sama
2007). Beberapa alternatif yang dapat varietas dan umurnya dengan tanaman yang
dilakukan untuk mengurangi kompetisi dan disulam, agar pertanaman tetap seragam.
memaksimalkan hasil dalam sistem Penyulaman dapat dilakukan pada awal atau
tumpangsari antara lain: (1) defoliasi daun tua akhir musim penghujan.
dan atau detasseling pada tanaman yang lebih
tinggi, (2) pemilihan kombinasi jenis tanaman Penyiangan Gulma/Sanitasi Lingkungan
sesuai dan bernilai ekonomis, (3) pengaturan Penyiangan gulma atau sanitasi
populasi/jarak tanam, dan (4) penentuan lingkungan sangat diperlukan dengan
waktu tanam relatif (Kadekoh, 2004). mengendalikan gulma baik secara manual atau
Persaingan dapat dihindari dengan kimiawi dengan menggunakan herbisida.
pengaturan jarak tanam. Tanaman kopi Kegiatan ini dilakukan agar kondisi areal
sebaiknya ditanam dengan jarak minimal 1,0 bersih, bebas dari gulma sehingga tidak terjadi
m dari pangkal batang tanaman penaungnya. persaingan dalam penggunaan unsur hara.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
persaingan dalam penggunaan unsur hara, Pemupukan
disamping itu cabang produksi tanaman kopi Pupuk yang diberikan dapat berupa
yang ditanam tidak bertemu dengan pupuk organik/pupuk kandang maupun pupuk
batang/pohon tanaman penaungnya. anorganik. Dosis dan jenis pupuk yang
diberikan disesuaikan dengan masing-masing
PEMELIHARAAN TANAMAN jenis tanaman dengan menggunakan dosis
pupuk yang direkomendasikan.
Pemeliharaan pada polatanam
tanaman kopi, tidak hanya dilakukan untuk Pemangkasan
tanaman kopi, tetapi juga tanaman penaung. Pertumbuhan dan produksi tanaman
Hal ini bertujuan menghindari persaingan kopi agar tetap optimal perlu dilakukan
antar tanaman, agar tanaman tumbuh baik, pemangkasan secara rutin sampai akhir masa
produksi optimal serta sinergis antar tanaman. panen. Kegiatan ini bertujuan merapikan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, bentuk tajuk tanaman, mengurangi cabang
pengendalian gulma/sanitasi lingkungan, tunas air (wiwilan), mengurangi transpirasi
pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian pada musim kemarau, menghilangkan bagian
hama dan penyakit. tanaman yang rusak, serta dapat mempercepat

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 105
Polatanam Campuran Tanaman Kopi

pembungaan. Pemangkasan dilakukan pada Baon, J. B., Abdullah, Pujiyanto, dan Wibawa. 2003.
Pengelolaan kesuburan tanah perkebunan kopi untuk
awal atau akhir musim penghujan setelah
mewujudkan usaha tani yang ramah lingkungan.
pemupukan. Pemangkasan tanaman kopi Warta Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 19: 107-
meliputi pemangkasan bentuk, pemangkasan 123.
pemeliharaan, pemangkasan cabang primer Bedy, S. dan Sriwulan. 2002. Polatanam Kelapa dengan
dan pemangkasan peremajaan. Selain itu, Tanaman Temu-temuan. Kumpulan Hasil-Hasil
pemangkasan juga dilakukan pada tanaman Penelitian Tanaman Sela Perkebunan tahun 1999-
penaung, agar tanaman kopi mendapatkan 2002. Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan.
cukup sinar matahari, memperlancar sirkulasi Evizal, R., Tohari, I. D. Prijambada, J. Widada, dan D.
udara dan mengurangi kelembaban pada saat Widianto. 2009. Pelita Perkebunan 25 (1): 23-37.
musim penghujan Gomez, A. A., and K. A. Gomez. 1983. Multiple Cropping in
the Humid Tropic of Asia. International Development
Recearch Centre, Ottawa, Canada.
Pengendalian Hama Dan Penyakit
Monitoring hama dan penyakit Herman, M. dan D. Pranowo, 2004. Perubahan sifat fisiko-
kimia tanah pada polatanam populasi tinggi berbasis
dilakukan secara rutin. Pengendalian terhadap kelapa. Prosiding Simposium IV hasil penelitian
hama dan penyakit dilakukan jika telah Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian dan
menunjukkan gejala yang merugikan. Pengembangan Perkebunan. Bogor. 28-30 September
Pengendalian dengan sanitasi lingkungan dan 2004. Hlm. 416 -424.
pestisida nabati lebih diprioritaskan terlebih Hulupi, R. 1998. Variasi fenotipik beberapa sifat morfologi
dahulu sebelum menggunakan pestisida kopi arabika berperawakan kakai pada berbagai
kondisi lingkungan. Pelita Perkebunan 14: 1-9.
kimiawi.
IRRI. 1972. Cropping System Programe. Annual Report Los
Banos, Philippines.

PENUTUP Kadekoh. 2003. Efisiensi penggunaan lahan, nilai setara


kalori dan protein pada berbagai waktu defoliasi
jagung dan jarak tanam kacang tanah dalam sistem
Polatanam campuran berbasis tumpangsari pada musim berbeda. J. Agrikultura 14:
tanaman kopi merupakan salah satu upaya 99-105.
untuk meningkatkan tataguna lahan, ragam Kadekoh. 2004. Pengembangan Lahan Kering
produksi dan peningkatan pendapatan Berkelanjutan dengan Sistem Tumpangsari dan
usahatani kopi secara berkelanjutan. Budidaya Lorong. Orasi Ilmiah Guru Besar Universitas
Tadulako.
Polatanam campuran berbasis tanaman kopi
harus dirancang dengan seksama sebelum Kadekoh. 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah
diaplikasikan baik dengan menggunakan berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari
dengan jagung yang didefoliasi pada musim kemarau
model polatanam dengan tanaman tahunan dan musim hujan. J. Agroland 11-17
maupun semusim atau kombinasi keduanya.
Leihner, D. K. 1978. Agronomic implication of cassava
Guna memperoleh pertumbuhan dan legume intercropping system Intercropping with
produktivitas tanaman yang baik, perlu Cassava. Proc. of International Workshop Held at
dilakukan kegiatan pemeliharaan tanaman TivandumIndia.
seperti penyulaman, pengendalian gulma, Prawoto, A. A. 2008. Hasil kopi dan siklus hara mineral
pemupukan, pemangkasan, pengendalian dari pola tanam kopi dengan beberapa spesies
hama dan penyakit untuk tanaman kopi, tanaman kayu industri. Pelita Perkebunan 24 (1): 1-21.
penaung maupun tanaman sela yang ditanam Saefudin. 2005. Peluang penggunaan bahan organik pada
sebagai tanaman campuran sesuai dengan pertanaman kelapa. Teknologi Polatanam Tanaman
Sela Perkebunan. Lolit Sela Perkebunan. Hlm. 56-67.
budidaya anjuran.
Tarigan, D. D. 2003. Sistem usaha tani berbasis kelapa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
(Indonesian Centre for Estafe Crops Research and
DAFTAR PUSTAKA Development), Bogor. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Inovasi Lahan Marginal.
Anggara, A. dan S. Marini. 2011. Kopi Si Hitam
Tarigan, D. D. 2005. Diversifikasi usaha tani kelapa sebagai
Menguntungkan. Budidaya dan Pemasaran. Cahaya
upaya untuk meningkatkan pendapatan petani.
Atma Pustaka. Jogjakarta. 117 hlm.
Perspektif. Review Penelitian Tanaman Industri 4: 71-
Arifin. 1988. Studi beberapa unsur iklim mikro tanaman 78.
jagung (Zea mays. L.) pada sistem pertanaman tunggal
Tjahjana, B. E., Saefudin, dan D. Pranowo. 2005. Pengaruh
dan tumpangsari dengan kacang tanah. Agrivita 10:
jenis tanaman sela dan takaran pupuk terhadap
41-47.
tanaman kelapa. Teknologi Polatanam Tanaman Sela
Bakar, F. F. and D. W. Norman. 1975. Cropping System in Perkebunan. Lolit Sela Perkebunan. Hlm. 102-112.
Northern Nigeria. Workshop for the South and
Van Hoof, W. C. H. 1987. Mixed Cropping of Groundnut and
Southeast Asia Cropping System Network. IRRI Los
Maize in East Java. Ph.D. Diss. Wageningen Agric. Univ.
Banos Philippines.
Wageningen, Netherland.

106 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai