Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRISI KLINIK VETERINER

ACARA I : BAHAN PAKAN RUMINANSIA DAN UNGGAS

Disusun oleh:

Nama : Salma Khoirunnisa Haniif

NIM : 21/479506/KH/10940

Kelompok : 6

Asisten : Ortisa Ristya Amesti

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui berbagai macam bahan pakan ruminansia maupun unggas
2. Mahasiswa mampu mengelompokkan hijauan makan ternak
3. Mahasiswa mampu menyebutkan perbedaan dari berbagai macam bahan pakan
4. Mahasiswa mengetahui definisi zat antinutrisi dan menyebutkan zat antinutrisi dari
berbagai macam bahan pakan

II. Tinjauan Pustaka


Penjelasan Pakan
a. Graminae
Graminae merupakan hijauan pakan jenis rumput yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan serat ternak (Akoso, 2012).
Salah satu contoh graminae adalah rumput setaria (Setaria spachelata dan
Setaria splendida). Jenis rumput ini termasuk sebagai tanaman berumur panjang,
tumbuh tegak dengan tinggi yang mencapai 2 meter, dan membentuk rumpun.
Tanaman setaria cukup responsif terhadap pemupukan nitrogen (urea). Rumput
ini memiliki daun yang halus, lebar, batang lunak dengan warna merah keunguan,
pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal tersusun seperti kipas.
Rumput Setaria spachelata memilliki daun yang lebih lebar daripada Setaria
splendida (Kaleka, 2019)
Sayangnya, rumput setaria memiliki kandungan antinutrisi berupa asam
oksalat. Rumput setaria yang mengandung asam oksalat hingga 5% dapat
menyebabkan kematian pada ternak. Oksalat dalam rumput setaria terdapat dalam
bentuk terlarut dan bentuk terikat. Dari kedua bentuk ini, bentuk terlarut lebih
berbahaya karena dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan ketersediaan unsur
kalsium menurun. Padahal, level oksalat pada setaria seringkali lebih dari 5%
terutama pada umur panen yang relatif muda (Siregar, 1994)

Gambar 1. Rumput Setaria

(Andoko dan Warsito, 2013)


b. Leguminosa
Leguminosa termasuk dalam kacang-kacangan yang mengandung protein
tinggi (Widodo, 2017)
Contoh dari leguminosa adalah lamtoro. Lamtoro merupakan semak atau
pohon berumur panjang yang dapat tumbuh setinggi 7-8 meter. Daunnya bersirip
dua dengan 6-8 anak sirip yang memuat 11-23 pasang helai daun dengan panjang
8-16 mm. Bunganya berbentuk bulat dengan warna krem yang menghasulkan
suatu kelompok polong berwarna coklat yang mengandung 15-30 biji. Daun
lamtoro mengandung nilai gizi yang tinggi untuk ternak ruminansia. Daun dan
batang lamtoro mengandung nutrien dan serat yang dibutuhkan ruminansia,
kualitasnya hampir sempurna dan dapat disamakan dengan alfalfa. Bagian biji dan
daun yang mash muda mengandung protein paling tinggi, sedangkan daunnya
kaya akan beta karoten dan mineral (Rusdy, 2017)
Meski demikian, daun lamtoro perlu diperhatikan penggunaannya pada ternak
karena mengandung zat antinutrisi berupa mimosin. Menurut Kumar (1991)
dalam Argadyasto dkk. (2015) mimosin merupakan asam amino kompleks non-
protein dengan struktur senyawa mirip tirosin. Kadar mimosin pada tanaman
lamtoro dipengaruhi oleh bagian tanaman, umur dan musim.

Gambar 2. Lamtoro

(Rusdy, 2017)

c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian merupakan bagian tanaman pertanian yang tersisa setelah
dipanen atau diambil hasil utamanya, biasanya digunakan sebagai alternatif pakan
ternak (Kaleka, 2019) Jerami padi atau damen dapat menjadi sumber pakan ternak
ruminansia yang cukup menjanjikan karena produksinya yang melimpah dan
murah (Annisa dan Wiyoto, 2019). Jerami padi merupakan limbah tanaman padi
yang mempunyai potensi tinggi. Kandungan nutrisinya adalah bahan kering
21,2%; protein 18,4%; energi(TDN) 66%; Kalsium 1,5%; dan Fosfor 0,4%
(Bachruddin, 2014).
Namun, jerami padi juga mengandung antinutrisi. Antinutrisi yang
terkandung adalah lignin. Limbah ini yang tinggi akan senyawa yang
unmanageable yaitu lignin menyebabkan keterbatasan pakan ternak tersebut
karena nilai cerna yang rendah sehingga ketersediaan zat gizi sangat minim.
Jerami padi juga kaya dengan selulosa. Senyawa selulosa dapat dijumpai di alam
dalam bentuk senyawa kristal. Selulosa terdapat pada sel tanaman terikat dengan
hemiselulosa dan lignin dengan rasio sebesar 4:3:3 (Bachruddin, 2014).

Gambar 3. Jerami

(AgroMedia, 2008)
d. Lain-lain
Pakan ternak lain-lain adalah pakan hijauan yang tidak termasuk dalam
graminae maupun leguminosa (Waluyo dan Efendi, 2016)
Salah satu contohnya adalah daun singkong. Daun singkong memiliki pola
percabangan 3 dan 4, posisi daun pada batang spiral, rumus daun 2/5, bentuk
perlekatan pangkal daun melengkung, ruas batang pendek, warna tangkai daun
permukaan atas dan bawah dari ujung sampai pangkal hijau kekuningan, warna
daun muda (pucuk) dan dewasa hijau terang, dan cuping daun sempit berbentuk
lanset dengan ujung runcing (Caniago, dkk., 2014)
Daun singkong mengandung antinutrisi berupa asam sianida (HCN) yang
bersifat racun sehingga dibatasi penggunannya (Hermanto dan Fitriani, 2019).
Bila dicerna, asam sianida sangat cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk
ke dalam aliran darah. Daun ketela pohon mengandung asam sianida 15- 20 kali
lebih banyak dibandingkan dengan bagian ubinya. Kandungan asam sianida yang
masih aman untuk ternak adalah 250-500 ppm (Pratiwi, 2017).
Gambar 4. Daun Singkong

(Wirawan, dkk., 2017)

e. Konsentrat
Bahan penguat atau konsentrat merupakan bahan baku pakan yang memiliki
kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Konsentrat digunakan
bersama bahan pakan lain terutama hijauan untuk meningkatkan keserasian gizi
dari keseluruhan pakan yang diberikan kepada ternak untuk disatukan atau
dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Kaleka, 2019).
Salah satu konsentrat yang dapat diberikan kepada ternak adalah ampas tahu.
Ampas tahu merupakan hasil samping dalam proses pembuatan tahu berbentuk
padat dan didapatkan dari bubur kedelai yang diperas. Ampas tahu masih
mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi karena pada proses pembuatan
tahu tidak semua kandungan protein terekstrak, lebih-lebih bila memakai proses
penggilingan sederhana dan tradisional (Rahayu, dkk., 2016).
Selain mengandung protein yang relatif tinggi, ampas tahu juga mengandung
antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral
bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya
untuk ternak perlu hati-hati (Cullison, 1978).

Gambar 5. Ampas Tahu

(Wirawan, dkk., 2017)

f. Pakan Unggas
Pakan unggas merupakan makanan yang berfungsi sebagai sumber energi
utama bagi unggas. Pakan unggas dapat berupa biji-bijian maupun konsentrat
(Purnamasari, dkk., 2016).
Salah satu pakan yang bisa diberikan kepada unggas adalah sorgum. Sorgum
merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat diantaranya
dari biji menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang dapat
menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan
ternak. Sorgum cukup toleran terhadapat tanah yang kurang subur atau tanah
kritis, sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami
(Siregar, dkk., 2016).
Sorgum dikenal sebagai pangan dengan kualitas nutrisi yang rendah karena
kandungan asam amino lisin di dalam sorgum yang rendah. Biasanya digunakan
sebagai suplemen/substitusi jagung. Sorgum dikenal sebagai bahan pangan
dengan kualitas nutrisi yang rendah karena mengandung zat antinutrisi yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan zat nutrisi yang ada pada sorgum. Salah
satu zat antinutrisi yang terkandung dalam sorgum adalah tannin. Tannin dapat
mengendapkan protein serta mengikat dan membentuk senyawa kompleks dengan
protein tersebut, sehingga protein sulit diurai menjadi asam amino (Wulandari,
dkk., 2018).

Gambar 6. Sorgum

(Siregar, dkk., 2016)

III. Hasil Praktikum


Bahan pakan ruminansia Keterangan
(gambar)
Jerami padi atau damen dapat menjadi sumber
pakan ternak ruminansia yang cukup menjanjikan
karena produksinya yang melimpah dan murah
(Annisa dan Wiyoto, 2019). Jerami padi
merupakan limbah tanaman padi yang mempunyai
potensi tinggi. Kandungan nutrisinya adalah bahan
Gambar 7. Jerami Padi kering 21,2%; protein 18,4%; energi(TDN) 66%;
Kalsium 1,5%; dan Fosfor 0,4% (Bachruddin,
2014)

Lamtoro merupakan semak atau pohon berumur


panjang yang dapat tumbuh setinggi 7-8 meter.
Daunnya bersirip dua dan bunganya berbentuk
bulat dengan warna krem. Daun dan batang
lamtoro mengandung nutrien dan serat yang
dibutuhkan ruminansia, kualitasnya hampir
Gambar 8. Lamtoro sempurna dan dapat disamakan dengan alfalfa.
Bagian biji dan daun yang mash muda
mengandung protein paling tinggi, sedangkan
daunnya kaya akan beta karoten dan mineral
(Rusdy, 2017)

Rumput ini berasal dari Afrika, dapat tumbuh


sekitar 3- 4,5m bahkan ada yang hingga 7m dan
berkembang dengan rhizoma. Rumput gajah
merupakan jenis rumput yang digunakan dan
dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pakan
sumber serat di peternakan. Rumput gajah
memiliki kandungan protein 8,4-11,4%, lemak
Gambar 9. Rumput Gajah
1,7-1,8%, serat kasar 29,5-33%, dan saya cerna
52% (Angkasa, 2017). Rumput gajah memiliki
kandungan antinutrisi asam oksalat. Oksalat
terlarut memiliki kapasitas yang tinggi dalam
mengikat kalsium pada serum darah sehingga
mengakibatkan intoksikasi akut pada ternak yang
mengkonsumsinya dalam dosis tinggi (Jayanegara,
dkk., 2019)
Rumput kalanjana tumbuh tegak dengan pangkal
batang bercabang banyak sehingga terbentuk
hamparan lebat yang ketinggiannya kurang lebih 1
meter. Kalanjana sering ditemui di sepanjang
aliran sungai karena tidak tahan terhadap
kekeringan (Akoso, 2012). Kalanjana memiliki
antinutrisi yaitu adanya kandungan saponin
Gambar 10. Rumput
terurama protodioscin yang dapat menyebabkan
Kalanjana
fotosensitisasi hepatogenous pada ternak
(Yanuartono, dkk., 2017)

Daun singkong memiliki pola percabangan 3 dan


4, posisi daun pada batang spiral, ruas batang
pendek, warna tangkai daun permukaan atas dan
bawah dari ujung sampai pangkal hijau
kekuningan, warna daun muda dan dewasa hijau
terang, dan cuping daun sempit seperti lanset
dengan ujung runcing (Caniago, dkk., 2014) Daun
Gambar 11. Daun Singkong
singkong memiliki antinutrisi berupa asam sianida
(HCN) yang bersifat toksik sehingga
penggunaannya dibatasi (Hermanto dan Fitriani,
2019)

Bahan pakan unggas Keterangan


(gambar) (gunakan literatur)

Millet merupakan makanan pokok unggas yang


bernutrisi baik dengan kandungan protein, lemak,
dan karbohidrat yang cukup dan tidak berlebih.
Millet yang banyak beredar di pasaran adalah
millet merah dan millet putih. Ukuran millet
merah sedikit lebih besar dibandingkan millet
putih. (Pratiknjo, 2002)
Gambar 12. Millet Putih

Biji jagung adalah salah satu jenis biji-bijian yang


banyak digunakan sebagai pakan ternak baik
dalam bentuk biji maupun tepung karena harganya
relatif murah, mudah didapat, dan memiliki daya
cerna tinggi. Dari pabrik tepung jagung dapat
diperoleh hasil samping yang sangat berguna bagi
pakan ternak dalam bentuk dedak, menir, dan
Gambar 13. Jagung
glutein. Jenis jagung yang sering ditemui di pasar
adalah jagung kuning, putih, maupun kemerahan.
Kandungan nutrisi pada jagung diantaranya adalah
karotin (provitamin A) pada jagung kuning dan
merah, kandungan pati 730 g/kg (berat kering) dan
kandungan protein kasar bervariasi antara 90-140
g/kg (BK) (Akoso, 2012)

Biji bunga matahari adalah jenis biji-bijian yang


berasal dari bunga matahari yang biasa digunakan
untuk pakan unggas, khususnya burung-burung
hias paruh bengkok seperti lovebird, beo, dan
kakaktua (Windudasa, 2015). Biji bunga matahari
termasuk salah satu alternatif pakan sumber
protein pengganti protein yang kaya arginin,
Gambar 14. Biji Bunga
metionin, asam pantotenat, dan niasin. Dalam
Matahari
keadan mentah, biji bunga matahari masih
mengandung antinutrisi berupa antitripsin yang
dapat hilang dengan pengolahan yang benar
(Widodo, 2017)

Beras merah memiliki kandungan nutrien berupa


air 13,73%; abu 9,37%; protein 14,61%; Lemak
13,72%; Karbohidrat 58,57%; dan serat kasar
13,44%; Menurut Sompong et al. (2011) beras
merah mengandung antioksidan yang baik berupa
senyawa polifenol dan antosianin. (Septian, dkk.,
2020)
Gambar 15. Beras Merah

Dedak padi merupakan limbah dari penggilingan


padi yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Hasil penggilingan berupa dedak ini komponen
penyusunnya tidak hanya dedak itu sendiri, tetapi
juga disertai sekam dan menir yang dapat
mempengaruhi nutrien yang dikandung dedak
tersebut. Energi metabolis dari dedak padi adalah
Gambar 16. Dedak Padi sebesar 2998-3498 kkal/kg (Suryani dan Luthfi,
2022)

IV. Pembahasan
Soal
1. Kebun FKH yang terletak di samping masjid, memiliki banyak jenis rumput yang
ditanam oleh pengelola untuk persediaan pakan bagi hewan-hewan yang ada di FKH.
Saat itu Galih dan Ratna sedang melihat Cepy si sapi, kemudian mereka diminta
tolong mencarikan rumput kalanjana oleh salah satu perawat Cepy. Sampai dikebun
mereka dibingungkan dengan dua rumput yang mirip ternyata salah satunya yaitu
rumput gajah. Untuk itu bantu Galih dan Ratna dengan menjelaskan ciri fisik rumput
kalanjana dan rumput gajah serta ciri apa yang dapat membedakannya!
Jawaban:
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) tumbuh tegak, berumpun lebat, dan
pertumbuhan daunnya tinggi. Batangnya tebal dan keras, daun panjang, dan memiliki
bunga seperti es lilin (Akoso, 2012). Rumput gajah dapat tumbuh sekitar 3- 4,5m
bahkan ada yang hingga 7m dan berkembang dengan rhizoma (Angkasa, 2017).
Hal ini cukup berbeda dengan rumput kalanjana. Rumput kalanjana tumbuh tegak
dengan pangkal batang bercabang banyak sehingga terbentuk hamparan lebat yang
ketinggiannya kurang lebih 1 meter. Kalanjana sering ditemui di sepanjang aliran
sungai karena tidak tahan terhadap kekeringan (Akoso, 2012).
Dari kedua pernyataan tersebut, kedua jenis rumput dapat dibedakan berdasarkan
ketinggian hamparannya. Rumput kalanjana memiliki hamparan yang relatif rendah
sedangkan rumput gajah hamparannya sangat tinggi bahkan dapat mencapai 7 meter.

2. Pak Dikta adalah seorang penyanyi yang sekarang mulai mendalami dunia
peternakan. Pak Dikta mencoba memelihara 5 ekor domba dan sering di lepas dilahan
untuk merumput sendiri. Dilahan tersebut ditumbuhi tanaman alfafa, sehinga domba-
domba Pak Dikta sering mengkonsumsinya. Beberapa hari kemudian, perut domba
terlihat menggembung. Pak Dikta memanggil dokter hewan untuk memeriksa,
ternyata domba-domba tersebut mengalami bloat. Jelaskan bagaimana hal itu bisa
terjadi pada domba Pak Dikta dan kandungan antinutrisi apa yang terdapat pada
tanaman alfaf!
Jawab :
Menurut Jayanegara dkk. (2019) tanaman alfalfa mengandung antinutrisi berupa
saponin. Dalam literatur yang sama, disebutkan bahwa salah satu akibat dari
konsumsi saponin adalah terjadinya bloat. Faktor-faktor penyebab bloat adalah
keberadaan foaming agent dari pakan atau hijauan yang dikonsumsi, cepatnya
produksi gas dalam rumen, kondisi pH rumen yang asam mendorong terbentuknya
busa yang stabil, dan karena adanya sejumlah kation tertentu yang menyebabkan
terbentuknya busa. Sejumlah agen yang dapat membentuk busa adalah pektin,
protein, dan saponin. Apabila keberadaan saponin di rumen ditunjang oleh faktor
lainnya yang telah disebutkan, maka bloat dapat terjadi pada ternak dan bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat dan cepat
3. Berdasarkan soal nomor 1 dan 2, jelaskan pentingnya identifikasi bahan pakan ternak
dan bagaimana cara menurunkan kadar zat antinutrisi yang terkandung dalam bahan
pakan?
Jawab:
Menurut literatur Yanuartono dkk (2017) yang menyatakan bahwa, faktor anti-
nutrisi (ANF) adalah senyawa alami dalam tumbuhan yang dapat berpengaruh negatif
dalam penggunaannya sebagai pakan. Faktor antinutrisi melalui produk metabolitnya
dapat mengganggu pemanfaatan pakan, mempengaruhi kesehatan danproduksi hewan
atau berdampak pada penurunan asupan nutrisi, pencernaan, penyerapan, dan
pemanfaatannya sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif lainnya. Penurunan
atau penghilangan komponen yang tidak diinginkan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas gizi pakan dan secara efektif meningkatkan nilai manfaat
pakan tersebut bagi ternak. Berbagai macam metode pengolahan, baik secara fisik,
mekanik maupun kimiawi dapat diterapkan guna menurunkan dan menghilangkan
kandungan ANF dalam bahan pakan. Berbagai metode pengolahan tersebut yaitu
pelayuan, perendaman, pemotongan, pengupasan, pengeringan, pemanasan, dan
pengggilingan.
Pada proses pemotongan/pencacahan dapat menurunkan kandungan tanin dengan
cara meningkatkan luas permukaan bijian sehingga dapat memfasilitasi kontak antara
tanin dengan oksidase fenolik yang mana oksidase fenolik ini berperan dalam proses
oksidasi tanin. Pada proses pemanasan/pengeringan/pelayuan yang dilakukan pada
daun lamtoro terbukti mampu mereduksi mimosin hingga toksisitasnya menurun.
(Yanuartono, dkk., 2019)
4. Ace dan Sabo ke pasar untuk membeli konsentrat, sesampainya di pasar terjadi
perdebatan di antara mereka. Diketahui harga dedak lebih murah daripada bekatul.
Ace mengusulkan untuk membeli dedak saja karena harganya lebih murah,
sedangkan Sabo mengusulkan untuk membeli bekatul karena kandungan nutrisinya
lebih baik . Setelah perdebatan panjang, Ace dan Sabo tidak dapat mencapai kata
sepakat.

Sebenarnya apa perbedaan antara dedak dan bekatul, dan menurut anda manakah
yang lebih baik digunakan sebagai pakan ternak?
Jawab :
Dedak adalah hasil sampingan dari proses penggilingan padi yang terdiri atas
lapisan sebelah luar butiran beras dan sejumlah lembaga beras, sedangkan bekatul
adalah lapisan sebelah dalam beras sehingga bekatul lebih halus daripada dedak
(Sidadolog, dkk., 2019). Kandungan protein keduanya pun berbeda. Kandungan
protein kasar pada dedak sebesar 13% sedangkan pada bekatul 11%, namun untuk
protein tercerna dedah hanya 7,7% sedangkan pada bekatul 8,5% (Widodo, 2017).
Diantara dedak dan bekatul, ternak lebih baik diberi pakan berupa bekatul. Hal ini
dikarenakan dalam dedak masih terkandung banyak sekam. Sekam merupakan bahan
yang tidak dapat dierna oleh ternak sehingga semakin banyak kandungan sekam maka
akan semakin rendah nutrisinya. Sementara itu, bekatul memiliki kandungan nutrisi
yang lebih baik karena terdapat banyak komponen kulit ari. Selain itu, bekatul juga
memiliki keunggulan berupa kandungan lemak lebih tinggi dan serat kasar yang lebih
rendah dibandingkan dengan dedak padi (Widodo, 2017)
V. Kesimpulan
1. Bahan pakan ternak baik ruminansia maupun unggas terdiri dari graminae atau
rerumputan sebagai sumber serat, leguminosa atau kacang-kacangan sebagai sumber
protein, bahan pakan lain-lain dan limbah pertanian sebagai alternatif, dan pakan
unggas berupa biji-bijian
2. Hijaun pakan ternak terdiri dari graminae berupa rerumputan, leguminosa berupa
kacang-kacangan, bahan pakan lain-lain yang tidak termasuk dalam graminae
maupun leguminosa, dan limbah pertanian berupa sisa tanaman setelah dipanen
3. Pada beberapa bahan pakan terdapat beberapa yang terlihat serupa. Pada rumput
gajah, hamparan rumput dapat setinggi 7 meter sedangkan pada rumput kalanjana
hanya 1 meter ketinggian maksimalnya. Pada dedak terlihat dan terasa lebih kasar
karena masih adanya campuran sekam sedangkan pada bekatul lebih halus karena
merupakan hasil penggilingan bulir dalam pada beras.
4. Zat antinutrisi merupakan berbagai zat pada bahan pakan yang dapat mengganggu
proses pemanfaatan nutrient di dalam saluran pencernaan ternak, seperti tannin,
saponin, alkaloid, asam oksalat. Beberapa antinutrisi apabila diberikan secara
berlebihan akan menimbulkan efek toksis dalam tubuh.

I. Daftar Pustaka

II. AgroMedia, R. (2008). Cara Praktis Membuat Kompos. Yogyakarta: Agromedia Pustaka.

III. Akoso, B. (2012). Budi Daya Sapi Perah Jilid 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Andoko, A., & Warsito. (2013). Beternak Kambing Unggul. Jakarta Selatan: AgroMedia
Pustaka.

Angkasa, S. (2017). Ramuan Pakan Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anisa, N., & Wiyoto. (2019). Pemanfaatan Limbah Padi (Jerami) Sebagai Bahan Pakan
Ikan dan Ternak. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 1(1): 105-110.

Argadyasto, D., Retnani, Y., Diapari D. (2015). Pengolahan Daun Lamtoro Secara Fisik
dengan Bentuk Mash, Pellet, dan Wafer Terhadap Performa Domba. Buletin
Makanan Ternak. Vol. 102 (1) : 19-26

Bachruddin, Z. 2014. Teknologi Fermentasi pada Industri peternakan. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

Caniago, M., Roslim, D.I., dan Herman. 2014. Deskripsi Karakter Morfologi Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) Juray dari Kabupaten Rokan Hulu. JOM FMIPA.
1(2): 613-619.
Cullison, E. . (1978). Feeds and Feeding. New Delhi: Prentice Hall of India Private
Limited.

Hermanto dan Fitriani. 2019. Pemanfaatan Kulit dan Daun Singkong sebagai Campuran
Bahan Pakan Ternak Unggas. Jurnal Riset Teknologi Industri. 13(2):284-295.

Jayanegara, A, Ridla, M, Laconi, E. B., & Nahrowi. (2019). Komponen Antinutrisi pada
Pakan. Bogor: IPB Press.

Kaleka, N. 2019. Beternak Kambing dan Domba Tanpa Bau, Angon, dan Ngarit.
Yogyakarta: Pustaka Baru.

Pratiknjo, O. S. (2002). Menghasilkan Perkutut Berkualitas. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Pratiwi, S. 2017. Kandungan Asam Sianida (HCN) Pada Beberapa Varietas Daun Ketela
Pohon (Manihot esculenta Crantz). Shinki-Techsain. 1(1): 2-6. .

Purnamasari, D. K., Erwan., Syamsuhaidi., & Kurniawan, M. (2016). Evaluasi Kualitas


Pakan Komplit dan Konsentrat Unggas yang Diperdagangkan di Kota Mataram.
Jurnal Peternakan Sriwijaya, 5(1): 30–38.

Rahayu, L. H., Sudrajat, R. W., & Rinihapsari, E. (2016). Teknologi Pembuatan Tepung
Ampas Tahu Untuk Produksi Aneka Makanan Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Di
Kelurahan Gunungpati, Semarang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 07(1):
68–76.

Rusdy, M. (2017). Pengawetan Hijauan Pakan. Makassar: CV. Social Politic Genius
(SIGn).

Septian, M. H., Bayuaji, P., Sihite, M., Aeni, R. N., Romadhon, W. (2020). Pengaruh
Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air, Sifat Fisik, dan Organoleptik Bekatul
Beras Merah. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan. Vol. 2 (4) : 198-206

Sidadolog. J. H. P., Wagiman, F. X., Triman, B. 2019. Beternak Itik Petelur Dengan
Pakan Berbasis Bahan Lokal. Yogayakarta : Gadjah Mada University

Siregar, S. (1994). Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar, N., Irmansyah, T., & Mariati. (2016). Pertumbuhan dan Produksi Sorgum Manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Pemberian Mulsa dan Bahan Organik.
Jurnal Agroekoteknologi, 4(3): 2188–2195.

Suryani, H. F., Luthfi, N. (2022). Evaluasi Kualitas Nutrisi Dedak Padi dari Pemasok
Bahan Pakan di Kabupaten Semarang. Journal Of Animal Center. 4(1) : 26-32
Waluyo, S., & Mahmud Efendi, S. T. 2016. Beternak Kambing dan Domba Cepat
Gemuk, Tahan Penyakit Bebas Bau. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Widodo, E. 2017. Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas. Malang : UB
Press.

Widodo, W. 2015. Formulasi Pakan Burung Ocehan dan Hias. Jakarta : Penebar
Swadaya

Windudasa, R. (2015). Panduan Praktis Pakan Burung Ocehan. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Wirawan, Tantalu, L., dan Suliana, G. 2017. Efektivitas Daun Singkong (Manihot
esculenta) Var. Malang 1 sebagai Pereduksi Kadar Formalin Pada Udang Putih
(Pennaeus vannamei). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 17(3): 170-175.

Wulandari, E., Muthia, H., Lembong, E., & Filianty, F. (2018). Kadar Protein dan Tanin
Nasi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Penambahan Kacang
Tunggak (Vigna unguiculata). Jurnal Sains Dan Teknologi, 2(2): 1–7.

Yanuartono., Purnamaningsih, H., Indarjulianto, S., dan Nururrozi, A. 2017. Potensi


Jerami Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal Ilmu - Ilmu Peternakan. 27 (1):
40-62

Yanuartono, A. N., Indarjulianto, S., Purnamaningsih, H., & Raharjo, S. 2019. Metode
Tradisional Pengolahan Bahan Pakan untuk Menurunkan Kandungan Faktor
Antinutrisi: review singkat. Jurnal Ilmu Ternak, 19(2), 97-107.

Anda mungkin juga menyukai