Anda di halaman 1dari 2

Asalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdullilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat & taufik hidayahnya
agar kita bisa berkumpul di acara yang penuh barokah ini.

Sholawat serta salam marilah kita curahkan kepada baginda Nabi kita Nabi Agung Nabi Besar
Muhammad SAW.

Yang kami hormati, para panitia, para alim ulama, para habaib, para tokoh-tokoh agama, para
pemuka agama, para ibu bapak dan teman-teman seperjuangan yang kami tidak bisa sebutkan satu
persatu namun InsyaAllah tidak mengurangi rasa hormat kami terhadap beliau-beliau semua.

Berdirinya kami disini akan membawakan syarhil Qur’an yang berjudul : MEMPERKUAT
SPIRITUAL MENUJU INDONESIA TANGGUH.

Tidak sulit melihat kaitan proses perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan peran ulama, para
santri, semangat keagamaan dan spiritualitas islam.

Semangat anti penjajah memang sejak awal ditanamkan dikalangan pesantren dan majelis-majelis
pengajian para ulama sehingga membentuk sebuah karakter perlawanan yang sangat masif dari
kalangan santri untuk membenci dan menolak keberadaan bangsa asing dinegeri ini.

Membangun spiritualitas diperlukan kecerdasan spiritual.


Didalam Al-Qur’an ada surah Al-Muzammil ayat 6-10 yang menjelaskan tentang :
Artinya : 6. Sungguh bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan (bacaan diwaktu itu) lebih
berkesan

7. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.
8. Dan sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepadaNya dengan sepenuh hati.
9. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai
pelindung.
10. Dan bersabarlah (Muhammad)terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka
dengan cara yang baik.

Ulama dan semangat perjuangan kemerdekaan. Pengertian ulama secara generik mengacu pada
arti orang-orang yang berilmu yang merupakan pemuka agama atau pemimpin agama yang
bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat islam baik dalam masalah-masalah
agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik disisi agama maupun sosial
kemasyarakatan.

Dalam fatwa jihad yang dikeluarkan para ulama setidaknya memiliki beberapa poin penting,
diantaranya perang melawan penjajah adalah fardu a’in (wajib bagi semua orang) para pejuang
yang gugur dalam peperangan dinilai sebagai mati syahid.

Istilah jihad dan syahid merupakan terminologi yang mampu menyentuh lapisan emosional dari
keberislaman seseorang. Ketika ulama mengeluarkan fatwa jihad untuk melawan penjajah maka
ini dipandang sebagai ajakan mulia yang tidak pantas untuk disia-siakan.

Inilah salah satu sikap penerimaan total terhadap eksistensi dan kedudukan ulama. Ulama yang
telah menggerakkan semangat perjuangan kemerdekaan masa lampau adalah ulama mempuni
secara lahir batin.

Akhlak dan ilmu menyatu dalam pola interaksi pengajaran mereka kepada para santri dan umat
dalam orkestra kesantunan budi, ketinggian pengetahuan dan kerendahan hati dalam bentuk
pelayanan terhadap kepentingan masyarakat banyak. Kepentingan bangsa dan umat diatas segala-
galanya sehingga melahirkan keteladanan yang tidak biasa.

Kualitas ulama yang luar biasa inilah yang sesungguhnya mampu menyentuh sisi terdalam dari
kesadaran untuk berjuang sampai titik darah penghabisan dalam nuansa yang sangat spiritual.
Rasanya sangat sulit sebuah fatwa secara serentak diamalkan jika tidak terhadap aspek mistifikasi
yang dibangun secara simbolik sebagai dasar perjuangan ulama dan santri.

Mengikuti ulama sama artinya menuju jalan lurus dan diridhoi Tuhan kalimat Allahuakbar dalam
perjuangan kemerdekaan.

Kalimat takbir yang mengandung makna mengecilkan semua eksistensi selain Allah, untuk
menyadari sepenuhnya bahwa hanya Allah saja yang maha besar. Kalimat ini memiliki energi
yang mampu membuat setiap pembacanya merasakan getaran kebesaran Tuhan.

Kalimat ini adalah kalimat penghambaan, sekaligus pengakuan keagungan Tuhan.

Kesadaran Tauhid murni yang dimiliki para ulama pejuang dimasa perang kemerdekaan jelas
memiliki power yang tidak terhingga dan sangat sulit dibendung oleh kekuatan penjajah.
Fomulasi, persatuan dan kerukunan bangsa ini yang terpatri pada konsep pancasila, UUD 1945,
NKRI dan bineka tunggal ika tidak boleh rusak oleh kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan
ideologi manapun.
Bangsa ini hanya terus meneguhkan kemampuan internalnya untuk mampu tegak berdiri sama
tnggi dengan bangsa lain dengan basis spiritual yang kuat didalam dada setiap anak bangsa ini.

Hanya kedewasaan berpikirlah yang mampu memberikan kesadaran murni akan pentingnya
menjaga nilai-nilai islam washatiyah dinegeri ini. WaAllahua’lambisshawaf.

Anda mungkin juga menyukai