Anda di halaman 1dari 147

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355695218

Buku Ajar

Book · October 2021

CITATIONS READS

0 802

2 authors:

Suci Hanifah Fithria Suryanegara


Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia
54 PUBLICATIONS 56 CITATIONS 8 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analysis of BPJS Kesehatan Outpatients Satisfaction with Pharmacy Practice At Puskesmas X in Yogyakarta View project

COST ANALYSIS OF CHRONIC KIDNEY DISEASE JKN INPATIENTS AT THE PROVINCIAL GENERAL HOSPITAL (RSUP) DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN View project

All content following this page was uploaded by Suci Hanifah on 28 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Buku Ajar

Penulis:

apt. Suci Hanifah, Ph.D., M.Si.


apt. Fithria Dyah Ayu Suryanegara, M.Sc.

Penerbit:

2020
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER BIDANG
RUMAH SAKIT MASA PANDEMI COVID-19

Penulis: apt. Suci Hanifah, Ph.D., M.Si.


apt. Fithria Dyah Ayu Suryanegara, M.Sc.

©2020 Penulis

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan seluruh atau seba-
gian isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik
ataupun mekanik termasuk memfotokopi, tanpa izin dari Penulis.

Ukuran : 16 x 23 cm
Jumlah Halaman : xiv + 132 halaman

Cetakan I
Febuari 2021 M / Jumadil Akhirah 1442 H

ISBN : 978-602-450-570-7
E-ISBN : 978-602-450-571-4 (PDF)

Penerbit:

Kampus Terpadu UII


Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
Tel. (0274) 898 444 Ext. 2301; Fax. (0274) 898 444 psw 2091
http://gerai.uii.ac.id;e-mail: penerbit@uii.ac.id

Anggota IKAPI, Yogyakarta


Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga
kita masih diberikan kesempatan untuk belajar walaupun dalam
situasi pandemic Covid-19. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Terima
kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. apt.Farida Hayati, M.Si., yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun
Buku Ajar PKPA Bidang Rumah Sakit dengan Metode Daring, tidak
terlupa pula terima kasih kami ucapkan kepada DPA (Direktorat
Pengembangan Akademik) Universitas Islam Indonesia dan Rektor
Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan fasilitas untuk
penyusunan dan penerbitan buku ajar ini.

Buku Ajar PKPA Bidang Rumah Sakit dengan Metode Daring ini
disusun dalam rangka memberikan panduan kepada mahasiswa
Program Studi Profesi Apoteker yang terdampak dengan adanya
pandemic Covid-19 yang menyebabkan diterbitkannya Surat Edaran
Rektor Nomor 1050/Rek/10/SP/III/2020 tentang Kerja dari Rumah
untuk Mitigasi Penyebaran Covid-19 dan Surat dari Ketua Prodi
Profesi Apoteker kepada Direktur Rumah Sakit Nomor 106/Ka.Prog.
Apt./20/Prog.Apt./III/2020 mengenai Penarikan Mahasiswa PKPA,
tidak memungkinkan bagi mahasiswa untuk melakukan PKPA
Bidang Rumah Sakit di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Di lain pihak,
ketercapaian CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah) yang telah
tertuang dalam RPS (Rencana Pembelajaran Semester) harus tetap
dicapai oleh setiap mahasiswa walaupun dalam kondisi pandemi.
Hal tersebut disebabkan ketercapaian CPMK mempengaruhi pada
kelulusan mahasiswa dan masa studi mahasiswa di PSPA (Program
Studi Profesi Apoteker) UII, sehingga PSPA UII memiliki kebijakan
untuk membuat PKPA Bidang Rumah Sakit dengan Metode Daring
(Dalam Jaringan).

v
Buku Ajar ini masih jauh dari sempurna, sehingga evaluasi dan
masukan dari berbagai pihak diperlukan agar dapat menyempur-
nakan buku ini. Saran dapat disampaikan kepada penulis; bagian
CPMK 1, 2 dan 3 disusun oleh penulis kedua, sementara bagian CPMK
4, 5, dan 6 disusun oleh penulis pertama. Demikian yang bisa kami
sampaikan, semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
PSPA khususnya dan PSPA seluruh Indonesia pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................v

Daftar Isi.......................................................................................vii

Daftar Tabel..................................................................................xi

Daftar Gambar.............................................................................xiii

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1..........................1

1.1 Rekonsiliasi.................................................................................1
1.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi...................1
1.1.2 Metode dan penugasan selama Pandemi...............4
1.1.3 Contoh penugasan kasus dan penyelesaiannya;...5
1.2 Pemantauan Terapi Obat (PTO).............................................8
1.2.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi...................8
1.2.2 Contoh kasus PTO dan gambaran
penyelesaiannya.............................................................15
1.3 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat.............................16
1.3.1 Definisi, ruang lingkup, tujuan, dan strategi: ........16
1.3.2 Metode dan penugasan selama pandemi...............19
1.3.3 Contoh kasus dan penyelesaiannya: ........................19
1.4 Monitoring Efek Samping Obat ............................................27
1.4.1 Definisi, tujuan, ruang linkup dan strategi.............27
1.4.1 Metode dan penugasan kepada mahasiswa............28

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2..........................37

2.1 Definisi, tujuan, dan strategi..................................................37


2.1.1 Menerima dan memvalidasi.......................................37
2.1.2 Memahami dan menginterpretasikan resep..........38
2.1.3 Menyiapkan obat dan memberikan label...............38

vii
2.1.4 Melakukan pengecekan akhir.....................................39
2.1.5 Mendokumentasikan.....................................................39
2.1.6 Memberikan obat dengan informasi yang tepat
dan jelas. ..........................................................................40
2.2 Metode pembelajaran dan instruksi penugasan..............41
2.3 Contoh kasus penugasan dan penyelesaian......................41

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3..........................51

3.1 Pelayanan Informasi Obat......................................................51


3.1.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Strategi......51
3.1.2 Metode pembelajaran dan penugasan.....................53
3.1 Konseling.....................................................................................57
3.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, dan strategi..........57
3.1.2 Contoh kasus dan penyelesaiannya.........................59

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4..........................67

4.1 Seleksi/Pemilihan......................................................................67
4.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi...................68
4.1.2 Metode Pembelajaran Selama Pandemi...................70
4.1.3 Kasus Seleksi dan Penyelesaiannya..........................70
4.2 Procurement...............................................................................78
4.2.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup, Strategi...............79
4.2.1 Perencanaan....................................................................79
4.2.1 Pengadaan........................................................................79
4.2.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi...................80
4.2.1 Kasus Procurement dan Penyelesaiannya...............81
4.3 Distribusi.....................................................................................102
4.3.1 Definisi, Ruang Lingkup dan Strategi.......................103
4.3.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi...................104
4.4 Pemusnahan...............................................................................116
4.4.1 Kasus dan Penyelesaiannya.........................................117

viii
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 5..........................119

5.1 Kehadiran dan Kelengkapan Pencapaian Tugas..............119


5.1.1 Progress Report...............................................................120

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 6..........................121

6.1 Akreditasi Rumah Sakit...........................................................121


6.1.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup dan Strategi........122
6.1.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi...................122
6.2 Manajemen Pendukung...........................................................123
6.2.1 Metode Pembelajaran selama Pandemi...................123

Referensi.......................................................................................125

Glosari...........................................................................................129

Indeks............................................................................................131

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Klasifikasi Dasar Drug Related Problem (DRP)


menurut Pharmaceutical Care Network Europe
Foundation (PCNE) (PCNE, 2019).......................................9
Tabel 1.2. Penjelasan masing-masing Domain Utama Drug
Related Problem (DRP) (PCNE, 2019)................................10
Tabel 1.3. Rincian Permasalahan Penggunaan Obat terkait
dengan Penyebab (PCNE, 2019)..........................................11
Tabel 1.4. Rincian Permasalahan Penggunaan Obat terkait
Intervensi (PCNE, 2019)........................................................12
Tabel 1.5. Rincian permasalahan penggunaan obat terkait
hasil intervensi (PCNE, 2019)..............................................13
Tabel 1.6. Hasil telaah literatur...............................................................31
Tabel 1.7. Parameter yang dilihat pada Saat Skrining Resep..........38
Tabel 1.8. Formulir Critical Appraisal...................................................75
Tabel 1.9. Rubrik Penilaian Kasus Seleksi............................................78
Tabel 1.10. Data Konsumsi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan BMHP Instalasi Farmasi Rumah Sakit......................82
Tabel 1.11. Lembar Kerja “Perencanaan Metode Konsumsi”.........86
Tabel 1.12. Rubrik Penilaian Perencanaan Metode Konsumsi.......91
Tabel 1.13. Data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
dalam Perencanaan Metode Morbiditas..........................92
Tabel 1.14. Lembar Kerja I Perencanaan Metode Morbiditas........93
Tabel 1.15. Lembar Kerja II Perencanaan Metode Morbiditas.......94
Tabel 1.16. Rubrik Penilaian Perencanaan Metode Morbiditas.....94
Tabel 1.17. Daftar Obat Analisis Skala Prioritas.................................95
Tabel 1.18. Lembar Kerja Analisis Skala Prioritas.............................98
Tabel 1.19. Rubrik Penilaian Analisis Skala Prioritas.......................98
Tabel 1.20. Daftar Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP...........................................................99

xi
Tabel 1.21. Rubrik Penilaian Pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................102
Tabel 1.22.Rubrik Penilaian Penerimaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................107
Tabel 1.23. Daftar Obat yang Harus Disimpan di Gudang
Farmasi Rumah Sakit............................................................108
Tabel 1.24.Lembar Kerja 1 Penyimpanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................109
Tabel 1.25. Rubrik Penilaian Penyimpanan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................112
Tabel 1.26. Gambaran Rak Penyimpanan Obat Reguler
(sebagai contoh saja untuk FEFO dan penempatan
obat LASA.................................................................................113
Tabel 1.27. Data Sediaan Farmasi yang Didistribusikan pada
Unit Farmasi Rawat Jalan....................................................113
Tabel 1.28. Rubrik Penilaian Distribusi Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................116
Tabel 1.29. Daftar Obat yang Dimusnahkan........................................117
Tabel 1.30.Lembar Kerja 1 Pemusnahan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan BMHP..................................................118
Tabel 1.31. Rubrik Penilaian Pemusnahan Sediaan Farmasi dan
alat Kesehatan dan BMHP...................................................118

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Alur transfer yang terjadi pada pasien sehingga


memerlukan rekonsiliasi.................................................. 4
Gambar 1.2. Pharmaceutical Management Framework.................... 68
Gambar 1.3. Surat Pesanan Apotek........................................................ 106

xiii
1

Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah (CPMK) 1

Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari Bagian I ini mahasiswa dapat;

Memberikan penilaian, rekomendasi, dan mengkomunikasikan hasil


keputusannya dalam pekerjaan farmasi klinis meliputi rekonsiliasi,
pemantauan terapi obat, analisis Drug Related Problem, Monitoring Efek
Samping Obat, dan membuat jadwal minum obat

1.1 Rekonsiliasi

1.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi

Secara bahasa, rekonsiliasi bermakna penyesuaian atau persetujuan


kembali. Secara definisi kefarmasian, rekonsiliasi adalah suatu pekerjaan
mengidentifikasi ketepatan daftar obat yang digunakan pasien meliputi
nama, dosis, frekuensi, dan rute pemberian (ASHP, 2020a).
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a. memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien;
b. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter; dan
c. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 1


Ruang lingkup kegiatan ini yaitu membandingkan obat yang diberikan
saat pasien masuk rumah sakit pertama kali, transfer, atau saat keluar
rumah sakit sehinga dapat menghindari terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error), misalnya tidak digunakannya obat yang seharusnya
(omission), kesalahan dosis baik dosis berlebih (overdose) dan dosis kurang
(subdose), masih digunakannya obat yang seharusnya dihentikan (continu-
ation error), atau duplikasi obat (ASHP, 2020a).

American Society of Hospital Pharmacy (ASHP) dan the American Pharma-


cists Association (AAP) pada kurun waktu 2007-2008 menetapkan peran
farmasi dalam proses rekonsiliasi yaitu (ASHP, 2020a):
1. Apoteker bertanggung jawab dalam mendesain kegiatan
rekonsiliasi dan membuat prosedur implementasi
2. Menyediakan informasi dan edukasi kepada pasien dan
penyedia pelayanan kesehatan mengenai manfaat rekonsiliasi,
serta menunjukkan bukti manfaat rekonsiliasi
3. Melakukan dan menunjukkan pelayanan rekonsiliasi
4. Melakukan training kepada apoteker junior supaya bisa
melakukan rekonsiliasi
5. Mempromosikan pelayanan rekonsiliasi

Rekonsiliasi obat mulai banyak diterapkan sejak dicanangkannya


Patient Protection and Affordable Care Act pada tahun 2010. Inisiasi rekon-
siliasi pengobatan sebenarnya sudah dimulai sejak 2005. The Institute of
Medicine memprediksi sedikitnya 1.5 juta ADR (Adverse Drug Reaction)
dapat dicegah setiap tahunnya dengan rekonsiliasi, dengan penghematan
sebesar 4 milyar pertahun. Proses rekonsiliasi melibatkan suatu proses
membandingkan dan mengecek perbedaan obat yang sebelumnya dengan
obat yang diresepkan saat ini.

Strategi implementasi rekonsiliasi meliputi tahapan sebelum dan saat


implementasi (ASHP, 2020)

Lima Langkah utama rekonsiliasi


1. Membaca dan evaluasi semua catatan pengobatan pasien
2. Melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat
3. Melakukan rekonsiliasi
4. Melakukan update pencatatan obat di rekam medis
5. Komunikasikan dengan dokter penanggung jawab

2 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tahapan sebelum rekonsiliasi
1. Membaca riwayat masuk rumah sakit pasien (catat alasan pasien
masuk rumah sakit dan riwayat pengobatannya)
2. Mengkaji kemungkinan pasien masuk rumah sakit karena obat
(alergi, reaksi tidak dikehendaki atau Adverse Drug Reaction
(ADR), dan penyakit akibat obat atau drug induced-disease
3. Membaca semua data pengobatan pasien (di rekam medis, di
papan tempat tidur, atau di catatan farmasi maupun perawat)

Tahapan implementasi rekonsiliasi (ASHP, 2020)


1. Memperkenalkan diri dan sampaikan maksud kedatangan
apoteker, sampaikan bahwa anda sebagai apoteker yang
bertanggung jawab pada pengobatan pasien sehingga perlu
memastikan ketepatan penggunaan obatnya
2. Menggali riwayat pengobatan pasien selengkap mungkin (tidak
hanya daftar nama obatnya saja). Gunakan pertanyaan terbuka,
hindari pertanyaan ya/tidak
3. Menanyakan juga obat bebas, herbal, atau suplemen yang
digunakan
4. Menggali pengobatan pasien dari pasien, anggota keluarga,
farmasi, maupun perawat
5. Menghindari kalimat yang bersifat ancaman. Gunakan kalimat
tanya dengan
a. Siapa orang yang membantu anda minum obat
b. Seberapa sering anda tidak menggunakan obat?
c. Apa yang menyebabkan penggunaan obatnya tidak teratur?
6. Memperhatikan kemungkinan perubahan dosis karena keluhan
yang sifatnya akut. Misalnya dehidrasi yang kemudian teratasi, krisis
hipertensi yang teratasi
7. Merevisi atau update daftar obat di rekam medis, hapus obat yang
tidak lagi digunakan
8. Mengomunikasikan kemungkinan ketidaksamaan obat kepada dokter
penanggung jawab.

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 3


Gambar 1.1. Alur transfer yang terjadi pada pasien sehingga memerlukan rekon-
siliasi

1.1.2 Metode dan penugasan selama Pandemi

Selama pandemi, aktivitas rekonsiliasi dilakukan menggunakan metode


Case based Learning atau pembelajaran berbasis kasus. Dosen pengampu
menyiapkan kasus riil bersama dengan preseptor. Kasus yang disiapkan
adalah kasus pasien masuk rumah sakit yang mendapatkan perawatan
rawat inap. Setiap kelompok mendapatkan kasus yang berbeda. Kasus
sengaja disiapkan dengan kondisi yang bervariasi, meliputi;

1. Pasien masuk rumah sakit dari Instalasi Gawat Darurat, kemudian


pindah ke bangsal rawat inap
2. Pasien masuk rumah sakit untuk dilakukan tindakan pembedahan
di Instalasi bedah sentral kemudian pulang
3. Pasien masuk rumah sakit melakui ruang unit perawatan intensif
kemudian pindah ke instalasi rawat inap
4. Pasien masuk rumah sakit melalui poliklinik berpindah ke instalasi
rawat inap, kemudian dipindah ke unit perawatan intensif, dan
kembali ke rawat inap
5. Pasien masuk rumah sakit dirawat inap kemudian pulang

4 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
1.1.3 Contoh penugasan kasus dan penyelesaiannya;

Pasien a.n Ny. TM usia 43 thn, MRS di RS X tanggal 7 Mei 2019 dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah, sumer – sumer, lemah,nyeri ulu hati
sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat penyakit gastritis, riwayat alergi obat
sulfa. Tanda-tanda vital meliputi Tekanan Darah 120/90 mmHg, frekuensi
nadi 90x/menit, kecepatan pernapasan 22 x/mnt, suhu 37,5 ºC. Data labora-
torium menunjukkan Hemoglobin 11,5 g/dL, Angka Leukosit 13.500/mm3,
Angka Trombosit 155.000/mm3. Pasien didiagnosis appendisitis akut, dan
dilakukan operasi apendiktomi tgl 7 Mei 2019. Setelah operasi, pasien
mendapat terapi injeksi Seftriakson 2 x 1g, Ringer Laktat 2000 cc/24 jam,
injeksi ranitidin 2 x 1, injeksi ketorolak 3 x 30 mg. Suhu pasien 38ºC,
terdapat pus pada bekas operasi, dan angka leukosit 14.000/mmº

Strategi penyelesaian kasus


1. Perhatikan data pengobatan pasien, baik di ruang operasi
(sebelum operasi) maupun setelah operasi
2. Lakukan pengisian formulir rekonsiliasi dari data pasien
3. Berikan catatan serah terima obat antara apoteker dengan
perawat di ruang rawat atau apoteker dengan pasien.

Komponen penilaian
Mahasiswa dapat menggali dan menyusun dokumentasi rekonsiliasi,
meliputi
1. Obat yang dibawa dari rumah
2. Obat yang diperoleh dari rumah sakit
3. Obat yang digunakan saat ini
4. Rekomendasi obat yang perlu dihentikan
5. Rekomendasi obat yang perlu dilanjutkan

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 5


FORMULIR REKONSILIASI (bisa dikopi sesuai jumlah rekonsiliasi)

6
RS.X NO.RM.

REKONSILIASI a NAMA : Ny. TM Jenis Kelamin : Perempuan


Ruang Operasi-Pulang

Tgl. Lahir : 43 Tahun Ruang : Operasi

Tanggal : 7 Mei 2019


Alergi obat : Ya/Tidak, Jika Ya, Nama Obat Sulfametoksazol

Rekomendasi
dokter dilan-
Penggunaan jutkan atau tidak
Dosis/ Rute Terakhir Tanggal/
Tgl Nama Obat Cara Pemberian Ya Tidak Tindak Lanjutb
Frekuensi Jam

7/5/19 Normal Salin 6 m l / k g B B / IV Diberikan melalui 7/5/14 Tidak Dihentikan


jam intravena

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Seftriakson 2 x 1 g IV Diberikan melalui 7/5/14 Ya Dilanjutkan
inj intra vena 1 g setiap dengan
12 jam antibiotik oral
yaitu sefiksim
100mg, 2 x 2
tablet dalam
sehari dengan
durasi 5-7 hari
Ranitidin inj 2x1 IV Diberikan melalui 7/5/14 Ya Dilanjutkan
intravena setiap 12 dengan
jam ranitidin oral
2 x 150 mg

Ketorolak inj 3 x 30 mg IV Diberikan melalui 7/5/14 Tidak jika pasien


intravena 30 mg/ml masih
setiap 8 jam mengalami
nyeri maka

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1


dilanjutkan
dengan oral
natrium
diklofenak
3x500 mg
Serah terima obat postoperasi, obat dibawa pulang;
Sefiksim oral 2 x 100 mg sampai 5-7 hari
Ranitidin oral 2 x 150mg
Natrium diklofenak oral 3 x 150 mg

7
1.2 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

1.2.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi

Definisi Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah pekerjaan apoteker untuk


pasien yang meliputi pemastian terapi yang diberikan aman, efektif dan
rasional bagi pasien (Kemenkes, 2016).

Tujuan PTO adalah meningkatkan ketercapaian hasil terapi atau efekti-


vitas terapi dan menghindari terjadinya Drug Related Problem (DRP)
meminimalkan risiko berupa Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Apoteker memiliki peran signifikan dalam anggota tim atau kolaborasi
pelayanan kesehatan untuk melakukan pemantauan atau monitoring
pengobatan. Kegiatan pemantauan terapi obat ini meliputi penilaian
status pasien melalui rekam medis, rekam kefarmasian, identifikasi reaksi
obat yang tidak dikehendaki, maupun melalui komunikasi dengan dokter
penulis resep. Aktivitas PTO ini paling ideal dilakukan oleh apoteker
bangsal dengan visit bersama tim tenaga kesehatan yang lain. Dalam
sejarahnya, pelayanan PTO ini diawali dengan mulai diterapkannya
apoteker depo yang terdesentralisasi di masing-masing lantai rumah sakit.
Perbedaan karakter pelayanan apoteker depo dengan apoteker bangsal
saat ini adalah waktu pemberian intervensi. Apoteker depo memberikan
intervensi setelah peresepan, sementara itu, apoteker klinis seharusnya
memberikan intervensi sebelum peresepan, dengan cara visit bersama
dan mendiskusikannya terapi terbaik untuk pasien (Saepudin, dkk 2020)
tautan terapi obat meliputi:
1. Penelusuran riwayat pengobatan
2. Pengkajian terhadap pengobatan pasien atau terjadinya kesalahan
pengobatan (Drug Related Problem/DRP)
3. Konfirmasi ke dokter penanggung jawab pasien
4. Mengomunikasikan rekomendasi terapi kepada dokter
Pemantauan terapi obat lebih mudah dilakukan di lingkup rumah sakit
dibandingkan di komunitas. Hal ini mengingat di rumah sakit mudah
terjadi komunikasi dan monitoring antara apoteker, pasien, dan penulis
resep, maupun tenaga kesehatan lain.
Indikator penggunaan obat rasional adalah tidak ditemukannya Drug
Related Problem (DRP) atau permasalahan penggunaan obat.

8 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.1. Klasifikasi Dasar Drug Related Problem (DRP) menurut Pharmaceu-
tical Care Network Europe Foundation (PCNE) (PCNE, 2019)
Kode V5.01 Domain Utama
Permasalahan Reaksi yang tidak dikehendaki
P1 Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki
Permasalahan pilihan obat
P2 Pasien menerima atau akan menerima obat yang salah
(tidak sesuai dengan keluhan atau penyakit pasien.
Permasalahan dosis
P3 Pasien menerima dosis lebih atau kurang dari yang
sebenarnya dibutuhkan
Permasalahan penggunaan obat
P4 Obat digunakan atau diberikan dengan cara yang salah
Interaksi
Ada manifestasi atau potensial interaksi obat dengan
P5
obat atau obat dengan suplemen/makanan, atau obat
dengan herbal
P6 Lain-lain
Penyebab Pilihan obat/dosis
Penyebab DRP dapat disebabkan oleh kesalahan
C1 pemilihan obat atau kesalahan dosis atau jadwal
penggunaan obat
Proses penggunaan obat
Penyebab DRP dapat disebabkan oleh cara pasien
C2 menggunakan obat, meskipun instruksi obat sudah tepat.

Informasi
C3 Penyebab DRP dapat disebabkan oleh interpretasi yang
salah.
Pasien/Psikologis
C4 Penyebab DRP dapat disebabkan oleh perilaku atau
persoalan pasien
Farmasi/logistic
C5 Penyebab DRP dapat disebabkan oleh perencanaan /
pengadaan atau proses dispensing yang salah

C6 Other
Intervensi I0 Tidak ada intervensi

I1 Intervensi ke penulis resep


I2 Intervensi ke pasien
I3 Intervensi pada aspek obat

I4 Lain-lain

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 9


Hasil intervensi O0 Hasil intervensi tidak diketahui
O1 Problem tidak teratasi sama sekali
O2 Problem teratasi sebagian
O3 Problem tidak teratasi

Tabel 1.2. Penjelasan masing-masing Domain Utama Drug Related Problem


(DRP) (PCNE, 2019)

Domain Utama Kode V5.01 Problem

1. Reaksi obat yang tidak P1.1 Terjadi efek samping yang non alergi
dikehendaki
Pasien menderita reaksi obat P1.2 Terjadi efek samping berupa alergi
yang tidak dikehendaki Terjadi efek toksik
P1.3

2. Pilihan obat Obat yang diberikan tidak tepat atau bukan


P2.1
Pasien mendapatkan atau yang paling tepat
akan mendatapatkan obat
Bentuk sediaan obat yang diberikan kurang
yang tidak sesuai dengan P2.2
tepat (tidak sesuai indikasi)
keluhan atau kondisi
penyakit pasien Terdapat duplikasi terapi atau terdapat
P2.3 senyawa aktif yang digunakan melebihi yang
dibutuhkan
Kontraindikasi obat termasuk kontraindikasi
P2.4
untuk kehamilan maupun menyusui
Tidak ada indikasi yang jelas terkait obat
P2.5 yang digunakan

Tidak ada obat yang diresepkan, padahal


P2.6
indikasinya sudah jelas
3. Permasalahan Dosis Dosis obat terlalu rendah atau frekuensi
P3.1
Pasien mendapatkan dosis pemberiannya kurang
obat yang kurang atau lebih
Dosis obat terlalu besar atau frekuensi
dari yang dibutuhkan P3.2
pemberian terlalu sering

P3.3 Durasi terapi terlalu pendek


P3.4 Durasi terapi terlalu panjang
4.Permasalahan enggunaan Obat tidak diberikan secara lengkap atau
P4.1
Obat sama sekali tidak mendapatkan
Obat yang diberikan salah Obat yang digunakan atau diberikan salah
atau tidak mendapatkan P4.2

5. Interaksi P5.1 Interaksi yang potensial


Ada manifestasi atau
P5.2 Interaksi terjadi
potensial interaksi obat

10 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
6. Lain-lain Pasien tidak puas dengan terapi meskipun
P6.1
sudah menggunakan obat secara benar.
Kesadaran pada kesehatan dan penyakitnya
P6.2
kurang memenuhi
Komplain tidak jelas. Sehingga perlu klari-
P6.3
fikasi lebih lanjut

Kegagalan terapi (penyebab/alasan tidak


P6.4
diketahui)
* Masing-masing permasalahan seharusnya diberi kode terpisah.

Tabel 1.3. Rincian Permasalahan Penggunaan Obat terkait dengan Penyebab

(PCNE, 2019)
Domain utama Kode Penyebab
V5.01

1. Pemilihan obat C1.1 Pemilihan obat yang tidak tepat


Penyebab DRP dikaitkan
C1.2 Pemilihan bentuk sediaan yang tidat tepat
dengan pemilihan obat
atau sediaan obat. C1.3 Masih ada obat yang lebih cost efektif

C1.4 Permasalahan farmakokinetik misalnya penuaan,


disfungsi organ, dan interaksi obat

C1.5 Pencegahan dan sinergisme obat tidak diberikan

C1.6 Perburukan atau peningkatan status penyakit

C1.7 Muncul gejala baru atau keluhan lain

C1.8 Efek samping muncul tanpa ada penyebab fisiologis


lain

2. Proses penggunaan C2.1 Ketidaktepatan waktu pemberian/interval pemberian


obat obat
Penyebab DRP dapat
C2.2 Obat yang diberikan kurang (dosis atau jumlah)
dikaitkan dengan
kesalahan cara C2.3 Obat yang diberikan berlebih
penggunaan obat
C2.4 Kadar obat dalam darah tidak termonitor/tercapai

C2.5 Penyalahgunaan obat

C2.6 Pasien tidak mampu menggunakan obat sesuai


aturan/instruksi

3. Informasi C3.1 Instruksi penggunaan tidak diketahui


Penyebab DRP dapat
C3.2 Pasien tidak menyadari alasan terapi obat
dikaitkan dengan
kurangnya pemahanan C3.3 Pasien memiliki kesulitan membaca atau memahami
atau mistinterpretasi instruksi, ataupun informasi dalam leaflet

C3.4 Pasien tidak mampu memahami bahasa lokal

C3.5 Kurangnya komunikasi antara profesi kesehatan

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 11


4. Pasien/psikologis C4.1 Pasien lupa tidak menggunakan obat
pasien
C4.2 Pasienn memiliki persoalan dengan obatnya
Penyebab DRP dapat
dikaitkan dengan C4.3 Pasien memikirkan akan terjaid efek samping
persoalan pribadi pasien
C4.4 Pasien tidak mampu membiayai pengobatannya
atau perilaku pasien.
C4.5 Pasien tidak ingin menyusahkan dokter (sehingga
mungkin tidak terbuka dengan permasalahannya_

C4.6 Pasien tidak mau ganti obat

C4.7 Pasien tidak mau mengubah lifestyle

C4.8 Beban terapi

C4.9 Terapi tidak sejalan dengan kepercayaan pasien

C4.10 Pasien menggunakan makanan yang berinteraksi


dengan obat

5. Logistik C5.1 Obat yang diresepkan tidak ada


Penyebab DRP dapat
C5.2 Kesalahan peresepan
dikaitkan dengan penye-
diaan, peresepasan, dan C5.3 Kesalahan dispensing
dispensing

6. Lain-lain C6.1 Penyebab lain

C6.2 Tidak ada penyebab yang jelas

*Satu masalah bisa memiliki lebih dari satu penyebab

Tabel 1.4. Rincian Permasalahan Penggunaan Obat terkait Intervensi (PCNE,


2019)
Domain utama Kode V5.01 Intervensi

Tidak ada inter- I0.0 Tidak ada intervensi


vensi

1. Level penulis I1.1 Dokter menginformasikan (hanya)….


resep/dokter
I1.2 Dokter meminta informasi…

I1.3 Intervensi diajukan dan disetujui oleh dokter

I1.4 Intervensi diajukan namun tidak disetujui dokter

I1.5 Intervensi diajukan namun hasilnya tidak diketahui

2.Level pasien/ I2.1 Konseling obat kepada pasien…


keluarga pasien
I2.2 Informasi tertulis disediakan (hanya)…

I2.3 Pasien dirujuk ke dokter….

I2.4 Berbicara kepada pasien atau keluarga pasien…

12 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
3. Level obat I3.1 Obat diganti…….

I3.2 Dosis obat diganti ….

I3.3 Formulasi obat diganti …..

I3.4 Instruksi penggunaan diganti…..

I3.5 Obat dihentikan

I3.6 Obat baru dimulai

4. Intervensi I4.1 Intervensi lain (spesifik)


lain
I4.2 Efek samping dilaporkan kepada yang berwenang
*Satu masalah dapat menyebabkan lebih dari satu intervensi

Tabel 1.5. Rincian permasalahan penggunaan obat terkait hasil intervensi


(PCNE, 2019)

Domain utama Kode Hasil intervensi


V5.01
0. Tidak diketahui O0.0 Hasil intervensi tidak diketahui
1. Teratasi O1.0 Permasalahan teratasi semua
2.Teratasi sebagian O2.0 Permasalahan teratasi sebagian
3. Tidak teratasi O3.1 Permasalahan tidak teratasi, kurang
kooperatif dengan pasien
O3.2 Permasalahan tidak teratasi, kurang
kooperatif dengan dokter
O3.3 Permasalahan tidak teratasi, intervensi tidak
efektif
O3.4 Masalah tidak perlu diatasi atau tidak
mungkin diatasi
*Satu masalah atau (kombinasi intervensi) bisa memerlukan lebih dari satu penyelesaian
masalah

Strategi pelaksanaan kegiatan pemantauan terapi obat meliputi :


1. Pengkajian kondisi pasien
2. Analisis ketepatan penggunaan obat; sesuai dengan klasifikasi
DRP di atas
3. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 13


Pemantauan pengobatan dapat dioptimalkan melalui 3 langkah berikut
ini:
1. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai terapi, potensial
ADR, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan jika terjadi ADR.
2. Menilai terapi pasien secara rutin. Memastikan obat digunakan
dengan tepat, proaktif mengidentifikasi dan menyelesaikan ADR,
dan menilai efektivitas terapi, termasuk menjamin ketepatan
pemeriksaan laboratorium.
3. Menyesuaikan terapi obat sesuai kebutuhan berdasarkan
informasi hasil proses monitoring

PTO dapat dilakukan dengan beberapa struktur yaitu Subjective, Objective,


Assessment, and Planning (SOAP), Finding, Assesment, Recommendation,
and Monitoring (FARM), atau Problem, Assessment, and Monitoring (PAM)
(Kemenkes, 2016)

S: Subjective Finding Problem


yaitu gejala subyektif yang yaitu permasahalan, Yaitu permasahalan,
dirasakan oleh pasien. keluhan, atau tanda yang keluhan, atau tanda yang
Penilaian didasarkan atas dialami pasien. Finding ini dialami pasien.
keluhan yang disampaikan bisa diisi dengan Subjective Problem ini sama dengan
pasien dan Objective finding, yang bisa diisi
dengan Subjective dan
O: Objective
Objective
yaitu tanda yang dapat
diukur dengan pemeriksaan
yang obyektif misalnya
dengan suhu badan,
frekuensi nadi, kecepatan
respirasi, tekanan darah.

A; Assessment A; Assessment A; Assessment


yaitu penilaian apoteker yaitu penilaian apoteker yaitu penilaian apoteker
terhadap permasalahan terhadap permasalahan terhadap permasalahan
pengobatan pasien atau pengobatan pasien atau pengobatan pasien atau
dalam hal ini adalah Drug dalam hal ini adalah Drug dalam hal ini adalah Drug
Related Problem (DRP) Related Problem (DRP) Related Problem (DRP)

dan rencana atau


rekomendasi yang
disarankan atas permas-
alahan pengobatan (DRP)
yang ditemukan

14 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
P: Planning R: Recommendation Monitoring
yaitu rencana atau yaitu rencana atau yaitu monitoring efektivitas
rekomendasi yang rekomendasi yang terapi dan monitoring efek
disarankan atas permas- disarankan atas permas- samping obat
alahan pengobatan (DRP) alahan pengobatan (DRP)
yang ditemukan. Selain yang ditemukan
itu juga berisi tentang
monitoring pengobatan M: Monitoring
meliputi: monitoring efekti- yaitu monitoring efektivitas
vitas terapi dan monitoring terapi dan monitoring efek
efek samping obat samping obat

Metode dan penugasan selama pandemi


Selama pandemic, metode praktik pemantauan terapi obat adalah Case
Based Learning. Adapun tahapannnya adalah

1. Koordinator PKPA menyiapkan kasus riil bersama preseptor; tiap


1 kelompok mahasiswa (4-5 orang)
2. Setiap kelompok akan mendapatkan 1 kasus pasien rawat inap
mendapatkan kasus yang berbeda
3. Setiap kelompok melakukan pemantauan terapi obat dengan
melakukan analisis data pasien, dan bisa menanyakan kepada
preseptor jika ada yang data tambahan yang perlu dikonfirmasi.
4. Setiap kelompok presentasi kasus kelompoknya dalam kelas besar
dan disertai tanya jawab dan diskusi.
Presentasi dalam kelas besar ini dimaksudkan supaya setiap maha-
siswa atau kelompok belajar dari kasus yang beragam
5. Preseptor/pembimbing memberikan umpan balik untuk
perbaikan praktik mahasiswa

1.2.2 Contoh kasus PTO dan gambaran penyelesaiannya.

Selama pandemi, pembelajaran terkait kompetensi pemantauan terapi


obat dilakukan dengan metode Case Based-Learning. Mahasiswa diberikan
contoh kasus pasien, kemudian mempraktikkan melakukan penggalian
informasi pasien secara daring menggunakan zoom meeting atau whatsapp
video call. Adapun yang menjadi pasien adalah preseptor ataupun teman
sekelompok. Kasus yang digunakan untuk PTO dan penelusuran riwayat
penggunaan obat sama, sehingga kasus akan dibahas di bagian akhir
penelusuran riwayat penggunaan obat.

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 15


1.3 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

1.3.1 Definisi, ruang lingkup, tujuan, dan strategi:


Penelusuran riwayat penggunaan obat atau review pengobatan idealnya
adalah bagian dari rangkaian kegiatan dengan pemantauan terapi obat.
Definisi penelusuran riwayat penggunaan obat yaitu pertemuan antara
pasien dengan apoteker untuk membahas terapi yang telah digunakan
pasien (PCNE, 2019). Penelusuran penggunaan obat ini meliputi aktivitas
menggali pengobatan pasien yang telah lalu (lebih dari tiga bulan) dengan
cara berdiskusi mengenai obat yang digunakan dengan pasien atau
keluarga pasien (care giver) (Kemenkes, 2016). Apoteker yang seharusnya
melakukan penelusuran pengobatan ini adalah apoteker klinis yang
berpraktek. Apoteker umum memiliki keahlian dalam bidang obat, namun
apoteker klinis memiliki keahlian tambahan dalam hal pelayanan dan
peresepan obat. Pasien dengan penyakit kronis sedikitnya dilakukan
penelusuran pengobatan setiap setahun sekali

Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan informasi pasien terkait pengo-


batan yang pernah digunakan sehingga terapi pasien menjadi optimal.

Di luar negeri, pasien bisa melakukan janjian dengan apoteker terlebih


dahulu. Di Indonesia, pada umumnya bisa dilakukan kapanpun ketika
pasien datang ke apotek atau rumah sakit.
Pada saat penelusuran riwayat pengobatan, apoteker biasanya menanya-
kan bagaimana pasien menggunakan obat, bagaimana efek yang ditimbul-
kan, dan apakah ada permasalahan terkait pengobatan?

Ruang Lingkup kegiatan ini meliputi:


a. penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/
keluarganya; dan
b. melakukan penilaian terhadap jadwal dan cara penggunaan obat
pasien.

Strategi penelusuran riwayat penggunaan obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan dengan cara melakukan
wawancara atau penelusuran data rekam medik/pencatatan penggunaan
obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat:
a. membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan
informasi penggunaan Obat;

16 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
b. melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan
oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan
jika diperlukan;
c. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
d. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat;
e. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat;
f. melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan;
g. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat
yang digunakan;
h. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat;
i. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat;
j. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat
bantu kepatuhan minum Obat (concordance aids);
k. mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter; dan
l. mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Waktu yang tepat untuk dilakukan review pengobatan. Review pengobatan
dapat dilakukan kapan pun, terutama pada kondisi terjadi efek samping,
terjadi perubahan gejala yang dirasakan pasien, saat memulai obat lain
(oabt tambahan). Dalam kondisi seperti ini, apoteker akan memberikan
saran terhadap obat yang paling tepat untuk pasien.
Strategi dan langkah-langkah melakukan review pengobatan terdiri dari
tujuh langkah yaitu
Langkah 1. (Aim/Tujuan) Apa yang terjadi pada pasien
Identifikasi tujuan terapi dengan bertanya kepada pasien? Bagaimana
keadaanmu?
Menananyakan informasi kunci misalnya parameter laboratorium
Menetapkan tujuan terapi bersama dengan pasien melalui proses diskusi
bersama
Langkah 2: (Need/Kebutuhan) identifikasi manfaat terapi
Menuliskan daftar obat yang digunakan pasien
Memastikan pasien memhami pentingnya menggunakan obat
Semua obat yang digunakan baik herbal, maupun obat yang diresepkan
harus diikutkan
Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 17
Langkah 3: (Need/Kebutuhan) Apakah pasien menggunakan oabt yang
tidak perlu?
Perlu diverifikasi apakah obat yang digunakan memang bermanfaat
mencapai tujuan terapi pasien?
Pastikan bahwa pasien mampu melanjutkan penggunaan untuk mencapai
efikasi obat
Apakah gaya hidup mampu mengubah terapi obat yang tidak diperlukan?
Langkah 4: (Efektvitas) apakah tujuan terapi dapat dicapai?
Evaluasi pilihan terapinya, apakah paling efektif atau tidak?
Jika sudah menggunakan terapi yang terbaik, namun berdampak positif,
perlu dievaluasi kemungkinan ketidakpatuhan pasien. Berdasarkan
penelitian, separuh lebih pasien yang menggunakan obat lebih dari empat,
tidak mematuhi pengobatannya.
Langkah 5: (Keamanan) apakah pasien memiliki risiko efek samping
atau mengalami efek samping?
Keberadaan ADR kadang-kadang dapat diidentifikasi dari data labora-
torium (misalnya hipokalemia akibat penggunaan diuretic
Pasien mungkin melaporkan gejala-gejala akibat interaksi obat yang
diresepkan atau obat yang dibeli sendiri oleh pasien
Tanyakan kepada pasien secara spesifik (misalnya dengan menggunakan
Form MESO
Langkah 6: (Efikasi) apakah obatnya cost efektif?
Lakukan penilaian cost minimisation, penggantian obat untuk alasan biaya
dilakukan jika efektivtias, keamanan dan kepatuhan tidak dapat dicapai.
Jamin bahwa peresepan sinergis dengan bentuk sediaan atau formularium
yang direkomendasikan
Langkah 7: (Patient-Centred) Apakah pasien menghendaki dan mampu
menggunakan obat yang diresepkan?
Apakah pasien memahami hasil dari review pengobatan ini?
Pastikan terapi obat didasarkan atas pilihan pasien
Komunikasikan dan minta persetujuan dengan pasien
Bahkan jika pasien memang memiliki kemampuan pemahaman yang
kurang, maka tetap perlu dibuat dokumentasi yang spesifik menyatakan
“Adult with low capacity”

18 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Informasi obat yang diperoleh dari hasil penelusuran riwayat pengobatan
meliputi nama obat, indikasi, bentuk sediaan, dosis frekuenasi pengo-
batan, dan lama pengobatan, monitoring efektivitas obat (MESO), reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan kepatuhan terapi

1.3.2 Metode dan penugasan selama pandemi

Selama pandemi, pembelajaran terkait kompetensi penelusuran riwaya


penggunaan obat dilakukan dengan metode Case Based-Learning.
Mahasiswa diberikan contoh kasus pasien, kemudian mempraktikkan
melakukan penggalian informasi pasien secara daring menggunakan zoom
meeting atau whatsapp video call. Adapun yang menjadi pasien adalah
preseptor ataupun teman sekelompok.

1.3.3 Contoh kasus dan penyelesaiannya:


Data Pasien
Data Pasien 7 April 2019 (sebelum 7 April 2019 (setelah
operasi) operasi)

Skala nyeri - -

Pus - +

Demam + ++

Tanda Vital Tanggal

Tekanan Darah 120/90 mmHg

RR 22 kali/menit

Frekuensi Nadi 90 kali/menit

Suhu 37.5 celsius 38 celsius

Leukosit 13.500/mm3

Trombosit 155.000/mm2

Hemoglobin 11,5 g/dl

Terapi

RL 2000cc/24 jam √
Seftriakson 2 X 1 √
Ranitidin 2 X1 √
Ketorolak 3 X 30 √

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 19


Strategi penyelesaian kasus
1. Lakukan penelusuran riwayat penggunaan obat pada pasien
2. Perhatikan data subyektif dan obyektif pasien, kemudian analisis
permasalahan pasien
3. Lakukan Evaluasi terapi pasien berdasarkan klasifikasi Drug Related
Problem (DRP) sebagaimana penjelasan sebelumnya
4. Lakukan pengisian formulir PTO menggunakan format SOAP, FARM,
atau PAM (contoh di bawah ini adalah contoh kasus PTO dengan
penyelesaian menggunakan format SOAP)
Komponen penilaian aktivitas pemantauan Terapi Obat
1. Menuliskan formulir asuhan kefarmasian dengan tepat (S, O, A, P)
dengan tepat
2. Menganalisis masalah terapi dan pengobatan dengan tepat
3. Menganalisis peran apoteker untuk optimalisasi terapi pasien dengan
baik
4. Menganalisis efektivitas, safety, availability, affordability dalam
merekomendasikan terapi pasien
5. Menggunakan Evidence Based yang berkualitas dan menggunakannya
untuk menjawab masalah dengan tepat

20 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tanggal: 7/Mei/2019

Ruang/bangsal: Rawat Inap

Subyektif Obyektif Terapi Assesment Planning

Pasien Ny.Tm Setelah • ceftriaxone DRP : Plan Terapi :


telah menjalani dilakukan injeksi 2 x1 g, • Potensi interaksi farmasetis
a. Direkomendaskan untuk
tindakan appen- tindakan appen- • RL 2000 cc/24 (inkompatibilitas)
melakukan penggantian jenis
dectomy dectomy, jam,
infus normal saline dengan
suhu pasien • ranitidine interaksi obat antara antibiotic
kebutuhan cairan pada operasi
menjadi 380C injeksi 2 x1 ceftriakson injeksi dan infus
sedang yaitu 6 ml/kgBB/jam.
, terdapat pus • ketoroloac RL. Pemberian keduanya secara
Ceftriaxone dan normal saline
pada bekas injeksi 3 x 30 mg. bersamaan dengan rute pemberian
tidak memiliki interaksi, dan
operasi, dan yang sama menyebabkan inkom-
keduanya kompatibel. Sehingga
jumlah WBC patibilitas (Rizzoli et al., 2011).
dengan penggantian jenis infus
14.000/mm3
normal saline tetap untuk
a.. Terapi ceftriaxone injeksi 2 x

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1


indikasi mengganti cairan
1 g diberikan untuk mengatasi
elektrolit pada pasien namun
infeksi pasca operasi yang dialami
dapat menghindari terjadinya
pasien yaitu adanya pus pada
interaksi obat berupa inkom-
bekas operasi, jumlah WBS yang
patibilitas.
meningkat (14.000/mm3) dan
pasien yang mengalami demam
(380C)

21
b. RL2000 cc/24 jam, diberikan Plan Monitoring :

22
mengembalikan keseimbangan
a. Efektivitas :
elektrolit tubuh pasien
• Ceftriaxone 2 x 1g dan metro-
nidazole 500 mg diharapkan
Tidak terdapat DRP
mampu menyembuhkan
infeksi pasca operasi yang
c. Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
dialami pasien. Ceftriaxone
diberikan untuk mengatasi
bekerja pada spektrum bakteri
nyeri pasca operasi pada pasien.
aerob negative dan metro-
Ketorolac efektif untuk menyem-
nidazole memiliki aktivitas
buhkan nyeri pasian yaitu dengan
terhadap bakteri anerob.
tingkat nyeri ringan-sedang) dan
Dimana sesuai dengan bakteri
(Imelda, 2007). Karena skala nyeri
penyebab infeksi pasca operasi.
yang dialami pasien tidak dihitung,
Pemberian antibiotik secara
maka nyeri yang dialami pasien
parenteral dapat diganti
diindikasikan termasuk dalam
menjadi oral apabila setelah
nyeri ringan-sedang, sehingga
24-48 jam kondisi pasien sudah
pemberian ketorolac diharapkan
membaik, tidak terdapat
dapat efektif untuk pasien
gangguan fungsi pencernaan,
(maksimal 5 hari)
tidak demam (suhu >36Oc dan
<38Oc) disertai tidak lebih dari
satu kriteria berikut :

Nadi >90x/menit,
RR >20x/menit,
Tekanan darah tidak stabil

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tidak terdapat DRP leukosit <4000 sel/dl atau
>12.000 sel/ (tidak ada
d. Injeksi ranitidine 2 x 1,
neutropeni) (Kemenkes, 2011).
diberikan untuk mengatasi atau
kemudian selanjutnya dapat
meringankan nyeri GI akibat
diganti dengan bentuk sediaan
efek dari penggunaan natrium
oral yang satu golongan yaitu
diklofenak dan juga karena adanya
Cefixime 100mg, 2x 2 tablet
riwayat gastritis pasien sehingga
dalam sehari dengan durasi
untuk mencegah kekambuhan
sekitar 5-7 hari (DIH, 17th
pasien
Edition)

• Normal saline diharapkan


mampu mengembalikan
keseimbangan cairan tubuh
pasien. kebutuhan cairan
disesuaikan dengan banyaknya
cairan yang hilang saat operasi

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1


• Injeksi ketorolac 3 x 30 mg
sebagai analgesic diharapkan
mampu mengatasi nyeri akut
pasca operasi.

23
• Injeksi ranitidine 2 x 1

24
diharapkan mampu mengatasi
nyeri GI akibat efek dari
penggunaan obat NSAID yaitu
ketorolac dan menghindari
kekambuhan riwayat gastritis
pasien

b. Efek samping obat :

• Ceftriaxone 2 x 1 g, memiliki
efek samping ruam kulit (2%),
diare (3%), anemia, demam

• Ketoralc inj 3 x 30mg, bisa


menyebabkan gangguan
saluran cerna (diare, dyspepsia,
nyeri GI, muntah), sakit kepala,
pusing

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Jika pasien mengalami ESO
maka disarnakan untuk segera
menghubungi dokter.

c. Interaksi obat :
Obat-obat yang digunakan tidak
memiliki interaksi satu sama
lain (DIH, 17th Edition)

• Toksisitas obat : Obat-obat


yang diberikan bukan
merupakan obat dengan indeks
terapi sempit, sehingga tidak
perlu dilakukan pemantauan
toksisitas/kadar obat dalam
darah

d. Kepatuhan obat : Obat-obat

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1


yang diberikan bukan
merupakan obat dengan
membutuhkan tingkat
kepatuhan tinggi,

25
hanya saja perlu dilakukan

26
pemantauan terkait efek yang
dirasakan pasien setelah
diberikan obat tersebut.

Plan Konseling :

• Pasien sebaiknya mengh-


indari faktor risiko munculnya
apendisitis yaitu dengan
memperbanyak makan
makanan mengandung serat
tinggi.

• Karena pasien baru saja


melakukan operasi, sebaiknya
perbanyak istirahat dan hindari
aktivitas atau gerakan berat
yang bisa berisiko menye-
babkan pendarahan

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
1.4 Monitoring Efek Samping Obat

1.4.1 Definisi, tujuan, ruang linkup dan strategi

Definisi kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) ini adalah


memantau, mendeteksi, mengevaluasi, mendokumentasikan, dan
melaporkan efek samping obat (ESO) serta melakukan intervensi dan
memberikan umpan balik (WHO, 2020). Apoteker di fasilitas kesehatan
seharusnya mengembangkan program untuk memonitor dan melaporkan
efek samping obat secara komprehensif. Melaporkan dugaan ADR adalah
tanggung jawab apoteker dan kewajiban profesional untuk. Apoteker
wajib melaporkan kejadaian efek samping obat.

Adapun definisi ESO bermacam-macam. Menurut WHO, Efek samping


obat atau ESO adalah setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki,
berbahaya ataupun tidak dan terjadi pada dosis lazim baik untuk tujuan
profilaksis, diagnosis, terapi, atau untuk modifikasi fungsi fisiologis (WHO,
2020). Sementara itu, Lembaga yang bertanggung jawab pada produk obat
dan makanan Amerika, Food and Drug Administration (FDA), mengkate-
gorikan ESO yang serius meliputi efek adiksi obat, mengancam jiwa, menye-
babkan perawatan di rumah sakit, menyebabkan kecacatan, anomali
kongenital, atau intervensi yang diperlukan untuk mencegah kerusakan
permanen.
Tujuan MESO ini adalah memberikan data terkait efek samping obat,
mencegah dampak efek samping obat yang terlambat, mengatasi efek
samping obat, dan mengantisipasi efek samping obat.

Adapun ruang lingkup kegiatan ini meliputi melakukan monitoring,


pelaporan, pengawasan, memfasilitasi dokumentasi, mempromosikan
pelaporan, menyediakan mekanisme untuk memantau keamanan
penggunaan obat pada populasi pasien berisiko tinggi, dan memacu pendi-
dikan profesional kesehatan dalam monitoring efek samping obat.

Program MESO yang komprehensif dan berkelanjutan harus mencakup


mekanisme untuk memberikan masukan kepada penulis resep, perawat
atau tenaga kesehatan lain dan pasien.

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 27


Program MESO harus fokus pada identifikasi masalah yang mengarah
ke Adverse Drug Reaction (ADR), merencanakan perubahan positif, dan
mengukur hasil dari perubahan ini.

Strategi implementasi monitoring efek samping obat ini dimulai dengan


apoteker harus memberi contoh atau mengawali kegiatan MESO ini.
Kegiatan MESO ini seharusnya mendapatkan dukungan resmi atau
persetujuan dari manajemen rumah sakit atau komite medik/terapi.
Adapun strategi dalam melakukan langkah-langkah implementasi MESO
ini meliputi;
1. Analisis setiap ESO yang dilaporkan
2. Identifikasi obat pada pasien berisiko tinggi
3. Pengembangan kebijakan dan prosedur untuk program
pemantauan dan pelaporan ESO
4. Deskripsi tanggung jawab dan pembagian peran masing-masing
profesi kesehatan dalam program MESO
5. Penggunaan program MESO untuk tujuan pendidikan
6. Pelaporan ESO ke BPOM dan produsen
7. Publikasi dan presentasi ESO

1.4.1 Metode dan penugasan kepada mahasiswa

Selama periode pandemi, praktik MESO dilakukan dengan pendekatan Case


Based Learning dilanjutkan dengan praktik MESO bersama pembimbing
dan presentasi di hadapan preseptor.
Sebagai berikut:

1. Koordinator PKPA menyiapkan kasus riil bersama dengan


preseptor
2. Setiap 2 mahasiswa akan mendapatkan 1 kasus MESO
3. Kedua mahasiswa mempraktikkan MESO dan pengisian dokumen
MESO dihadapan preseptor/pembimbing secara daring (online
meeting)
4. Preseptor/pembimbing memberikan umpan balik untuk
perbaikan praktik mahasiswa
5. Contoh kasus dan penyelesaiannya

28 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Nama : Ny. TM (43 Tahun)
Obat : Ketorolak Injeksi
Kejadian ES: Terjadi Efek Nyeri Perut

Pasien perempuan a.n Ny TM 43 tahun, masuk rumah sakit tanggal 7 Mei


2019. Beliau mengeluhkan nyeri perut kanan bawah, sumer-sumer, lemah,
nyeri ulu hati sejak 2 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat gastritis
akut serta alergi terhadap antibiotik sulfa. Tanda vital pasien menunjukkan
TD 120/90 mmHg, Denyut nadi 90x/menit, RR 22x/menit, suhu 37,50C, data
lab Hb 11,5 g/dL, WBC 13.500/mm3, PLT 155.000/mm3. Pasien didiagnosis
appendiksitis akut dan dilakukan apendiktomi pada tanggal 7 Mei 2019.
Setelah dilakukan operasi, pasien mendapatkan terapi injeksi seftriakson
2 x 1 g, normal saline 2000 cc/24 jam, ranitidin inj 2 x 1, injeksi ketorolak
inj 3 x 30 mg. Setelah 30 menit pemberian, pasien mengeluhkan nyeri pada
perut meskipun telah mendapatkan ranitidin injeksi. Dokter memantau
terapi dengan menurunkan dosis ketorolak, namun pasien masih menge-
luhkan nyeri perut. Apoteker melakukan pengisian formulir MESO.

Strategi penyelesaian kasus

1. Lakukan telaah literatur


a. Apakah ESO dapat dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif
2. Jika pasien rawat inap, lakukan pengkajian data pasien dari rekam
medis
3. Lakukan penggalian informasi ke tenaga keshatan untuk melengkapi
dan mengkonfirmasi ketepatan data yang diperoleh dari pasien.
a. Apakah ada alternatif lain yang menjadikan kemungkinan
penyebab ESO
b. Apakah ESO muncul kembali ketika placebo diberikan?
c. Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di cairan tubuh dengan
konsentrasi toksik
d. Apakah ESO bertambah paraj ketika dosis obat ditingkatkan atau
bertambah ringan ketika obat diturunkan dosisnya

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 29


e. Apakah ESO dapat dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif
4. Lakukan penggalian informasi ke pasien
a. Apakah ada efek samping yang terjadi?
b. Apakah ESO terjadi setelah menggunakan obat yang dicurigai?
c. Apakah ESO membaik setelah obat dihentikan?
d. Apakah ESO terjadi terjadi berulang setelah obat diberikan
kembali?
e. Apakah ada alternatif lain yang menjadikan kemungkinan
penyebab ES
f. Apakah pasien pernah mengalami ESO yang sama atau dengan
obat yang mirip
5. Isi formulir dari algoritma Naranjo untuk menilai potensi terjadinya
efek samping obat berdasarkan nilai/score
6. Tuliskan rekomendasi dan hasil monitoring

Komponen Penilaian

1. Mahasiswa dapat melakukan pelayanan informasi obat meliputi 5 hal


berikut;
2. Melakukan penggalian informasi untuk mendapatkan pertanyaan
yang sebenarnya
3. Menuliskan cara pencarian literatur dengan benar (keyword PICO
jika relevan)
4. Menggunakan EBM yang terbaik (ditunjukkan dari hasil evaluasi
literatur)
5. Memberikan formula jawaban yang tepat
6. Mendokumentasikan

30 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.6. Hasil telaah literatur

Literatur Situasi yang mendukung terjadinya Kesimpulan


efek samping (faktor pasien, obat,
lingkungan)

Strom, B. L., Berlin, Literatur menjelaskan tentang Hubungan antara


J. A., Kinman, J. L., terjadinya efek samping berdasarkan pemberian terapi
Spitz, P. W., Hennessy, faktor obat yaitu risiko pada gastro- ketorolak pada penda-
S., Feldman, H., ... & intestinal dan terjadinya pendarahan rahan gastrointes-
Carson, J. L. (1996). pada daerah operasi yang disebabkan tinal dan pendarahan
Parenteral ketorolac oleh ketorolak tromethamine yang pada tempat operasi
and risk of gastroin- diberikan secara parenteral. kecil. Namun, apabila
testinal and operative pemberian dalam dosis
site bleeding: a Literatur melakukan perbandingan tinggi serta lebih dari
postmarketing pada pasien yang diberikan terapi 5 hari, memiliki risiko
surveillance study. ketorolak injeksi dengan pasien yang tinggi pada subjek
Jama, 275(5), 376-382. tidak diberikan (hanya diberikan opiat geriatri. Hal ini dapat
injeksi). Statistik yang digunakan oleh dihindari dengan
literatur yaitu faktor resiko serta 95% pembatasan dosis dan
Confidence Interval (CI). durasi penggunaan
Hasil menunjukkan bahwa faktor ketorolak, serta peman-
resiko pasien dengan ketorolak injeksi tauan yang intensif.
mengalami pendarahan pada gastro-
intestinal sebesar 4% dan 2,1% pada
pasien dengan terapi opiat. Terdapat
pendarahan gastrointestinal yang fatal
pada penelitian ini, sepuluh pasien
meninggal karena pendarahan ini
(enam pasien dengan terapi ketorolak
dan empat lainnya dengan terapi opiat)

Untuk kejadian pendarahan di daerah


operasi mendapatkan hasil 39,6%
untuk pasien dengan terapi ketorolac,
dan 38,6% untuk pasien yang tidak
mendapatkan terapi ketorolac. Faktor
resiko akan meningkat pada pasien
yang geriatri.
Terjadinya pendarahan pada gastro-
intestinal serta pendarahan di area
operasi akan meningkat seiring bertam-
bahnya usia pada kedua kelompok
terapi, namun lebih tinggi pada
kelompok terapi ketorolak. Faktor
resiko pendarahan gastrointestinal

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 31


sedikit signifikan pada pasien dengan
usia 15-64 tahun, namun jelas
meningkat pada pasien dengan usia 75
tahun keatas.
Terjadinya pendarahan pada gastro-
intestinal serta pendarahan pada
tempat operasi menunjukkan P<.001.
Apabila terapi analgesik diberikan 5
hari atau lebih sedikit, peningkatan
risiko pendarahan pada gastrointestinal
yang disebabkan oleh ketorolak sangat
sedikit. Namun apabila pemberian
terapi lebih dari 5 hari, memiliki risiko
yang tinggi.

https://medlineplus. Literatur menyebutkan bahwa Diperbolehkan


gov/druginfo/meds/ ketorolak tidak boleh digunakan lebih menggunakan
a614011.html dari 5 hari, nyeri ringan dan nyeri ketorolak dengan
dari kondisi kronis. Apabilas telah memperhatikan gejala
mendapatkan ketorolak injeksi selama adanya nyeri perut,
5 hari, tidak boleh mengkonsumsi atau adanya penda-
ketorolak oral. rahan pada gastroin-
testinal/ area operasi.
Pasien yang diberikan terapi NSAID
Apabila terdapat tanda
seperti ketorolak dapat menyebabkan
atau gejala tersebut,
luka pada lambung, pendarahan atau
maka dilakukan
lubang di perut/usus. Masalah ini dapat
pemantauan. Apabila
berkembang selama terapi, bisa terjadi
bertambah parah,
tanpa gejala dan dapat menyebabkan
pemberian ketorolak
kematian. Resiko tinggi pada pasien
segera dihentikan.
yang mendapatkan NSAID jangka
panjang, geriatri, perokok.
Apabila pasien memiliki riwayat seperti
luka pada lambung, atau adanya penda-
rahan pada lambung/usus segera
laporkan pada dokter sehingga dokter
dapat memantau gejala yang terjadi.

32 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
center.htm#consumer heart burn, nyeri perut, mual, muntah, ketorolak dengan
dll. Ketorolak tidak boleh digunakan memperhatikan gejala
lebih dari 5 hari. Harus dilakukan adanya nyeri perut,
monitoring pada pasien yang memiliki atau adanya penda-
luka di lambung, penyakit kardiova- rahan pada gastroin-
skular, dan penyakit ginjal. testinal/ area operasi.
Apabila terdapat tanda
Apabila pasien mengeluhkan adanya atau gejala tersebut
nyeri di perut, tanda-tanda pendarahan bertambah parah,
pada lambung, maka terapi ketorolak pemberian ketorolak
dihentikan. segera dihentikan.

Formulir Monitoring Efek Samping Obat

Formulir Pelaporan Efek Samping Kode Sumber Data


Obat

Penderita

Nama: Ny. TM Usia: 55 tahun

Suku: Jawa Berat Badan: 60 kg

Pekerjaan: pedagang Jenis Kelamin P/L


Hamil/Tidak/Tidak

Penyakit Utama Kesudahan


Appendiksitis akut Sembuh
Sembuh dengan sisa gejala
Belum sembuh
Meninggal
………

Penyakit lain
Disfungsi ginjal
Disfungsi hepar
Alergi
Faktor Industri
Lain-lain

EFEK SAMPING OBAT

Bentuk/Manifestasi ESO Saat/Tanggal Mulai Terjadi


7 Mei 2019
Merasa nyeri pada perut
Kesudahan ESO
Sembuh
Sembuh dengan sisa gejala
Belum sembuh
Meninggal
………

Riwayat ESO yang pernah dialami


Tidak ada

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 33


Nama Obat Bentuk Tandai Cara Dosis/ Tanggal Tanggal Indikasi
Sediaan Obat yang Waktu Mulai berhenti Penggunaan
digunakan

Normal Injeksi √ i.v. 2000cc/ 7 Mei Pengganti


Salin jam 2019 cairan pasien

Seftriakson Injeksi √ i.v. 2x1g 7 Mei Antibiotik


1g 2019 pasca operasi

Ranitidin Injeksi √ i.v. 2x1 7 Mei Mengatasi


2019 efek samping
nyeri
Gastointes-
tinal akibat
penggunaan
ketorolak
serta mengh-
indari kekam-
buhan
riwayat
gastritis
pasien

Ketorola 30 Injeksi √ i.v. 3 x 30 7 Mei 7 Mei Mengatasi


mg mg 2019 2019 nyeri pasca
operasi

Keterangan tambahan Tanggal Pemeriksaan:


(misalnya: kecepatan timbulkan efek, ESO yang
terjadi, pengatasan yang sudah dilakukan) 7 Mei 2019
ESO muncul setelah 30 menit pemberian obat. ESO
berupa nyeri pada perut. Pengatasan terhadap ESO Tanda Tangan Pelapor
dengan menghentikan pemberian ketorolak injeksi
apabila gejala masih terasa atau menjadi bertambah
parah dan digantikan dengan antinyeri lain yang
memiliki efek samping lebih rendah pada lambung.

34 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
ALGORITMA NARANJO
No Pertanyaan Ya Tidak Tidak
Tahu

1 Apakah ada efek samping yang terjadi? 1 0 0

2 Apakah ESO terjadi setelah menggunakan obat yang dicurigai? 2 -1 0

3 Apakah ESO membaik setelah obat dihentikan? 1 0 0

4 Apakah ESO terjadi terjadi berulang setelah obat diberikan 2 -1 0


kembali?

5 Apakah ada alternatif lain yang menjadikan kemungkinan -1 2 0


penyebab ES

6 Apakah ESO muncul kembali ketika placebo diberikan? -1 1 0

7 Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di cairan tubuh dengan 1 0 0


konsentrasi toksik

8 Apakah ESO bertambah paraj ketika dosis obat ditingkatkan 1 0 0


atau bertambah ringan ketika obat diturunkan dosisnya

9 Apakah pasien pernah mengalami ESO yang sama atau dengan 1 0 0


obat yang mirip

10 Apakah ESO dapat dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif 1 0 0


9+ : highly probable
5-8: probable
1-4: possible
0-: doubtful

Kesimpulan Hasil Monitoring Efek Samping Obat

Hasil algoritma naranjo menunjukkan nilai 6 artinya probable atau


mungkin terjadi efek ssamping pada obat yang telah dikonsumsi.

Tuliskan rekomendasi dan tindak lanjut hasil monitoring efek


samping obat
Rekomendasi apoteker adalah menghentikan pemberian injeksi ketorolak
yang dicurigai menyebabkan efek samping nyeri perut pada pasien
dan digantikan dengan antinyeri lain yang memiliki efek rendah pada
lambung.

Bagian 1: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 1 35


2

Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah (CPMK) 2

Setelah mempelajari Bagian 2 ini mahasiswa dapat;

melakukan dispensing obat (dari pembuatan protokol, penyiapan, hingga


ke penyerahan) sesuai standar pelayanan farmasi rumah sakit.

2.1 Definisi, tujuan, dan strategi

Definisi dispensing adalah serangkain proses pelayanan farmasi di apotek,


mulai dari penerimaan resep hingga penyerahan resep. Pekerjaan kefar-
masian berupa dispensing ini bertujuan untuk melayani resep pasien
dengan memastikan ketepatan terapi dan ketepatan informasi yang
diketahui pasien, sehingga dapat dihindari kesalahan pengobatan. Ruang
lingkup dispensing adalah mulai dari penerimaan resep, penerimaan,
verifikasi, penyiapan, dan penyerahan resep.

Secara garis besar, rangkaian dispensing ini meliputi 6 tahapan sebagai


berikut (Quick JD et al, 2012);

2.1.1 Menerima dan memvalidasi

Saat pasien datang ke apotek menyerahkan resep, maka apoteker perlu


mamvalidasi terkait:

1. Apakah resepnya sah untuk dilayani (contoh resep yang tidak bisa
dilayani adalah kopi resep dengan tanda ne det, resep narkotika dari
luar daerah)
2. Untuk siapakah resep tersebut
3. Apakah resep baru atau ulangan

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 37


2.1.2 Memahami dan menginterpretasikan resep

World Health Organization (WHO) memberikan panduan mengenai cara


memahami dan menginterpretasikan resep atau sering juga disebut
sebagai skrining resep, sebagai berikut:
Yaitu 1). membaca maksud dari resep dan menginterpretasikan terapi yang
diharapkan oleh penulis resep, 2) mengonfirmasikan hal yang meragukan
(misalnya ada subdosis dan sebagainya), 3) mengidentifikasi permasalah-
an penggunaan obat misalnya interaksi obat dan menghitung jumlah obat
yang diambil dan 4) memastikan jumlah obat atau bahan yang dibutuhkan

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai pekerjaan kefarmasian


di Apotek, disebutkan mengenai skrining resep yang seharusnya memas-
tikan ketiga aspek yaitu adminsitratif, farmasetis, dan klinis

Tabel 1.7. Parameter yang dilihat pada Saat Skrining Resep


Parameter Administratif Parameter Farma- Parameter Klinis
setis
Nama, alamat, no.telpon dokter Bentuk sediaan Ketepatan dosis
dan SIP/SIK dokter dan aturan pakai
Kota dan tanggal penulisan resep Kekuatan sediaan Ketepatan cara
(inscriptio) pakai
Tanda tangan R/ (invocatio) Stabilitas sediaan Duplikasi
Nama obat dan jumlah obat Kompatibilitas Polifarmasi
(prescriptio) sediaan
Cara pembuatan obat/bentuk obat Interaksi obat
yang akan dibuat (ordinatio)
Aturan pakai obat (signatura)
Nama pasien (umur dan
alamatnya)
Paraf dan tanda tangan dokter
(subscriptio)

2.1.3 Menyiapkan obat dan memberikan label


Resep yang sudah diskrining dan dikonfirmasi, dapat disiapkan. Penyiapan
obat dapat dilakukan dengan peracikan, atau pengemasan ulang. Pada
tahap ini sedikitnya ada 3 langkah penting yaitu memastikan kesesuaian
dan kualitas obat, menghitung dan mengambil bahan, terakhir adalah
mengemas dan melabeli.

38 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Memastikan kesesuaian dan kualitas obat
Pengambilan bahan perlu melihat kualitas dan kesesuaiannya. Hati-hati
dengan obat yang memiliki nama yang mirip (Look Alike Sound Alike/
LASA). Kualitas bahan dapat dilihat secara visual atau masa kadaluawar-
sanya. Selain itu, perlu dilihat juga wadahnya.

Menghitung dan mengambil obat


Jumlah bahan atau obat yang diambil harus dipastikan dengan menghitung
minimal 2 kali apakah sudah sesuai dengan yang diresepkan. Apabila obat
yang disiapkan adalah bentuk racikan maka siapkan peralatan raciknya
sesuai prosedur di ruang racik.

Memberikan label dan etiket


Obat yang sudah selesai diracik atau disiapkan, dapat diwadahi dan diberi
label tablet atau kapsul disimpan dalam wadah botol, plastik, atau kertas
amplop yang bersih dan kering. Sementara itu, beberapa obat, perlu diberi
label misalnya; sirup dilabeli “kocok dahulu”, antibiotik diberi label
“harus dihabiskan”. Etiket diletakkan dalam kemasan berupa etiket putih
untuk obat dalam dan etiket biru untuk obat luar.

2.1.4 Melakukan pengecekan akhir

Pada tahap ini, perlu dilakukan pengecekan akhir meliputi membaca


kembali resep yang akan diberikan, dilanjutkan dengan mengecek
kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan, dan mengecek
kesesuaian obat-pasien dengan melakukan verifikasi kepada pasien.

2.1.5 Mendokumentasikan

Sedikitnya, ada tiga cara dokumentasi peresepan. Pertama, menyimpan


resep disertai dengan inisial peracik, kekuatan, jumlah yang diracik.
Kedua, resep dibawa ke pasien, sehingga informasi tentang obat yang
diresepkan harus tercatat semua meliputi: tanggal resep, nama pasien,
usia, nama obat, kekuatan obat, jumlah, dan nama peracik. Ketiga, untuk
jenis peresepaan secara elektronik, maka informasi resep sudah tersimpan
di sistem, sehingga cukup ditambahkan dengan nama peracik.

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 39


2.1.6 Memberikan obat dengan informasi yang tepat dan jelas.

Apoteker memiliki tanggung jawab terkait ketepatan informasi yang


diterima pasien

mengenai pengobatannya. Oleh karena itu, saat penyerahan obat, apoteker


perlu memastikan pemahaman pasien, minimal sebagai berikut: bilamana
obat digunakan, kapan obat digunakan (aturan pakai) termasuk jarak
waktunya dengan makanan, bagaimana cara menggunakan obat (ditelan,
dihisap, dan lain lain), jika ada obat lain atau ada tidaknya interaksi dengan
makanan, dan bagaimana menyimpan obat tersebut.

Khusus untuk PKPA rumah sakit, kompetensi dispensing yang harus


dikuasai adalah dispensing obat-obat steril. Dispensing steril adalah
kegiatan penyiapan obat steril baik berupa rekonstitusi, pengenceran,
penampuran, atau penanganan sitostatika. Tujuan dispensing steril adalah
memodifikasi dan menyiapkan obat steril sesuai dengan standar (Good
Compounding Practice) (USP, 2005)

Diantara kegiatan dispensing steril adalah penyiapan obat intravena,


misalnya pencampuran intravena, nutrisi parenteral dan sitostatika.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa permintaan
pencampuran intravena di rumah sakit semakin meningkat karena
kebutuhan individualisasi terapi (Hanifah, 2016, Hanifah, 2018a).

Penyiapan obat injeksi dapat dilakukan dengan beberapa cara (Hanifah,


2016, Hanifah, 2018a):
1. Rekonstitusi serbuk injeksi menggunakan pelarut yang kompatibel
2. Pengenceran obat injeksi yaitu mengencerkan obat inejksi larutan
dalam pelarut yan kompatibel, sehingga diperoleh konsentrai yang
lebih kecil dan volume yang lebih besar. Kegiatan ini sering digunakan
untuk tujuann penyiapan obat intravena drip.
3. Pencampuran intravena yaitu mencampurkan sediaan injeksi satu
dengan yang lain dalam satu wadah sehingga lebih praktis dalam
pemberiannya. Yang sering dilakukan adalah mencampurkan obat
dalam cairan rehidrasi yang kompatibel. Bentuk pencampuran
intravena yang saat ini paling banyak dibutuhkan adalah penyiapan
nutrisi parenteral. Hal ini karena penelitian menunjukkan
pencampurna nutrisi parenteral memberikan stabilitas mikrobiologi
dan fisikokimiawi yang baik selama 7 hari, sehingga unit produksi
farmasi dapat melakukan pencampuran nutrisi parental (Hanifah,
2019; Hanifah, 2020).

40 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Permasalahan yang paling sering timbul terkait pencampuran intrevana
adalah inkompatibilitas obat. Meskipun bukti signifikansi dari dampak
inkompatibilitas obat belum tersedia, namun angka kejadian secara in vitro
tinggi menjadi range 10-25% dari kombinasi obat yang sering digunakan di
unit perawatan intensif (Hanifah, 2020).

2.2 Metode pembelajaran dan instruksi penugasan

Mengingat permasalahan diatas, materi pembelajaran dispensing steril


selama PKPA RS difokuskan pada penyiapanan nutrisi parenteral dan
sitostatika. Selama pandemi, metode pembelajaran dispensing menggu-
nakan Case Based Learning. Adapun tahapannnya adalah
1. Koordinator PKPA menyiapkan resep riil berupa pencampuran
intravena dan sitostatika bersama preseptor; tiap 1 kelompok
mahasiswa (4-5 orang)
2. Setiap kelompok akan mendapatkan 1 resep IV admixture dan 1 resep
sitostatika yang berbeda
3. Setiap kelompok melakukan skrining resep dan membuat prosedur
pencampuran intravena serta penanganan sitostatika
4. Setiap kelompok presentasi kasus kelompoknya dalam kelas besar
dan disertai tanya jawab dan diskusi.
5. Presentasi dalam kelas besar ini dimaksudkan supaya setiap
mahasiswa atau kelompok belajar dari kasus yang beragam
6. Preseptor/pembimbing memberikan umpan balik untuk perbaikan
praktik mahasiswa

2.3 Contoh kasus penugasan dan penyelesaian

Setelah mahasiswa mendapatkan resep pasien, langkah penyelesaiannya


adalah sebagai berikut;
1. Menghitung dosis lazim menurut literatur
2. Menghitung kesesuaian dosis yang dituliskan oleh dokter dengan
literatur
3. Jika dosis belum sesuai, maka konfirmasikan ke dokter, pastikan
pasien mendapatkan dosis yang tidak sesuai.
4. Jika dosis sudah sesuai maka dilanjutkan dengan penyiapan formula
(compounding)
5. Mengecek ketersediaan formula yang ada di Indonesia

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 41


6. Menghitung kebutuhan bahan/obat/nutrisi dengan memeprhatikan
pelarut, konsentrasi, dosis akhir yang diminta
7. Lihat kompatibilitas dan stabilitasnya menurut literatur
8. Buat lakukan pencampuran intravena
9. Buat etiketnya

Resep Nutrisi Parenteral

Sediaan dan Kekuatan

1. Dextrose: 5%; 10%; 40%.


2. NaCl: Otsu salin-3%
3. KCL: Otsu KCl-7.46%
4. Calcium Gluconas: Ecosol Ca-Glukonat 10%
5. Heparin: Hjeparin Sodium Injection 1000 unit/mL
6. Vitamin: Vitalipid N infant 100 mL; Soluvit N Sebuk infus
7. Asam amino: Aminosteril infant 10%
8. Lipid: Intralipid 10%

Penyelesaian Skrining Resep

42 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Ketepatan dosis 1. Glukosa yang diberikan pada resep adalah
78,6 kkal sedangkan glukosa yang dibutuhkan
oleh tubuh melalui perhitungan adalah 126,9
kkal. Akan tetapi hal ini tidak bisa menun-
jukkan bahwa dosis yang diberikan kurang
karena perhitungan dosis glukosa juga
harus mempertimbangkan kondisi pasien.
Sehingga dosis dianggap sudah tepat.
2. NaCl yang diberikan dalam resep adalah
10,8 mL sehingga dosis sudah tepat karena
masih berada dalam rentang terapi.
3. KCl yang diberikan pada resep adalah 2,7 mL
sehingga dosis yang diberikan sudah tepat
karena masih berada dalam rentang terapi.
4. Ca glukonat yang diberikan pada resep
adalah 5.4 mL sehingga dosis sudah tepat
karena masih berada dalam rentang terapi.
5. Asam amino yang diberikan pada resep
adalah 108 mL sudah tepat karena masih
berada pada rentang terapi.
6. Vitamin yang dibutuhkan adalah 1 mL/kg/
hari. 1 mL/kg/hari x 2.7 kg = 2.7 mL/hari
Vitamin yang diberikan dalam resep adalah
2.7 mL sehingga dosis sudah tepat.
7. Lipid yang dibutuhkan adalah 0.5 – 1 g/kg/
hari. Maksimal 3 – 4 g/kg/hari sehingga dosis
yang diberikan sudah tepat karena masih
masuk dalam rentang.
8. Heparin yang dibutuhkan adalah 0,5 unit/kg/
hari. Dosis yang diberikan pada resep adalah
overdose unit/kg/hari sehingga dosis yang
diberikan belum tepat karena subdose.
Ketepatan rute Rute yang dibeirkan sudah sesuai yaitu
intravena sentral.
Ketepatan pelarut Pelarut yang diberikan sudah tepat yaitu
menggunakan NaCl 3%.

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 43


Ketepatan konsentrasi 1. Glukosa 7,5%
pembuatan (jumlah larutan Pada kasus diberikan volume sebanyak
yang ditambahkan dengan 262 mL seharusnya diberikan 423 mL.
obat) Akan tetapi hal ini tidak bisa menunjukkan
bahwa volume yang diberikan kurang
karena perhitungan volume glukosa juga
harus mempertimbangkan kondisi pasien.
Sehingga volume dianggap sudah tepat.
2. NaCl 3%
Sudah tepat. Pada kasus diberikan sebanyak
10,8 mL seharusnya diberikan pada rentang
10,8 – 21,6 mL.
3. KCl 7,46%
Sudah tepat. Pada kasus diberikan sebanyak
2,7 mL seharusnya diberikan pada rentang
2,7 – 8,1 mL.
4. Ca glukonat 10%
Sudah tepat. Pada kasus diberikan sebanyak
5,4 mL seharusnya diberikan pada rentang
2,7 – 5,4 mL.
5. Asam amino 10%
Sudah tepat. Pada kasus diberikan sebanyak
108 mL seharusnya diberikan 54 – 108 mL.
6. Vitamin
Sudah tepat. Pada resep diberikan sebanyak
2,7 mL seharusnya diberikan 2,7 mL.
7. Lipid 20%
Sudah tepat. Pada resep diberikan sebanyak
40,5 mL seharusnya diberikan pada rentang
6,75 – 54 mL.
8. Heparin
Belum tepat. Pada resep diberikan sebanyak
0,002 mL seharusnya diberikan 0,0002 mL.

44 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Jumlah volume yang disiapkan 1. Glukosa 7,5%  Kurang sesuai (Hanya
dengan dosis yang diminta terdapat glukosa dengan konsentrasi 5%,
10% dan 40% dengan volume 500 mL dan
40 mL. Sedangkan volume yang dibutuhkan
262 mL)

D5% 32,5%
7,5%
D40% 2,5%

Total 35%

2,5%
=D 40% = X 262mL 19mL
3,5%
32,5%
=D5% = 262mL 243m
35%
2. NaCl 3%  Sesuai (Terdapat NaCl 3% volume
500 mL. Sehingga diambil sebanyak 10,8 mL)
3. KCl 7,46%  Sesuai (Terdapat KCl 7,46%
volume 25 mL. Sehingga diambil sebanyak
2,7 mL)
4. Ca glukonat 10%  Sesuai (Terdapat Ca
glukonat 10% volume 10 mL. Sehingga
diambil sebanyak 5,4 mL)
5. Asam amino 10%  Sesuai (Terdapat
sediaan asam amino 10% volume 100 mL.
Sehingga diambil sebanyak 108 mL)
6. Vitamin  Sesuai (Terdapat vitamin 10 mL.
Sehingga diambil sebanyak 2,7 mL)
7. Lipid 20%  Sesuai (Terdapat lipid 20%
volume 100 mL. Sehingga diambil sebanyak
40,5 mL)
8. Heparin  Sesuai (Terdapat heparin 5000
unit/mL yang dibutuhkan adalah 0,0002 mL
sediaan yang tersedia adalah 5 mL)

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 45


Berapakah dosis perhari (meg/ a. NaCl 3 %
kg/hari untuk NaCl 3%, KCl NaCl 3 % yang dibutuhkan adalah 2-4 mEq/
7,46%, calcium glukonas 10%) kg/hari.
dan (mg/kg/hari untuk asam 2-4 mEq/kg/hari X 2,7 kg= 5,4 – 10,8 mEq/hari.
amino b. KCl 7,46%
KCl 7,46% yang dibutuhkan adalah 2-3 mEq/
kg/hari.
1-3 mEq/kg/hari x 2,7 kg = 2,7 – 8,1 mEq/hari.
c. Ca glukonat 10%
Ca glukonat 10% yang dibutuhkan adalah
100-200 mg/kg/hari
100-200 mg/kg/hari X 2,7 kg = 270-540 mg/
hari.
d. Asam amino 10%
Asam amino 10% yang dibutuhkan adalah
2-4 g/kg/hari.
2-4 g/kg/hari X 2,7 kg = 5,4 – 10,8 g/ hari.
a. Vitamin
Kebutuhan vitamin adalah 1 mL/kg/hari.
Vitamin yang dibutuhkan pada kasus 2,7 mL
(masuk range terapi)
1 mL/kg/hari X 2,7 kg = 2,7 mL/ hari.
Volume vitamin yang dibutuhkan= 2,7 mL/
hari.
b. Lipid 20%
Kebutuhan lipid adalah 0,5 - 1 g/kg/hari.
Dengan maksimal 3-4 g/kg/hari.
Lipid yang dibutuhkan pada kasus 8,1 g
(masuk range terapi)
0,5 - 4 g/kg/hari X 2,7 kg = 1,35 – 10,8 g/ hari.
Gram lipid yang dibutuhkan= 1,35 – 10,8 g/
hari.
c. Heparin
Kebutuhan heparin adalah 0,5 unit/kg/hari.
Heparin yang dibutuhkan pada kasus 3,9
unit/g/hari (tidak masuk range terapi)
0,5 unit/kg/hari X 2,7 kg = 1,35 unit/ hari.
Unit heparin yang dibutuhkan= 1,35 g/hari.

BUD Setelah direkonstitusi sediaan stabil selama 24 jam


pada suhu 250C dan selama 4 hari pada suhu 2-80C

46 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
A. Etiket

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2 47


FORMULIR PESANAN CAMPURAN INTRAVENA :

48
NAMA MR : xxx JENIS UMUR : TGL/HARI : RUANGAN : ICU
PASIEN : KELAMIN : 10 minggu Senin
By. L Laki laki 24 April 2020

BERAT BADAN : 2,7 Kg RESEP :


Glukosa 7,5% (262 mL)
DIAGNOSIS : Post operasi laparotomi eksplorasi ec atresia duodeni NaCl 3 % 2 mEq/kg/hari (10,8 mL)
KCl 7,46% 2 mEq/kg/hari (2,7 mL)
Calcium Gluconat 200 mg/kg/hari 10% (5,4 mL)
Asam amino 10% 4 g/kg/hari (108 mL)
TTD Vitamin (2,7 mL)
( dr. Gita ) Lipid 20% 2,5 g/kg/hari (40,5 mL)
Heparin 0,5 unit/kg/hari (0,0002 mL)

KETERANGAN LAIN TENTANG PASIEN : Tidak Ada

Cara Volume Akhir


Tanggal : Hari Nama Obat Dosis Pelarut & Vial Nama & Volume Infus Catatan
Pemberian Campuran

Calcium 0,540 g/hari - Ecosol Ca- gluconate


24/04/2020 Glukonat 10% IV Otsu-Salin 3® 11 10%
mL 6 mL
Otsu-KCl 7,46® 432 mL -
NaCl 3% 0,324 g/hari IV 6 mL
KCl 7,46% 0,202 g/hari IV

Glukosa 7,5% 19,65 g/hari - Dextrose 5 %


Aminosteril 409,5 mL dan
IV
Infant 10% dextrose 40%
95 mL 31,5 mL
Intralipid
Asam amino 10,8 g/hari 20%
IV
10% 41 mL
Lipid 20% 8,1 g/hari IV

Vitamin 2,7 mL Vitalipid N

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
IV
3 mL

Heparin 0,0002 mL Heparin


IV
0,01 mL
DISIAPKAN OLEH : DIPERIKSA OLEH : KONDISI PENYIMPANAN : KADALUWARSA :

Apt. X Apt. D Dikemas Dengan Aluminium Foil Pada 25 April 2020 Jam
Suhu Ruangan (250C) Atau Lemari 14.00 (250C)
Pendingin 28 April 2020
(20C – 80C) Jam 08.00 (2-80C)

Obat diproduksi : 11 Mei 2020 Obat diterima : 11 Mei 2020


Jam 08.00 Jam 08.00

Paraf dari Unit Farmasi Steril Paraf dari unit penerima

Bagian 2: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2


49
3

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


(CPMK) 3

Setelah mempelajari bagian ini;

1. Mahasiswa dapat menilai, mencari informasi, dan memberikan


pelayanan informasi obat, sesuai dengan data pasien dengan EBM
yang terbaik (terpercaya, level terbaik dan terbaru)
2. Mahasiswa dapat mengomunikasikan dengan baik kepada pasien
maupun tenaga kesehatan sesuai dengan EBM secara tertulis
ataupun lisan

3.1 Pelayanan Informasi Obat

3.1.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Strategi


Definisi pelayanan informasi obat adalah penyediaan informasi obat dari
apoteker untuk mengoptimalkan terapi. Pelayanan informasi obat adalah
salah satu pekerjaan kefarmasian dalam bentuk penyediaan informasi
obat baik secara aktif maupun pasif (ASHP, 2020c). Bentuk pelayanan
informasi obat yang aktif adalah pembuatan media informasi obat atau
pemberian edukasi aktif dari apoteker. Sementara itu, bentuk pelayanan
pasif adalah pemberian informasi obat berdasarkan pertanyaan atau
permintaan. Pelayanan informasi obat dibutuhkan karena adanya ledakan
terapi dan ledakan informasi sehingga tenaga medis menjadi sulit untuk
memilah dan memilih obat secara obyektif. Berdasarkan penelitian sebel-
umnya, memulai pekerjaan farmasi klinis paling tepat dengan memberikan
pelayanan informasi obat, khususnya untuk kepentingan dokter dan
tenaga kesehatan lain, sebagaimana yang dilakukan oleh apoteker klinis di
rumah sakit Bethesda dan Cipto Mangoenkusumo pada awal 1990an, dan
pada tahun 1980an di rumah sakit Fatmawati (Saepudin, 2020)

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 51


Pelayanan informasi obat ini bertujuan untuk (Kemenkes, 2016);
1. Mendukung promosi terciptanya pengobatan yang rasional
2. Membantu mengoptimalkan terapi pasien
3. Mendukung promosi kesehatan dan pendidikan pengobatan yang
benar

Secara historis, pelayanan informasi obat ini menjadi tonggak pelayanan


farmasi klinis di rumah sakit. Keterlibatan apoteker dalam pelayanan
terapi pasien, awal mulanya dilakukan melalui penyediaan apoteker yang
siap memberikan pelayanan informasi obat. Keberadaan apoteker dalam
pelayanan informasi obat memberi dampak pada rekognisi apoteker
sebagai ahli obat di rumah sakit, sehingga kemudian bisa diterima menjadi
bagian dari tim pengobatan pasien.

Sasaran atau ruang lingkup dari penyediaan informasi obat ini adalah
masyarakat umum, pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan misalnya
dokter, perawat, atau dokter. Oleh karena itu, bentuk pelayanan informasi
obat yang dapat disediakan di rumah sakit adalah

1. Menyediakan bukti ilmiah pada tim komite farmasi dan terapi


2. Menyediakan pedoman terapi
3. Membuat materi edukasi untuk pasien dan keluarga pasien
4. Memberikan materi penyuluhan atau promosi kesehatan kepada
masyarakat rumah sakit
5. Memberikan informasi yang sesuai bukti ilmiah untuk optimalisasi
terapi pasien

Strategi pelayanan informasi obat setidaknya meliputi tahapan sebagai


berikut (ASHP, 2020c):
1. Menggali latar belakang atau permasalahan terapi yang dibutuhkan
pasien.
2. Mencari sumber informasi obat yang memenuhi kriteri sebagai bukti
ilmiah terbaik dan relevan dengann masalah yang akan dijawab
3. Melakukan evaluasi literatur (critical appraisal)
4. Melakukan analisis dan sintesis untuk meninjau kembali kesesuaian
jawaban yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan atau
permasalahan.
5. Menyiapkan formula jawaban untuk penanya.
6. Melakukan dokumentasi
7. Melakukan follow-up pada hasil rekomendasi yang diberikan.

52 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
3.1.2 Metode pembelajaran dan penugasan

Selama pandemi, metode pembelajaran untuk kompetensi pelayanan


informasi obat ini diberikan dalam bentuk pembelajaran berdasar kasus
dan proyek. Mahasiswa diberi permasalahan atau pertanyaaan informasi
obat yang sering muncul dan diterima apoteker di rumah sakit terkait
dengan pencegahan dan penanganan Covid-19.

Contoh kasus pertanyaan atau permasalahan yang ditanyakan beserta


rekomendasi terkait penanganan covid-19 sebagai berikut;

A. Permasalahan yang harus dijawab


Permasalahan yang dialami dokter yaitu terkait pasiennya yang
memiliki penyakit hipertensi menggunakan terapi golongan ACEI
(Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) dan saat ini memiliki gejala
demam dan sedikit sesak nafas, sehingga khawatir akan penggunaan
ACEI terhadap meningkatnya resiko terinfeksi COVID.
B. Lakukan analisis PICO (jika relevan)
P= Pasien hipertensi
I= ACEI
C= -
O= Risk Covid
Pertanyaan dari analisis PICO : Apakah pemberian terapi ACEI pada
pasien hipertensi meningkatkan resiko paparan Covid-19?
C. Cara pencarian literatur (jika menggunakan lebih dari 1 literatur,
sebutkan semua)
1. Literatur primer dengan judul “Renin-Angiotensin System
Inhibitors Improve The Clinical Outcomes Of COVID-19 Patients
With Hypertension”
Cara pencarian :
Membuka web www.pubmedhh.nlm.nih.gov → mencari jurnal
dengan memasukkan keyword berdasarkan PICO, yaitu P =
hypertension; I = ace inhibitor; C = -; O = COVID-19 → klik submit
→ kemudian muncul beberapa literatur berdasarkan PICO yang
diisikan → memilih jurnal dengan judul “Renin-Angiotensin
System Inhibitors Improve The Clinical Outcomes of
COVID-19 Patients with Hypertension” → meng klik full text
untuk melihat jurnal secara utuh → masuk ke website jurnal
tersebut yaitu https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/222
21751.2020.1746200 → klik download pdf untuk mendownload
jurnal.

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 53


2. Literatur primer dengan judul “Cardiovascular Implications
of Fatal Outcomes of Patients With Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)”

Cara pencarian :
Membuka web www.pubmedhh.nlm.nih.gov → mencari jurnal
dengan memasukkan keyword berdasarkan PICO, yaitu P =
hypertension; I = ace inhibitor; C = -; O = COVID-19 → klik submit
→ kemudian muncul beberapa literatur berdasarkan PICO yang
diisikan → memilih jurnal dengan judul “Cardiovascular
Implications of Fatal Outcomes of Patients With Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19” → meng klik full text untuk melihat
jurnal secara utuh → masuk ke website jurnal tersebut
yaitu https://jamanetwork.com/journals/jamacardiology/
fullarticle/2763845 → klik download pdf untuk mendownload
jurnal
3. Literatur dengan judul artikel “HFSA/ACC/AHA Statement
Addresses Concerns Re: Using RAAS Antagonists in COVID-19”

Cara Pencarian :
Membuka search engine Google → memasukkan keyword “raas
antagonist in covid” → meng klik salah satu alamat web yaitu https://
www.acc.org/latest-in cardiology/articles/2020/03/17/08/59/
hfsa-acc-aha-statement-addresses-concerns-re-using-raas-antag-
onists-in-covid-19 → memperoleh artikel dari American College
dengan judul “HFSA/ACC/AHA Statement Addresses Concerns
Re: Using RAAS Antagonists in COVID-19
D. Hasil Evaluasi Literatur

Literatur 1

“Renin-Angiotensin System Inhibitors Improve The Clinical Outcomes Of


COVID-19 Patients With Hypertension”

54 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Aspek Hasil evaluasi Kesimpulan

Credibility Website : Jurnal tersebut sesuai


(website, Jurnal yang diperoleh hasil pencarian dari www. dengan analisis PICO,
penerbit, pubmedhh.nlm.nih.gov dan spesifik berdasark-
penulis) berdasarkan PICO, kemudian di buka melalui an pencarian masalah
website www.tandfonline.com klinis yang dicari.
Penerbit : Penulis jurnal berasal
Informa UK Limited, trading as Taylor & Francis dari Lembaga atau ins-
Group, on behalf of Shanghai Shangyixun Cultural titusi yang sesuai deng-
Communication Co., Ltd an untuk melakukan
Di terbitkan pada 17 Maret 2020 penelitian.
Penulis : → Sehingga ditinjau
Juan Menga,b*, Guohui Xiaoa,b*, Juanjuan Zhanga, dari segi kredibilitas
Xing Hea, Min Oua , Jing Bia, Rongqing Yanga, sudah baik untuk
Wencheng Dia, Zhaoqin Wanga, Zigang Lib, Hong dijadikan literatur
Gaoa, Lei Liua and Guoliang Zhang a,b,c
(a) National Clinical Research Center for Infec-
tious Diseases, Shenzhen Third People’s Hospital,
Southern University of Science and Technology,
Shenzhen, People’s Republic of China;
(b) Shenzhen Bay Laboratory, Shenzhen, People’s
Republic of China;
(c) Lead Contact

Validity Dari hasil critical appraisal terkait isi pada jurnal Validitas dari jurnal
(kualitas isi berupa pendahuluan, metode, hasil, dan kesim- sudah baik ditinjau
tulisan) pulan, terdapat point-point sebagai berikut : dari isi dan penjelasan
yang diuraikan pada
a.Pendahuluan : setiap bagian.
- Peneliti menjelaskan informasi terkait latar
belakang dilakukannya penelitian
- Peneliti menuliskan tujuan penelitian dengan
jelas yaitu untuk mengevaluasi pengobatan RAS
inhibitor dalam melindungi pasien hipertensi
terhadap Covid-19.

b.Metode :
- Penelitian yang dilakukan telah mendapat
persetujuan dari komite the Shenzhen Third
People’s Hospital Ethical Committee dan menggu-
nakan verbal concent kepada pasien atau anggota
keluarga yang menjadi subjek penelitian

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 55


- Metode yang digunakan dan waktu penelitian
dijelaskan pada penelitian yaitu menggunakan
metode retrospektif yang dilakukan dari 11
Januari – 23 Februari 2020 dengan melihat rekam
medis pasien.
- Subjek penelitian yang diteliti yaitu pasien
Covid-19 dengan hipertensi yang kemudian dibagi
menjadi 2 kelompok
- Uji statistika yang digunakan dijelaskan pada
metode yaitu untuk membandingakan antar
kelompok menggunakan unpaired T-Test,
Chi-square Test

c. Hasil :
- Adanya uraian terkait subjek inklusi dan ekslusi
pada penelitian, yaitu untuk subjek ekslusi adalah
pasein covid-19 dengan hipertensi namun tidak
menggunakan terapi antihipertensi.
- Jumlah subjek diuraikan dengan jelas yaitu 17
pasien covid-19 yang diterapi dengan ACEI/ARB
dan 25 pasien covid-19 yang diterapi dengan non
ACEI/ARB
- Hasil digambarkan dengan persentase dan grafik
yang mudah untuk dipahami
- Hasil yang diperoleh pada penelitian diuraikan
yaitu pasien covid-19 dengan hipertensi yang
menerima obat ACEI/ARB memiliki tingkat IL6
yang lebih rendah; CRP yang tidak berbeda
signifikan; sel CD3+ dan CD+ lebih tinggi, namun
untuk sel CD4 tidak berbeda signifikan antar 2
kelompok; dan peak virus load lebih rendah,
namun penelitian ini kasus yang digunakan
masih dalam jumlah yang terbatas (hanya dalam
jumlah kecil)
- Menjekaskan bahwa mekanisme masih perlu
dikaji dan diteliti lebih lanjut.

- Hasil analisis statistika nilai p value dituliskan


dalam hasil

d. Kesimpulan
- Kesimpulan tidak memiliki sub bab tersendiri
- Namun kesimpulan diberikan pada bagian akhir
disscussion

56 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
3.1 Konseling

3.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, dan strategi

Definisi konseling adalah pekerjaan farmasi dalam upaya membantu


menyelesaikan permasalahan pasien dengan cara memberikan edukasi
kepada pasien atau keluarga pasien (ASHP, 2020b). Kalau informasi obat
bisa dilakukan secara satu arah, konseling dilakukan secara interaktif
(dua arah), pasien menyampaikan masalahnya, apoteker mendengarkan
dan memberikan masukan terkait terapi farmakologi maupun nonfarma-
kologi.
Tujuan konseling adalah meningkatkan kepatuhan dan ketepatan
penggunaan obat

Ruang lingkup konseling ini dapat diberikan untuk pasien rawat jalan,
rawat inap, home care, maupun pasien perawatan kronis.

Strategi konseling meliputi (Kemenkes, 2016)


1. Kalimat pembuka dengan memeprkenalkan diri, menanyakan
identitas pasien
2. Menggali permasalahan dengan menanyakan riwayat penyakit
pasien dan terapi pasien---pada fase ini, dengarkan pasien dnegan
baik, apoteker harus bisa menjadi pendengar aktif
3. Menetapkan permasalahan---setelah mendengarkan permasalahan
pasien dapat diketahui permasalahan pengobatan pasien
4. Menyelesaikan masalah pasien dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan (fill in the gap)
5. Mengonfirmasi atau memastikan bahwa pasien memahami
permasalahan penyakitnya, bagaimana mengatasinya, bagaimana
mengoptimalkan terapinya dengan show and tell
6. Kalimat penutup yang menekankan bahwa apoteker akan siap
membantu dan bagaimana cara pasien bisa mendapatkan akses
pelayanan dari apoteker

Adapun informasi yang dikonselingkan oleh apoteker adalah (ASHP, 2020b)


1. Nama dagang, nama generik, nama lain (jika ada), atau nama
deskriptif lainnya dan, jika perlu, kelas terapi dan efektivitasnya
2. Penggunaan obat dan manfaat serta tindakan yang diharapkan.
Hal ini termasuk menjelaskan tujuan terapi tersebut apakah untuk
menyembuhkan penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala,
hentikan atau memperlambat proses penyakit, atau mencegah
penyakit atau sebuah gejala.

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 57


3. Onset efek dari pemberian obat yang diharapkan dan apa yang harus
dilakukan lakukan jika tindakan tidak terjadi.
4. Rute pengobatan, bentuk sediaan, dosis, dan jadwal pemberian
(termasuk lama terapi).
5. Petunjuk untuk menggunakan obat-obatan. Ini mungkin termasuk
adaptasi agar sesuai dengan gaya hidup pasien atau lingkungan kerja.
6. Tindakan yang harus diambil jika dosisnya terlewat.
7. Tindakan pencegahan yang harus diperhatikan selama pengobatan
8. Risiko obat mislanya reaksi yang tidak dikhendaki, efek samping umum
dan berbahaya yang mungkin terjadi, tindakan untuk mencegah atau
meminimalkan terjadinya efek samping dan tindakan yang harus
diambil jika terjadi, termasuk memberitahukan prescriber, apoteker,
atau penyedia layanan kesehatan lainnya.
9. Teknik untuk monitoring efektivtias obat secara mandiri
10. Potensi interaksi obat dengan obat obat dengan makanan
11. Kontraindikasi obat-penyakit.
12. Hubungan obat dengan prosedur radiologis dan laboratorium
(misalnya waktu pemberian dosis dan potensi gangguan dengan
interpretasi hasil).
13. Bisa tidaknya resep obat diulang
14. Bagaimana bisa mendapatkan informasi dari apoteker
15. Penyimpanan obat yang tepat.
16. Pembuangan yang tepat obat-obatan yang terkontaminasi atau
dihentikan dan perangkat administrasi yang digunakan.
17. Setiap informasi lain yang unik untuk setiap pasien atau obat-obatan.

Pemberian konseling lebih dimudahkan dengan menggunakan akronim


DRUG sebagai berikut (ASHP, 2020)

D (Dosage) artinya pada saat konseling mendiskusikan tentang obat,


meliputi dosis obat, bagaimana digunakan, waktu penggunaan obat, dan
apa yang harus dilakukan jika lupa tidak menggunakan

R (Result) artinya pada saat konseling mendiskusikan apa yang menjadi


harapan pasien pada pengobatan, bagaimana obat tersebut bisa berefek di
dalam tubuh, bagaimana tanda bahwa obat bekerja secara efektif, dan apa
konsekuensi dari ketidakpatuhan.

58 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
U (Underlying issues): Pada saat konseling perlu dibahas juga hal-hal
yang mungkin berpengaruh pada pengobatan misalnya apakah obatnya
memiliki label khusus, apakah pasien alergi? Apakah pasien menggunakan
obat lain yang berpengaruh pada interaksi obat? Apakah ada kondisi
khusus pasien (usia lanjut, anak-anak, hamil, menyusui), apakah ada
permasalahan khusus lain dari pasien, misalnya penyakit yang berpen-
garuh pada pengobatan pasien?

G (General information): menilai pemahaman pasien dari informasi di


atas. Diskusikan bagaimana menyimpan obat dengan benar, apakah bisa
isi ulang, bagaimana jika tidak bisa digunakan lagi, dan mengonfirmasi
pengetahuan pasien mengenai obat yang diterima.

3.1.2 Contoh kasus dan penyelesaiannya

Metode pembelajaran untuk konseling selama masa pandemi dilakukan


dengan memebrikan scenario atau resep, kemudian mahasiswa
menyiapkan materi konseling dan merekamnya dalam bentuk video,
kemudian mengupload di youtube. Setiap mahasiswa mendapatkan materi
konseling yang berbeda. Antar mahasiswa belajar dari link youtube.

Stategi menyelesaikan tugas ini adalah


1. Menganalissi kasus pasien
2. Mencari referensi terkait penyakit dan obat yang diresepkan
3. Membuat scenario konseling
4. Melakukan praktik konseling dengan cara memvideokan

Komponen penilaian
Mahasiswa dapat membuat video dengan konten dan tahapan

1. Menuliskan skenario permasalahan pasien dan enyelesaikan


permasalahan terapi pasien
2. Konten konseling pasien dengan lengkap
3. Menuliskan dokumentasi konseling
4. Menuliskan referensi
5. Video jelas, menarik, dan mudah dipahami

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 59


Skenario Pasien

Pasien An. Doni berusia 8 tahun dengan BB 25kg, TB 125cm datang bersama
ibunya ke Rumah Sakit untuk berobat. Pasien mengeluh mual, muntah,
sakit leher, batuk dan disertai suara sesak. Ibunya mengatakan sudah 2
hari ini nafsu makan anaknya berkurang. Ibu pasien menceritakan bahwa
keseharian anaknya selepas pulang sekolah yaitu bermain tanah bersama
teman-temannya di halaman belakang rumah dengan kondisi tanah yang
lembap, setelah bermain anaknya langsung makan siang tanpa mencuci
tangan terlebih dahulu. Pasien sebelumnya hanya mengkonsumsi suplemen
penambah nafsu makan, namun tidak kunjung sembuh. Hasil pemer-
iksaan klinis dinyatakan positif menderita cacingan dengan prevalensi
19% (kategori rendah) dan hasil pemeriksaan mikroskopis menemukan
telur dalam tinja segar berukuran 55-75 x 35-46 (mikron), berbentuk oval
dan berwarna jernih. Dokter mendiagnosa pasien menderita infeksi cacing
tambang. Pasien bisa menelan obat.
Resep dan Permasalahan Terapi Pasien

Pasien datang dengan membawa resep tersebut ke Apotek setelah periksa


ke dokter. Resep telah diskrining dan pasien siap menerima obat yang
telah disiapkan oleh apoteker.

dr. Haikal, Sp.A


Praktek : Rumah Sakit Mentari
SIP : 025/157/SIP-TU/II/2015
Jl. Kaliurang, sleman, Yogyakarta
Telp. (0274) 883947

Sleman, 02 April 2020


R/ Pyrantel tab 125mg no VI
S 1dd 2

Pro : An. Doni (8th) (25kg) Alamat : Kimpulan

60 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Informasi dari literatur mengenai obat yang digunakan
PYRANTEL 125 MG

Sumber : https://e-katalog.lkpp.go.id/katalog/produk/detail/377442

Indikasi Antelmentik, efektif pada pengobatan infeksi yang disebabkan oleh


cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang.

Dosis 10/KgBB
BB pasien = 25kg
Dosis = 10mg x 25kg = 250mg/hari
Sediaan 125 mg, 2 tablet/hari

Waktu, cara minum/ Obat tidak dipengaruhi oleh makanan. Dapat diminum sesudah
menggunakan obat atau sebelum makan dengan susu atau jus buah, konsumsi selama
3 hari berturut-turut. Prevalensi ≥10% - < 20% dapat melakukan
pengobatan 1 kali setiap tahun.

Hasil terapi yang Sembuh dari infeksi cacing


diharapkan

Cara penyimpanan Kotak obat atau wadah yang tertutup rapat terhindar dari cahaya
obat matahari, jangan disimpan di kamar mandi atau tempat yang
lembap.

Efek samping obat Efek samping jarang, hanya efek samping ringan seperti mual,
dan cara penanggu- muntah dan bersifat sementara misalnya diare, demam, dan sakit
langannya kepala. Sebaiknya dikonsumsi malam hari saat mau tidur untuk
mengurangi efek samping, dan makan makanan bergizi.

Interaksi dengan Memiliki efek kerja berlawanan dengan piperazin sehingga tidak
obat/makanan dapat dikonsumsi bersamaan

Cara minum obat jika Segera minum obat saat gejala infeksi muncul.
lupa

Terapi non farma- Cuci tangan pakai sabun, menggunkan air bersih untuk keperluan
kologi rumah tangga, menjaga kebersihan dan keamanan makanan,
menggunakan jamban sehat, dan mengupayakan kondisi
lingkungan yang sehat.
Makan makanan yang berprotein seperti daging ayam, tahu, tempe
dan telur serta sayuran yang mengandung zat besi seperti bayam.

Bila mana obat Jika infeksi belum membaik lakukan pemeriksaan feses setelah
diteruskan 2 minggu pengobatan dan konsultasikan ke dokter jika hasilnya
positif untuk mendapatkan pengobatan lanjut.

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 61


Bila mana obat Belum ada laporan terkait penghentian obat dikarenakan mengkon-
dihentikan sumsi pyrantel tablet, namun butuh perhatian khusus pada pasien
gizi buruk atau anemia. Terapi suportif direkomendasikan untuk
pasien anemia, dehidrasi, atau malnutrisi sebelum pemberian obat.
Disarankan untuk tidak menghentikan pengobatan mandiri jika
tidak ada anjuran dokter, karena dapat mengurangi efektivitas dari
obat tersebut, bisa jadi infeksi dapat sembuh dalam waktu yang
ditentukan, namun ketika pasien lalai atau menghentikan minum
obat, kesembuhan pasien akan menjadi lebih lama

Rancangan Konseling Pasien

A. Tahap Pembukaan

Apoteker : Assalamu’alaikum. Selamat pagi. Perkenalkan saya


apoteker yang bertugas pagi hari ini
Ibu Pasien : Wa’alaikumsalam. Selamat pagi mba.
Apoteker : Baik, ibu. Ada yang bisa kami bantu?
Ibu Pasien : Iya, mba. Ini saya mau menebus resep anak saya, tadi
habis berobat ke dokter
Apoteker : Baik, ibu. Untuk resepnya saya lihat sebentar ya, Bu
(mengecek keabsahan resep)

B. Tahap Verifikasi
Apoteker : Resepnya untuk anaknya ya bu, atas nama siapa ibu?
Ibu Pasien : Iya mba, anak saya. Namanya Doni
Apoteker : Umurnya ibu?
Ibu Pasien : 8 tahun, mba
Apoteker : Alamatnya, ibu?
Ibu Pasien : Di kimpulan, mba
Apoteker : Baik, ibu. Untuk resep anak ibu, apakah sudah pernah
mendapatkan sebelumnya, atau ini baru pertama kali ibu?
Ibu Pasien : Ini baru pertama, mba

C. Tahap Pegumpulan Data


Apoteker : Apakah dokter sudah memberitahu terkait kegunaan dari
obat dalam resep ini bu?
Ibu Pasien : Tidak, mba
Apoteker : Apakah dokter ada memberitahu terkait cara meminum
obatnya, bu?
Ibu Pasien : Belum mba
Apoteker : Apakah dokter ada memberitahu harapan setelah anak

62 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
ibu meminum obat ini?
Ibu Pasien : Harapannya ya bisa sembuh mba, udah gak mual, muntah,
batuk lagi mba
Apoteker : Baik, ibu. Untuk anak ibu sendiri berarti keluhan yang
dirasakan mual muntah, batuk bu?
Ibu Pasien : Iya mba, ditambah suaranya juga sesak, sama 2 hari ini
susah banget makannya, terus pas BAB keluar darah
Apoteker : Terus selama 2 hari ini, udah ada konsumsi obat belum, bu?
Ibu pasien : Hanya suplemen penambah nasu makan aja mba
Apoteker : Anaknya sebelumnya pernah mengalami gejala terus
tidak, bu?
Ibu Pasien : Belum pernah, mba
Apoteker : Anaknya ada riwayat alergi obat atau benda bu?
Ibu Pasien : Sejauh ini gak ada, mba
Apoteker : Baik ibu. Mungkin untuk kebiasaan anaknya sehari-hari,
gimana bu?
Ibu Pasien : Nah itu mba. Anaknya sering habis pulang sekolah langsung
main sama temennya dibelakang rumah, terus kondisi tanah
disana juga lembap. Habis main biasanya kalau makan selalu
lupa buat cuci tangan
Apoteker : Baik ibu. Ini berdasarkan dari data lab dokter dan terkait
informasi yang sudah ibu berikan, adik Doni ada infeksi
cacing tambang ya bu. Insyaallah bisa disembuhkan. Nanti
obatnya, ditunggu sebentar ya, bu
Ibu Pasien : Baik, mba, setelah obat sudah disiapkan, Apoteker
memanggil pasien.

D. Tahap Penyerahan dan Informasi obat

Apoteker : Resep atas nama Anak Doni?


Ibu Pasien : Iya, mba
Apoteker : Baik, ibu. Ini untuk obat adiknya ya bu. Ini ada obat pyrantel
pamoat, dengan kekuatan sediaan 125mg, obat ini nanti
digunakan untuk mengatasi infeksi cacing yang dialami anak
ibu. Obatnya jumlahnya ada 6 ya bu, ini nanti minumnya
sehari sekali aja, tapi sekali minum langsung dua tablet,
minumnya boleh malam hari sebelum tidur, boleh sesudah
atau sebelum makan , dan minumnya boleh dengan susu
atau jus buah, karena obatnya hanya 6, jadi dalam 3 hari
dihabiskan ya bu.

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 63


Ibu Pasien : Baik, mba
Apoteker : Mungkin nanti selama adiknya minum obat bisa mengalami
gejala seperti mual, muntah, demam sakit kepala, tapi ibu gak
perlu khawatir karena hanya bersifat sementara dan tidak
semua pasien merasakannya bu..
Ibu Pasien : Baik, mba
Apoteker : Nanti obatnya disimpan dikotak obat ya bu disuhu ruang,
jika tidak ada, yang terpenting tidak terkena cahaya matahari
langsung dan kondisi tidak lembap
Ibu Pasien : Baik, mba
Apoteker : Untuk mendukung keberhasilan pengobatan adiknya,
mungkin bisa diimbangi dengan selalu menjaga kebersihan
ya bu, seperti adiknya selalu cuci tangan sehabis bermain
ataupun sehabis memegang sesuatu yang sekiranya kurang
bersih, kemudian perbanyak makanan berprotein seperti
daging ayam, tahu, temspe dan telur serta sayuran yang
mengandung zat besi seperti bayam, ya bu
Ibu Pasien : Baik, siap mba
Apoteker : Baik, ibu. Terkait informasi yang saya berikan ada yang
ingin ditanyakan atau kurang jelas?
Ibu Pasien : Sudah mba, sudah sangat jelas

E. Tahap verifikasi akhir


Apoteker : Jika sudah jelas, boleh saya meminta ibu untuk mengulangi
apa yang telah saya sampaikan?
Ibu Pasien : Oh iya mba. Ini anak saya dapat obat pirantel pamot untuk
obat cacing, nanti minumnya sehari sekali aja langsung 2
tablet terus dalam 3 hari ini harus dihabiskan, sama sebisa
mungkin selalu menjaga kebersihan sama perbanyak
konsumsi makanan berprotein sama sayuran kayak bayam
ya mba
Apoteker : Bener, tepat sekali ibu. Oh iya saya mau menambahkan
jika infeksi belum membaik silahkan melakukan pemer-
iksaan feses setelah 2 minggu pengobatan dan konsultasikan
ke dokter jika hasilnya positif untuk mendapatkan pengo-
batan lanjut. Disarankan untuk tidak menghentikan pengo-
batan mandiri jika tidak ada anjuran dokter, karena dapat

64 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
mengurangi efektivitas dari obat tersebut, bisa jadi infeksi
dapat sembuh dalam waktu yang ditentukan, namun ketika
anak ibu lupa atau menghentikan minum obat, kesembuhan
anak ibu akan menjadi lebih lama. Jika anak ibu mengalami
anemia atau gizi buruk segera hubungi dokter.

F. Tahap penutup

Apoteker : Untuk pemantauan pengobatan lebih lanjut, saya bisa


hubungi ibu lewat telepon atau sms?
Ibu pasien : Iya boleh mba, lewat telepon saja. Ini nomor saya 08XXXXXX
bisa hubungi saya sore hari saja ya mba
Apoteker : Baik ibu nanti saya hubungi 3 hari lagi untuk memastikan
pengobatannya. Semoga lekas sembuh untuk anak Doni ya
bu.
Ibu Pasien : Aamiin. Terima kasih banyak mba

Bagian 3: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3 65


4

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


(CPMK) 4

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan obat (seleksi, procurement,


distribusi obat berdasarkan kriteria seleksi, penarikan, dan pemusnahan,
pencatatan, dan administrasi) sesuai standar pelayanan kefarmasian
Setelah menyelesaikan Bagian 4 ini, mahasiswa diharapkan:
1. Dapat melakukan pengelolaan obat dengan benar
2. Dapat menyelesaikan tugas seleksi obat dengan benar
3. Dapat menyelesaian tugas procurement dengan benar
4. Dapat menyelesaikan tugas distribusi dengan benar
5. Dapat menyelesaikan tugas penarikan dan pemusnahan obat
dengan tepat
6. Dapat menyelesaikan tugas administrasi dan pencatatan terkait pengelolaan obat

4.1 Seleksi/Pemilihan

Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki tanggung jawab dalam


pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai). Apoteker harus bisa memastikan keamanan, kualitas, dan manfaat
serta ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP di rumah
sakit. Pengelolaan sediaan farmasi merupakan siklus kegiatan yang dimulai
dari seleksi/pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, distribusi,
penyimpanan, pemusnahan, penarikan, pengendalian, dan penggunaan
(Kemkes RI, 2016). Dalam Pharmaceutical Management Framework proses
seleksi adalah proses awal yang mendasari aktivitas selanjutnya seperti
procurement, distribusi, dan penggunaan obat (Management Sciences for
Health, 2012).

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 67


Policy, law, and Regulation

Gambar 1.2. Pharmaceutical Management Framework

Proses seleksi harus dilakukan karena jumlah obat-obatan yang beredar


di pasaran sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan bagi rumah
sakit untuk melakukan pembelian persediaan keseluruhan obat yang ada
di pasaran karena keterbatasan anggaran yang dimiliki (Management
Sciences for Health, 2012).

4.1.1 Definisi, tujuan, ruang lingkup, strategi

Seleksi atau pemilihan adalah kegiatan untuk menentukan JENIS sediaan


farmasi,alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai
dengan kebutuhan (Kemkes RI, 2016). Proses seleksi/pemilihan di rumah
sakit dilakukan oleh Tim/Komite Farmasi dan Terapi. Proses seleksi/
pemilihan memiliki beberapa kriteria berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit, yaitu:
a. mengutamakan obat generik
b. memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang menguntungkan
pasien
c. mutu terjamin, termasuk dalam bioavailabilitas maupun stabilitas
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

68 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
ditinjau dari biaya langsung dan biaya tidak langsung
h. obat lain yang terbukti paling efektif dan aman (evidence based
medicines)

Selain kriteria dari Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,


terdapat pula beberapa kriteria dari WHO (World Health Organization),
yaitu:
a. pola penyakit
b. fasilitas pengobatan
c. SDM (Sumber Daya Manusia) yang terlatih dan berpengalaman
d. anggaran dan dana yang tersedia
e. faktor genetik, sosiodemografi dan lingkungan
f. memiliki bukti efikasi dan keamanan obat pada tahap studi klinis
g. memiliki kualitas, termasuk dalam bioavailabilitasnya
h. stabil pada saat penyimpanan dan digunakan
i. ika terdapat dua atau lebih obat yang hamper sama, maka dipilih obat
berdasarkan evektivitasnya, kemanannya, kualitasnya, harganya,
dan tingkat ketersediaannya.
j. memiliki rasio cost benefit yang menguntungkan
k. lebih dipilih obat dalam single compound dibandingkan kombinasi,
kecuali jika sediaan kombinasi terbukti lebih efektif daripada single
compound dan dosis setiap zat aktif dalam kombinasi tersebut
adekuat, selain itu jika sediaan kombinasi dapat lebih meningkatkan
kepatuhan pasien (Management Sciences for Health, 2012).

Dalam proses seleksi akan dihasilkan 2 produk, yaitu Formularium Rumah


Sakit, dan Standar Terapi. Proses penyusunan formularium rumah sakit
adalah:
a. membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medis
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan
medik,
b. mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi,
c. membahas usulan dalam rapat KFT,
d. mengembalikan rancangan pembahasan ke masing-masing SMF
untuk mendapatkan feed back
e. membahas hasil umpan balik dari SMF

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 69


f. menetapkan daftar obat yang terdapat di formularium rumah sakit
(Kemkes RI, 2016).

Tujuan dari proses seleksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
di rumah sakit adalah:

a. Memiliki tingkat persediaan yang lebih baik


b. Meningkatkan pengobatan rasional
c. Menurunkan biaya yang harus dikeluarkan (Management Sciences
for Health, 2012).

Ruang lingkup dari proses seleksi pada kasus PKPA RS ini adalah
pembahasan pada saat rapat KFT terkait pengobatan yang direkomen-
dasikan dalam penanganan kasus pasien positif Covid-19 (Corona-
virus Disease 2019).

Strategi bagi mahasiswa PKPA RS adalah dengan memahamkan pada


mahasiswa peran apoteker dalam melakukan critical appraisal ketika
diminta pertimbangan pada rapat KFT dengan merujuk pada artikel jurnal
yang kredibel dan valid.

4.1.2 Metode Pembelajaran Selama Pandemi

Metode pembelajaran PKPA RS dalam kasus ini adalah dengan pendekatan


Case Based Learning, yaitu dengan memberikan penugasan pada
mahasiswa untuk melakukan critical appraisal atas artikel terkait terapi
Covid-19 yang diunggah di Google Classroom. Kemudian mahasiswa
mengupload formulir critical appraisal yang telah dikerjakan pada Google
Classroom dan diberikan penilaian oleh dosen pembimbing sesuai dengan
rubrik penilaian yang diberikan.

4.1.3 Kasus Seleksi dan Penyelesaiannya

Kasus:
“Seorang apoteker disebuah rumah sakit milik pemerintah menjadi anggota
dari Tim KFT (Komite Farmasi dan Terapi). Di masa pandemi Covid-19 ini,
apoteker tersebut diminta untuk melakukan telaah kritis terhadap terapi
yang bisa digunakan dalam pengobatan Covid-19, sehingga KFT dapat
membuat panduan terapi tersendiri untuk rumah sakit. Berikut adalah
jurnal yang harus ditelaah oleh apoteker tersebut!”

70 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Petunjuk Penyelesaian:
Bacalah form critical appraisal PRISMA pada setiap aspek dengan seksama
dan tuliskan halaman serta kalimat yang dimaksudkan dalam setiap aspek
PRISMA pada kolom terakhir.

Langkah pengerjaan:
1. Download artikel dan Lembar Checklist PRISMA 2009 dari Google
Classroom
2. Isikan data yang diperlukan dari Checklist tersebut langsung pada
PRISMA 2009 (lengkap dengan nomor halaman dan artikel yang
dimaksudkan dalam setiap aspek checklist)
3. Kumpulkan/upload tugas melalui Google Classroom.

Artikel terlampir. Sumber artikel:


https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0883944120303907

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 71


72 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 73
74 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.8. Formulir Critical Appraisal

Section/ # Checklist item Reported


topic on page #

TITLE

Title 1 Identify the report as a systematic review, meta-analysis, or


both.

ABSTRACT

Struc- 2 Provide a structured summary including, as applicable:


tured background; objectives; data sources; study eligibility
summary criteria, participants, and interventions; study appraisal
and synthesis methods; results; limitations; conclusions and
implications of key findings; systematic review registration
number.

INTRODUCTION

Rationale 3 Describe the rationale for the review in the context of what
is already known.

Objectives 4 Provide an explicit statement of questions being addressed


with reference to participants, interventions, comparisons,
outcomes, and study design (PICOS).

METHODS

Protocol 5 Indicate if a review protocol exists, if and where it can be


and regis- accessed (e.g., Web address), and, if available, provide regis-
tration tration information including registration number.

Eligibility 6 Specify study characteristics (e.g., PICOS, length of follow-up)


criteria and report characteristics (e.g., years considered, language,
publication status) used as criteria for eligibility, giving
rationale.

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 75


Infor- 7 Describe all information sources (e.g., databases with dates
mation of coverage, contact with study authors to identify additional
sources studies) in the search and date last searched.

Search 8 Present full electronic search strategy for at least one


database, including any limits used, such that it could be
repeated.

Study 9 State the process for selecting studies (i.e., screening, eligi-
selection bility, included in systematic review, and, if applicable,
included in the meta-analysis).

Data 10 Describe method of data extraction from reports (e.g., piloted


collection forms, independently, in duplicate) and any processes for
process obtaining and confirming data from investigators.

Data 11 List and define all variables for which data were sought (e.g.,
items PICOS, funding sources) and any assumptions and simplifi-
cations made.

Risk of 12 Describe methods used for assessing risk of bias of individual


bias in studies (including specification of whether this was done at
individual the study or outcome level), and how this information is to be
studies used in any data synthesis.

Summary 13 State the principal summary measures (e.g., risk ratio,


measures difference in means).

Synthesis 14 Describe the methods of handling data and combining results


of results of studies, if done, including measures of consistency (e.g., I2)
for each meta-analysis.

Section/ # Checklist item Reported


topic on page#

Risk of 15 Specify any assessment of risk of bias that may affect


bias across the cumulative evidence (e.g., publication bias, selective
studies reporting within studies).

Additional 16 Describe methods of additional analyses (e.g., sensitivity


analyses or subgroup analyses, meta-regression), if done, indicating
which were pre-specified.

RESULTS

Study 17 Give numbers of studies screened, assessed for eligibility,


selection and included in the review, with reasons for exclusions at
each stage, ideally with a flow diagram.

76 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Study 18 For each study, present characteristics for which data were
character- extracted (e.g., study size, PICOS, follow-up period) and
istics provide the citations.

Risk of 19 Present data on risk of bias of each study and, if available,


bias within any outcome level assessment (see item 12).
studies

Results of 20 For all outcomes considered (benefits or harms), present, for


individual each study: (a) simple summary data for each intervention
studies group (b) effect estimates and confidence intervals, ideally
with a forest plot.

Synthesis of 21 Present results of each meta-analysis done, including confi-


results dence intervals and measures of consistency.

Risk of 22 Present results of any assessment of risk of bias across


bias across studies (see Item 15).
studies

Additional 23 Give results of additional analyses, if done (e.g., sensitivity


analysis or subgroup analyses, meta-regression [see Item 16]).

DISCUSSION

Summary 24 Summarize the main findings including the strength of


of evidence evidence for each main outcome; consider their relevance
to key groups (e.g., healthcare providers, users, and policy
makers).

Limitations 25 Discuss limitations at study and outcome level (e.g., risk


of bias), and at review-level (e.g., incomplete retrieval of
identified research, reporting bias).

Conclusions 26 Provide a general interpretation of the results in the context


of other evidence, and implications for future research.

FUNDING

Funding 27 Describe sources of funding for the systematic review and


other support (e.g., supply of data); role of funders for the
systematic review.

From: Moher D, Liberati A, Tetzlaff J, Altman DG, The PRISMA Group (2009).
Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses:
The PRISMA Statement. PLoS Med 6(7): e1000097. doi:10.1371/journal.
pmed1000097
For more information, visit: www.prisma-statement.org.

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 77


Tabel 1.9. Rubrik Penilaian Kasus Seleksi

No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penggalian Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


data dan mengisikan form dapat dapat tidak dapat
informasi CA dengan benar mengisikan mengisikan mengisikan
pada semua form CA form CA dengan dengan
aspek dengan benar benar pada benar pada
pada 60-80% <60% aspek seluruh
aspek aspek

2 Penyele- Mahasiswa Mahasiswa


saian dapat menarik tidak dapat
masalah kesimpulan menarik
terapi dengan k e s i m -
benar dari pulan terapi
CA yang telah d e n g a n
dilakukan benar dari
CA yang telah
dilakukan

4.2 Procurement

Procurement dalam Pharmaceutical Management Framework terdiri atas


2 aktivitas, yaitu perencanaan dan pengadaan. Proses procurement yang
efektif dapat memastikan ketersediaan obat yang tepat pada jumlah yang
tepat, harga yang bersaing, dan mutu yang terjamin. Sediaan farmasi
dapat diperoleh dari pembelian, donasi, maupun produksi sendiri. Adapun
tahapan dari proses procurement adalah sebagai berikut:
a. menggerakkan tim pengadaan dan orang-orang yang memegang
peranan penting dalam pengadaan,
b. review hasil dari seleksi obat
c. membuat spesifikasi standar mutu
d. menentukan jumlah yang dibutuhkan
e. menyesuaikan antara kebutuhan dengan anggaran dana yang
dipersiapkan
f. memilih metode pengadaan
g. menentukan supplier
h. membuat spesifikasi kontrak dengan supplier
i. mengontrol status pesanan
j. menerima dan melakukan pengecekan terhadap pesanan
k. melakukan pembayaran
l. mendistribusikan obat-obatan
m. mengumpulkan informasi penggunaan obat (Management Sciences
for Health, 2012).

78 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
4.2.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup, Strategi

Procurement merupakan proses pembelian persediaan secara langsung


dari supplier nasional maupun multinasional, pembelian melalui agen
global, dan mekanisme atau system pengadaan regional, atau pembelian
dari agen pengadaan internasional (Management Sciences for Health,
2012). Procurement dalam Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
terdiri atas 2 aktivitas, yaitu perencanaan dan pengadaan.

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode


pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan hasil
dari kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Pengadaan adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan (Kemkes RI,
2016).

4.2.1 Perencanaan
Perencanaan dilakukan agar terhindar dari kekosongan obat. Peren-
canaan dilakukan dengan menggunakan metode konsumsi, morbiditas/
epidemiologi, dan kombinasi antara konsumsi dan morbiditas/epidemi-
ologi disesuaikan dengan anggaran. Pedoman perencanaan yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. anggaran yang tersedia


b. penetapan skala prioritas
c. sisa persediaan
d. data pemakaian periode lalu
e. waktu tunggu pemesanan
f. rencana pengembangan (Kemkes RI, 2016).

4.2.1 Pengadaan

Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu


yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai dengan standar mutu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP antara lain:

a. Bahan Baku Obat harus disertai dengan Sertifikat Analisa


b. Bahan Berbahaya harus disertai dengan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP harus memiliki Nomor
Izin Edar
d. Masa kadaluarsa minimal 2 tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 79


Pengadaan bisa dilakukan dengan pembelian, donasi, dan produksi
(Kemkes RI, 2016). Beberapa metode pengadaan menurut MDS-3 yaitu
tender terbuka, tender tertutup, e procurement, competitive negotiation,
international or local shopping, dan pembelian langsung. Jika terdapat keter-
batasan pada pendanaan untuk pengadaan obat, maka dapat dilakukan
analisis skala prioritas. Analisis skala prioritas dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan VEN (Vital, Esensial, Nonesensial), analisis ABC,
analisis EOQ (Economic Order Quantity) (Management Sciences for Health,
2012).

Ruang lingkup Procurement pada PKPA RS Daring meliputi 3 hal, yaitu


perencanaan, penentuan skala prioritas, dan pengadaan. Hal tersebut
disebabkan ketiga aktivitas merupakan rangkaian siklus procurement.

Strategi yang dilakukan pada PKPA RS Daring adalah dengan memahamkan


mahasiswa perhitungan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP dengan menggunakan metode konsumsi dan metode
morbiditas. Adapun untuk memberikan pemahaman terkait analisis skala
prioritas menggunakan metode kombinasi VEN dan ABC Analysis (PUT/
Prioritas, Utama, Tambahan). Pengenalan metode pengadaan dengan e
procurement, ketentuan pengadaan di rumah sakit pemerintah.

4.2.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi

4.2.2.1.Metode Pembelajaran Perencanaan Kebutuhan Obat dengan Metode


Konsumsi
Metode pembelajaran yang digunakan selama pandemic berlangsung
adalah dengan menggunakan pendekatan Case Based Learning, yaitu
memberikan penugasan kepada mahasiswa melalui Google Classroom
dengan mengupload data konsumsi obat-obatan dalam bentuk Microsoft
Excell untuk diselesaikan dengan perencanaan menggunakan pendekatan
metode konsumsi. Kemudian mahasiswa diminta untuk mengupload
kembali data yang sudah diselesaikan melalui Google Classroom dan
dikoreksi oleh Dosen Pembimbing dan diberikan penilaian sesuai dengan
rubric penilaian.

80 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
4.2.2.2. Metode Pembelajaran Perencanaan Kebutuhan Obat dengan
Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode pembelajaran yang digunakan selama pandemic berlangsung sama
dengan aktivitas sebelumnya, yaitu dengan memberikan data obat-obatan
dan penyakit/standar terapi dalam bentuk Microsoft Excell untuk disele-
saikan dengan pendekatan metode morbiditas/epidemiologi. Kemudian
mahasiswa diminta untuk mengupload kembali data yang sudah disele-
saikan melalui Google Classroom dan dikoreksi oleh Dosen Pembimbing
dan diberikan penilaian sesuai dengan rubric penilaian.

4.2.2.3. Metode Pembelajaran Analisis Skala Prioritas dengan Metode PUT


Metode pembelajaran yang digunakan selama pandemic berlangsung sama
dengan aktivitas sebelumnya, yaitu dengan memberikan data obat-obatan
dalam bentuk Microsoft Excell untuk diselesaikan oleh mahasiswa dengan
pendekatan metode PUT, kemudian mahasiswa diminta untuk mengupload
kembali data yang sudah diselesaikan melalui Google Classroom dan
dikoreksi oleh Dosen Pembimbing dan diberikan penilaian sesuai dengan
rubric penilaian.

4.2.2.4. Metode Pembelajaran Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan BMHP
Metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan memberikan data
obat-obatan yang akan diadakan di rumah sakit, kemudian mahasiswa
diminta untuk menggolongkan obat-obatan tersebut berdasarkan obat
bebas, obat bebas terbatas, obat psikotropika, obat narkotika, obat
precursor, obat-obatan tertentu, atau obat keras. Setelah selesai melakukan
penggolongan obat, mahasiswa diminta melakukan pemesanan obat-obatan
tersebut sesuai dengan jenis Surat Pesanan (SP) yang telah diupload
sebelumnya oleh Dosen. Setelah selesai melakukan simulasi pemesanan,
mahasiswa diminta mengupload dokumen SP dan penggolongan obat di
Google Classroom. Dosen memberikan penilaian sesuai dengan rubric
penilaian.

4.2.1 Kasus Procurement dan Penyelesaiannya

4.2.3.1. Kasus Perencanaan dengan Metode Konsumsi


Seorang apoteker di sebuah rumah sakit melakukan perhitungan peren-
canaan kebutuhan obat-obatan, alat kesehatan, dan BMHP. Perencanaan
yang digunakan dengan menggunakan metode konsumsi. Berikut adalah
data penggunaan obat dalam periode 1 bulan yang lalu. Apabila diketahui

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 81


nilai lead time adalah 3 hari, tidak terdapat waktu kekosongan obat, maka
hitunglah nilai Qo untuk pengadaan selama 6 bulan!

Tabel 1.10. Data Konsumsi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP Instalasi
Farmasi Rumah Sakit

Jumlah Harga satuan


No Nama obat Sisa stock Kategori VEN
penggunaan obat (Rp)
1 Amoxicillin OGB (Kapsul) 34560 183.3 2000 E
2 Amoxil (Vial) 768 9678.2 500 E
3 Asmacare (tablet 2 mg) 38400 660 1500 E
4 Asmacare (tablet 4 mg) 38400 880 1000 E
5 Aspilets (tablet 80 mg) 9000 195.83 500 V
6 Osteocal tablet 960 76560 200 N
7 Aztrin (kapsul) 34560 9716.67 2000 E
8 Becotide (Ventoline Rotacap) 76800 825 1500 V
Berotec (botol larutan
9 96 78650 30 V
inhalasi)
10 Betablok (tablet 100 mg) 4320 2035 1000 E
11 Bricasma (Botol sirup) 1440 30600 200 E
12 Capoten (tablet 12,5 mg) 4980 1868.3 250 E
13 Capoten (tablet 25 mg) 3300 2996.67 250 E
14 Cardioaspirin (tablet) 3000 720 500 V
15 Cefixime (kapsul) 154500 1328.25 1000 E
16 Depakene (botol sirup) 40 44000 10 E
17 Depakote (tablet 250 mg) 5000 2560 1500 E
Dexametason generik
18 231000 24.3 2500 E
(tablet)
19 Diazepam (ampul) 700 793.25 100 E
Digoxin OGB (tablet 0,0625
20 7900 78 750 E
mg)
21 Digoxin OGB (tablet 0,25 mg) 4000 89 200 E
22 Digoxin Sandos (tablet) 19800 511.5 1000 E
23 Dilantin (kapsul 100 mg) 2000 2640.15 700 E
24 Dopamin HCl (ampul) 3000 9500 775 V
25 Dopamin Hcl (vial) 3000 22000 650 V
26 Becom Z (tablet) 69120 383.33 15000 N
27 Erphatrocin (Kapsul) 13824 1375 100 E
28 Erphatrocin (Tablet) 13824 1237.5 500 E

82 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
29 Ethambutol OGB (tablet) 741600 195 12000 E
30 Extracaine (ampul) 6000 1350 155 V
31 Fargoxin (tablet 0,25 mg) 19800 200 2000 E
32 Caviplex (tablet) 6000 850 209 N
33 Farsorbid (tablet 10 mg) 12000 430 2000 E
34 Farsorbid (tablet 5mg) 18000 250 2050 E
35 Fenobarbital (ampul) 1000 201 450 E
36 Folic acid (tablet 1 mg) 4000 32 2000 N
37 Folic acid (tablet 5 mg) 7000 31.45 2500 N
38 Furosemid OGB (ampul) 1000 1032 557 E
39 Furosemid OGB (tablet) 12000 56 2200 E
40 Furosix (ampul) 330 1540 25 E
41 Furosix (tablet) 4000 715 1500 E
Glibenklamid OGB (tablet
42 19800 47 2300 E
5mg)
43 Glumin (tablet 600 mg) 39600 460 3500 E
44 Glumin (tablet 850 mg) 26400 675 3400 E
45 HCT OGB (tablet) 3000 17 270 E
46 Herbesser (tablet SR 90 mg) 6000 4985.4 500 E
47 Inderal (tablet 10 mg) 20350 3103 2000 E
48 Inderal (tablet 40 mg) 5500 4813 1500 E
49 INH OGB (tablet) 721000 73 20000 E
50 Inoxin (tablet) 216300 220 14000 E
Kaptopril OGB (tablet 12,5
51 14880 125 2300 E
mg)
52 Kaptopril OGB (tablet 25 mg) 9900 211.67 5000 E
53 Kodein (tablet 10 mg) 6000 286 1500 E
54 Kutoin (kapsul 100 mg) 3000 950 2500 E
55 Lantus (vial) 2800 491900 1000 V
56 Lasix (ampul) 4330 8360 1400 E
57 Lasix (tablet) 4000 2850 400 E
58 Libronil (kaplet 5 mg) 700 176 450 E
59 Klorokuin (tablet 200 mg) 18025 6520 1500 E
Metformin HCl (tablet 500
60 59400 111.5 2500 E
mg)
61 Vitamin C 50 mg 39600 123 1300 N
62 Matovit 9000 1000 1000 N

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 83


63 Neotibi (kaplet) 247200 935 20000 E
64 Nitrocin (ampul) 600 39975 58 E
65 Q10 247200 788 24000 N
66 Phenytoin (ampul) 1000 49500 700 E
67 Phenytoin (kapsul 100 mg) 8000 600 1000 E
68 Pirazinamid OGB (tablet) 741600 269 20000 E
69 Pulmicort (turbuhaler) 192 194700 50 E
70 OSTE 700 385 500 N
71 Rifam (botol sirup) 74160 14000 5000 E
72 Rifampisin OGB (kapsul) 453200 641 20000 E
Salbutamol OGB (tablet 2
73 57600 86 5000 E
mg)
Salbutamol OGB (tablet 4
74 57600 79 5000 E
mg)
75 Scantensin (tablet 12,5 mg) 4980 875 3400 E
76 Scantensin (tablet 25mg) 3300 1414.17 1000 E
77 Symbicort (Turbulaher) 320 223950 57 E
78 Triheksifenidil (tablet 2 mg) 50 43.69 0 E
79 Tramadol (tablet 100 mg) 750 2387 50 N
80 Tramal (tablet 100 mg) 750 1509.5 50 N
81 Terasma (tablet) 28800 154 1000 E
82 Tremenza (tablet) 2000 1732.5 500 N
83 Tibigon (tablet) 164800 418 2000 E
84 Surbex T T(tablet) 247200 350 5000 N
85 Topcillin (Kaplet) 19200 170 2000 E
86 Topcillin (Kapsul) 19200 1000 2000 E
Topcillin (Sirup Kering
87 5184 12000 300 E
Botol)
88 Zithrax (kapsul) 17280 12500 2500 E
Petunjuk Penyelesaian:

Buka materi dari MDS (Managing Drug Supply)-3 Chapter 20 : Quantifying


pharmaceutical requirements dan Chapter 23: Inventory Management
Tentukan nilai dari:
a. CA
b. SS
c. Qo
d. ROP

84 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
e. Smin
f. Smax
g. Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan!

Langkah Pengerjaan:
1. Pindahkan data kasus di atas pada Microsoft Excel
2. Hitunglah nilai CA, SS, Qo, ROP, Smin, Smax dan dana pada data
tersebut (Data ini menjadi Lembar Kerja 1)
3. Upload lembar kerja tersebut!

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 85


Tabel 1.11. Lembar Kerja “Perencanaan Metode Konsumsi”

86
Jumlah
penggunaan Harga
No Nama obat obat satuan (Rp) Sisa stock CA SS Qo Smin ROP Smax Nilai Qo Kategori VEN

1 Amoxicillin OGB (Kapsul) 34560 183.3 2000 E

2 Amoxil (Vial) 768 9678.2 500 E

3 Asmacare (tablet 2 mg) 38400 660 1500 E

4 Asmacare (tablet 4 mg) 38400 880 1000 E

5 Aspilets (tablet 80 mg) 9000 195.83 500 V

6 Osteocal tablet 960 76560 200 N

7 Aztrin (kapsul) 34560 9716.67 2000 E


Becotide (Ventoline
8 Rotacap) 76800 825 1500 V
Berotec (botol larutan
9 inhalasi) 96 78650 30 V

10 Betablok (tablet 100 mg) 4320 2035 1000 E

11 Bricasma (Botol sirup) 1440 30600 200 E

12 Capoten (tablet 12,5 mg) 4980 1868.3 250 E

13 Capoten (tablet 25 mg) 3300 2996.67 250 E

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
14 Cardioaspirin (tablet) 3000 720 500 V
15 Cefixime (kapsul) 154500 1328.25 1000 E

16 Depakene (botol sirup) 40 44000 10 E

17 Depakote (tablet 250 mg) 5000 2560 1500 E


Dexametason generik
18 (tablet) 231000 24.3 2500 E

19 Diazepam (ampul) 700 793.25 100 E


Digoxin OGB (tablet
20 0,0625 mg) 7900 78 750 E
Digoxin OGB (tablet 0,25
21 mg) 4000 89 200 E

22 Digoxin Sandos (tablet) 19800 511.5 1000 E

23 Dilantin (kapsul 100 mg) 2000 2640.15 700 E

24 Dopamin HCl (ampul) 3000 9500 775 V

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4


25 Dopamin Hcl (vial) 3000 22000 650 V

26 Becom Z (tablet) 69120 383.33 15000 N

27 Erphatrocin (Kapsul) 13824 1375 100 E

28 Erphatrocin (Tablet) 13824 1237.5 500 E

29 Ethambutol OGB (tablet) 741600 195 12000 E


30 Extracaine (ampul) 6000 1350 155 V
31 Fargoxin (tablet 0,25 mg) 19800 200 2000 E
32 Caviplex (tablet) 6000 850 209 N

87
33 Farsorbid (tablet 10 mg) 12000 430 2000 E
88
34 Farsorbid (tablet 5mg) 18000 250 2050 E

35 Fenobarbital (ampul) 1000 201 450 E

36 Folic acid (tablet 1 mg) 4000 32 2000 N

37 Folic acid (tablet 5 mg) 7000 31.45 2500 N

38 Furosemid OGB (ampul) 1000 1032 557 E

39 Furosemid OGB (tablet) 12000 56 2200 E


40 Furosix (ampul) 330 1540 25 E
41 Furosix (tablet) 4000 715 1500 E
Glibenklamid OGB
42 (tablet 5mg) 19800 47 2300 E

43 Glumin (tablet 600 mg) 39600 460 3500 E

44 Glumin (tablet 850 mg) 26400 675 3400 E

45 HCT OGB (tablet) 3000 17 270 E


Herbesser (tablet SR 90
46 mg) 6000 4985.4 500 E

47 Inderal (tablet 10 mg) 20350 3103 2000 E

48 Inderal (tablet 40 mg) 5500 4813 1500 E

49 INH OGB (tablet) 721000 73 20000 E

50 Inoxin (tablet) 216300 220 14000 E


Kaptopril OGB (tablet

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
51 12,5 mg) 14880 125 2300 E
Kaptopril OGB (tablet
52 25 mg) 9900 211.67 5000 E
53 Kodein (tablet 10 mg) 6000 286 1500 E

54 Kutoin (kapsul 100 mg) 3000 950 2500 E

55 Lantus (vial) 2800 491900 1000 V


56 Lasix (ampul) 4330 8360 1400 E
57 Lasix (tablet) 4000 2850 400 E

58 Libronil (kaplet 5 mg) 700 176 450 E


Klorokuin (tablet 200
59 mg) 18025 6520 1500 E
Metformin HCl OGB
60 (tablet 500 mg) 59400 111.5 2500 E

61 Vitamin C 50 mg 39600 123 1300 N

62 Matovit 9000 1000 1000 N

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4


63 Neotibi (kaplet) 247200 935 20000 E

64 Nitrocin (ampul) 600 39975 58 E

65 Q10 247200 788 24000 N


66 Phenytoin (ampul) 1000 49500 700 E
Phenytoin (kapsul 100
67 mg) 8000 600 1000 E

68 Pirazinamid OGB (tablet) 741600 269 20000 E


69 Pulmicort (turbuhaler) 192 194700 50 E

89
70 OSTE 700 385 500 N
90
71 Rifam (botol sirup) 74160 14000 5000 E

72 Rifampisin OGB (kapsul) 453200 641 20000 E


Salbutamol OGB (tablet
73 2 mg) 57600 86 5000 E
Salbutamol OGB (tablet
74 4 mg) 57600 79 5000 E
Scantensin (tablet 12,5
75 mg) 4980 875 3400 E
76 Scantensin (tablet 25mg) 3300 1414.17 1000 E
77 Symbicort (Turbulaher) 320 223950 57 E
Triheksifenidil (tablet
78 2 mg) 50 43.69 0 E
79 Tramadol (tablet 100 mg) 750 2387 50 N
80 Tramal (tablet 100 mg) 750 1509.5 50 N
81 Terasma (tablet) 28800 154 1000 E
82 Tremenza (tablet) 2000 1732.5 500 N
83 Tibigon (tablet) 164800 418 2000 E
84 Surbex T 247200 350 5000 N
85 Topcillin (Kaplet) 19200 170 2000 E
86 Topcillin (Kapsul) 19200 1000 2000 E
Topcillin (Sirup Kering
87 Botol) 5184 12000 300 E
88 Zithrax (kapsul) 17280 12500 2500 E
total
dana yg

Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
dibutuhkan
Tabel 1.12. Rubrik Penilaian Perencanaan Metode Konsumsi

No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penetapan Masalah Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


dapat dapat dapat tidak dapat
menghitung menghitung menghitung menghitung
semua nilai 3-5, dari 1-2 dari nilai Ce,
CA, SS, nilai CA, nilai CA, Et, dan Qe
Qo, ROP, SS, Qo, ROP, SS, Qo, ROP, dengan
Smin, Smax Smin, Smax Smin, Smax benar
dengan dengan dengan
benar benar benar

2 Penyelesaian masalah Mahasiswa Mahasiswa


dapat tidak dapat
menentukan menentukan
jumlah Jumlah
dana yang dana yang
dibutuhkan dibutuhkan
dengan dengan
benar benar

4.2.3.2. Kasus Perencanaan Metode Morbiditas


“Pada masa pandemik Covid-19 ini, apoteker diminta untuk melakukan
perencanaan kebutuhan obat dengan menggunakan metode morbiditas.
Apabila diketahui bahwa jumlah pasien dengan positif Covid-19 sejumlah
79 orang, ODP (Orang Dalam Pemantauan) sebanyak 4.187 orang, dan
PDP (Pasien Dalam Pengawasan) sejumlah 764 orang, dan diperkirakan
bahwa dalam 6 bulan ke depan jumlah pasien tersebut akan melonjak
sejumlah 15% dari total jumlah pasien yang positif, ODP, maupun PDP,
maka berapakah jumlah obat-obatan, alat kesehatan, dan BMHP (Bahan
Medis Habis Pakai) di bawah ini yang direncanakan untuk diadakan dalam
6 bulan ke depan agar tidak terdapat stock kosong.
Diketahui:

Jumlah penduduk di wilayah X: 3.842.932 jiwa


F (Frequency of health problem per thousand) = dalam kasus ini dihitung
dari jumlah kasus positif Covid-19 yang ada dibagi total jumlah penduduk
positif Covid 19 ditambah ODP dan PDP. Kemudian dibuat satuan per 1000.
16 setiap 1000 orang
C (Past total number of contacts) = 5.030 orang
Au (Utilization Adjustment) = 15%
Pt (Percentage of cases expected to be treated) = 100%

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 91


Tabel 1.13. Data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dalam Perencanaan
Metode Morbiditas

No Ce Et Nama Obat Bentuk Dcu Nd Ld Qe Qt


sediaan (Dosis tiap (Frekuensi (Durasi
pemberian) pemberian) terapi)
tiap hari

1 Hidroksik- tablet 1 2 5
lorokuin 200
mg

2 Azithromycin kaplet 1 1 5
500 mg

3 Vitamin C 500 tablet 1 1 14


mg

4 P a ra s e t a m o l tablet 1 4 3
500 mg

5 Ambroksol 30 tablet 1 3 5
mg

6 Masker lembar 3 4 14

7 Handschoon pasang 2 5 14

8 Amlodipin 10 tablet 1 1 14
mg

9 Pseudoefedrin tablet 1 3 5
HCl 60 mg

10 Cetirizine 10 tablet 1 1 5
mg

Petunjuk Penyelesaian:

Buka materi dari MDS (Managing Drug Supply)-3 Chapter 20 : Quantifying


pharmaceutical requirements.
Hitunglah nilai Pt, C, Ce, Et, dan Qe!
Langkah pengerjaan:
1. Download kasus dari google classroom dan salin data pada kasus di
Microsoft Excel.
2. Hitung nilai Pt, C, Ce, Et dan Qe pada data tersebut (menjadi Lembar
Kerja I).
3. Hitung jumlah obat yang dipesan pada Lembar Kerja II.
4. Upload Lembar Kerja di Google Classroom

92 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.14. Lembar Kerja I Perencanaan Metode Morbiditas

No Ce Et Nama Obat Bentuk Dcu Nd Ld Qe Qt Jumlah Pembu-


sediaan (Dosis tiap (Frekuensi (Durasi Pembu- kemasan dipesan latan
pemberian) pemberian) terapi) latan tiap box (dalam jumlah
tiap hari box) box

1 Hidroksik- tablet 1 2 5
60
lorokuin 200 mg

2 Azithromycin kaplet 1 1 5
20
500 mg

3 Vitamin C 500 tablet 1 1 14


100
mg

4 Parasetamol tablet 1 4 3
100
500 mg

5 Ambroksol 30 tablet 1 3 5
100
mg

6 Masker lembar 3 4 14 50

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4


7 Handschoon pasang 2 5 14 50

8 Amlodipin 10 tablet 1 1 14
100
mg

9 Pseudoefedrin tablet 1 3 5
50
HCl 60 mg

10 Cetirizine 10 mg tablet 1 1 5 50

Diketahui
C: 5030 F: 0.016

93
Au: 0.15 Pt: 100%
Tabel 1.15. Lembar Kerja II Perencanaan Metode Morbiditas
No Nama Obat Jumlah (dalam Kemasan/Box Jumlah yang
satuan terkecil, dipesan dalam
cth. tablet) satuan box

1 Hidroksiklorokuin 200 mg 60

2 Azithromycin 500 mg 20

3 Vitamin C 500 mg 100

4 Parasetamol 500 mg 100

5 Ambroksol 30 mg 100

6 Masker 50

7 Handschoon 50

8 Amlodipin 10 mg 100

9 Pseudoefedrin HCl 60 mg 50

10 Cetirizine 10 mg 50

Note: Pembulatan angka jika <0.5 dibulatkan angka di bawah, misal jumlah
yang dipesan 23,15 box berarti dibulatkan menjadi 23 box. Sedangkan jika
angka ≥0.5 dibulatkan ke atas, misalkan jumlah yang harus dipesan 18.87
box, maka dibulatkan menjadi 19 box.

Tabel 1.16. Rubrik Penilaian Perencanaan Metode Morbiditas


No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penetapan Masalah Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


dapat dapat dapat tidak dapat
menghitung menghitung menghitung menghitung
semua nilai 3-4, dari 1-2 dari nilai Ce,
Pt, C, Ce, nilai Pt, C, nilai Pt, C, Et, dan Qe
Et, dan Qe Ce, Et, dan Ce, Et, dan dengan
dengan Qe dengan Qe dengan benar
benar benar benar

2 Penyelesaian masalah Mahasiswa Mahasiswa


dapat tidak dapat
menentukan menentukan
jumlah yang jumlah yang
dipesan dipesan
dengan dengan
benar benar

4.2.3.3. Kasus Analisis Skala Prioritas


“Seorang apoteker di sebuah rumah sakit diminta untuk melakukan analisis
skala prioritas dengan menggunakan metode ABC, selain itu dia juga
diminta untuk melakukan analisis PUT karena terdapat keterbatasan dana,
sehingga mungkin beberapa obat harus ditunda dalam pengadaannya”.

94 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.17. Daftar Obat Analisis Skala Prioritas
Jumlah
penggunaan Harga satuan
No Nama obat obat (Rp) Kategori VEN
1 Amoxicillin OGB (Kapsul) 34560 183.3 E
2 Amoxil (Vial) 768 9678.2 E
3 Asmacare (tablet 2 mg) 38400 660 E
4 Asmacare (tablet 4 mg) 38400 880 E
5 Aspilets (tablet 80 mg) 9000 195.83 V
6 Osteocal tablet 960 76560 N
7 Aztrin (kapsul) 34560 9716.67 E
8 Becotide (Ventoline Rotacap) 76800 825 V
9 Berotec (botol larutan inhalasi) 96 78650 V
10 Betablok (tablet 100 mg) 4320 2035 E
11 Bricasma (Botol sirup) 1440 30600 E
12 Capoten (tablet 12,5 mg) 4980 1868.3 E
13 Capoten (tablet 25 mg) 3300 2996.67 E
14 Cardioaspirin (tablet) 3000 720 V
15 Cefixime (kapsul) 154500 1328.25 E
16 Depakene (botol sirup) 40 44000 E
17 Depakote (tablet 250 mg) 5000 2560 E
18 Dexametason generik (tablet) 231000 24.3 E
19 Diazepam (ampul) 700 793.25 E
20 Digoxin OGB (tablet 0,0625 mg) 7900 78 E
21 Digoxin OGB (tablet 0,25 mg) 4000 89 E
22 Digoxin Sandos (tablet) 19800 511.5 E
23 Dilantin (kapsul 100 mg) 2000 2640.15 E
24 Dopamin HCl (ampul) 3000 9500 V
25 Dopamin Hcl (vial) 3000 22000 V
26 Becom Z (tablet) 69120 383.33 N
27 Erphatrocin (Kapsul) 13824 1375 E
28 Erphatrocin (Tablet) 13824 1237.5 E
29 Ethambutol OGB (tablet) 741600 195 E
30 Extracaine (ampul) 6000 1350 V
31 Fargoxin (tablet 0,25 mg) 19800 200 E
32 Caviplex (tablet) 6000 850 N
33 Farsorbid (tablet 10 mg) 12000 430 E
34 Farsorbid (tablet 5mg) 18000 250 E
35 Fenobarbital (ampul) 1000 201 E
36 Folic acid (tablet 1 mg) 4000 32 N
37 Folic acid (tablet 5 mg) 7000 31.45 N
38 Furosemid OGB (ampul) 1000 1032 E
39 Furosemid OGB (tablet) 12000 56 E
40 Furosix (ampul) 330 1540 E
41 Furosix (tablet) 4000 715 E
42 Glibenklamid OGB (tablet 5mg) 19800 47 E

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 95


43 Glumin (tablet 600 mg) 39600 460 E
44 Glumin (tablet 850 mg) 26400 675 E
45 HCT OGB (tablet) 3000 17 E
46 Herbesser (tablet SR 90 mg) 6000 4985.4 E
47 Inderal (tablet 10 mg) 20350 3103 E
48 Inderal (tablet 40 mg) 5500 4813 E
49 INH OGB (tablet) 721000 73 E
50 Inoxin (tablet) 216300 220 E
51 Kaptopril OGB (tablet 12,5 mg) 14880 125 E
52 Kaptopril OGB (tablet 25 mg) 9900 211.67 E
53 Kodein (tablet 10 mg) 6000 286 E
54 Kutoin (kapsul 100 mg) 3000 950 E
55 Lantus (vial) 2800 491900 V
56 Lasix (ampul) 4330 8360 E
57 Lasix (tablet) 4000 2850 E
58 Libronil (kaplet 5 mg) 700 176 E
59 Klorokuin (tablet 200 mg) 18025 6520 E
60 Metformin HCl (tablet 500 mg) 59400 111.5 E
61 Vitamin C 50 mg 39600 123 N
62 Matovit 9000 1000 N
63 Neotibi (kaplet) 247200 935 E
64 Nitrocin (ampul) 600 39975 E
65 Q10 247200 788 N
66 Phenytoin (ampul) 1000 49500 E
67 Phenytoin (kapsul 100 mg) 8000 600 E
68 Pirazinamid OGB (tablet) 741600 269 E
69 Pulmicort (turbuhaler) 192 194700 E
70 OSTE 700 385 N
71 Rifam (botol sirup) 74160 14000 E
72 Rifampisin OGB (kapsul) 453200 641 E
73 Salbutamol OGB (tablet 2 mg) 57600 86 E
74 Salbutamol OGB (tablet 4 mg) 57600 79 E
75 Scantensin (tablet 12,5 mg) 4980 875 E
76 Scantensin (tablet 25mg) 3300 1414.17 E
77 Symbicort (Turbulaher) 320 223950 E
78 Triheksifenidil (tablet 2 mg) 50 43.69 E
79 Tramadol (tablet 100 mg) 750 2387 N
80 Tramal (tablet 100 mg) 750 1509.5 N
81 Terasma (tablet) 28800 154 E
82 Tremenza (tablet) 2000 1732.5 N
83 Tibigon (tablet) 164800 418 E
84 Surbex T T(tablet) 247200 350 N
85 Topcillin (Kaplet) 19200 170 E
86 Topcillin (Kapsul) 19200 1000 E
87 Topcillin (Sirup Kering Botol) 5184 12000 E
88 Zithrax (kapsul) 17280 12500 E

96 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
1. Dari data yang ada di atas, maka tentukanlah kategori ABC dari
obat-obatan tersebut! Apabila titik potong golongan A adalah 80%, B
95%!
2. Apabila dana yang tersedia hanya sebesar 5.3 M, manakah obat yang
harus ditunda pengadaannya?

Petunjuk Penyelesaian:
Buka materi dari Chapter 23: Inventory Management.
Penentuan ABC:
1. Hitung nilai penggunaan!
2. Hitung % penggunaan tiap obat!
3. Hitung % kumulatif
4. Tentukan golongan A,B,C sesuai dengan titik potong yang telah
ditentukan!
Penentuan skala prioritas dengan menentukan analisis PUT terlebih
dahulu!

• Pindahkan data penggunaan obat pada kasus di Microsoft Excel,

kemudian lakukan penghitungan sesuai langkah di atas terkait

penentuan ABC (Data ini menjadi Lembar Kerja 1 dan diupload di

Google Classroom)
• Setelah semua obat dapat tergolongkan ABC, VEN, sekaligus PUT,
lakukan analisis skala prioritas pengadaan berdasarkan soal kedua
pada Lembar Kerja 2 dan upload di Google Classroom

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 97


1. Dari data yang ada, maka tentukanlah kategori ABC dari obat-obatan
tersebut! Apabila titik potong golongan A adalah 80%, B 95%!
2. Apabila dana yang tersedia hanya sebesar 5.3 M, manakah obat yang
harus ditunda pengadaannya?

Tabel 1.18. Lembar Kerja Analisis Skala Prioritas


No nama Jumlah Harga Nilai % % Kate- Kategori Kategori
obat peng- satuan Peng- nilai kumula gori VEN PUT
gunaan (Rp gunaan peng- tif
obat gunaan ABC

Tabel 1.19. Rubrik Penilaian Analisis Skala Prioritas


No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penetapan Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


Masalah menghitung dapat dapat Tidak dapat
semua nilai menghitung menghitung 1 menghitung
penggunaan, % 2-3 aspek aspek dari nilai semua nilai
penggunaan, % dari nilai penggunaan, % penggunaan,
kumulatif dan penggunaan, % penggunaan, % %
penggolongan penggunaan, % kumulatif dan penggunaan,
ABC dengan kumulatif dan penggolongan % kumulatif
benar penggolongan ABC dengan dan
ABC dengan benar penggolongan
benar ABC dengan
benar

98 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
2 Penyele- Mahasiswa dapat Mahasiswa
saian menentukan jenis Tidak dapat
masalah obat yang ditunda menentukan
pengadaannya jenis obat
dengan benar, yang ditunda
yaitu golongan NA pengadaannya
dengan benar

4.2.3.4. Kasus Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


Dari daftar obat dbawah ini apoteker kemudian melakukan pengadaan
obat-obatan tersebut.
1. Tentukan obat-obatan tersebut apakah masuk dalam obat reguler,
obat prekursor, obat-obat tertentu, obat psikotropika ataukah obat
narkotika! (Kerjakan di Lembar Kerja I)
2. Buatlah SP (Surat Pesanan) dari masing-masing golongan obat
tersebut! (Surat Pesanan disesuaikan dengan setiap peraturan
perundang-undangan yang ada)
3. Apakah metode pengadaan yang tepat untuk obat-obatan tersebut di
atas apabila keseluruhan obat masuk di dalam e katalog obat?
4. Apakah metode pengadaan yang tepat untuk obat-obatan di rumah
sakit pemerintah apabila tidak terdapat di e katalog dan nilai
pengadaannya kurang dari Rp 200.000.000,-?

Petunjuk Penyelesaian:
Sebelum menggolongkan obat-obatan tersebut, pastikan kalian sudah
mengetahui kandungan zat aktif dari setiap obat. Buatlah Surat Pesanan
beserta dengan rangkap nya yang dipersyaratkan bagi setiap golongan
obat. Surat Pesanan Obat selain Narkotika yang hanya dilayani oleh PBF
Kimia Farma, boleh mencantumkan nama PBF yang lain seperti AAM, APL
dan lain sebagainya.
1. Lakukan penggolongan obat-obatan pada Lembar Kerja 1!
2. Berikan jawaban pada pertanyaan 3 dan 4 di Lembar Kerja 2!

Tabel 1.20. Daftar Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
No Nama obat Qo (box)
1 Amoxicillin OGB (Kapsul) 20
2 Amoxsan 500 mg 20
3 Asmacare (tablet 2 mg) 10
4 Asmacare (tablet 4 mg) 12

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 99


5 Aspilets (tablet 80 mg) 15
6 Aztrin (kapsul) 12
7 Becotide (Ventoline Rotacap) 10
8 Berotec (botol larutan inhalasi) 10
9 Betablok (tablet 100 mg) 14
10 Bricasma (Botol sirup) 20
11 Capoten (tablet 12,5 mg) 20
12 Capoten (tablet 25 mg) 20
13 Cardioaspirin (tablet) 20
14 Cefixime (kapsul) 20
15 Depakene (botol sirup) 12
16 Depakote (tablet 250 mg) 10
17 Dexametason generik (tablet) 20
18 Diazepam (ampul) 5 mg/ml 15
19 Digoxin OGB (tablet 0,0625 mg) 20
20 Digoxin OGB (tablet 0,25 mg) 12
21 Digoxin Sandos (tablet) 10
22 Dilantin (kapsul 100 mg) 20
23 Dopamin HCl (ampul) 12
24 Dopamin Hcl (vial) 12
25 Becom Z (tablet) 30
26 Erphatrocin (Kapsul) 20
27 Erphatrocin (Tablet) 20
28 Ethambutol OGB (tablet) 10
29 Extracaine (ampul) 10
30 Fargoxin (tablet 0,25 mg) 5
31 Caviplex (tablet) 20
32 Farsorbid (tablet 10 mg) 20
33 Farsorbid (tablet 5mg) 20
34 Fenobarbital (ampul) 12
35 Folic acid (tablet 1 mg) 12
36 Folic acid (tablet 5 mg) 12
37 Furosemid OGB (ampul) 12
38 Furosemid OGB (tablet) 12
39 Furosix (ampul) 12
40 Furosix (tablet) 12
41 Glibenklamid OGB (tablet 5mg) 20
42 Glumin (tablet 600 mg) 20
43 Glumin (tablet 850 mg) 20
44 HCT OGB (tablet) 20
45 Herbesser (tablet SR 90 mg) 20
46 Inderal (tablet 10 mg) 20
47 Inderal (tablet 40 mg) 20
48 INH OGB (tablet) 20

100 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
49 Inoxin (tablet) 20
50 Kaptopril OGB (tablet 12,5 mg) 12
51 Kaptopril OGB (tablet 25 mg) 12
52 Kodein (tablet 10 mg) 15
53 Kutoin (kapsul 100 mg) 10
54 Lantus (vial) 25
55 Lasix (ampul) 10
56 Lasix (tablet) 10
57 Libronil (kaplet 5 mg) 20
58 Klorokuin (tablet 200 mg) 20
59 Metformin HCl (tablet 500 mg) 20
60 Vitamin C 50 mg 25
61 Matovit 10
62 Neotibi (kaplet) 20
63 Nitrocin (ampul) 20
64 Phenytoin (ampul) 10
65 Phenytoin (kapsul 100 mg) 10
66 Pirazinamid OGB (tablet) 20
67 Pulmicort (turbuhaler) 8
68 OSTE 10
69 Rifam (botol sirup) 20
70 Rifampisin OGB (kapsul) 20
71 Salbutamol OGB (tablet 2 mg) 15
72 Salbutamol OGB (tablet 4 mg) 12
73 Scantensin (tablet 12,5 mg) 12
74 Scantensin (tablet 25mg) 12
75 Symbicort (Turbulaher) 10
76 Triheksifenidil (tablet 2 mg) 10
77 Tramadol (tablet 100 mg) 10
78 Tramal (tablet 100 mg) 10
79 Terasma (tablet) 12
80 Tremenza (tablet) 12
81 Tibigon (tablet) 20
82 Topcillin (Kaplet) 12
83 Topcillin (Kapsul) 12
84 Topcillin (Sirup Kering Botol) 12
85 Zithrax (kapsul) 20
Lembar Kerja
1. Surat Pesanan Obat Reguler
2. Surat Pesanan Obat Psikotropika
3. Surat Pesanan Obat Narkotika
4. Surat Pesanan Obat Prekursor
5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 101


Tabel 1.21. Rubrik Penilaian Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP.
No Kompetensi 3 2 1 0
1 Penetapan Mahasiswa dapat Mahasiswa dapat Mahasiswa dapat Mahasiswa
Masalah menggolongkan menggolongkan menggolongkan Tidak dapat
obat berdasarkan 3-4 golongan obat 1-2 menggolongkan
obat reguler, obat dengan benar penggolongan semua golongan
psikotropika, obat obat dengan obat dengan
narkotika, obat benar benar
prekursor serta
obat-obat tertentu
dengan benar
2 Penyele- Mahasiswa dapat Mahasiswa
saian menentukan Tidak dapat
masalah metode pengadaan menen-
obat dengan tukan metode
benar (menjawab pengadaan obat
pertanyaan nomor dengan benar
3 dan 4 dengan
benar, nomor
3: e purchasing,
nomor 4 pembelian
langsung)
3 Pencatatan Mahasiswa dapat Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa
dan membuat: membuat 3-4 dapat membuat TIDAK dapat
pelaporan SP obat reguler 2 SP obat dengan 1-2 SP obat membuat SP
rangkap lengkap dan dengan lengkap obat dengan
SP obat-obat benar dan benar lengkap dan
tertentu 3 rangkap benar
SP obat-obat
prekursor 3 rangkap
SP obat psikotropika
3 rangkap
SP obat narkotika 3
rangkap
Dengan lengkap
(terdapat nomor SP,
identitas apoteker,
identitas PBF,
identitas apotek,
identitas obat, cap
tanda tangan dan
benar

4.3 Distribusi

Siklus distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dimulai


pada saat industry farmasi atau PBF (Pedagang Besar Farmasi) mengi-
rimkan pesanan ke rumah sakit dan berakhir ketika sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP digunakan oleh pasien dan laporan penggunaan
dikirimkan kembali kepada panitia pengadaan. Siklus distribusi terdiri
atas beberapa tahapan, yaitu:

102 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
a. port clearing (barang impor dari luar negeri)
b. penerimaan dan inspeksi
c. inventory control
d. penyimpanan
e. permintaan persediaan dari unit pelayanan
f. pengiriman
g. dispensing pada pasien
h. laporan penggunaan.

Distribusi sediaan farmasi yang efektif bergantung pada desain system


dan manajemen yang baik. System distribusi dan manajemen yang baik
ditandai dengan:

a. menjaga tingkat persediaan agar konstan


b. menjaga kondisi sediaan farmasi selama proses distribusi tetap baik
c. meminimalkan kehilangan sediaan farmasi, alat kesehatan maupun
BMHP karena pencurian ataupun kadaluarsa
d. menjaga agar pelaporan persediaan akurat
e. penggunaan alat transportasi secara efektif dan efisien
f. mengurangi pencurian dan fraud
g. menyediakan informasi untuk forecasting kebutuhan obat
h. sebagai upaya dalam jaminan mutu (Management Sciences for Health,
2012).

4.3.1 Definisi, Ruang Lingkup dan Strategi

Aktivitas pada tahap distribusi terbagi menjadi 3 hal, yaitu penerimaan,


penyimpanan, dan pendistribusian. Ruang lingkup pekerjaan kefarmasian
di rumah sakit pada tahap distribusi terfokuskan kepada 3 aktivitas
tersebut.

4.3.1.1. Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


Penerimaan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjamin kesesuaian
spesifikasi, jenis, jumlah, mutu, waktu penyerahan, harga yang tertera
dalam surat kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik barang yang
diterima. Semua dokumen yang berkaitan dengan penerimaan barang
harus disimpan dengan baik (Kemkes RI, 2016).

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 103


4.3.1.2. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang telah diterima dari
PBF, selanjutnya disimpan terlebih dahulu di gudang farmasi sebelum
didistribusi pada unit pelayanan. Penyimpanan harus dapat menjamin
keamanan dan kualitas dari sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian
meliputi stabilitas, keamanan, cahaya, sanitasi, kelembaban, ventilasi,
penggolongan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP. Metode penyim-
panan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP terdapat beberapa
macam, yaitu berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, kelas terapi, FEFO
(First Expired First Out), FIFO (First In First Out), LASA (Look Alike Sound
Alike) dan HAM (High Alert Medicines) (Kemkes RI, 2016).

4.3.1.3. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


Distribusi adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyer-
ahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP dari tempat penyim-
panan sampai pada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin
kualitas, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. System distribusi di
unit pelayanan dapat dilakukan dengan:

a. Sistem persediaan lengkap di ruangan (Ward floor stock)


b. Sistem resep perorangan (Individual Prescribing)
c. Sistem Unit Dosis
d. Sistem Kombinasi

Perancangan system distribusi didasarkan atas kemudahan untuk


dijangkau pasien dan mempertimbangkan akan efisiensi dan efekti-
vitas sumber daya yang ada, serta metode sentralisasi atau desentralisasi
(Kemkes RI, 2016).

Strategi pembelajaran PKPA RS Daring adalah dengan memberikan


mahasiswa pemahaman dan penerapan dengan simulasi mengenai pener-
imaan, penyimpanan, maupun distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP.

4.3.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi

Metode pembelajaran PKPA RS Daring selama pandemic berlangsung,


yaitu dengan pendekatan project based learning, memberikan penugasan
berupa proyek yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dan didampingi

104 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
oleh Dosen Pembimbing, yang diupload baik melalui Google Classroom
maupun dengan menggunakan zoom meeting.

4.3.2.1. Metode Pembelajaran Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan


dan BMHP.
Metode yang digunakan untuk kompetensi penerimaan obat adalah
dengan memberikan pada mahasiswa dummy obat-obatan yang
dikirimkan oleh PBF kepada instalasi farmasi rumah sakit, serta faktur dan
surat pesanan yang diupload melalui Google Classroom, yang kemudian
mahasiswa diminta untuk mensimulasikan proses penerimaan dengan
Dosen Pembimbing dengan zoom meeting atau memvideokan simulasinya
kemudian diupload pada Google Classroom.
4.3.2.2. Metode Pembelajaran Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP
Metode yang digunakan untuk kompetensi penyimpanan adalah dengan
memberikan dummy obat-obatan yang akan disimulasikan proses penyim-
panannya, pembuatan stiker LASA dan HAM oleh mahasiswa, serta
kartu stock yang diupload pada Google Classroom. Kemudian mahasiswa
mensimulasikan proses penyimpanan barang dengan Dosen Pembimbing
melalui zoom meeting atau dengan membuat video yang diupload di
Google Classroom.

1.3.2.3. Metode Pembelajaran Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan BMHP
Metode yang digunakan dalam kompetensi ini adalah dengan memberikan
dummy obat-obatan dan kelengkapan lain yang diupload melalui Google
Classroom, untuk kemudian mahasiswa melakukan simulasi dengan Dosen
Pembimbing melalui zoom meeting atau pembuatan video yang diupload
melalui Google Classroom.

4.3.3. Kasus dan Penyelesaiannya

4.3.3.1. Kasus Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


Seorang apoteker di sebuah rumah sakit melakukan penerimaan terhadapa
obat-obatan, alat kesehatan, dan BMHP yang telah dipesan. Adapun Surat
Pesanan yang telah dibuat adalah sebagai berikut:

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 105


Gambar 1.3. Surat Pesanan Apotek
Faktur pengiriman barang dilampirkan.

106 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Petunjuk Penyelesaian:

1. Print obat-obatan, faktur, dan SP yang ada di Google Classroom


2. Perhatikan dengan seksama kesesuaian antara surat pesanan, faktur
dan barang yang dikirimkan oleh PBF. Tuliskan ketidaksesuaian yang
terjadi pada Lembar Kerja 1.
3. Lakukan tindak lanjut terhadap permasalahan yang terjadi.
4. Lakukan dokumentasi terhadap faktur yang diberikan oleh kurir
disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi. (Faktur yang telah
dievaluasi, bisa dicoret dan direvisi sesuai kondisi barang yang
diterima (Revisi Dengan Memberikan Angka yang Seharusnya pada
Tabel Excell --> menjadi Lembar Kerja 2).

Tabel 1.22.Rubrik Penilaian Penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


BMHP

No Kompetensi 3 2 1 0
1 Penetapan Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
Masalah mengidentifikasi: dapat mengiden- dapat Tidak
Obat Captopril 12,5 tifikasi 2 perma- mengidenti- mengiden-
mg lebih 1 box salahan dalam fikasi 1 perma- tifikasi 2
1 box obat Surbex T pengiriman salahan dalam permasalahan
kurang dari 3 bulan dengan benar pengiriman dalam pengi-
sudah ED dan nomor dengan benar riman dengan
batch tidak sesuai benar
dengan faktur
Obat Bricasma yang
dikirimkan dalam
bentuk tablet, bukan
ekspektoran dengan
benar
2 Penyelesaian Mahasiswa dapat: Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
masalah Melakukan pengem- dapat dapat tidak dapat
balian obat Captopril melakukan 2 melakukan 1 melakukan
12,5 mg pada kurir pengembalian pengembalian pengembalian
Melakukan pengem- obat dengan obat dengan obat dengan
balian Surbex T 1 box benar benar benar
Melakukan pengem-
balian Bricasma
tablet dengan benar

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 107


3 Pencatatan Mahasiswa: Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
dan Mencoret angka melakukan melakukan tidak
pelaporan pada faktur bagian 2-3 aspek pada 1 aspek pada melakukan
captopril 12,5 mg faktur dengan faktur dengan 4 aspek pada
menjadi 3 box benar benar faktur dengan
Mencoret angka pada benar
Surbex T menjadi
1 box (krn 1 box
lainnya near ED)
Menuliskan pada
Bricasma ekspek-
toran jumlahnya 0
(blm dikirimkan)
Memberikan tanda
tangan, nama dan
cap RS
Dengan benar

4.3.3.2. Kasus Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


“Beberapa obat-obatan telah dikirimkan dari PBF dan diterima oleh
Apoteker pada hari ini (13 Mei 2020). Terdapat pula obat-obatan pada hari
kemarin yang belum disimpan di gudang baru selesai proses inputing di
SIM. Obat-obat tersebut kemudian akan disimpan berdasarkan pada bentuk
sediaan, suhu, golongan obat, FEFO, LASA, HAM (high alert medicines)
dan kelas terapi. Adapun daftar obat-obatan yang harus disimpan adalah
sebagai berikut:”
Tabel 1.23. Daftar Obat yang Harus Disimpan di Gudang Farmasi Rumah Sakit
Bentuk Jumlah
No Nama Obat Jumlah ED Nomor Batch
Sediaan Satuan/Box
1 Captopril 12,5 Tablet 3 box 100 Oct 2022 50B0036
mg Oct 2022
Dec 2023 BS98774

2 Captopril 25 mg Tablet 3 box 100 Oct 2023 50B0037

3 Cardioaspirin Tablet 3 box 30 May 2022 50B0038


100 mg
4 Berotec 0.1% Botol 2 box 1 Jun 2022 50B0033
Inhalasi

5 Bricasma Sirup 2 box 1 Oct 2021 50B0035


ekspektoran
Nov 2022 BS98724
6 Fentanyl inj 2 ml Injeksi 1 box 5 Jan 2022 BS98524
7 Codikaf 20 mg Tablet 1 box 100 Jul 2023 BS98523
8 Ericaf Kapsul 1 box 100 Jan 2022 BS98521
9 Valisanbe 5 mg Tablet 1 box 100 Jul 2022 BS78521
10 Tramadol 50 mg Tablet 1 box 50 May 2022 BS 48521

108 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Petunjuk Penyelesaian:
1. Siapkan beberapa wadah sebagai dummy tempat penyimpanan
obat, bedakan menjadi beberapa golongan mulai dari obat reguler,
obat-obat tertentu, prekursor, psikotropika, dan narkotika. Khusus
utk dummy almari HAM berikan list merah dipinggirnya.
2. Print kartu stock yang ada di Google Classroom
3. Siapkan label LASA dan HAM (bisa berupa kertas kemudian dituliskan
LASA dan HAM). Pastikan List dari ISMP List of HAM dan Permenkes
73/2016
4. Print obat-obatan yang ada di Google Classroom
5. Lakukan penggolongan obat pada Lembar Kerja 1
6. Lakukan penyimpanan obat pada wadah yang telah kalian siapkan,
catat pada kartu stock yang telah diprint (Videokan dan upload di
Google Classroom)!

Tabel 1.24.Lembar Kerja 1 Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


BMHP
No Nama Obat Golongan Obat (Reguler, Psikotropika, Narkotika,
Prekursor, atau Obat-obat Tertentu)

1 Captopril 12,5 mg

2 Captopril 25 mg

3 Cardioaspirin 100 mg

4 Berotec 0.1%

5 Bricasma ekspektoran

6 Fentanyl inj 2 ml

7 Codikaf 20 mg

8 Ericaf

9 Valisanbe 5 mg

10 Tramadol 50 mg

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 109


Lembar Kerja 2 Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMH

KARTU STOK

NAMA OBAT: Cardioaspirin 100 mg


SATUAN: Tablet

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No Batch ED Paraf


masuk Keluar

1 28 PBF/Gudang 400 - 500 RS2794 Feb


Januari 2021
2020

2 29 Gudang/ - 100 400 RS2794 Feb


Februari Rajal 2021
2020

KARTU STOK

NAMA OBAT: Ericaf SATUAN: Tablet

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No ED Paraf


masuk Keluar Batch

1 28 PBF/Gudang 180 - 100 AU2892 Jan 2021


Januari
2020

2 29 Gudang/ - 60 200 AU2892 Jan 2021


Februari Ranap
2020

KARTU STOK

NAMA OBAT: Codikaf® 20 mg SATUAN: Tablet

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No ED Parah


Masuk Keluar Batch

1 28 Januari PBF/Gudang 300 - 300 FG2791 Jan 2021


2020

2 29 Gudang/ - 200 100 FG2791 Jan 2021


Februari Ranap
2020

110 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
KARTU STOK

NAMA OBAT: Fentanyl inj 2 ml SATUAN: Ampul

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No ED Paraf


masuk Keluar Batch

1 28 PBF/Gudang 30 - 30 SK3874 Feb 2021


Januari
2020

2 29 Gudang/IGD - 15 15 SK3874 Feb 2021


Februari
2020

KARTU STOK

NAMA OBAT: Valisanbe 5 mg SATUAN: Tablet

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No ED Paraf


masuk Keluar Batch

1 28 PBF/Gudang 180 - 100 AU2892 Jan


Januari 2021
2020

2 29 Gudang/IGD - - 120 Jan


Februari 2021
2020

KARTU STOK

NAMA OBAT: Tramadol 50 mg SATUAN: Tablet

No Tanggal Dari/Kepada Jumlah Jumlah Sisa No ED Paraf


masuk Keluar Bacth

1 28 PBF/Gudang 180 - 100 AU2892


Januari
2020

2 29 Gudang/IGD - 60 120
Februari
2020

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 111


Tabel 1.25. Rubrik Penilaian Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP
No Kompetensi 3 2 1 0
1 Penetapan Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
Masalah melakukan penggolongan dapat dapat dapat dapat Tidak dapat
obat dengan benar melakukan 3-4 melakukan 1-2 melakukan
berdasarkan obat penggolongan penggolongan penggolongan
reguler, obat prekursor, obat dengan obat dengan obat dengan
OOT, psikotropika dan benar benar benar
narkotika
2 Penyele- Mahasiswa dapat: Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
saian Melakukan penyimpanan dapat dapat tidak dapat
masalah obat sesuai dengan golon- melakukan 2 melakukan 1 melakukan
gannya dengan benar pengembalian pengembalian pengem-
(Obat Reguler--> Captopril obat dengan obat dengan balian obat
12,5 Mg, Captopril 25 Mg, benar benar dengan benar
Cardioaspirin, Berotec,
Bricasma Ekspektoran;
Narkotika --> Fentanyl,
Codikaf; Prekursor -->
Ericaf; OOT --> Tramadol)
Melakukan penyim-
panan berdasarkan FEFO
(Captopril 12,5 mg yang
ED tahun 2022 di depan
Captopril 12,5 mg yang ED
2023; Bricasma ekspek-
toran yang ED tahun
2021 diletakkan di depan
Bricasma yang ED 2022)
Melakukan pelabelan
LASA pada Captopril 12,5
mg dan Captopril 25 mg
Memberikan jeda pada
penyimpanan Captopril
12,5 mg dan Captopril 25
mg dengan meletakkan
Cardioaspirin 100 mg
Melakukan pelabelan
HAM pada Codikaf 20 mg
dan Fentanyl injeksi
3 Pencatatan Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa
dan mengisikan 10 kartu stok dapat dapat tidak dapat
pelaporan obat dengan benar mengisikan 6-9 mengisikan mengisikan
kartu stok obat 1-5 kartu stok 10 kartu stok
dengan benar obat dengan obat dengan
benar benar

112 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
Tabel 1.26. Gambaran Rak Penyimpanan Obat Reguler (sebagai contoh saja untuk
FEFO dan penempatan obat LASA

Rak Paling Tablet Captopril 12,5 Tablet Cardioaspirin Tablet Captopril 25


Atas-Depan mg (ED 2022) 100 mg mg

Tablet Captopril 12,5 Tablet Cardioaspirin Tablet Captopril 25


mg (ED 2022) 100 mg mg

Rak Paling Atas-Be- Tablet Captopril 12,5 Tablet Cardioaspirin Tablet Captopril 25
lakang mg (ED 2023) 100 mg mg

Rak Bawah Berotec 0.1% botol Sirup Bricasma


inhalasi Ekspektoran (2021)

Berotec 0.1% botol Sirup Bricasma


inhalasi Ekspektoran (2022)

4.3.3.3. Kasus Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP


Seorang apoteker di Gudang Farmasi Rumah Sakit mendapatkan
permintaan obat dari Farmasi Rawat Jalan obat-obatan sebagai berikut:
Tabel 1.27. Data Sediaan Farmasi yang Didistribusikan pada Unit Farmasi Rawat
Jalan

No Nama Obat Bentuk Sediaan Jumlah

1 Captopril 12,5 mg Tablet 3 box

2 Captopril 25 mg Tablet 3 box

3 Cardioaspirin 100 mg Tablet 3 box

4 Codikaf 20 mg Tablet 1 box

5 Vaksin TT Ampul 5 ampul

Petunjuk Penyelesaian:

• Print gambar obat-obatan,formulir pengiriman, cool box, cool pack,


termometer yang ada di Google Classroom.
• Buat Label HAM. Pastikan list obat dari Permenkes 73 tahun 2016 dan
ISMP list of HAM
• Sediakan box atau keranjang 2 buah, 1 buah box ditempelkan cool
box
• Lakukan proses distribusi dengan menggunakan box atau keranjang
tersebut (Videokan dan upload di Google Classroom)
• Lakukan dokumentasi terhadap formulir yang disediakan dan upload
ke Google Classroom.

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 113


Lembar Kerja 1 Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP
KARTU STOK
NAMA OBAT: Captopril 12,5 mg Satuan: Tablet
Jumlah
Dari/ Jumlah
No Tanggal Pengel- Sisa ED No.Batch Paraf
Kepada Pemasukan
uaran
1 2 April 2020 Rawat - 50 500 Oct 50B0036 Ԇ
Jalan 2022
2 3 Mei 2020 Rawat - 100 400 Oct 50B0036 Ԇ
Jalan 2022
3

KARTU STOK
NAMA OBAT: Captopril 25 mg Satuan: Tablet
Dari/ Jumlah Jumlah
No Tanggal Sisa ED No.Batch Paraf
Kepada Pemasukan Pengeluaran
1 10 April 2020 Rawat - 200 1000 Oct 50B0037 Ԇ
Jalan 2023
2

KARTU STOK
NAMA OBAT: Cardioaspirin 100 mg Satuan: Tablet
Jumlah Jumlah
No Tanggal Dari/Kepada Sisa ED No.Batch Paraf
Pemasukan Pengeluaran
1 30 April Rawat Jalan - 50 400 Mei 50B0038 Ԇ
2020 2022
2

KARTU STOK
NAMA OBAT: Codikaf 20 mg Satuan: Tablet

Jumlah Jumlah
No Tanggal Dari/Kepada Sisa ED No.Batch Paraf
Pemasukan Pengeluaran
1 24 April Rawat Jalan - 100 200 Juli 2023 BS98523 Ԇ
2020
2

114 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
KARTU STOK
NAMA OBAT: Vaksin TT Satuan: Vial
Jumlah Jumlah
No Tanggal Dari/Kepada Sisa ED No.Batch Paraf
Pemasukan Pengeluaran
1 24 April Rawat Jalan - 20 50 Oct 2025 YV 5532 Ԇ
2020
2

Lembar Kerja 2 Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


FORMULIR PENGIRIMAN OBAT

Pengirim: Gudang Farmasi Tanggal:

Penerima: Depo Rawat Jalan

No Nama Barang Jumlah Jumlah ED Nomor Batch Keterangan


Diminta Diberikan
1

Apoteker
Penerima, Gudang Farmasi,

(NAMA DOSEN PEMBIMBING) (NAMA MAHASISWA)


SIPA:1234/2020

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 115


Tabel 1.28. Rubrik Penilaian Distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP

No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penyelesaian Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


Masalah melakukan dapat dapat Tidak dapat
distribusi obat melakukan melakukan melakukan
dengan benar: 2 aspek 1 aspek distribusi
Vaksin TT distribusi distribusi obat dengan
diletakkan di obat dengan obat dengan benar:
cool box disertai benar benar:
dengan cool pack
dan termometer
Obat yang lain
(selain vaksin)
dimasukkan ke
dalam keranjang.
Memberikan label
HAM pada Codikaf
20 mg

2 Pencatatan dan Mahasiswa dapat Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


pelaporan mengisikan 5 kartu dapat dapat Tidak dapat
stock obat dan mengisikan mengisikan mengisikan
formulir pengi- 3-4 kartu 1-2 kartu 5 kartu stock
riman obat dengan stok obat stok atau obat dan
benar dan formulir formulir formulir
pengiriman pengiriman pengiriman
obat dengan obat dengan obat dengan
benar benar benar

4.4 Pemusnahan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan , dan BMHP


yang tidak digunakan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-un-
dangan. Pemusnahan dilakukan jika:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Kadaluarsa
c. Tidak memenuhi syarat dalam pelayanan atau kepentingan ilmu
pengetahuan
d. Dicabut izin edarnya.

Proses pemusnahan adalah sebagai berikut:


a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang
akan dimusnahkan
b. Membuat Berita Acara Pemusnahan

116 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
c. Mengkoordinasikan jadwal, tempat, dan metode pada pihak terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan sesuai dengan jenis, aturan yang berlaku
dan bentuk sediaanya.

4.4.1 Kasus dan Penyelesaiannya

Setelah dilakukan stock opname pada bulan April 2020 di gudang farmasi
rumah sakit, diketahui bahwa beberapa obat mengalami kadaluarsa.
Obat-obatan tersebut adalah:

Tabel 1.29. Daftar Obat yang Dimusnahkan

Bentuk
No Nama Obat ED Jumlah Harga satuan
Sediaan

1 Ericaf Tablet Februari 2020 30 tablet Rp 8.500,-

2 Aztrin 500 mg Tablet Maret 2020 10 tablet Rp 21.000,-

3 Fentanyl Inj 2 ml Ampul Januari 2020 5 ampul Rp 52.000,-

Lakukan pemusnahan obat pada kasus tersebut di atas dan tentukan


metode pemusnahan yang akan dikerjakan, serta lengkapi dengan Surat
Permohonan Saksi dan Berita Acara Pemusnahannya!
Petunjuk Penyelesaian:
1. Download semua gambar dummy obat, dan data-data lainnya di
Google Classroom.
2. Download berita acara pemusnahan obat yang dibutuhkan dari
Google Classroom
3. Tuliskan metode pemusnahan yang akan dilakukan pada setiap obat
di Lembar Kerja 1
4. Isikan Surat Permohonan Saksi dan Berita Acara Pemusnahan dengan
lengkap
5. Upload Lembar Kerja 1 dan Berita Acara Pemusnahan di Google
Classroom.

Bagian 4 : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 4 117


Perhatian:
Nama Apoteker/Pimpinan = Nama Mahasiswa
No.SIPA = NIM Mahasiswa
Nama Direktur = Dosen Pembimbing
Rumah Sakit = MTH
Alamat = Jalan Kaliurang km 14,5, Krawitan,
Umbulmartani, Sleman, Yogyakarta

Tabel 1.30.Lembar Kerja 1 Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


BMHP
No Nama Obat Bentuk Sediaan METODE PEMUSNAHAN ALASAN PEMUSNAHAN
1 Ericaf Tablet

2 Aztrin 300 mg Tablet

3 Fentanyl Inj Ampul


2 ml

Tabel 1.31. Rubrik Penilaian Pemusnahan Sediaan Farmasi dan alat Kesehatan
dan BMHP
No Kompetensi 3 2 1 0

1 Penyele- Mahasiswa dapat menentukan: Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


saian Metode pemusnahan sesuai dapat dapat tidak dapat
Masalah dengan bentuk sediaannya, menen- menen- menuliskan
jika tablet digerus terlebih tukan tukan salah 2 kriteria
dahulu baru dikubur atau salah satu satu kriteria dengan
dibuang melalui saluran air, kriteria tetapi tidak benar.
dan jika cair maka dibuang dengan lengkap
melalui saluran air atau benar dan
dikubur lengkap
Alasan pemusnahan 3 obat :
ED
Dengan benar

2 Pencatatan Mahasiswa dapat mengisikan Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


dan Surat Permohonan Saksi dan 3 dapat dapat TIDAK
pelaporan BAP obat dengan benar: mengisikan mengisikan dapat
1. Ericaf --> BAP prekursor Surat Surat mengisikan
2. Aztrin --> BAP Permo- Permo- Surat
3. Fentanyl inj --> BAP honan honan Saksi Permo-
Narkotika Saksi dan dan 1 BAP honan
2 BAP obat obat dengan Saksi 3
dengan benar BAP obat
benar dengan
benar

118 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
5

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


(CPMK) 5

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu mawas diri, mematuhi semua peraturan PKPA,


mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan diri melalui progress report
PKPA.
Setelah menyelesaikan PKPA RS Daring ini diharapkan:
1. Mahasiswa hadir >95%dengan disiplin dan menjalankan tugas 100%
2. Mahasiswa tidak melakukan pelangggaran aturan
3. Mahasiswa mampu menyelesaikan tugas dari kampus maupun
preseptor dengan benar dan tepat waktu
4. Mahasiswa selalu menggunakan referensi yang terpercaya
5. Mahasiswa tidak melakukan ketidakjujuran atau plagiarisme
(similaritas <20% dalam laporan)
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi diri dalam form progress report
dengan jujur

5.1 Kehadiran dan Kelengkapan Pencapaian Tugas

Pada PKPA Bidang Rumah Sakit di masa pandemi ini tidak memungkinkan
mahasiswa untuk dapat hadir di rumah sakit dan melakukan praktek
pekerjaan kefarmasian, sehingga sebagai upaya pengganti dalam menilai
kehadiran dan kelengkapan pengerjaan tugas dilakukan dengan melihat
kehadiran mahasiswa dalam setiap pembelajaran PKPA RS Daring, yang
diperoleh dari data zoom meeting maupun Google Classroom. Evaluasi
terhadap refernsi maupun similaritas dari tugas mahasiswa dilakukan

Bagian 5: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 5 119


dengan mendownload tugas yang diberikan pada mahasiswa dan dilakukan
pengecekan oleh Dosen Pembimbing dengan menggunakan Turnitin untuk
melihat tingkat similaritas.

5.1.1 Progress Report

Pada setiap CPMK dan metode pembelajaran PKPA RS Daring dilakukan


evaluasi dengan menggunakan google form yang diberikan pada mahasiswa
melalui Google Classroom.

120 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
6

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


(CPMK) 6

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa Mampu meresume sistem akredtiasi rumah sakit dan


manajemen pendukung, untuk laporan PKPA dengan bahasa Indonesia
sesuai EYD (ejaan yang disempurnakan) dan memanfaatkan teknologi
yang mendukung pekerjaannya.
Setelah menyelesaikan PKPA RS Daring ini diharapkan:
Mahasiswa dapat menyusun sistem akreditasi dan manajemen pendukung
dalam laporan PKPA sesuai dengan EYD dapat memanfaatkan teknologi
yang mendukung pekerjaannya
Mahasiswa dapat membuat laporan PKPA sesuai dengan EYD
Mahasiswa dapat menggunakan SIM untuk menyelesaikan tugas penge-
lolaan obat

6.1 Akreditasi Rumah Sakit

Dalam rangka menjamin pelayanan kesehatan yang berkualitas dan


mengedepankan pada aspek patient safety (keselamatan pasien), maka
diperlukan adanya akreditas rumah sakit. Akreditasi rumah sakit di
Indonesia dilakukan oleh lembaga independen, yaitu KARS (Komisi Akred-
itasi Rumah Sakit). Adapun standar penilaian yang digunakan sebagai
acuan adalah Standar Akreditasi KARS, yaitu Standar Nasional Akred-
itasi Rumah Sakit Edisi I (SNARS Edisi I). Standar akreditasi rumah sakit
dibedakan menjadi 2, yaitu standar akreditasi rumah sakit pendidikan dan
nonpendidikan. Selain akreditasi nasional dengan melalui KARS, rumah
sakit dapat mengupayakan akreditasi internasional dengan menggunakan
standar dari JCI (Joint Comission International).
Bagian 6: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 6 121
6.1.1 Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup dan Strategi

Akreditasi adalah pengakuan terhadap lembaga yang diberikan oleh badan


yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga tersebut memenuhi syarat
kebakuan atau kriteria tertentu. Tujuan dari akreditasi rumah sakit adalah
memastikan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit aman dan
berkualitas. Dalam SNARS Edisi I terdiri atas 16 bab, yaitu:
a. Saran Keselamatan Pasien (SKP)
b. Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
c. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
d. Asesmen Pasien (AP)
e. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
f. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
g. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
h. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
i. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
j. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
k. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
l. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
m. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
n. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
o. Program Nasional
p. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

Ruang lingkup pembelajaran PKPA RS Daring ini hanya pada pokok


bahasan PKPO untuk mendukung pencapaian akreditasi rumah sakit.
Strategi pembelajaran dilakukan agar mahasiswa dapat memahami
mengenai akreditasi rumah sakit, tanggung jawab apoteker terhadap
pencapaian PKPO dan irisan bab dalam akreditasi lainnya yang menjamin
pada keselamatan pasien.

6.1.1 Metode Pembelajaran Selama Pandemi

Metode pebelajaran untuk mencapai CPMK yang diharapkan, pada


masa pandemi ini mengalami kendala untuk memberikan yang optimal
pada mahasiswa, sehingga hanya dapat difasilitasi dengan memberikan
kuliah pakar melalui zoom meeting terkait dengan materi akreditasi dan
memberikan post test kepada mahasiswa melalui Google Classroom.

122 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Sakit Masa Pandemi Covid-19
6.2 Manajemen Pendukung

Manajemen pendukung merupakan inti dalam Pharmaceutical Management


Framework. Siklus dalam Pharmaceutical Management Framework tidak
akan berjalan dengan baik jika tidak terdapat manajemen pendukung.
Manajemen pendukung terdiri atas planning and administration, organi-
zation and management, information management, human resources
management.

6.2.1 Metode Pembelajaran selama Pandemi

Metode pebelajaran untuk mencapai CPMK pada masa pandemi ini


mengalami kendala untuk memberikan yang optimal pada mahasiswa,
sehingga hanya dapat difasilitasi dengan memberikan kuliah pakar melalui
zoom meeting terkait dengan materi akreditasi dan memberikan post-test
kepada mahasiswa melalui Google Classroom.

Bagian 6: Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 6 123


Referensi

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the
American Pharmacists Association

ACC, 2020, www.acc.org/latest-in cardiology/articles/2020/03/17/08/59/


hfsa-acc-aha-statement-addresses-concerns-re-using-raas-antago-
nists-in-covid-19

Alomar, M.J., 2013, Factor affecting the development of adverse drug


reactions (Review article). Saudi Pharmaceutical Journal.
Ansel, 2017, Pharmaceutical Calculation, Wolters&Kluwers, 13 edition,
Lippincot
Anonim, 2011, Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Jenderal Bina Kefar-
masian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta

Anonim, 2020, COVID-19 Antiviral and Pharmacotherapy Infor-


mation, https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
S0883944120303907

ASHP, 2020a, ASHP Statement on the Pharmacist’s Role in Medication


Reconciliation, https://www.ashp.org/-/media/assets/policy-guide-
lines/docs/statements/pharmacists-role-medication-reconciliation.
ashx

ASHP, 2020b, ASHP Guidelines on Pharmacist-Conducted Patient Education


and Counseling, Medication Therapy and Patient Care: Organi-
zation and Delivery of Services–Guidelines, page 340-02, https://
www.ashp.org/-/media/assets/policy-guidelines/docs/guidelines/
pharmacist-conducted-patient-education-counseling.ashx

ASHP, 2020c, ASHP Guidelines on the Pharmacist’s Role in Providing Drug


Information, Medication Therapy and Patient Care: Organization
and Delivery of Services–Guidelines, page 340-02, https://www.
ashp.org/-/media/assets/policy-guidelines/docs/guidelines/pharma-
cists-role-providing-drug-information.ashx

Referensi 125
BPOM, 2012, Pedoman Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bagi Tenaga
Kesehatan, Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik
dan PKRT Badan POM RI Jakarta.

Clinical Practice Guidelines for Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, 2017.


DIH, 2011, Drug Infornation Handbook 20th Edition. American Phama-
cist Association.
Drugs.com (online). https://www.drugs.com/monograph/pyrantel-pamoate.
html. Diakses pada 04 April 2020

Hanifah, S. (2016). The Compatibility of multiple intravenous (IV) drugs


administered simultaneously. Charles Sturt University.

Hanifah, S., Ball, P., & Kennedy, R. (2018). Medication incompatibility in


intravenous lines in a paediatric intensive care unit (PICU) of
Indonesian hospital. Critical Care and Shock, 21(3), 118–127. http://
criticalcareshock.org/2018/08/

Hanifah, S., Maulidani, Y., Nugroho, B. H., & Sari, C. P. (2019). All-in-one
versus lipid-free parenteral nutrition for premature infants:
Visual, ph, and particle size analyses. Nutricion Hospitalaria, 36 (6)
(6), 1237–1240. https://doi.org/10.20960/nh.02758

Hanifah, S., Nugroho, B., & Chabib, L. (2020). Compatibility of acetamin-


ophen with central nervous system medications during simulated
Y-site injection. Anaesthesiology Intensive Therapy, 52(1). https://
doi.org/10.5114/ait.2020.92684

Hanifah, 2020, C.P Sari, B.H Nugroho, Maulidani, Y, Provision of standardised


all in-one parenteral nutrition (AIO-PN) for very preterm neonates:
evaluation at room and cold temperatures, accepted to Journal of
Pharmacy and Bioallied Science

PCNE, 2019, Drug Related Problem Classification, The Pharmaceutical Care


Network Europe, Diakses pada 18 Maret 2020

Kemenkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2019, Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

126 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Saki Masa Pandemi Covid -19
Guo, T., Fan, Y., Chen, M., Wu, X., Zhang, L., He, T., Wang, H., Wan, J., Wang,
X., Lu, Z., 2020. Cardiovascular Implications of Fatal Outcomes of
Patients With Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). JAMA Cardiol.

Kemenkes, 2017, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15


Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. Hal 27-48

Kemenkes, 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah


Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Kemenkes, 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07 Tahun 2019 Tentang Formularium Nasional. Kement-
erian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Kemenkes, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406 Tahun 2011


Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

Meng, J., Xiao, G., Zhang, J., He, X., Ou, M., Bi, J., Yang, R., Di, W., Wang, Z.,
Li, Z., Gao, H., Liu, L., Zhang, G., 2020. Renin-angiotensin system
inhibitors improve the clinical outcomes of COVID-19 patients with
hypertension. Emerg. Microbes Infect. 9, 757–760.

MIMS.2018.Pyrantel Dosage and Drug Information. (online). (http://www.


mims.com/indonesia/drug/info/pyrantel, diakses 02 April 2020)
Nurani, I., Yanti, A.R., 2020. Analisa Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien
Bedah Apendix (Apendisitis) Di Rumah Sakit X 10.

Medisa D. and Nugraheni D.A., 2018, Vaccines distribution system at


primary healthcares in the special region of Yogyakarta, Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 9(3):181-186

Medlineplus, 2020, diakses 16 April 2020, https://medlineplus.gov/druginfo/


meds/a614011.html

MSH, 2012, MDS-3: Managing access to medicine and health technology,


Chapter 30, Ensuring good dispensing practice

Risqi H., Nugraheni D.A., Medisa D., 2016, Analisis Ketersediaan Obat
Publik Pada Era Jaminan Kesehatan Nasional di Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Tahun 2015, Prosiding PIT IAI 2016

Referensi 127
Rxlist, 2020, diakses tanggal 16 April 2020, https://www.rxlist.com/toradol-
side-effects-drug-center.htm#consumer

Rizzoli, R., Reginster, J.-Y., Boonen, S., Bréart, G., Diez-Perez, A., Felsenberg,
D., Kaufman, J.-M., Kanis, J.A., Cooper, C., 2011. Adverse Reactions
and Drug–Drug Interactions in the Management of Women with
Postmenopausal Osteoporosis. Calcif. Tissue Int. 89, 91–104.

Saepudin, Hanifah, S, Sari, P.S, 2020, Identifikasi Faktor Pendukung


dan Penghambat Implementasi Farmasi Klinis di Indonesia,
Luaran Laporan Penelitian Unggulan, Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Universitas Islam Indonesia

Sangma, B., M., Selvaraju, M., Natarajan, P., 2019. Outcome comparison
study between laparoscopic appendisectomy and conventional
open appendiktomi. International Surgery Journal: 6(5) Hal.1520-
1523

Satibi, 2014, Manajemen Obat Di Rumah Sakit. Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta

Zulfa, I.M., 2020. Studi Komparatif Efektivitas Seftriakson dibanding


Kombinasi Seftriakson-Metronidazole dan Sefuroksim-Metroni-
dazole pada Pasien Apendisitis yang Menjalani Apendiktomi. J.
Farm. Udayana 109. https://doi.org/10.24843/JFU.2019.v08.i02.p07

Strom, B. L., Berlin, J. A., Kinman, J. L., Spitz, P. W., Hennessy, S., Feldman, H.,
... & Carson, J. L. (1996). Parenteral ketorolac and risk of gastroin-
testinal and operative site bleeding: a postmarketing surveillance
study. Jama, 275(5), 376-382.USP. (2005).

World Health Organization, 1993, How to Investigate Drug Use in Health


Facilities, Geneva.

World Health Organization, 2020, Adverse Drug Reaction Monitoring,


Essensial Medicine and Health Product, https://www.who.int/
medicines/areas/quality_safety/safety_efficacy/ advdrugreactions/
en/, diakses 15 Maret 2020

128 Praktik Kerja Profesi Apoteker Bidang Rumah Saki Masa Pandemi Covid -19
Glosari

Rekonsiliasi: suatu pekerjaan mengidentifikasi ketepatan daftar obat yang


pasien gunakan meliputi nama, dosis, frekuensi, dan rute pemberian.

Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah pekerjaan apoteker untuk pasien


yang meliputi pemastian terapi yang diberikan aman, efektif dan rasional
bagi pasien.

Penelusuran riwayat penggunaan obat atau review penmaidagobatan


idealnya adalah bagian dari rangkaian kegiatan dengan pemantauan
terapi obat.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) meliputi memantau, mendeteksi,


mengevaluasi, mendokumentasikan, dan melaporkan efek samping obat
(ESO) serta melakukan intervensi dan memberikan umpan balik.

Dispensing adalah serangkain proses pelayanan farmasi di apotek, mulai


dari penerimaan resep hingga penyerahan resep.

Pelayanan informasi obat adalah penyediaan informasi obat dari apoteker


untuk mengoptimalkan terapi.

Seleksi atau pemilihan adalah kegiatan untuk menentukan jenis sediaan


farmasi,alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) sesuai
dengan kebutuhan.

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode


pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP sesuai dengan hasil
dari kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien.

Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan


perencanaan kebutuhan..

Siklus distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dimulai


pada saat industry farmasi atau PBF (Pedagang Besar Farmasi) mengi-
rimkan pesanan ke rumah sakit dan berakhir ketika sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP digunakan oleh pasien dan laporan penggunaan
dikirimkan kembali kepada panitia pengadaan.

Glosari 129
Indeks

Dispensing, 35 Pemusnahan, 98
distribusi, 85 Penelusuran riwayat penggunaan
obat, 20
Drug Related Problem, 14
Penelusuran Riwayat Penggunaan
Efek samping obat, 28 Obat, 20
konseling, 49 Pengadaan, 65
Metode Morbiditas, 74 Perencanaan, 65

Monitoring Efek Samping Obat, 28 Procurement, 64


rekonsiliasi, 5, 7, 8, 9, 10, 12
Pelayanan Informasi Obat, 45
Rekonsiliasi, 7
Pemantauan Terapi Obat (PTO), 14,
Seleksi/Pemilihan, 56
105

Indeks 131
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai