Anda di halaman 1dari 10

Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

Edukasi Pada Pasien Wanita Usia 16 Tahun Dengan Diabetes Melitus Tipe I
Larasati Anindiya Basica1, Sahab Sibuea2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes Melitus tipe 1 (DM tipe 1) merupakan masalah yang cukup serius karena merupakan penyakit kronis yang diderita
seumur hidup. Diabetes tipe ini hanya dapat dikendalikan dan tidak dapat disembuhkan. Pasien dengan diabetes melitus tipe 1
harus seumur hidup menggunakan insulin sehingga disebut sebagai insulin-dependent diabetes melitus (IDDM). Mengidentifikasi
masalah klinis yang dimiliki oleh pasien untuk memperbaiki kualitas hidup pasien serta pencegahan terhadap komplikasi serta
melakukan penatalaksanaan pasien secara holistik dan komprehensif sesuai masalah yang ditemukan pada pasien, dan
melakukan penatalaksanaan berbasis Evident Based Medicine yang bersifat family-approach dan patient-centered. Studi ini
merupakan Laporan Kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder
didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif.
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun, telah didiagnosis dengan Diabetes Melitus tipe 1, memiliki kekhawatiran takut
keluhannya bertambah serta tidak membaik. Keterbatasan akan pengetahuan tentang kondisi kesehatan pasien terkait dengan
pola hidup, aktivitas fisik dan pola makan yang baik untuk memperbaiki kualitas hidup dan pencegahan komplikasi serta
kurangnya motivasi dan dorongan keluarga untuk membawa pasien kontrol kesehatannya secara rutin merupakan faktor
penyebab masalah yang terjadi pada pasien dan keluarga. Edukasi terhadap permasalahan pasien An.K telah dilakukan dengan
pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga pasien.

Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 1, diagnostik holistik, pelayanan kedokteran keluarga.

Education a 16-Year Old Female With Diabetes Melitus Type I


Abstract
Diabetes melitus type 1 (DM type 1) is a serious problem because it’s a chronic disease that last a lifetime. This type of diabetes
can only be controlled but can’t be cured. Patients with diabetes melitus type 1 must continue to use insulin for life so it’s called
as an insulin-dependent diabetes melitus. To Identify clinical problems owned by patient to improve patient’s quality of life as
well as prevent complications and to manage patient holistically and comprehensively according to the problems were found in
patient, and managing based on Evidence Based Medicine with a patient-centered approach and family approach. This study is a
case report. Primary data werw obtained through history taking, physical examination and home visits. Secondary data were
obtained from the patient's medical record. Assessment was based on a holistic diagnosis from the beginning, process, and the
end of study qualitatively. Ms.K, 16 years old, has been diagnosed diabetes melitus type 1, with concerns that her complaints
will increase and not improve. Limited knowledge of the patient's health condition in the form of life style, physical activities,
dietary habit and lack of motivation and family encouragement to bring patients to control their health regularly are factors that
cause problems that occur in patients and family. Education of Ms.K problems has been done by providing counseling to
improve the patient's family knowledge.

Keywords: Diabetes melitus type 1, diagnostic holistic, family doctor service

Korespondensi: Larasati Anindiya Basica, alamat Jl. Purnawirawan Swadaya IV Gg.Ibrahim No.64 Bandar Lampung, HP
081377748036, e-mail ninda_laras@ymail.com

Pendahuluan Pada DM tipe-1 terjadi kelainan sistemik


Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 merupakan yang ditandai oleh hiperglikemia kronik akibat
salah satu penyakit kronis yang sampai saat ini kerusakan sel beta pankreas, sehingga produksi
belum dapat disembuhkan. Walaupun demikian insulin berkurang atau bahkan tidak ada sama
berkat kemajuan teknologi kedokteran kualitas sekali. Sehingga pada pasien yang menderita DM
hidup penderita DM tipe--1 tetap dapat sepadan tipe-1 harus mendapatkan tatalaksana berupa
dengan anak-anak normal lainnya jika mendapat insulin yang harus diberikan seumur hidup.2
tatalaksana yang adekuat.1

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 722


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

Insiden DM tipe-1 sangat bervariasi antar ketoasidosis yang dapat mengakibatkan


negara, dengan insiden tertinggi terdapat di kesalahan dan keterlambatan diagnosis.
Finlandia yaitu 43 dari 100.000 anak usia kurang Beberapa pasien yang datang dengan kondisi
dari 15 tahun. Angka insiden diabetes melitus ketoasidosis sering disangka sebagai pasien
tipe 1 ini akan terus meningkat di berbagai bronkopneuominia dengan asidosis atau syok
negara, dengan peningkatan diperkirakan 3% berat.1
setiap tahunnya. Negara Amerika Serikat, Sebagai penyakit kronis, penyakit ini selain
didapatkan 215,000 anak dibawah usia 20 tahun memiliki dampak fisik juga mempengaruhi
mengalami DM tipe-1 pada tahun 2010, atau psikologis pasien. Dampak fisik yang dirasakan
sekitar 1 dari 400 anak di Amerika Serikat bisa berupa gejala poliuria, polidipsia, polifagia,
mengalami DM tipe-1.3 lelah dan mengantuk. Disamping itu pasien juga
Di Indonesia sendiri, sebagai negara yang dapat mengeluhkan penglihatan kabur,
sedang berkembang, insiden DM tipe-1 kelemahan, sakit kepala hingga komplikasi lebih
diperkirakan terus meningkat. Data dari Unit lanjut.5
Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi lkatan Mengingat penyakit DM tipe-1 sebagai
Dokter Anak Indonesia pada bulan Juni 2012 penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan
menunjukkan 803 anak di Indonesia menderita dan seumur hidup harus menggunakan insulin
DM tipe-1. Data terakhir yang didapatkan dari tentunya bisa menimbulkan kejuenuhan dan
IDAI, kasus DM tipe-1 di Indonesia yaitu 1.021 kebosanan pada pasien. Dampak psikologis yang
kasus pada tahun 2014.4 dapat terjadi pada pasien diantaranya
Faktor genetik dan lingkungan sangat kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, hilang
berperan dalam terjadinya DM tipe-1. Walaupun harapan, depresi dan rasa tidak berdaya. Oleh
hampir 80% penderita DM tipe-1 baru tidak karena itu, selain memperhatikan masalah fisik
mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit maka perlu juga diperhatikan dampak psikologis
serupa, namun faktor genetik diakui berperan pasien dalam penanganan dari penyakit DM tipe-
dalam patogenesis DM tipe-1. Faktor genetik 1 ini.6
dikaitkan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistim Kualitas hidup sangat erat kaitannya
HLA bukan merupakan faktor satu-satunya dengan pengaruh dari dampak fisik dan dampak
ataupun faktor dominan pada patogenesis DM psikologis suatu penyakit. Kepatuhan terapi dan
tipe-1. Sistem HLA berperan sebagai suatu perubahan gaya hidup pada pasien akan
susceptibiity gene atau faktor kerentanan. mengontrol akibat dampak fisik dari suatu
Diperlukan suatu faktor pemicu yang berasal dari penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi
lingkungan (infeksi virus, toksin dan lainnya) lebih lanjut. Perubahan gaya hidup yang
untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada dimaksud disini meliputi pengaturan pola dan
seseorang yang rentan. Dikaitkan dengan HLA, jadwal makan, peningkatan aktivitas fisik dan
diperkirakan 10% mempunyai riwayat keluarga kontrol medis teratur.7
diabetes. Risiko pada kembar identik adalah Dukungan keluarga merupakan faktor
kurang dari 40%, sedangkan pada saudara yang berperan penting dalam meningkatkan
kandung diperkirakan 4% pada usia 20 tahun, kualitas hidup pasien. Dukungan keluarga yang
dan 9,6% pada usia 60 tahun dibandingkan 0,5% positif dapat meningkatkan kepatuhan terapi
pada seluruh populasi.1 pasien yang selanjutnya akan mengontrol
Sebagian besar pasien DM tipe-1 dampak fisik sehingga dapat meningkatkan
mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut. kualitas hidup pasien. Dukungan keluarga juga
Keluhan poliuria, polidipsia, polifagia, nokturia berpengaruh besar terhadap psikologis dari
hingga penurunan berat badan dapat terjadi pasien. Dukungan keluarga merupakan indikator
cepat dalam 2-6 minggu sebelum diagnosis yang paling kuat memberikan dampak positif
ditegakkan. Pada beberapa anak sangat mungkin terhadap perawatan diri pasien pasien dengan
timbul gejala yang lebih parah hingga adanya penyakit kronis.8

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 723


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

Kasus yang sama dengan pasien yaitu kakek pasien.


Pasien An. K usia 16 tahun, datang ke Kakek pasien juga diketahui meninggal karena
Puskesmas Bernung dengan keluhan badan penyakit kencing manis dan darah tinggi.
terasa lemas sejak 3 hari yang lalu. Pasien Saat ini pola makan pasien setiap tiga jam
merasakan badannya lemas sepanjang hari. sekali dengan porsi sedang. Pasien mengaku
Lemas dikatakan pasien tidak berkurang sudah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan,
meskipun pasien beristirahat. Pasien tetapi pasien mengakui bahwa pasien banyak
mengatakan tidak ada penurunan nafsu makan. menambahkan nasi saat makan. Saat ini pasien
Saat ini pasien merasa mudah lapar dan haus sudah mengurangi konsumsi makanan dan
sehingga pasien banyak makan dan minum minuman yang mengandung gula yang tinggi.
namun keluhan lemas tetap tidak berkurang. Pasien jarang berolahraga rutin.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan sering Pasien merupakan anak tunggal. Saat ini
terbangun di malam hari untuk buang air kecil. pasien tinggal bersama kedua orangtuanya.
Pasien juga mengatakan mengalami penurunan Keluarga pasien termasuk keluarga yang
berat badan. harmonis dan selalu memiliki waktu untuk
Keluhan pertama kali dirasakan pasien berkumpul bersama seluruh anggota keluarga di
pada bulan Februari 2020. Saat itu pasien datang rumah. Hubungan pasien dengan lingkungannya
ke Puskesmas Bernung dengan keluhan termasuk baik. Pasien sering bepergian bersama
gangguan penglihatan. Pasien merasa buram teman-temannya dan sering bersosialisasi
ketika melihat dan semakin lama dirasakan dengan tetangga sekitar rumah dengan cara
semakin parah. Saat itu pasien sudah mengalami karaoke bersama. Teman-teman pasien sering
gejala serupa. Pasien mudah merasa haus dan mengajak pasien makan ketika sedang
lapar serta sering terbangun untuk buang air berpergian bersama-sama.
kecil di malam hari. Kemudian pasien dirujuk ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan Data Klinis
lebih lanjut. Hasil pemeriksaan di rumah sakit Keluhan utama berupa lemas yang
didapatkan adanya kekeruhan pada lensa mata dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
pasien dan dipersiapkan untuk dilakukan operasi. tambahan berupa rasa mudah lapar, haus,
Untuk persiapan operasi, dilakukan pemeriksaan terbangun di malam hari untuk buang air kecil
darah dan didapatkan hasil gula darah pasien dan penurunan berat badan. Riwayat diabetes
sangat tinggi. Pasien di diagnosis Diabetes melitus tipe 1, kelainan katup jantung, dan
Melitus sejak itu oleh dokter speasialis anak di katarak positif pada pasien. Riwayat diabetes
salah satu rumah sakit di Bandar Lampung. Sejak melitus dan hipertensi positif pada keluarga
saat itu, pasien rutin suntik insulin dan kontrol pasien.
gula darah setiap bulan ke Puskesmas dan 3
bulan sekali ke rumah sakit rujukan untuk Pemeriksaan Fisik:
bertemu dokter spesialis anak dan periksa Keadaaan umum: tampak sakit ringan;
HbA1c. suhu: 36,5oC; tekanan darah: 110/80 mmHg;
Pasien mengetahui memiliki riwayat frekuensi nadi: 90x/ menit; frekuensi nafas:
kencing manis sejak 9 bulan lalu dan berobat 19x/menit; berat badan: 51 kg; tinggi badan: 157
rutin di Puskesmas. Selain itu, pasien juga cm. IMT: 20.69 kg/m2 (normal)
memiliki riwayat jantung bocor dan sudah
mengalami dua kali operasi jantung pada usia 6 Status Generalis:
tahun dan usia 8 tahun di Jakarta. Menurut Bentuk kepalanya bulat, rambut tidak
keterangan keluarga pasien Pasien juga memiliki mudah dicabut, dan tumbuh merata. Mata,
riwayat operasi mata 9 bulan yang lalu. telinga, hidung kesan dalam batas normal. Pada
Pasien menyatakan di keluarga ada pemeriksaan leher didapatkan tidak ada
anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pembesaran kelenjar getah bening. Pada

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 724


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

pemeriksaan paru, gerak dada dan fremitus taktil


simetris, tidak didapatkan rhonki dan wheezing,
kesan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
jantung, tidak terdapat pelebaran, auskultasi
dalam batas normal, kesan dalam batas normal.
Abdomen cembung, tidak didapatkan nyeri
tekan, tidak didapatkan organomegali maupun
asites, kesan dalam batas normal. Ekstremitas
tidak didapatkan edema, akral hangat, kesan
dalam batas normal.

Pemeriksaan Penunjang: Gambar 1. Genogram keluarga Tn. A


Dilakukan pemeriksaan glukosa darah
pada tanggal 30 Oktober 2020 didapatkan hasil Hubungan antar keluarga
230 mg/dl. Hubungan antar keluarga Tn. E dapat
Pemeriksaan HbA1c terakhir pada dilihat pada Gambar 2.
tanggal 25 Agustus 2020, didapatkan kadar
HbA1c 7,8%.

Data Keluarga
Pasien merupakan anak tunggal. Saat ini
pasien tinggal bersama kedua orangtuanya.
Pasien berusia 16 saat ini merupakan siswi SMK.
Bentuk keluarga adalah keluarga inti (nuclear
family). Menurut tahap siklus keluarga Duvall,
keluarga pasien berada pada tahap V yaitu
keluarga dengan anak remaja. Seluruh keputusan
mengenai masalah keluarga dimusyawarahkan Gambar 2. Hubungan antar keluarga Tn. E
bersama dan diputuskan oleh bapak pasien.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin cukup
erat. Keluarga selalu menyempatkan untuk Family Apgar Score
berkumpul bersama setiap hari. Keluarga pasien Adaptation :2
juga biasanya beribadah di rumah. Keluarga Partnership :2
mendukung untuk berobat jika terdapat anggota Growth :2
keluarga yang sakit, dan salah satu anggota Affection :1
keluarga selalu mendampingi saat pergi berobat. Resolve :1
Perilaku berobat sudah tidak lagi hanya bersifat Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, fungsi
kuratif, pasien rutin periksa ke fasilitas kesehatan keluarga baik)
setiap bulan untuk kontrol gula darah dan
mendapatkan insulin. Jarak rumah ke puskesmas Data Lingkungan Rumah
± 700 meter. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya. Rumah berukuran 6 m x 10 m,
Genogram tidak bertingkat, memiliki ruang tamu, dua buah
Genogram keluarga Tn. A dapat dilihat kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, dan
pada Gambar 1. dapur. Lantai rumah beralaskan semen, dinding
terbuat dari tembok dan belum dicat.
Penerangan dan ventilasi kurang pada kamar
tidur tengah, selebihnya sudah cukup baik.

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 725


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

Rumah sudah menggunakan listrik, jendela - Pengetahuan yang kurang tentang


cukup pada masing-masing ruangan sudah penyakit yang diderita (ICD X- Z55.9)
memiliki jendela. Rumah tampak kurang bersih - Pola diet dan kebiasaan makan tidak
dan teratur. Rumah berada di lingkungan yang sesuai (ICD X-Z72.4)
cukup bersih. Jarak antara rumah pasien dengan 4. Aspek Resiko Eksternal
rumah lainnya saling berdekatan. Sumber air dari - Sosial: Teman-teman pasien mengetahui
sumur di belakang rumah, sedangkan sumber air tentang penyakit pasien dan sangat
minum menggunakan air yang di masak sendiri, mendukung pasien. Pasien tidak malu
limbah dialirkan ke parit belakang rumah dengan untuk suntik didepan teman-teman
memiliki satu kamar mandi dengan jamban dekat pasien. Teman-teman pasien sering
dengan dapur. Bentuk jamban jongkok. Dapur mengajak pasien makan bersama-sama
kurang tertata. Tempat sampah berada di dapur. ketika sedang bepergian.
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup - Lingkungan : Lingkungan sekolah pasien
bersih. sangat mendukung pasien, lingkungan
sekitar juga mendukung pasien.
5. Aspek Psikososial Keluarga
- Kurangnya dukungan keluarga dalam
mengingatkan pasien untuk mengatur pola
makan dan aktivitas fisik yang sesuai
dengan kondisi pasien
6. Derajat Fungsional
4 (empat) yaitu mampu melakukan pekerjaan
ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
(mulai mengurangi aktivitas kerja).

Gambar 3. Kondisi Rumah Pasien Penatalaksanaan


Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah
Diagnostik Holistik tatalaksana non-medikamentosa berupa edukasi
1. Aspek Personal dan konseling mengenai penyakitnya,
- Alasan kedatangan: Rasa lemas dan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi; dan
keinginan kontrol gula darah tatalaksana medikamentosa untuk mengatasi
- Kekhawatiran: Gula darah tidak terkontrol gejala dari penyakit pasien. Intervensi dilakukan
dan menyebabkan penyakit lain yang lebih pada patient center, family focus dan community
serius oriented.
- Harapan: Gula darah dapat terkontrol dan
dapat beraktivitas seperti biasa. Patient Centered
2. Aspek Klinik Non-Medikamentosa
Diabetes Melitus Tipe 1 (ICD 10: E.10.9) 1. Memberikan penjelasan mengenai gejala
3. Aspek Resiko Internal yang sedang dialami pasien beserta faktor
- Pasien memiliki gaya hidup yang kurang resiko dari penyebab tersebut
baik. Pasien memiliki riwayat penyakit 2. Memberikan edukasi mengenai penyakit
jantung sehingga saat ini takut untuk diabetes melitus tipe 1 meliputi pengertian,
melakukan aktivitas fisik terutama gejala, faktor resiko, terapi, dan komplikasi
olahraga, pasien hanya melakukan menggunakan poster, leaflet dan video.
pekerjaan sehari-hari yang ringan (ICD 10- 3. Memberikan edukasi mengenai diet pada
Z72.3) penderita diabetes melitus tipe 1 dan terkait
- Pola berobat pasien kuratif (ICD X-Z92.3) dengan aktivitas fisik yang sesuai mengingat

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 726


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

kondisi pasien dengan riwayat penyakit Kunjungan pertama kali dilakukan pada
jantung. tanggal 30 September 2020. Adapun yang
4. Menganjurkan pasien dan keluarga pasien dilakukan pada kunjungan pertama adalah
untuk melakukan pemeriksaan rutin glukosa pendekatan dan perkenalan dengan pasien serta
darah. menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
Medikamentosa9, 10: diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Insulin glulisine 3x 15 IU bersamaan dengan perihal penyakit yang telah diderita. Dari hasil
makan kunjungan tersebut, sesuai konsep mandala of
2. Insulin glargine 1x 15 IU diberikan pada health, didapatkan pasien memiliki pengetahuan
malam hari sebelum tidur yang kurang tentang penyakit yang ia derita,
khususnya tentang terapi insulin. Lingkungan
Family Focus psikososial, pasien sering bepergian dan makan
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga bersama-sama dengan temannya. Diketahui
mengenai penyakit yang sedang diderita oleh kakek pasien meninggal dikarenakan komplikasi
pasien, dari penyebab, penatalaksanaan dari penyakit serupa dan riwayat darah tinggi.
hingga komplikasinya. Diketahui pula pasien memiliki riwayat operasi
2. Meminta anggota keluarga yang tinggal jantung saat berusia 6 tahun dikarenakan
serumah dengan pasien untuk mengingatkan kelainan katup jantung dan operasi mata 9 bulan
pasien untuk mengatur pola makan dan yang lalu karena adanya katarak. Pasien
aktivitas fisik yang sesuai dengan mengaku saat ini sudah mengurangi konsumsi
penyakitnya. makanan manis dan makanan instan,
3. Edukasi kepada keluarga untuk mengingatkan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, tetapi
pasien menyuntikkan insulin secara teratur pasien mengakui bahwa pasien masih sering
serta rutin ke fasilitas layanan primer untuk menambahkan nasi saat makan karena pasien
kontrol kondisi medisnya merasa sering lapar. Pasien juga jarang
4. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya berolahraga rutin. Sistem pelayanan kesehatan
dukungan dan perhatian dari seluruh anggota terjangkau baik dari segi biaya maupun lokasi.
keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. Perilaku berobat pasien adalah kuratif. Dari hasil
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
Community Oriented kelainan, IMT pasien 20.69 kg/m2 (normal).
1. Menyarankan pasien untuk mengikuti Dilakukan pemeriksaan gula darah dan
program pengelolaan penyakit kronis didapatkan hasil 230mg/dl.
(Prolanis). Pada pasien ini penegakkan diagnosis klinis
diabetes melitus tipe 1 ditegakkan berdasarkan
Pembahasan keluhan pasien yang sudah dirasakan pasien
Masalah kesehatan pada pasien dengan sejak 9 bulan yang lalu berupa gejala klasik
diabetes melitus tipe 1 dapat dikaji menurut diabetes melitus yaitu adanya poliuria, polidipsia
mandala of health dengan memandang pasien dan polifagia. Selain itu didapatkan juga keluhan
secara menyeluruh mencakup biologis, psikologis tambahan berupa penurunan berat badan yang
dan sosial. Masalah kesehatan yang dibahas cepat dan 9 bulan yang lalu disertai dengan
pada kasus ini adalah seorang wanita berusia 16 gangguan penglihatan. Saat ini, pasien
tahun yang mengeluhkan lemas sejak 3 hari yang mengeluhkan lemas dan tidak bertenaga
lalu dengan riwayat diabetes melitus tipe 1 yang walaupun banyak mengonsumsi makanan.
diketahui sejak 9 bulan yang lalu. Kunjungan Sementara dari pemeriksaan fisik tidak
rumah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada ditermukan adanya kelainan. Dari pemeriksaan
tanggal 30 September 2020, 4 November 2020, penunjang, didapatkan hasil pemeriksaan kadar
dan 11 November 2020. gula darah yaitu 230mg/dl. Dalam literatur,
Diabetes Melitus tipe 1 berhubungan dengan

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 727


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

proses autoimun maupun idiopatik yang polifagia) disertai dengan penurunan berat
mengakibatkan kerusakan sel β pancreas badan yang cepat dalam 2-6 minggu. Kadang-
sehingga produksi insulin berkurang bahkan kadang disertai dengan gangguan penglihatan.
terhenti. Diagnosis dari diabetes melitus tipe 1 Selain gejala klasik, penderita DM tipe-1 sering
ini sendiri dapat ditegakkan apabila memenuhi datang dengan manifestasi klinis yang lebih
salah satu dari kriteria berikut:4 parah yaitu adanya ketoasidosis.11
1. Gejala klasik diabetes atau krisis Penyebab dari DM tipe-1 berkaitan dengan
hiperglikemi dengan kadar plasma glukosa proses autoimun maupun idiopatik yang
≥200 mg/dL (11.1 mmol/L), atau mengakibatkan kerusakan dari sel β pankreas.
2. Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL Hal ini yang mengakibatkan produksi insulin
(7.0 mmol/L). Puasa adalah tidak ada berkurang hingga terhenti. Autoantibodi yang
asupan kalori selama 8 jam terakhir, atau berkaitan dengan diabetes adalah
3. Kadar glukosa 2 jam postprandial ≥200 glutamicaciddecarboxylase 65 autoantibodies
mg/dL 11.1 mmol/L) dengan Uji Toleransi (GAD); tyrosine phosphataselike insulinoma
Glukosa Oral. Uji Toleransi Glukosa Oral antigen 2 (IA2); insulin autoantibodies (IAA); dan
dilakukan dengan pemberian beban glukosa β-cellspecifi c zinc transporter 8 autoantibodies
setara dengan 75g anhydrous glukosa (ZnT8). Ditemukannya satu atau lebih dari
dilarutkan dalam air atau 1.75g/kgBB autoantibodi ini membantu konfi rmasi diagnosis
dengan maksimum 75g, atau DM tipe-1.1
4. HbA1c > 6.5% Faktor risiko terjadinya diabetes melitus
tipe 1 tidak diketahui dengan pasti namun
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu diduga berkaitan erat dengan faktor genetik dan
penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara faktor lingkungan. Walaupun hampir 80%
kronis karena ketidakmampuan tubuh untuk penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai
memproduksi hormon insulin yang cukup akibat riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun
gangguan pada sekresi, hormon insulin yang faktor genetik diakui berperan dalam
tidak bekerja sebagaimana mestinya atau patogenesis DM tipe-1. Faktor genetik dikaitkan
keduanya9. Diabetes melitus ditandai dengan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistim HLA
peningkatan gula darah yang disebut dengan bukan merupakan faktor satu-satunya ataupun
kondisi hiperglikemia. Klasifikasi diabetes melitus faktor dominan pada patogenesis DM tipe-1.
secara etiologis menurut American Diabetes Dikaitkan dengan HLA, diperkirakan 10%
Association (ADA), dibagi ke dalam 4 jenis yaitu mempunyai riwayat keluarga diabetes. Risiko
diabetes melitus tipe 1 atau insulin dependent pada kembar identik adalah kurang dari 40%,
diabetes melitus, diabetes melitus tipe 2 atau sedangkan pada saudara kandung diperkirakan
insulin non-dependent diabetes melitus, diabetes 4% pada usia 20 tahun, dan 9,6% pada usia 60
melitus gestational dan diabetes melitus tipe tahun dibandingkan 0,5% pada seluruh
lain.10 populasi.13
Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe-1) terjadi Penyebab diabetes melitus tipe 1
karena adanya destruksi sel β pankreas karena diketahui diakibatkan sedikitnya jumlah hormon
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat insulin atau tidak ada sama sekali hormon insulin
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sekresi di dalam tubuh sehingga bentuk tatalaksana
insulin. Sekresi insulin ditentukan dengan level yang diberikan adalah dalam bentuk pemberian
protein c-peptide di dalam darah. Pada pasien insulin. Pemberian insulin pada pasien dengan
dengan diabetes melitus tipe 1 kadar lever diabetes tipe 1 bertujuan untuk menjamin kadar
protein c-peptida jumlahnya sedikit atau tidak insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24 jam
terdeteksi sama sekali. Sebagian besar penderita untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
DM tipe-memiliki riwayat perjalanan klinis yang sebagai insulin basal dan juga insulin koreksi
akut. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, dan dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 728


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

efek glikemik makanan. Pemilihan regimen Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien,
insulin memperhatikan beberapa faktor yaitu pasien diberikan edukasi mengenai pola makan
usia, lama menderita diabetes melitus, gaya dan aktivitas fisik yang sesuai bagi pasien yang
hidup meliputi pola makan, jadwal latihan, tentunya membutuhkan dukungan dari keluarga.
aktivitas sehari-hari, sekolah dan sebagainya, Pasien harus menerapkan pola makan gizi
target kontrol metabolik dan kebiasaan individu seimbang, pasien juga harus melakukan olahraga
maupun keluarga. Bagi anak sangat dianjurkan secara teratur. Oleh karena itu dukungan dari
untuk paling tidak menggunakan 2 kali injeksi keluarga pasien penting untuk mendukung
insulin per hari (campuran insulin kerja perubahan pola makan dan olahraga yang harus
cepat/pendek dan insulin basal). Hal ini sesuai dilakukan oleh pasien.
dengan pengobatan yang telah didapatkan oleh Selanjutnya pada tanggal 11 November
pasien yaitu berupa insulin kerja cepat (glulisine) 2020 dilakukan kunjungan ketiga untuk dilakukan
dan insulin basal analog (glargine).4,14 follow up. Follow up yang dilakukan terdiri atas
Dosis insulin harian berdasarkan teorinya pemeriksaan fisik dan evaluasi hasil intervensi
tergantung pada usia, berat badan, status apakah terdapat perubahan terkait
pubertas, lama menderita diabetes, fase pengetahuan, perilaku dan klinis dari pasien.
diabetes, asupan makanan, pola olahraga, Dalam anamnesis pasien menyatakan
aktivitas harian, hasil monitoring gula darah dan keluhan lemas sudah tidak lagi dirasakan. Pasien
HbA1c serta ada tidaknya komorbiditas. Dosis menyatakan bahwa seminggu ini pasien
insulin selama fase remisi parsial adalah <0,5 melakukan saran terkait dengan pola makan dan
IU/kg/hari, pada fase prepubertas kisaran dosis rutin berolahraga di pagi hari. Dari hasil
0,7-1 IU/kg/hari dan akan mengalami pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
peningkatan selama masa pubertas. Kebutuhan kelainan. Dilakukan pemeriksaan kadar gula
insulin pada masa pubertas biasanya meningkat darah dan didapatkan hasil kadar gula darah
menjadi 1,2-2 IU/kg/hari. Kebutuhan insulin pada menurun menjadi 176mg/dl.
pasien dengan berat badan 51 kg adalah berkisar Hasil follow up terakit intervensi
antara 61.2-102 IU/hari. Pasien mendapatkan farmakologis dan non-farmakologis. Pada
insulin kerja cepat 15 IU 3x hari dan insulin basal intervensi penggunaan poster mengenai
15 IU di malam hari sebelum tidur. Pada pasien, diabetes melitus tipe 1 dievaluasi dengan
dosis insulin yang didapatkan telah sesuai pemberian kuisioner dan pasien dapat menjawab
dengan kebutuhan pasien yang saat ini sedang kuisoner dengan tepat. Intervensi edukasi
dalam masa pubertas.4,15 penggunaan obat secara teratur dengan
Selanjutnya pada tanggal 4 November parameter bahwa pasien mengkonsumsi obat
2020 dilakukan kunjungan kedua untuk secara teratur didapatkan hasil pasien sudah
melakukan intervensi terhadap pasien dengan patuh menggunakan obat dengan sesuai.
memberikan edukasi dan konseling mengenai Intervensi edukasi monitoring kadar gula darah
diabetes melitus tipe 1 menggunakan leaflet dan untuk merencanakan pengobatan jangka panjang
poster. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan sesuai dengan kondisi penderita di puskesmas
untuk menambah pengetahuan pasien akan dengan parameter pasien sudah mengetahui
penyakitnya, mengurangi gejala, mencegah bahwa ia harus melakukan kunjungan ke
timbunya perburukan penyakit, meningkatkan puskesmas satu kali per bulan atau ketika obat
kualitas hidup dan mengubah pola hidup pasien, sudah habis, intervensi gaya hidup berupa pola
meskipun untuk mengubah hal tersebut makan dan aktivitas yang sesuai dengan
memerlukan waktu yang tidak singkat. Ketika penderita diabetes melitus juga seudah
intervensi dilakukan, seluruh anggota keluarga didapatkan hasil yang sesuai, pasien
dirumah ikut mendengarkan informasi yang menjalankan diet yang disarankan dan selama
diberikan terkait dengan penyakit pasien. seminggu rutin melakukan aktivitas fisik. Pada
intervensi farmakologis yaitu insulin gluisine

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 729


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

3x15 IU dan insulin glargine dengan parameter keluarga serumah tentang kondisi medis
kadar glukosa darah dibawah 200 mg/dl sudah pasien serta kebiasaan teman-teman pasien
terpenuhi karena saat kunjungan terakhir, kadar yang sering mengajak pasien makan
glukosa darah pasien adalah 176 mg/dl. bersama.
Ada beberapa langkah atau proses 3. Telah dilakukan tatalaksana baik
sebelum orang mengadopsi perilaku baru. farmakologi ataupun non-farmakologis
Pertama adalah kesadaran (awareness), dimana terhadap pasien An. K 16 tahun dengan
orang tersebut menyadari stimulus tersebut. diabetes melitus tipe 1 secara holistik sesuai
Kemudian dia mulai tertarik (interest). dengan pendekatan dokter keluarga dan
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang- evidence based medicine.
nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
(evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba Daftar Pustaka
melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus 1. Bambang T. Konsensus Nasional
(trial). Pada tahap akhir adalah adoption, Pengelolaan Diabets Mellitus Tipe 1. UKK
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2009:
kesadaran dan sikapnya.16 1-91.
Apabila dilihat berdasarkan intervensi non 2. Jose RL. Batubara, dkk. Endokrinologi Anak
farmakologis dan farmakologis ada beberapa Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
perubahan perilaku pada pasien. Pasien sudah Indonesia; 2010.
menggunakan obat sebagai kontrol penyakit 3. Menke A, Casagrande S, Geiss L, Cowie C.
hipertensi secara teratur dan pasien juga sudah Prevalence of and Trends in Diabetes among
mengerti mengenai penyakit tersebut. Pasien Adults in the United States, 1988-2012.
juga mengerti tentang diabetes melitus beserta JAMA: Journal of the American Medical
komplikasi dan tatalaksana seperti diet dan Association, 2015; 1021–1029.
aktivitas fisik yang sesuai. Pasien juga sudah https://doi.org/10.1001/jama.2015.10029.
mengetahui jika ia harus melakukan kunjungan 4. Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak
ke puskesmas satu kali per bulan atau ketika dan Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia.
obat sudah mau habis, intervensi pola makan Diagnosis dan tatalaksana diabetes mellitus
dan gaya hidup juga telah mendapatkan hasil tipe-1 pada anak dan remaja. Jakarta: Ikatan
yang sesuai. Harapannya pasien dapat Dokter Anak Indonesia; 2017: 1-28.
mengadopsi semua perilaku yang telah dilakukan 5. Price S.A, dan Wilson L.M. Patofisiologi:
selama 1 minggu ini sesuai dengan pengetahuan, Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Edisi 6,
kesadaran dan sikapnya seterusnya agar Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U.,
penyakit pasien terkontrol, tidak menimbulkan Hartanto, H., Wulansari, P., Mahanani, D. A.,
komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup dari Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
pasien walaupun dengan penyakit kronis. 2005.
6. Patricia A, Perry A.G. Fundamental of
Simpulan Nursing: Fundamental Keperawatan Buku 3
1. Faktor risiko internal pada pasien An.K 16 Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
tahun adalah gaya hidup pasien yang kurang EGC; 2010.
baik yaitu jarang berolahraga, pola berobat 7. Ronquillo, L.H., Zenteno, J.F.T., Espinosa,
pasien masih bersifat kuratif, pasien J.G., & Aceves, G. Factor Associated with
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Therapy Noncompliance in Type 2 Diabetes
penyakit yang diderita, dan pola diet yang Patient. Salud Publica de Mexico. 2003: 45
tidak sesuai. (3), 191-197.
2. Faktor risiko eksternal terjadinya kondisi 8. Hensarling, J. Development and
kesehatan pada pasien An. K, 16 tahun Psychometric Testing of Hensarling’s
adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki Diabetes Family Support Scale, a

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 730


Larasati Anindiya Basica, Sahab Sibuea|Penatalaksanaan Holistik Pasien Wanita Usia 16 Tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 1

Disssertation. Degree of Doctor of Clin Endocrinol Metab 2009; 94 (12): 4635–


Philosophy In The Graduate School of The 44.
Texas Women’s University; 2009. 13. Bennett S T , Todd J A . Human type 1
http://www.proquest.com pada bulan diabetes and the insulin gene:
November 2020. principlesmapping polygenes. Annu Rev
9. Pusat Data dan Informasi Kementerian Genet. 1996; 30:343–370.
Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Diabetes. 14. Silver B, Ramaiya K, Andrew SB, Fredrick O,
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014. Bajaj S, Kalra S, Charlotte BM, Claudine K,
10. American Diabetes Association (ADA). 2018. Makhoba A. EADSG Guidelines: Insulin
American Diabetes Association Standards Of Therapy in Diabetes. Diabetes Ther. 2018
Medical Care In Diabetes— 2018. Apr; 9(2):449-492.
https://diabetesed.net. Diunduh pada 3 15. Lauritzen, T., O.K. Faber, and C.
November 2020. Binder, Variation in 125I-insulin absorption
11. Ndraha, S. Diabetes Mellitus Tipe 2 dan and blood glucose
Tatalaksana Terkini ; Vol (27). No (2). concentration. Diabetologia, 1979; 17(5): p.
Jakarta: Depertemen Penyakit Dalam 291-5.
Fakultas Kedokteran Univeritas Krida 16. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Wacana; 2010. Menular Direktorat Jenderal PP & PL.
12. Naik RG, Brooks-Worrell BM, Palmer JP. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana
Latent Autoimmune Diabetes in Adults. J penyakit diabetes. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2006.

Medula| Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021| 731

Anda mungkin juga menyukai