PROPOSAL
Oleh :
Silatu Rahmi
NIM. 21010086
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah yang
melebihi batas normal. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk
pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (RISKESDAS 2013). Hipertensi disebut
silent killer karena menjadi salah satu penyakit degenerative yang turut menyumbang angka
kesakitan dan angka kematian akibat adanya komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Depkes RI, 2012).
kontribusi untuk hamper 9,4 jutakematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal
ini juga meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan resiko
stroke sebesar 24%. Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari
sedangkan negara maju hanya 35%. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat tajam,
diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, mengalami
peningkatan di Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yakni sebesar 34,1%.
Hipertensi juga merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur dengan
tahun 2018 sebesar 29,14%. Profil kesehatan Provinsi Riau menyebutkan kasus tertinggi
penyakit tidak menular (PTM) adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah
Kabupaten Rokan Hilir sebesar 16% dan berada pada peringkat ke-9 di Provinsi Riau
(Riskesdas 2018).
Data hasil rekapitulasi PTM Puskesmas se-Kabupaten Rokan Hilir tahun 2019
menunjukkan Puskesmas Tanah Putih Tanjung Melawan merupakan Puskesmas dengan rate
kasus tertinggi yaitu sebesar 70,1% dan selalu mengalami kenaikan jumlah kasus baru
hipertensi pada tahun 2020-2021, yakni pada tahun 2020 sebesar 80,5% dan tahun 2021
sebesar 89,7%. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
responden tidak patuh dalam mengkonsumsi obat antihipertensi dengan alasan tidak ingat,
dan mengalami berbagai efek samping setelah minum obat antihipertensi. Sedangkan 3
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol agar tidak
terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian (Palmer dan William, 2007). Problem
pengobatan jangka panjang seperti hipertensi. Obat-obat antihipertensi saat ini telah terbukti
dapat mengontrol tekanan darah pada psien hipertensi. Namun demikian, penggunaan
antihipertensi saja terbukti tidak cukup untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah
jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan antihipertensi
tersebut (Saepuddin dkk, 2011:247). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hairunisa (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
minum obat antihipertensi. Hasil penelitian oleh Hareri et al (2014) menemukan bahwa umur
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi. Status
social ekonomi ditinjau dari pekerjaan dan pendapatan juga dinyatakan dapat mempengaruhi
kepatuhan minum obat antihipertensi. Hasil penelitian Annisa (2013) menunjukkan bahwa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ekarini (2011) menyebutkan bahwa faktor yang
pendidikan, pengetahuan, dan tingkat motivasi. Hal ini sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mubin dkk (2010) bahwa faktor pendidikan dan pengetahun mempunyai
hubungan yang signifikan dengan motivasi melakukan kontrol tekanan darah pasien
hipertensi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Tisna (2009) menyebutkan bahwa faktor
pendidikan dan pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat
Antihipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Putih Tanjung Melawan Kabupaten Rokan
Hilir”.
Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum
Melawan ?
Melawan ?
Tanjung Melawan ?
4. Adakah hubungan antara motivasi dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum
dalam minum obat antihipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Putih Tanjung
Melawan.
Tanjung Melawan
Tanjung Melawan
3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan
pasien dalam minum obat antihipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Putih
Tanjung Melawan
Tanjung Melawan
1.4.1 Bagi Puskesmas Tanah Putih Tanjung Melawan Kabupaten Rokan Hilir
Tanah Putih Tanjung Melawan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat
yang diperoleh.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Hipertensi
2.1.1.1 Definisi
tekanan darah diatas normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg (Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012). Menurut American Heart
telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan Silent Killer dimana gejala dapat bervariasi
pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala
penyakit hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan (Kemenkes RI, 2014).
2.1.1.2 Klasifikasi
Treatment on High Blood Pressure (JNC VII) hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2.1.1.2 Klasifikasi Hipertensi
2.1.1.3 Etiologi
1. Hipertensi Esensial
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi (Kemenkes RI, 2014). Menurut data,
bila ditemukan gambaran bentuk diregulasi tekanan darah yang monogenic dan
yang dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi sekunder yaitu ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin dan
obat. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
Penyakit Obat
Penyakit Ginjal Kronis Kortikosteroid, ACTH
Hiperaldosteronisme Primer Estrogen (Biasanya pil KB
Penyakit Renovaskular dengan kadar estrogen tinggi)
Sindroma Cushing NSAID, cox-2 inhibitor
Phaeochromocytoma Fenilpropanolamin dan analog
Koarktasi Aorta Siklosforin dan takromilus
Penyakit Tiroid atau Paratiroid Eritropoietin
Sibutramin
Antidepresan (Terutama
venlafaxine)
Sumber : Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik-Depkes RI 2006
2.1.1.4 Patofisiologi
yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan
darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung
yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,
2007).
2.1.1.5 Diagnosis
Akurasi cara pengukuran tekanan darah dan alat ukur yang digunakan, serta ketepatan waktu
pengukuran. Pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan pada posisi duduk setelah
beristirahat 5 menit dan 30 menit bebas rokok dan kafein (Prodjosudjadi, 2000). Di
mendapatkan peningkatan tekanan darah dalam dua kali pengukuran dengan jarak satu
minggu. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah ≥140/90 mmHg, bila salah satu
baik sistolik maupun diastolic meningkat sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk mengetahui apakah seseorang
mengalami hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah. Bila tekanan darah tidak
terkontrol dan menjadi sangat tinggi (Palmer dan William, 2007). Keluhan-keluhan yang
spesifik pada penderita hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing,
penglihatan kabur, rasa sakit di dada, mudah lelah (Depkes RI, 2013).
2.1.1.7 Komplikasi
Hipertensi yang terjadi bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk mengontrol bias
1. Otak
pembuluh darah pada otak. Tekanan darah tinggi secara signifikan meningkatkan
peluang untuk mengalami stroke. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko paling
Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur sebagai
akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan darah secara efisien ke seluruh
tubuh. Beban kerja yang meningkat akhirnya merusak jantung dan menghambat kerja
jantung, kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini terjadi jika arteri koronaria
3. Ginjal
pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini dapat menghambat ginjal untuk
4. Mata
Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang terjadi adalah penebalan,
penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi tersebut dapat
5. Kaki
Akibat dari hipertensi yang tidak terkontrol, darah yang menuju kaki akan menjadi
Menurut Direktorat Pengendalin Penyakit Tidak Menular faktor risiko hipertensi yang
Umur
Jenis Kelamin
Pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan
Keturunan (Genetik)
Obesitas
Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik dimana risiko relative untuk
Merokok
melalui rokok yang masuk melalui aliran darah dapat mengakibatkan tekanan
aerobic yang teratur tekanan darah dapat turun meskipun berat badan belum
dari diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume
Dislipidemia
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, marah, dendam, rasa
risiko, yaitu :
hipertensi. Dianjurkan untuk makan buah dan sayur 5 porsi per-hari, karena
(TDS) 4,4 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 2,5 mmHg. Asupan
sendok teh kecil) garam dapur, cara ini berhasil menurunkan TDS 3,7 mmHg
dan TDD 2 mmHg. Bagi pasien hipertensi, asupan natrium dibatasi lebih
rendah lagi, menjadi 1,5 g/hari atau 3,5 – 4 g garam/hari. Walaupun tidak
Mengatasi Obesitas
gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang
normal 18,5-22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90 cm untuk laki-laki atau <80 cm
Olahraga Teratur
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat. Hal
teratur juga berperan dalam menurunkan jumlah dan dosis obat anti hipertensi
TDS 4 mmHg dan TDD 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi,
tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang memicu
darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu
optimal (Agnesia, 2012). Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk
akan menurunkan TDS rerata 3,8 mmHG. Batasi konsumsi alkohol untuk laki-
laki maksimal 2 unit per hari dan perempuan 1 unit per hari, jangan lebih dari
5 hari minum per minggu (1 unit = setengah gelas bir dengan 5% alkohol, 100
2013)
2. Terapi Farmakologis
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan
diinginkan belum tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti obat
lain, atau dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas yang berbeda,
penyebabnya
komplikasi
hipertensi
- Diuretik
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita asma bronkial.
RI, 2013)
efektifitas ARB sama dengan ACEI. Secara umum, ACEI dan ARB
dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer. Ada dua kelompok obat
sentral, dan obat golongan vasodilator pada populasi lanjut usia sangat
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan merupakan penentu ddari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia
(Notoatmodjo, 2008).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon individu terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan.
Menurut Green (1980), masalah kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku
(behavior cause) dan faktor non perilaku (non behaviour cause). Perilaku sendiri ditentukan
suatu perilaku, yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku termasuk
dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai sikap dan demografi
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya (Notoatmodjo,
2010)
memberikan peran dominan bagi menetapnya suatu perilaku yaitu keluarga, petugas
kesehatan dan petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
1. Pengertian
prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh
proses konsultasi antara pasien. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi
tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi
juga dituntut peran aktif pasien dan kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter sesuai
tinggi merupakan usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya
(Burnier, 2001).
mendiskusikan bahwa ada dua faktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi karakter si
penderita seperti usia, sikap, nilai sosial, dan emosi yang disebabkan oleh penyakit.
Adapun faktor eksternal yaitu dampak dari pendidikan kesehatan, interaksi penderita
dengan petugas kesehatan (hubungan diantara keduanya) dan tentunya dukungan dari
faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter sesuai
menggunakan berbagai metode, salah satu metode yang dapat digunakan adalah
secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
kelupaan dalam minum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan
dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat (Morisky
&Muntner, P, 2009).
2.1.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Pengetahuan yang baik akan berdampak pada penggunaan komunikasi secara efektif (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2005). Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Hasil penelitian Ekarini (2011) dan Mubin dkk (2010) menunjukan bahwa tingkat pendidikan
antihipertensi.
2.1.3.2 Pengetahuan
berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu tahu,
dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi (p=0,002). Semakin
baik pengetahuan seseorang, maka kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan juga
meliputi :
1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-
sementara)
antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan
sebagainya
tradisional
Dalam teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah tempat pesemaian manusia
sebagai anggota masyarakat. Karena itu bila persemaian itu jelek maka jelas akan
berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang kondusif
untuk tempat tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon anggota
yang sakit. Hipertensi memerlukan pengobatan seumur hidup, dukungan sosial dari orang
lain sangat diperlukan dalam menjalani pengobatanya. Dukungan dari keluarga dan teman-
teman dapat membantu seseorang dalam menjalankan program-program kesehatan dan juga
secara umum orang yang menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka
butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat
medis (Suprianto et al, 2009). Hasil penelitian Lilis Triani (2011) menunjukan bahwa
dukungan keluarga berhubungan dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien
hipertensi (p=0,000).
2.1.3.4 Motivasi
Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau keinginan. Motivasi pada
(Notoatmodjo, 2010).
dengan tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi (p=0,001).
Dengan adanya kebutuhan untuk sembuh maka pasien hipertensi akan terdorong untuk patuh
dalam menjalani pengobatan. Motivasi yang tinggi dapat terbentuk karena adanya hubungan
antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Dengan adanya kebutuhan untuk sembuh, maka klien
hipertensi akan terdorong untuk patuh dalam menjalani pengobatan, dimana tujuan ini
Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors)
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
1. Dukungan
Keluarga
2. Motivasi