Anda di halaman 1dari 3

Farmakologi dan nonfarmakologi

Farmakologi
Semua pasien dengan tonsilofaringitis GAS tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi
antibiotik. Pengobatan mencapai tiga tujuan: yaitu pencegahan komplikasi supuratif dan demam
rematik akut, menurunnya kemampuan menular, yang memungkinkan pasien kembali bekerja
atau sekolah dan memperpendek durasi sakit

Pilihan pengobatan lini pertama adalah


 penisilin (250 mg 2-3 x/hari pada anak-anak, 250 mg empat kali sehari atau 500 mg dua
kali sehari pada remaja dan dewasa) atau amoksisilin (50 mg/kg setiap hari dengan dosis
maksimum 1.000 mg/hari ) selama 10 hari.
 Pasien alergi penisilin dapat diobati dengan sefalosporin generasi pertama seperti
sefaleksin (20 mg/kg/dosis dua kali sehari dengan dosis maksimum 500 mg/dosis) atau
sefadroksil (30 mg/kg setiap hari dengan dosis maksimum 1.000 mg/hari).

Pengobatan tambahan dengan paracetamol 500 mg dapat berguna dalam mengendalikan demam
and nyeri.
Nonfarmakologi
a.Perasan air jeruk nipis.
Tanaman yang berasal dari Asia memiliki aktivitas antimikroba yang efektif terhadap Gram
positif dan negatif. Menurut Lukman (2019) air perasan jeruk nipis memiliki kandungan
senyawa saponin, minyak atsiri, fenol, flavonoid, asam sitrat, tannin, alkaloid sebagai efek
antibakteri. Manfaat dari kandungan senyawa tersebut adalah :
1)Saponin : menghambat atau membunuh mikroba dengan membran sterol yang memberikan
efek pelepasan protein
2)Minyak atsiri : berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri
3)Flavonoid : membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan mengganggu
fungsi permeabilitas selektif yang menyebabkan kematian bakteri
4)Asam sitrat : mencegah pertumbuhan mikroba

b.Rebusan daun sambung nyawa


Daun G. procumbens atau sambung nyawa memiliki banyak manfaatuntuk kesehatan
diantaranya sebagai obat antibakteri, radang tenggorokan, batuk, sinusitis, polip dan amandel
karena terdapat kandungan flavonoid, sterol tak jenuh, triterpenoid, polifenol, saponin, steroid,
asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi benzoat dan
minyak atsiri (Simarmata dkk., 2007). Cara membuat ramuannya yaitu 15 gr daun sambung
nyawa 10 gr jahe dan gula batu secukupnya direbus dan diminum selagi hanyat.Dikonsumsi 2x
sehari hingga sembuh.

c. Es krim herbal
Pemberian es krim herbal pada pasien post operasi tonsilektomi dapat mengurangi keluhan nyeri
pada pangkal tenggorokan, mual, rasa perih, dan mempermudah proses makan dan minum pasien
pasca operasi tonsilitis serta menambah nutrisi dan mempercepat pembekuan darah di area luka
bekas pasca operasi tonsillitis sehingga mengurangi pendarahan.Bahan dari es krim herbal yaitu
air 1 liter, tepung maizena 50 gram, susu bubuk 300 gram, gula tebu 250 gram, daun kelor 10
gram, mengkudu 250 gram, rosella 25 gram, cinnamon atau kayu manis 10 gram. Tata cara
pengolahan es krim herbal meliputi penghitungan adonan, persiapan adonan, pencampuran,
pasteurisasi, homogenisasi, pembekuan, dan pengemasan. 1 cup atau per 100 gram es krim
herbal mengandung kalori sebanyak 388 kkal

d. Memperbanyak pemasukan cairan ke dalam tubuh. Dimana cairan akan membantu dalam
mengencerkan lendir sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.

e. Kumur-kumur dengan air garam hangat. Campurkan 1 sendok teh garam dalam segelas air
hangat untuk dikumur lalu dibuang. Ini dapat meringankan dan menolong dalam membersihkan
lendir dari tenggorokan.

f. Mengisap tablet pelega tenggorokan atau mengunyah permen karet yang tidak mengandung
gula. Mengunyah dan menghisap akan merangsang produksi air liur yang akan membasahi dan
membersihkan tenggorokan.
g.Lembabkan udara. Menambah kelembaban udara dapat mencegah selaput lendir mengering
(dapat menyebabkan terjadinya iritasi), misalnya dengan menaikkan suhu ruangan

Referensi :

Jayanti, N.P.S.D., Putra, T.W., Fridayanthi, P.U., Putra, I.G.K.D.P., Maharani, L.G.S. and
Cahyawati, P.N., 2022. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA FARINGITIS STREPTOCOCCUS
GROUP A. WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 6(2), pp.88-95.

Ramadhan, F., Sahrudin, S., & Ibrahim, K. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Tonsilitis
Kronis Pada Anak Usia 5-11 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2(6), 198127.

Anda mungkin juga menyukai