Anda di halaman 1dari 14

MODUL STANDAR AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN

(HIM 538)

MODUL SESI 4
KEBIJAKAN SURVEI AKREDITASI RUMAH SAKIT (2)

DISUSUN OLEH
Dr. NUNGKY NURKASIH K, M.GZ, M.KES (7980)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 14
PENGANTAR

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami


kelanjutan dari kebijakan akreditasi RS di Indonesia dari modul sebelumnya yang
terdiri atas:
8. KEBIJAKAN PEMBERIAN SKOR
9. KEBIJAKAN KELULUSAN
10. PPS
11. KEBIJAKAN PASCA SURVEI

B. Uraian dan Contoh

8. KEBIJAKAN PEMBERIAN SKOR


Setelah surveior melakukan penelaahan yang terdiri atas R, D, O, W, S, Ko
seperti telah disebutkan dalam modul terdahulu, maka surveior akan
memberikan penilaian untuk setiap Elemen Penilaian (EP) pada standar.
Penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut:
o Skor 10 (Terpenuhi Lengkap, TL) diberikan jika RS dapat memenuhi
elemen penilaian tersebut minimal 80%
o Skor 5 (Terpenuhi Sebagian, TS) diberikan jika RS dapat memenuhi
elemen penilaian tersebut minimal 20-79 %
o Skor 0 (Tidak Terpenuhi) diberikan jika RS dapat memenuhi elemen
penilaian tersebut kurang dari 20%
Bagaimana cara menentukan skor yang tepat untuk setiap penilaian?
Pertama-tama kita harus mengetahui dulu, apa yang diminta oleh elemen
penilaian tersebut, apakah itu bukti kepatuhan, hasil wawancara, regulasi,
dokumen rapat, dokumen pelatihan, dokumen orientasi staf, simulasi,
observasi, rekam jejak kepatuhan pada survei akreditasi sebelumnya, rekam
jejak kepatuhan pada kepatuhan survei akreditasi ulang atau rekam jejak
akreditasi terfokus. Berikut ketentuan-ketentuan penilaian tergantung dari
apa yang diminta dari masing-masing elemen penilaian.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 14
a. Bukti kepatuhan
Skor 10 jika: bukti kepatuhan ditemukan secara konsisten pada
semua bagian/departemen di mana persyaratan-persyaratan tersebut
berlaku
Skor 5 jika : bukti kepatuhan tidak dapat ditemukan secara konsisten
pada semua bagian/departemen di mana persyaratan-persyaratan
tersebut berlaku
Skor 0 jika : bukti kepatuhan tidak ditemukan pada semua bagian
/departemen di mana persyaratan-persyaratan tersebut berlaku
b. Hasil wawancara
Skor 10 jika: jawaban “ya” atau “selalu”
Skor 5 jika : dijawab “biasanya” atau “kadang-kadang”
Skor 0 jika : dijawab “jarang” atau “tidak pernah”
c. Regulasi
Skor 10 jika: kelengkapan regulasi 100% (baik untuk regulasi yang
hanya diminta 1 regulasi maupuan yang diminta lebih dari 1
regulasi,semuanya harus 100% lengkap)
Skor 5 jika : Regulasi tidak lengkap
Skor 0 jika : Regulasi tidak ada
d. Dokumen rapat/pertemuan (meliputi undangan, materi rapat,
absensi/daftar hadir, notulen rapat)
Skor 10 jika: kelengkapan bukti dokumen rapat 100% (dilakukan
crosscheck dengan wawancara)
Skor 5 jika : kelengkapan bukti dokumen rapat 20 – < 100%
Skor 0 jika : kelengkapan bukti dokumen rapat kurang dari 20%
e. Dokumen pelatihan (meliputi kerangka acuan/TOR pelatihan yang
dilampiri jadwal acara, undangan, materi/bahan pelatihan,
absensi/daftar hadir, laporan pelatihan)
Skor 10 jika: kelengkapan bukti dokumen pelatihan 100%
Skor 5 jika : kelengkapan bukti dokumen pelatihan 20 – < 100%
Skor 0 jika : kelengkapan bukti dokumen pelatihan < 20%
f. Dokumen orientasi staf (meliputi kerangka acuan (TOR) orientasi
yang dilampiri jadwal acara, undangan, absensi/daftar hadir, laporan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 14
orientasi dari kepala SDM (orientasi umum) atau kepala unit (orientasi
khusus))
Skor 10 jika: kelengkapan bukti dokumen orientasi 100%
Skor 5 jika : kelengkapan bukti dokumen orientasi 20 - < 100%
Skor 0 jika : kelengkapan bukti dokumen orientasi <20%
g. Hasil observasi pelaksanaan kegiatan/pelayanan sesuai regulasi
Skor 10 jika: terpenuhi minimal 80%
Skor 5 jika : terpenuhi 20 - <80%
Skor 0 jika : terpenuhi <20%
h. Rekam jejak kepatuhan pada survei akreditasi pertama (awal)
Skor 10 jika: terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 3 bulan sebelum survei
Skor 5 jika : terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 2 bulan sebelum survei
Skor 0 jika : terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 1 bulan sebelum survei
i. Rekam jejak kepatuhan pada survei akreditasi ulang
Skor 10 jika: terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 12 bulan sebelum survei
Skor 5 jika: terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 4-10 bulan sebelum survei
Skor 0 jika : terdapat kepatuhan pelaksanaan kegiatan/pelayanan
secara berkesinambungan sejak 1-3 bulan sebelum survei
j. Rekam jejak akreditasi terfokus
Tidak ada rekam jejak khusus untuk survei terfokus. Kesinambungan
dalam usahapeningkatan mutu digunakan untuk menilai kepatuhan.

Skor akan diberikan pada setiap Elemen Penilaian (EP) di setiap bab.
Penentuan kelulusan akan dilihat berdasarkan perolehan nilai persentasi
setiap bab.

 SKOR TIDAK DAPAT DITERAPKAN (TDD)


Dalam melakukan penilaian, tidak semua EP dapat diberikan skor.
Hal ini terjadi misalnya karena persyaratan dalam EP tidak dapat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 14
dinilai karena tidak tercakup dalam pelayanan di rumah sakit,
populasi pasien dan sebagainya. Misalnya: EP tentang penelitian
atau donasi organ. Pada RS yang tidak menyelenggarakan donasi
organ, EP ini tidak diberikan skor, melainkan ditulis TDD. Patut
diperhatikan bahwa untuk pelayanan yang memang harus ada di RS
(pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat
jalan, pelayanan laboratorium, dan radiologi), tidak dapat diberikan
TDD. Misalnya suatu RS belum memiliki IGD, maka EP tentang IGD
tidak dapat diberikan TDD, melainkan dinilai dengan skor 0.

 LAPORAN SURVEI AKREDITASI


a. Setelah selesai survei, maka Surveior harus kembali pulang pada 1
(satu) hari setelah survei. Surveior belum diperbolehkan pulang di
sore hari saat hari terakhir survei karena masih ada acara rapat tim
surveior yang harus dilaksanakan di malam hari terakhir survei untuk
menyamakan persepsi antar surveior dalam tim tersebut.
b. Setelah survei maka surveior wajib membuat laporan hasil survei
berbasis web kepada Ketua Eksekutif KARS. Diharapkan laporan
survei ini sudah masuk ke web KARS mulai sejak malam terakhir
survei sampai dengan 7 hari pasca survei.
c. Laporan survei akan ditelaah keakuratan dan kebenarannya oleh
para Konsilor. Konsilor ini adalah para surveior yang telah dianggap
berpengalaman dan memiliki kemampuan lebih sehingga layak
ditunjuk oleh Ketua Eksekutif KARS untuk menjalankan tugasnya.
Dengan demikian maka kedudukan Konsilor di atas Surveior. Jika
ada yang dirasa kurang pas maka Konsilor akan melakukan koreksi
seperlunya dan memberikan rekomendasi terkait koreksi tersebut
kepada Surveior.
d. Namun jika dirasa terdapat diskrepansi nilai yang cukup signifikan
antara Surveior dan Konsilor maka status akreditasi RS akan dikaji
ulang oleh Dewan Penilai. Dewan Penilai ini memiliki status yang
lebih tinggi dari pada Konsilor. Pada umumnya, Dewan Peniliai terdiri
atas para Jangkar KARS, yaitu para surveior senior dan ahli
akreditasi yang merupakan tenaga tetap dari KARS.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 14
e. Keputusan Akreditasi akan ditetapkan oleh Ketua Eksekutif KARS
dengan mempertimbangkan semua hasil dan informasi saat survei
dan pertimbangan konsilor dan Dewan Penilai jika diperlukan.
f. Keputusan Akreditasi yang diterima oleh RS adalah berupa tingkat
kelulusan dan rekomendasi perbaikan. RS tidak menerima nilai dan
skor sebagai bagian dari keputusan akreditasi.

9. KEBIJAKAN KELULUSAN AKREDITASI


Kelulusan RS terhadap akreditasi dibagi menjadi:
a. Tidak lulus akreditasi
RS dinyatakan tidak lulus akreditasi jika semua bab yang disurvei
mendapatkan penilaian kurang dari 60%. Untuk RS Non Peserta
Didik, di mana survei dilakukan untuk 15 bab, jika semua bab kurang
dari 60 % maka RS dinyatakan tidak lulus. Untuk RS Peserta Didik, di
mana survei dilakukan untuk 16 bab, maka jika semua bab kurang
dari 60 % maka RS dinyatakan tidak lulus. RS yang tidak lulus
akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi
surveior dilaksanakan.
b. Akreditasi tingkat Dasar
Sertifikat kelulusan akreditasi Tingkat Dasar diberikan kepada RS jika
hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan bab lainnya tidak
ada yang mendapat nilai 20%.
c. Akreditasi tingkat Madya
Sertifikat kelulusan akreditasi Tingkat Madya diberikan kepada RS
jika terdapat 8 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan bab lainnya
tidak ada yang mendapat nilai 20%.
d. Akreditasi tingkat Utama
Sertifikat kelulusan akreditasi Tingkat Madya diberikan kepada RS
jika terdapat 8 bab yang mendapat nilai minimal 80% dan bab lainnya
tidak ada yang mendapat nilai 20%.
e. Akreditasi tingkat Paripurna
Sertifikat kelulusan akreditasi Tingkat Paripurna diberikan kepada RS
jika terdapat semua bab mendapatkan nilai minimal 80%

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 14
Khusus untuk RS dengan Peserta Didik Klinis, sertifikat kelulusan akan
diperoleh jika Bab Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan RS
(IPKP) menjadi salah satu bab yang mendapatkan nilai di atas 80%.

 Survei Remedial
RS diberikan kesempatan untuk mengajukan survei remedial jika RS
telah lulus dan belum mencapai status akreditasi paripurna. Pengajuan
survei remedial dilakukan untuk bab yang nilanya 60 – 80%. Jika RS
telah menerima status akreditasi dan tidak hendak mengajukan survei
remedial, maka status akreditasinya tetap berlaku.

 Sertifikat Akreditasi
KARS akan memberikan sertifikat akreditasi sesuai pencapaian. Pada
kondisi dimana RS menerima sertifikat akreditasi yang baru karena
adanya perubahan nama atau kondisi dimana akreditasi RS tersebut
ditarik atau dibatalkan dengan alasan apa pun, maka sertifikat
akreditasi harus dikembalikan kepada KARS.

 Masa Berlaku Status Akreditasi


Pada saat buku SNARS edisi 1.1 diluncurkan, masa berlaku status
akreditasi RS berlangsung selama 3 tahun kecuali ditarik oleh KARS.
Namun setelah terbitnya Permenkes no 12 tahun 2020, maka sertifikat
Akreditasi berubah masa berlakunya menjadi 4 tahun. Status akreditasi
berlangsung surut sejak hari pertama pelaksanaan survei rumah sakit
atau saat survei ulang. Pada akhir masa berlaku status akreditasi maka
RS harus melaksanakan survei ulang untuk perpanjangan status
akreditasi.

 Status Akreditasi yang Berisiko Ditolak atau Ditunda


Status akreditasi yang berisiko ditolak atau ditunda terjadi jika terdapat
kondisi-kondisi di bawah ini:
a. Terdapat laporan ancaman keamanan dan keselamatan pasien
dan atau staf RS. Laporan dapat berasal dari tim surveior atau

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 14
dari sumber lain. Terhadap hal ini maka KARS akan melakukan
survei terfokus.
b. Ditemukan dokter yang melakukan pelayanan medis di RS meski
tidak memiliki STR dan atau SIP yang masih berlaku. Terhadap
hal ini maka KARS akan memberikan surat keterangan bahwa
rumah sakit telah dilakukan survei akreditasi dan penetapan status
akreditasinya ditunda. Jika STR dan SIP dokter tersebut telah
diperbaharui dan telah ada, maka RS agar melaporkan kepada
KARS dengan melampirkan bukti scan STR dan atau SIP dokter
tersebut melalui email.
c. RS memberikan data atau informasi palsu, staf yang mengikuti
proses akreditasi padahal staf itu bukan staf RS, ada peminjaman
peralatan khusus untuk acara survei akreditasi, Direktur RS bukan
seorang dokter. Terhadap hal ini maka KARS akan melakukan
survei terfokus.
d. Ijin operasional RS dan atau ijin pengolah limbah cair dan B3
habis masa berlakunya. Terhadap hal ini maka KARS akan
memberikan surat keterangan bahwa rumah sakit telah dilakukan
survei akreditasi dan penetapan status akreditasinya ditunda. Jika
ijin operasional RS dan atau ijin pengolah limbah cair dan B3 telah
diperbaharui dan telah ada, maka RS agar melaporkan kepada
KARS dengan melampirkan bukti scan ijin operasional RS dan
atau ijin pengolah limbah cair dan B3 yang baru melalui email.
e. RS tidak menyampaikan Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS)
yang layak dalam waktu 1 (satu) bulan setelah mendapatkan
pemberitahuan hasil survei akreditasi

Jika terdapat kondisi a-e di atas, maka Sekretaris Eksekutif KARS dan
surveior dapat mengidentifikasi kondisi tersebut baik selama peninjauan
laporan survei atau dari pengaduan yang disampaikan terhadap rumah
sakit atau dari badan yang berwenang. Jika memang surveior
menyatakan kondisi ini benar dan tidak diselesaikan maka Ketua
Eksekutif KARS akan merekomendasikan Penolakan Akreditasi
terhadap RS.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 14
10. PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS (PPS)
Setelah RS disurvei dan dinyatakan lulus oleh KARS (apapun tingkat
kelulusannya), maka RS akan dipanggil untuk menerima sertifikat akreditasi
di KARS dan dilakukan seremonial sederhana terhadap pencapaian
kelulusan tersebut. Kelulusan tersebut tidak lantas membuat RS tenggelam
dalam euforia kelulusan karena masih ada Elemen-elemen Penilaian (EP)
yang belum mencapai status “Terpenuhi Lengkap” yang harus tetap
dikerjakan oleh RS. Perencanaan perbaikan setiap elemen yang belum
mencapai status TL ini dituangkan dalam PPS.
Perencanaan Perbaikan Strategis (PPS) adalah rencana kerja yang
dibuat rumah sakit secara tertulis yang dibuat sebagai tindak lanjut hasil
penilaian untuk setiap Elemen Penilaian (EP) yang “tidak terpenuhi” atau
“terpenuhi sebagian” dari hasil survei KARS.
Tujuan dibuatnya PPS oleh RS adalah:
a. Untuk menegakkan strategi/pendekatan yang akan diterapkan oleh
rumah sakit untuk menangani setiap temuan yang “tidak terpenuhi”
atau “terpenuhi sebagian”
b. Untuk menjelaskan tindakan spesifik apa yang akan dilakukan oleh
Rumah Sakit untuk mencapai kepatuhan pada standar / EP yang
dinilai “tidak terpenuhi” atau “terpenuhi sebagian”
c. Sebagai penjelasan langkah-langkah spesifik yag akan digunakan
Rumah Sakit untuk mengedukasi dan berkomunikasi dengan dokter
dan karyawan lain di RS pada standar yang “tidak terpenuhi” atau
“terpenuhi sebagian”
d. Untuk menjelaskan metodologi agar tidak terjadi lagi tindakan
ketidakpatuhan di masa depan
e. Untuk mempertahankan perbaikan dari waktu ke waktu
f. Dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah penilaian yang akan
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas rencana perbaikan
Jadi secara umum PPS digunakan untuk mencapai setiap elemen penilaian
menjadi “terpenuhi lengkap”. PPS ini harus dikirimkan oleh RS kepada KRS
dalam waktu 1 (satu) bulan setelah sertifikat akreditasi diterima.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 14
11. KEBIJAKAN PASCA SURVEI
Pasca Survei RS, harus ada komunikasi berkesinambungan antara RS dan
KARS terkait hal-hal di bawah ini. RS harus melakukan pelaporan kepada
KARS jika:
a. Terdapat kejadian sentinel di RS
Kejadian sentinel adalah Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang
mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang
temporer dan membutuhka intervensi untuk mempertahankan
kefhidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dnegan
perjalanan penyakit atau keadaan pasien. Definisi ini tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien pasal 15 ayat 3. Istilah kejadian sentinel
tidak identik dengan kesalahan medis. Tidak semua kejadian sentinel
terjadi karena kesalahan medis dan tidak semua kesalahan medis
menyebabkan kejadian sentinel.
Kejadian Sentinel terdiri atas:
a. Kematian tidak terduga, sebagai contoh kematian yang tidak
berhubungan dengan proses alami penyakit pasien atau
penyakit yang mendasari
b. Kematian pada bayi yang lahir cukup bulan
c. Bunuh diri
d. Kehilangan fungsi tubuh utama yang permanen yang tidak
berhubungan dengan proses alami penyakit pasien atau
penyakit yang mendasari
e. Operasi yang salah lokasi, salah prosedur, dan atau salah
pasien
f. Transmisi penyakit kronis atau fatal akibat transfusi darah atau
produk darah atau transplantasi organ atau jaringan yang
terkontaminasi
g. Penculikan bayi atau bayi dipulangkan dengan orang tua yang
salah
h. Pemerkosaan, kekerasan di tempat kerja seperti penyerangan
(menyebabkan kematian atau kehiilangan fungsi tubuh secara
permanen) atau pembunuhan (sengaja membunuh) seorang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 14
pasien, anggota staf, tenaga medis, pengunjung, atau vendor
ketika di lokasi di RS.
Kejadian sentinel di RS harus dilaporkan kepada KARS paling lambat
5 x 24 jam dan disertai RCA (Root Cause Analysis) paling lambat 45
hari melalui email info@kars.or.id. Terhadap kejadian ini maka KARS
akan:
- melakukan evaluasi ke RS jika diperlukan
- menilai respon rumah sakit terhadap kejadian sentinel tersebut,
termasuk bagaimana upaya RS melakukan analisis akar
masalah (RCA) yang tepat waktu, teliti, dan dapat dipercaya
- menilai bagaimana RS mengembangkan rencana kerja untuk
melaksanakan perbaikan dan memantau efektivitas perbaikan
tersebut
- memastikan adanya perbaikan yang akan mengurangi risiko
terjadinya kejadian serupa di masa depan
b. Sertifikat RS mau habis masa berlakunya. Dalam hal ini pengajuan
permohona survei harus dilakukan RS paling lambat 3 bulan sebelum
sertifikat akreditasi habis masa berlakunya
c. Terjadi peningkatan kelas RS. Dalam hal ini RS harus
memberitahukan keputusan peningkatan kelas tersebut selambat-
lambatnya 2 minggu setelah surat keputusan peningkatan kelas
diterima RS
d. Adanya perubahan nama RS, perubahan kategori/jenis RS,
penambahan pelayanan spesialistik/subspesialistik, dan atau jika ada
penambahan bangunan RS lebih dari 25% bangunan yang sekarang.
Dalam hal ini RS harus memberitahukan keputusan perubahan-
perubahan tersebut selambat-lambatnya 1 bulan setelah surat
keputusan perubahan tersebut diterima RS

 Sertifikat akreditasi dinyatakan tidak berlaku jika:


o Habis masa berlakunya. Status akreditasi RS secara otomatis
akan gugur jika pelaksanaan survei ulang melampau batas
berlakunya satus akreditasi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 14
o Ada kejadian sentinel berulang yang sama di rumah sakit dalam
kurun waktu 3 bulan
o Jenis pelayanan RS berubah kategori yaitu dari RS khusus
menjadi RS umum’Jika ada perpindahan lokasi RS
o Ada kejadian yang mesti dilaporkan ke KARS tetapi tidak
dilaporkan oleh RS

 Kebijakan terkait pengaduan atau masalah mutu


o Pasca survei akreditasi, Sekretariat KARS akan mencatat
pengaduan, keluhan dan pertanyaan yang berkaitan dengan RS
yang telah terakreditasi yang dapat diterima dari berbagai sumber,
misalnya dari pasien, keluarga pasien, tenaga medis, atau
lembaga pemerintah atau laporan dari media.
o Pengaduan yang tidak terselesaikan karena kurang efisien dan
efektifnya proses pengelolaan dan penyelesaian pengaduan
tersebut di dalam RS juga dapat dibawa langsung kepada KARS.
o Terhadap hal ini maka KARS akan melakukan pemeriksaan atas
masalah mutu yang dilaporkan
o KARS akan mengambil sejumlah tindakan antara lain:
- Merekam informasi untuk tujuan mengetahui
kecenderungan yang sering terjadi dan kemungkinan
tindakan di masa depan
- Meminta perhatian rumah sakit yang terlibat terhadap
masalah tersebut, atau
- Melakukan survei terfokus

C. Latihan
1. Setelah survei akreditasi, RS A diberitahu bahwa hanya ada 6 bab
yang mendapatkan nilai di atas 80%. Bab lain mendapatkan nilai antara
30 – 75%. Apa tingkat kelulusan RS tersebut?
2. Siapa yang berhak mengidentifikasi langkah terhadap kondisi yang
memungkinkan dilakukannya penundaan penetapan status akreditasi?
3. Terdapat 8 dari 10 kegiatan di unit rekam medik yang diobservasi
sudah memenuhi ketentuan EP. Berapa skor nya?

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 14
D. Kunci Jawaban
1. RS medapatkan sertifikat kelulusan akreditasi tingkat Dasar
2. Sekretaris Eksekutif KARS dan Surveior
3. Skor 10. Karena memenuhi kriteria 80% dari seluruh kegiatan yang
diobservasi

DAFTAR PUSTAKA
1. JCI. Joint Commission International Accreditation Standards for
Hospitals. 5th Ed. Illinois: JCI; 2014.
2. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit). Instrumen Survei Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1. Cetakan 1; Juli 2019
3. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit). Panduan Penyusunan
Dokumen Akreditasi. KARS; Jakarta; 2012.
4. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit). Pedoman Tatalaksana Survei
Akreditasi Rumah Sakit. Edisi III. KARS; Jakarta; 2016. [cited 2020
Sept 25]. Available from URL:
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/50000400/PEDOMAN_TATA_LA
KSANA_SURVEI_EDISI_III__Revisi_Maret_2016.pdf?1477904984=&r
esponse-content-
disposition=inline%3B+filename%3DPEDOMAN_TATA_LAKSANA_SU
RVEI_AKREDITASI_R.pdf&Expires=1601195608&Signature=A1jNpYb
d0wJGqo2DxBiYFuBxiishdKpOpmRMFvMYYlqShnms-
9ma7zR8bbanHmo541hqRU7BrINYr6MFZ7Pd65SB69fYogVVsQlAlkW
lW23D~dlgQHoFRxbJaaxJv8YDe9dcgkZbcBoNejFmNGGhAvsRluh7Vr
8tWm2xStbeY6IbGZYuD65FVOF3MTOKT1gVeQnoeJ2jgGSn5AMHG
wtz7soNOgbdyarMbvOu7Ml8v2bSIDEXP6azuxyd86ncEve57GaHJCJta
vJB9ro664iUiSuaJ1oMnkywB99ewUXBqTDdgqwEJ5392vg~HMmxgps
Ak9NdwQPdp7l5DvK9Jq-CZA__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Nomor:
YM.02.02/VIV/3099/2020 tentang Penundaan Kegiatan Akreditasi
Rumah Sakit. Ditetapkan di Jakarta, 16 Juli 2020.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 14
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Edaran Nomor:
HK.02.01/Menkes/455/2020 tentang Perizinan dan Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan Penetapan RS Pendidikan pada Masa
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Ditetapkan di Jakarta,
29 Juli 2020.
7. Liang, B.A. Risks of Reporting Sentinel Events. Health Affairs.
2000;19(5):112-120 [cited 2020 Oct 10]. Available from URL:
https://www.healthaffairs.org/doi/pdf/10.1377/hlthaff.19.5.112
8. Myers SA. Patient Safety and Hospital Accreditation – A Model for
Ensuring Success. New York: Springer Publishing Company; 2012.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 tahun 2020 tentang Akreditasi
Rumah Sakit.
11. Siswati dan Maryati Y. Bahan ajar Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK). Manajemen Mutu Informasi Kesehatan II: Akreditasi
dan Manajemen Risiko. Jakarta: Kemenkes; 2017.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 14

Anda mungkin juga menyukai