Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

UPAYA REUSE JERIGEN HASIL KEGIATAN DARI


INSTALASI HAEMODIALISA MENJADI
SAFETY BOX DI RSUD M. NATSIR

OLEH :
LUSI MEYLIZA, AMd.KL
NIP. 19900517 201903 2 006

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR


PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Upaya reuse Jerigen Hasil Kegiatan Dari Instalasi Haemodialisa menjadi Safety
Box di RSUD M. Natsir”.
Makalah ini merupakan salah satu inovasi yang dilakukan dalam
meminimalisasi biaya yang dikeluarkan dalam pembeliaan safety box yang
penggunaannya rutin dan sangat dibutuhkan disetiap kegiatan pelayanan di rumah
sakit.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dari berbagai
pihak guna memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.

Solok, 1 Juli 2022

Lusi Meyliza, Amd.KL

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II DESKRIPSI LOKUS
BAB III KEGIATAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019


menyatakan tentang kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi tugas pokok dari
kesehatan Lingkungan yang tugas dan fungsi sebagai : Penyehatan ruang bangunan
dan halaman rumah sakit, Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman,
Penyehatan air, Pengelolaan limbah (limbah padat dan limbah cair), Pengelolaan
tempat pencucian linen (laundry), Pengendalian serangga,tikus, dan binantang
penganggu lainnya, Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi, Upaya promosi
kesehatan dan aspek kesehatan lingkungan. Dalam kegiatan yang tertuang dalam
peraturan tersebut dapat dilakukan kegiatan dalam mengoptimalkan pelaksanaan
pemilahan sampah dan mengoptimalkan upaya-upaya pengurangan sampah dengan
menerapkan konsep (reduce, reuse dan recyle).
RSUD M. Natsir sebagai salah satu penyelenggaran layanan kesehatan di
Provinsi Sumatera Barat juga ikut melakukan upaya kesehatan lingkungan melalui
Instalasi Kesehatan Lingkungan. Kesehatan lingkungan mempunyai fungsi untuk
melakukan pengawasan dan pengelolaan limbah padat dan limbah cair rumah sakit,
melaksanakan pemantauan dan pengendalian kualitas kesehatan lingkungan, serta
melaksanakan penyediaan air bersih yang diharapkan mampu menciptakan kondisi
lingkungan rumah sakit yang memenuhi standar sanitasi, baku mutu lingkungan serta
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Di era dalam covid-19, RSUD M. Natsir akan terus meningkatan mutu
pelayanan rumah sakit tidak hanya dala segi pelayanan kepada pasien tapi juga
melakukan suatu upaya/inovasi penunjang lainnya seperti meminimalisasi
pengeluaran rumah sakit. Dalam sistem pengelolaan limbah padat diperlukan sarana
dan prasarana seperti pada limbah padat tajam seperti jarum suntuk, ampul dan lain-
lainnya wajib memiliki wadah khusus yang bersifat kedap air, tidak mudak rusak.
TSUD M. Natsir menyediakan safety box dalam jumlah yang banyak (rata-rata

3
pemakaian safety box 120-250 kotak / bulan) dengan harga berkisar Rp. 15.000 –
Rp. 18.000/kotak.
Dengan adanya isu diatas maka penulis berharap di bidang pengelolaan
sampah di RSUD M. Natsir teroptimalisasinya pengelolaan dan pemanfaatan jerigen
bekas kegiatan pelayanan di Haemodialisa untuk di reuse menjadi safety box siap
pakai yang diharapkan dengan upaya ini turunnya biaya pembelian safety box yang
rutin dikeluarkan oleh pihak RSUD M. Natsir. Dari isu diatas terkait maka penulis
menyusun makalah dengan judul “Upaya reuse jerigen Hasil Kegiatan Dari Instalasi
Haemodialisa menjadi Safety box di rsud M. Natsir”.

1.2 Rumusan Masalah


Instalasi Kesehatan Lingkungan RSUD M. Natsir melakukan kegiatan
inovasi dalam menciptakan RSUD M. Natsir yang ramah lingkungan, memenuhi
standar sanitasi dan baku mutu lingkungan dengan mengoptimalnya pengelolaan
dan pemanfaatan sampah / reuse jerigen hasil kegiatan dari instalasi haemodialisa
menjadi safety box.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Terwujudnya pelaksanaan pemilahan sampah dan mengoptimalkan upaya-
upaya pengurangan sampah dengan menerapkan konsep (reduce, reuse dan recyle).

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Terciptanya lingkungan rumah sakit yang ramah lingkungan
2. Terwujudnya minimalisasi pengeluaran dana untuk pembelian safety box
3. Tercukupinya kebutuhan safety box disetiap kegiatan pelayanan yang
membutuhkan

4
BAB II
DESKRIPSI LOKUS

A. DESKRIPSI UMUM

1. Gambaran Umum Instansi


a. Sejarah RSUD M. Natsir
Rumah Sakit Mohammad Natsir adalah rumah sakit milik Provinsi
Sumatera Barat yang terletak di wilayah administratif Kota Solok, yaitu di
Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah.Pelayanan
kesehatan di Kota Solok pada zaman penjajahan berawal dari klinik
pengobatan Korem 033 Wirayuda dan Rumah sakit Pemerintah.Rumah Sakit
Pemerintah tersebut merupakan cikal bakal Rumah Sakit Umum Daerah
Mohammad Natsir yang sebelumnya disebut RSUD Solok. RSUD Solok
berdiri sekitar tahun 1940-an dan pada awalnya berlokasi di Jl. Sudirman
Solok yang berdekatan dengan komplek pasar raya Solok dengan jumlah
tempat tidur sebanyak 40 tempat tidur. Pada saat itu, Rumah Sakit banyak
membantu masyarakat korban perang, disamping memberi pelayanan
kesehatan pada masyarakat Solok.
Pada tahun 1984 lokasi rumah sakit pindah ke Jl. Simpang Rumbio dan
diresmikan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat, Ir. Azwar Anas, pada
tanggal 7 April 1984. Layanan rawat inap telah berkembang dengan
tambahan layanan rawat inap Anak, Penyakit Dalam, dan Keperawatan.
RSUD Solok semakin melakukan pengembangan dari tahun ke tahun dengan
menambahkan sarana dan prasaranya sehingga pada tahun 1986 RSUD
Solok diusulkan berubah status menjadi RSUD Tipe C. Hal ini ditetapkan
berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor: 36 Tahun 1986
dan SK Menkes RI No: 303/Men.Kes/SK/IV/1987.
Pada tahun 2011 RSUD Solok berupaya menaikkan kelas Rumah Sakit
menjadi Tipe B dengan dikeluarkannya SK Menkes RI No: HK
03.05/520/2011 dan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Barat No: 440-
343/2011.
Pada tanggal 1 Januari 2019 RSUD Solok resmi berubah nama
menjadi RSUD Mohammad Natsir. Perubahan ini ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur (Pergub) Sumatera Barat Nomor 63 Tahun 2018 tentang
Perubahan Nama RSUD Solok menjadi RSUD Mohammad Natsir, yang
ditandatangani Gubernur Sumbar, Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc, pada
tanggal 20 Desember 2018. Saat ini RSUD M. Natsir menjadi pusat rujukan
wilayah Sumatera Barat bagian selatan, yaitu Kabupaten Solok, Kota Solok,
Solok Selatan, Sawahlunto, Sijunjung, dan Dharmasraya.

5
Pada tanggal 25 September 2019 RSUD Mohammad Natsir telah
terakreditasi oleh tim KARS dengan hasil RSUD Mohammad Natsir lulus
akreditasi dengan PARIPURNA.

b. Lokasi RSUD M. Natsir


RSUD M. Natsir adalah rumah sakit milik Provinsi Sumatera Barat
yang terletak di wilayah administratif Kota Solok.Posisi RSUD Solok berada
di Kelurahan Simpang Rumbio, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Solok


Posisi ini terletak di area strategis dengan di kelilingi wilayah kota dan
kabupaten sekitarnya. Sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Solok
dan Tanah Datar.Sebelah selatan dengan Kabupaten Solok dan Solok
Selatan.Sebelah barat dengan Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sijunjung dan Dharmasraya. RSUD M. Natsir merupakan rumah
sakit dengan bangunan yang memanjang dari depan ke belakang dengan
akses jalan masuk dari jalan utama yang merupakan jalan dua jalur. Tepat
didepan akses masuk utama langsung berhadapan dengan Instalasi Gawat
Darurat (IGD).Di samping IGD berdiri Instalasi Rawat Jalan.

2. Visi Dan Misi


a. Visi dan Misi RSUD Mohammad Natsir
1) Visi
“ Rumah Sakit Terbaik di Provinsi Sumatera Barat”.
2) Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
paripurna
2. Meningkatkan kemandirian dan tata kelola rumah sakit.
b. Nilai-Nilai Organisasi
1. Ikhlas
2. Berguna
3. Menghormati
4. Musyawarah
5. Sabar
6. Kesederhanaan

6
3. Tugas Pokok Dan Fungsi
Instalasi Kesehatan Lingkungan yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan aspek lingkungan fisik, kimia, dan biologis rumah
sakit, sehinggga tercipta kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi standar
sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut kesehatan Lingkungan
mempunyai tugas dan fungsi :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
3. Penyehatan air
4. Pengelolaan limbah (limbah padat dan limbah cair)
5. Pengelolaan tempat pencucian linen (laundry)
6. Pengendalian serangga,tikus, dan binantang penganggu lainnya
7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
8. Upaya promosi kesehatan dan aspek kesehatan lingkungan

7
BAB III
KEGIATAN

3.1 Pengertian

Safety box merupakan wadah yang digunakan untuk tempat penampungan


limbah padat infeksius yang bersifat tajam dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja
akibat tertusuk jarum jika menggunakan wadah yang sembarangan. safety box harus
terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan disetai ddengan symbol hazard.
Safety box yang digunakan untuk kegiatan pelayanan RSUD M. Natsir selama
ini menggunakan safety box yang telah sesaui dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Namun untuk meminimalisasi dana pengeluaran rumah sakit, RSUD M.
Natsir melakukan inovasi untuk Reuse jerigen hasil kegitatan dari pelayanan dari
instalasi Haemodilalisa menjadi safety box yang siap untuk didistribusikan. Dengan
adanya upaya untuk reuse ini diharapkan terdapatmya pengurangan timbulan sampah
dan minimisasi dana pengeluaran rumah sakit dalam hal pengadaan safety box.
Kegiatan ini bettujuan agar Safety box dari jerigen ini bisa memenuhi kebutuhan
seluruh kegiatan pelayanan yang ada di RSUD M. Natsir.

3.2 Alur Kegiatan

Alur pengelolaan upaya reuse jerigen hasil kegiatan dari instalasi haemodialisa
menjadi safety box sebagai berikut :

1. Koordinasi kebutuhan jerigen dari Ka. Instalasi Kesling ke Ka. Instalasi


Haemodialisa
2. Petugas Kesling menjemput jerigen dari Inst. Haemodialisa ke Inst Kesling
3. Petugas Kesling menjemput jerigen dari Inst. Haemodialisa ke Inst Kesling
4. Petugas kesling merakit jerigen menjadi safety box dengan memasang simbol
biohazard dan tali penutup jerigen
5. Cleaning Service setiap ruangan mengambil kebutuhan safety box ke instalasi
Kesling dengan menandatangani bukti pengambilan

6. Petugas kesling merekap pada lembar control bukti keluar masuk safety box
yang telah di reuse

1.

8
B. Faktor Pendukung Realisasi Aktualisasi

Dalam pelaksanaan realisasi aktualisasi ini, ada beberapa faktor pendukung yang
mempengaruhi terlaksananya kegiatan ini:
1. Adanya dukungan, bimbingan, serta masukan dari mentor sehingga kegiatan
dapat berjalan dengan lancar.
2. Adanya dukungan dan izin dari kepala ruangan serta masukan sehingga
kegiatan dapat dilakukan sbagaimana mestinya.
3. Adanya dukungan dan bantuan dari rekan kerja dalam menjalankan sosialisasi
dan proses kegiatan lainnya.
4. Peserta penyuluhan cukup kooperatif dalam kegiatan penyuluhan.
5. Adanya sarana dan prasarana yang mendukung untuk setiap tahap kegiatan
yang dilakukan.

C. Faktor Penghambat Realisasi Aktualisasi

1. Sosialisasi yang dilakukan kepada cleaning service belum menujukkan hasil


yang memuaskan, dibuktikan dengan kuantitas botol infus yang menuju TPS
masih sedikit karena masih terjadinya penyortiran botol infus langsung oleh
cleaning service untuk diperjualbelikan secara pribadi.
2. Lembar hasil pemeriksaan laboratorium dari pihak pemeriksa cukup lama
diperoleh dari tanggal pengantaran sampel botol infuse 25 Oktober 2019,
lembar hasil diperoleh pada tanggal 7 November 2019.
3. Kegiatan jual beli baru bisa dilakukan setelah penulis menunjukkan lembar
pemeriksaan laboratorium yang asli dari BLK Prov. Sumbar.
4. Kegiatan evaluasi baru bias dilaksanakan setelah diperoleh hasil pemeriksaan
laboratorium untuk mengambil kesimpulan apakah proses kegiatan yang
dilakukan efektif atau tidak efektif.

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan aktualisasi pemberian sosialisasi pengelolaan botol infus kepada
karyawan dan cleaning service ini berjalan dengan baik
2. Penerapan nilai-nilai dasar ASN yaitu nilai ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dapat
diaktualisasikan dalam setiap tahap kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan.
3. Berdasarkan kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan dimulai dari tahap
konsultasi hasil rancangan dengan mentor sampai dengan tahapan evaluasi
pelaksanaan kegiatan aktualisasi , akan memberikan dampak bagi organisasi
di tempat penulis mengabdi untuk bertumbuh dan berkembang menjadi lebih
baik.
4. Tahap pengumpulan botol infus dengan kuantitas yang banyak memerlukan
waktu yang lebih lama dibanding dengan waktu yang telah direncanakan pada
saat habituasi.
5. Hasil uji pemeriksaan laboratorium terhadap botol infus menunjukkan bahwa
tidak terdapat lagi mikroorganisme pada botol infuse, sehingga sampah
infeksius (botol infus) telah berhasil menjadi sampah non infeksius, dari
angka kuman sebelum di desinfeksi (3650 CFU/cm2) menjadi (0 CFU/cm2)
setelah didesinfeksi.
6. Proses jual beli berhasil dilakukan dengan Bank Sampah Kota Solok (agen
resmi).
7. Dari hasil evaluasi maka proses pengelolaan sampah infeksius (botol infus)
menjadi sampah non infeksius dan berdaya jual telah efektif dilaksanakan
dengan proses desinfeksi dengan menggunakan larutan klorin 1%.

10
B. Saran
Dari hasil aktualisasi yang dilakukan maka penulis menyarankan beberapa hal
berikut ini :
1. Diharapkan agar proses pengelolaan sampah infeksius (botol infus)
menjadi sampah non infeksius ini dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
2. Diharapkan kepada seluruh petugas cleaning service untuk menggantar
semua botol infus yang ada diruangan menuju ke TPS.
3. Diharapkan kedepannya adanya anggaran rumah sakit untuk menyediakan
tempat sampah permanen diruang rawatan sebagai tempat khusus
pembuangan botol infus.
4. Penerapan nilai-nilai ANEKA dapat dilakukan dengan melakukan
diskusi/musyawarah dengan rekan sejawat agar pelayanan publik di Rumah
Sakit menjadi lebih baik.
5. Diharapkan pada pelaksanaan aktualisasi oleh penulis selanjutnya, agar
mampu merencanakan dan memanfaatkan waktu pelaksanaan aktualisasi
dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Peryaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Tjandra, Yoga. 2013. Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Padat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara.

12
13

Anda mungkin juga menyukai