Disusun oleh:
NIM : 21/479506/KH/10940
Kelompok : 6
Gambar 2. Lamtoro
(Rusdy, 2017)
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian merupakan bagian tanaman pertanian yang tersisa setelah
dipanen atau diambil hasil utamanya, biasanya digunakan sebagai alternatif pakan
ternak (Kaleka, 2019) Jerami padi atau damen dapat menjadi sumber pakan ternak
ruminansia yang cukup menjanjikan karena produksinya yang melimpah dan
murah (Annisa dan Wiyoto, 2019). Jerami padi merupakan limbah tanaman padi
yang mempunyai potensi tinggi. Kandungan nutrisinya adalah bahan kering
21,2%; protein 18,4%; energi(TDN) 66%; Kalsium 1,5%; dan Fosfor 0,4%
(Bachruddin, 2014).
Namun, jerami padi juga mengandung antinutrisi. Antinutrisi yang
terkandung adalah lignin. Limbah ini yang tinggi akan senyawa yang
unmanageable yaitu lignin menyebabkan keterbatasan pakan ternak tersebut
karena nilai cerna yang rendah sehingga ketersediaan zat gizi sangat minim.
Jerami padi juga kaya dengan selulosa. Senyawa selulosa dapat dijumpai di alam
dalam bentuk senyawa kristal. Selulosa terdapat pada sel tanaman terikat dengan
hemiselulosa dan lignin dengan rasio sebesar 4:3:3 (Bachruddin, 2014).
Gambar 3. Jerami
(AgroMedia, 2008)
d. Lain-lain
Pakan ternak lain-lain adalah pakan hijauan yang tidak termasuk dalam
graminae maupun leguminosa (Waluyo dan Efendi, 2016)
Salah satu contohnya adalah daun singkong. Daun singkong memiliki pola
percabangan 3 dan 4, posisi daun pada batang spiral, rumus daun 2/5, bentuk
perlekatan pangkal daun melengkung, ruas batang pendek, warna tangkai daun
permukaan atas dan bawah dari ujung sampai pangkal hijau kekuningan, warna
daun muda (pucuk) dan dewasa hijau terang, dan cuping daun sempit berbentuk
lanset dengan ujung runcing (Caniago, dkk., 2014)
Daun singkong mengandung antinutrisi berupa asam sianida (HCN) yang
bersifat racun sehingga dibatasi penggunannya (Hermanto dan Fitriani, 2019).
Bila dicerna, asam sianida sangat cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk
ke dalam aliran darah. Daun ketela pohon mengandung asam sianida 15- 20 kali
lebih banyak dibandingkan dengan bagian ubinya. Kandungan asam sianida yang
masih aman untuk ternak adalah 250-500 ppm (Pratiwi, 2017).
Gambar 4. Daun Singkong
e. Konsentrat
Bahan penguat atau konsentrat merupakan bahan baku pakan yang memiliki
kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Konsentrat digunakan
bersama bahan pakan lain terutama hijauan untuk meningkatkan keserasian gizi
dari keseluruhan pakan yang diberikan kepada ternak untuk disatukan atau
dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Kaleka, 2019).
Salah satu konsentrat yang dapat diberikan kepada ternak adalah ampas tahu.
Ampas tahu merupakan hasil samping dalam proses pembuatan tahu berbentuk
padat dan didapatkan dari bubur kedelai yang diperas. Ampas tahu masih
mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi karena pada proses pembuatan
tahu tidak semua kandungan protein terekstrak, lebih-lebih bila memakai proses
penggilingan sederhana dan tradisional (Rahayu, dkk., 2016).
Selain mengandung protein yang relatif tinggi, ampas tahu juga mengandung
antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral
bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya
untuk ternak perlu hati-hati (Cullison, 1978).
f. Pakan Unggas
Pakan unggas merupakan makanan yang berfungsi sebagai sumber energi
utama bagi unggas. Pakan unggas dapat berupa biji-bijian maupun konsentrat
(Purnamasari, dkk., 2016).
Salah satu pakan yang bisa diberikan kepada unggas adalah sorgum. Sorgum
merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan banyak manfaat diantaranya
dari biji menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang dapat
menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan
ternak. Sorgum cukup toleran terhadapat tanah yang kurang subur atau tanah
kritis, sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa ditanami
(Siregar, dkk., 2016).
Sorgum dikenal sebagai pangan dengan kualitas nutrisi yang rendah karena
kandungan asam amino lisin di dalam sorgum yang rendah. Biasanya digunakan
sebagai suplemen/substitusi jagung. Sorgum dikenal sebagai bahan pangan
dengan kualitas nutrisi yang rendah karena mengandung zat antinutrisi yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan zat nutrisi yang ada pada sorgum. Salah
satu zat antinutrisi yang terkandung dalam sorgum adalah tannin. Tannin dapat
mengendapkan protein serta mengikat dan membentuk senyawa kompleks dengan
protein tersebut, sehingga protein sulit diurai menjadi asam amino (Wulandari,
dkk., 2018).
Gambar 6. Sorgum
IV. Pembahasan
Soal
1. Kebun FKH yang terletak di samping masjid, memiliki banyak jenis rumput yang
ditanam oleh pengelola untuk persediaan pakan bagi hewan-hewan yang ada di FKH.
Saat itu Galih dan Ratna sedang melihat Cepy si sapi, kemudian mereka diminta
tolong mencarikan rumput kalanjana oleh salah satu perawat Cepy. Sampai dikebun
mereka dibingungkan dengan dua rumput yang mirip ternyata salah satunya yaitu
rumput gajah. Untuk itu bantu Galih dan Ratna dengan menjelaskan ciri fisik rumput
kalanjana dan rumput gajah serta ciri apa yang dapat membedakannya!
Jawaban:
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) tumbuh tegak, berumpun lebat, dan
pertumbuhan daunnya tinggi. Batangnya tebal dan keras, daun panjang, dan memiliki
bunga seperti es lilin (Akoso, 2012). Rumput gajah dapat tumbuh sekitar 3- 4,5m
bahkan ada yang hingga 7m dan berkembang dengan rhizoma (Angkasa, 2017).
Hal ini cukup berbeda dengan rumput kalanjana. Rumput kalanjana tumbuh tegak
dengan pangkal batang bercabang banyak sehingga terbentuk hamparan lebat yang
ketinggiannya kurang lebih 1 meter. Kalanjana sering ditemui di sepanjang aliran
sungai karena tidak tahan terhadap kekeringan (Akoso, 2012).
Dari kedua pernyataan tersebut, kedua jenis rumput dapat dibedakan berdasarkan
ketinggian hamparannya. Rumput kalanjana memiliki hamparan yang relatif rendah
sedangkan rumput gajah hamparannya sangat tinggi bahkan dapat mencapai 7 meter.
2. Pak Dikta adalah seorang penyanyi yang sekarang mulai mendalami dunia
peternakan. Pak Dikta mencoba memelihara 5 ekor domba dan sering di lepas dilahan
untuk merumput sendiri. Dilahan tersebut ditumbuhi tanaman alfafa, sehinga domba-
domba Pak Dikta sering mengkonsumsinya. Beberapa hari kemudian, perut domba
terlihat menggembung. Pak Dikta memanggil dokter hewan untuk memeriksa,
ternyata domba-domba tersebut mengalami bloat. Jelaskan bagaimana hal itu bisa
terjadi pada domba Pak Dikta dan kandungan antinutrisi apa yang terdapat pada
tanaman alfaf!
Jawab :
Menurut Jayanegara dkk. (2019) tanaman alfalfa mengandung antinutrisi berupa
saponin. Dalam literatur yang sama, disebutkan bahwa salah satu akibat dari
konsumsi saponin adalah terjadinya bloat. Faktor-faktor penyebab bloat adalah
keberadaan foaming agent dari pakan atau hijauan yang dikonsumsi, cepatnya
produksi gas dalam rumen, kondisi pH rumen yang asam mendorong terbentuknya
busa yang stabil, dan karena adanya sejumlah kation tertentu yang menyebabkan
terbentuknya busa. Sejumlah agen yang dapat membentuk busa adalah pektin,
protein, dan saponin. Apabila keberadaan saponin di rumen ditunjang oleh faktor
lainnya yang telah disebutkan, maka bloat dapat terjadi pada ternak dan bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan tepat dan cepat
3. Berdasarkan soal nomor 1 dan 2, jelaskan pentingnya identifikasi bahan pakan ternak
dan bagaimana cara menurunkan kadar zat antinutrisi yang terkandung dalam bahan
pakan?
Jawab:
Menurut literatur Yanuartono dkk (2017) yang menyatakan bahwa, faktor anti-
nutrisi (ANF) adalah senyawa alami dalam tumbuhan yang dapat berpengaruh negatif
dalam penggunaannya sebagai pakan. Faktor antinutrisi melalui produk metabolitnya
dapat mengganggu pemanfaatan pakan, mempengaruhi kesehatan danproduksi hewan
atau berdampak pada penurunan asupan nutrisi, pencernaan, penyerapan, dan
pemanfaatannya sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif lainnya. Penurunan
atau penghilangan komponen yang tidak diinginkan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas gizi pakan dan secara efektif meningkatkan nilai manfaat
pakan tersebut bagi ternak. Berbagai macam metode pengolahan, baik secara fisik,
mekanik maupun kimiawi dapat diterapkan guna menurunkan dan menghilangkan
kandungan ANF dalam bahan pakan. Berbagai metode pengolahan tersebut yaitu
pelayuan, perendaman, pemotongan, pengupasan, pengeringan, pemanasan, dan
pengggilingan.
Pada proses pemotongan/pencacahan dapat menurunkan kandungan tanin dengan
cara meningkatkan luas permukaan bijian sehingga dapat memfasilitasi kontak antara
tanin dengan oksidase fenolik yang mana oksidase fenolik ini berperan dalam proses
oksidasi tanin. Pada proses pemanasan/pengeringan/pelayuan yang dilakukan pada
daun lamtoro terbukti mampu mereduksi mimosin hingga toksisitasnya menurun.
(Yanuartono, dkk., 2019)
4. Ace dan Sabo ke pasar untuk membeli konsentrat, sesampainya di pasar terjadi
perdebatan di antara mereka. Diketahui harga dedak lebih murah daripada bekatul.
Ace mengusulkan untuk membeli dedak saja karena harganya lebih murah,
sedangkan Sabo mengusulkan untuk membeli bekatul karena kandungan nutrisinya
lebih baik . Setelah perdebatan panjang, Ace dan Sabo tidak dapat mencapai kata
sepakat.
Sebenarnya apa perbedaan antara dedak dan bekatul, dan menurut anda manakah
yang lebih baik digunakan sebagai pakan ternak?
Jawab :
Dedak adalah hasil sampingan dari proses penggilingan padi yang terdiri atas
lapisan sebelah luar butiran beras dan sejumlah lembaga beras, sedangkan bekatul
adalah lapisan sebelah dalam beras sehingga bekatul lebih halus daripada dedak
(Sidadolog, dkk., 2019). Kandungan protein keduanya pun berbeda. Kandungan
protein kasar pada dedak sebesar 13% sedangkan pada bekatul 11%, namun untuk
protein tercerna dedah hanya 7,7% sedangkan pada bekatul 8,5% (Widodo, 2017).
Diantara dedak dan bekatul, ternak lebih baik diberi pakan berupa bekatul. Hal ini
dikarenakan dalam dedak masih terkandung banyak sekam. Sekam merupakan bahan
yang tidak dapat dierna oleh ternak sehingga semakin banyak kandungan sekam maka
akan semakin rendah nutrisinya. Sementara itu, bekatul memiliki kandungan nutrisi
yang lebih baik karena terdapat banyak komponen kulit ari. Selain itu, bekatul juga
memiliki keunggulan berupa kandungan lemak lebih tinggi dan serat kasar yang lebih
rendah dibandingkan dengan dedak padi (Widodo, 2017)
V. Kesimpulan
1. Bahan pakan ternak baik ruminansia maupun unggas terdiri dari graminae atau
rerumputan sebagai sumber serat, leguminosa atau kacang-kacangan sebagai sumber
protein, bahan pakan lain-lain dan limbah pertanian sebagai alternatif, dan pakan
unggas berupa biji-bijian
2. Hijaun pakan ternak terdiri dari graminae berupa rerumputan, leguminosa berupa
kacang-kacangan, bahan pakan lain-lain yang tidak termasuk dalam graminae
maupun leguminosa, dan limbah pertanian berupa sisa tanaman setelah dipanen
3. Pada beberapa bahan pakan terdapat beberapa yang terlihat serupa. Pada rumput
gajah, hamparan rumput dapat setinggi 7 meter sedangkan pada rumput kalanjana
hanya 1 meter ketinggian maksimalnya. Pada dedak terlihat dan terasa lebih kasar
karena masih adanya campuran sekam sedangkan pada bekatul lebih halus karena
merupakan hasil penggilingan bulir dalam pada beras.
4. Zat antinutrisi merupakan berbagai zat pada bahan pakan yang dapat mengganggu
proses pemanfaatan nutrient di dalam saluran pencernaan ternak, seperti tannin,
saponin, alkaloid, asam oksalat. Beberapa antinutrisi apabila diberikan secara
berlebihan akan menimbulkan efek toksis dalam tubuh.
I. Daftar Pustaka
II. AgroMedia, R. (2008). Cara Praktis Membuat Kompos. Yogyakarta: Agromedia Pustaka.
III. Akoso, B. (2012). Budi Daya Sapi Perah Jilid 1. Surabaya: Airlangga University Press.
Andoko, A., & Warsito. (2013). Beternak Kambing Unggul. Jakarta Selatan: AgroMedia
Pustaka.
Anisa, N., & Wiyoto. (2019). Pemanfaatan Limbah Padi (Jerami) Sebagai Bahan Pakan
Ikan dan Ternak. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 1(1): 105-110.
Argadyasto, D., Retnani, Y., Diapari D. (2015). Pengolahan Daun Lamtoro Secara Fisik
dengan Bentuk Mash, Pellet, dan Wafer Terhadap Performa Domba. Buletin
Makanan Ternak. Vol. 102 (1) : 19-26
Caniago, M., Roslim, D.I., dan Herman. 2014. Deskripsi Karakter Morfologi Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz) Juray dari Kabupaten Rokan Hulu. JOM FMIPA.
1(2): 613-619.
Cullison, E. . (1978). Feeds and Feeding. New Delhi: Prentice Hall of India Private
Limited.
Hermanto dan Fitriani. 2019. Pemanfaatan Kulit dan Daun Singkong sebagai Campuran
Bahan Pakan Ternak Unggas. Jurnal Riset Teknologi Industri. 13(2):284-295.
Jayanegara, A, Ridla, M, Laconi, E. B., & Nahrowi. (2019). Komponen Antinutrisi pada
Pakan. Bogor: IPB Press.
Kaleka, N. 2019. Beternak Kambing dan Domba Tanpa Bau, Angon, dan Ngarit.
Yogyakarta: Pustaka Baru.
Pratiwi, S. 2017. Kandungan Asam Sianida (HCN) Pada Beberapa Varietas Daun Ketela
Pohon (Manihot esculenta Crantz). Shinki-Techsain. 1(1): 2-6. .
Rahayu, L. H., Sudrajat, R. W., & Rinihapsari, E. (2016). Teknologi Pembuatan Tepung
Ampas Tahu Untuk Produksi Aneka Makanan Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Di
Kelurahan Gunungpati, Semarang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 07(1):
68–76.
Rusdy, M. (2017). Pengawetan Hijauan Pakan. Makassar: CV. Social Politic Genius
(SIGn).
Septian, M. H., Bayuaji, P., Sihite, M., Aeni, R. N., Romadhon, W. (2020). Pengaruh
Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air, Sifat Fisik, dan Organoleptik Bekatul
Beras Merah. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan. Vol. 2 (4) : 198-206
Sidadolog. J. H. P., Wagiman, F. X., Triman, B. 2019. Beternak Itik Petelur Dengan
Pakan Berbasis Bahan Lokal. Yogayakarta : Gadjah Mada University
Siregar, N., Irmansyah, T., & Mariati. (2016). Pertumbuhan dan Produksi Sorgum Manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Pemberian Mulsa dan Bahan Organik.
Jurnal Agroekoteknologi, 4(3): 2188–2195.
Suryani, H. F., Luthfi, N. (2022). Evaluasi Kualitas Nutrisi Dedak Padi dari Pemasok
Bahan Pakan di Kabupaten Semarang. Journal Of Animal Center. 4(1) : 26-32
Waluyo, S., & Mahmud Efendi, S. T. 2016. Beternak Kambing dan Domba Cepat
Gemuk, Tahan Penyakit Bebas Bau. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Widodo, E. 2017. Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas. Malang : UB
Press.
Widodo, W. 2015. Formulasi Pakan Burung Ocehan dan Hias. Jakarta : Penebar
Swadaya
Wirawan, Tantalu, L., dan Suliana, G. 2017. Efektivitas Daun Singkong (Manihot
esculenta) Var. Malang 1 sebagai Pereduksi Kadar Formalin Pada Udang Putih
(Pennaeus vannamei). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 17(3): 170-175.
Wulandari, E., Muthia, H., Lembong, E., & Filianty, F. (2018). Kadar Protein dan Tanin
Nasi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Penambahan Kacang
Tunggak (Vigna unguiculata). Jurnal Sains Dan Teknologi, 2(2): 1–7.
Yanuartono, A. N., Indarjulianto, S., Purnamaningsih, H., & Raharjo, S. 2019. Metode
Tradisional Pengolahan Bahan Pakan untuk Menurunkan Kandungan Faktor
Antinutrisi: review singkat. Jurnal Ilmu Ternak, 19(2), 97-107.