Edukasi Pada Pasien Wanita Usia 16 Tahun Dengan Diabetes Melitus Tipe I
Larasati Anindiya Basica1, Sahab Sibuea2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Diabetes Melitus tipe 1 (DM tipe 1) merupakan masalah yang cukup serius karena merupakan penyakit kronis yang diderita
seumur hidup. Diabetes tipe ini hanya dapat dikendalikan dan tidak dapat disembuhkan. Pasien dengan diabetes melitus tipe 1
harus seumur hidup menggunakan insulin sehingga disebut sebagai insulin-dependent diabetes melitus (IDDM). Mengidentifikasi
masalah klinis yang dimiliki oleh pasien untuk memperbaiki kualitas hidup pasien serta pencegahan terhadap komplikasi serta
melakukan penatalaksanaan pasien secara holistik dan komprehensif sesuai masalah yang ditemukan pada pasien, dan
melakukan penatalaksanaan berbasis Evident Based Medicine yang bersifat family-approach dan patient-centered. Studi ini
merupakan Laporan Kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data sekunder
didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kualitiatif.
Seorang anak perempuan berusia 16 tahun, telah didiagnosis dengan Diabetes Melitus tipe 1, memiliki kekhawatiran takut
keluhannya bertambah serta tidak membaik. Keterbatasan akan pengetahuan tentang kondisi kesehatan pasien terkait dengan
pola hidup, aktivitas fisik dan pola makan yang baik untuk memperbaiki kualitas hidup dan pencegahan komplikasi serta
kurangnya motivasi dan dorongan keluarga untuk membawa pasien kontrol kesehatannya secara rutin merupakan faktor
penyebab masalah yang terjadi pada pasien dan keluarga. Edukasi terhadap permasalahan pasien An.K telah dilakukan dengan
pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga pasien.
Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 1, diagnostik holistik, pelayanan kedokteran keluarga.
Korespondensi: Larasati Anindiya Basica, alamat Jl. Purnawirawan Swadaya IV Gg.Ibrahim No.64 Bandar Lampung, HP
081377748036, e-mail ninda_laras@ymail.com
Data Keluarga
Pasien merupakan anak tunggal. Saat ini
pasien tinggal bersama kedua orangtuanya.
Pasien berusia 16 saat ini merupakan siswi SMK.
Bentuk keluarga adalah keluarga inti (nuclear
family). Menurut tahap siklus keluarga Duvall,
keluarga pasien berada pada tahap V yaitu
keluarga dengan anak remaja. Seluruh keputusan
mengenai masalah keluarga dimusyawarahkan Gambar 2. Hubungan antar keluarga Tn. E
bersama dan diputuskan oleh bapak pasien.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin cukup
erat. Keluarga selalu menyempatkan untuk Family Apgar Score
berkumpul bersama setiap hari. Keluarga pasien Adaptation :2
juga biasanya beribadah di rumah. Keluarga Partnership :2
mendukung untuk berobat jika terdapat anggota Growth :2
keluarga yang sakit, dan salah satu anggota Affection :1
keluarga selalu mendampingi saat pergi berobat. Resolve :1
Perilaku berobat sudah tidak lagi hanya bersifat Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, fungsi
kuratif, pasien rutin periksa ke fasilitas kesehatan keluarga baik)
setiap bulan untuk kontrol gula darah dan
mendapatkan insulin. Jarak rumah ke puskesmas Data Lingkungan Rumah
± 700 meter. Pasien tinggal bersama kedua
orangtuanya. Rumah berukuran 6 m x 10 m,
Genogram tidak bertingkat, memiliki ruang tamu, dua buah
Genogram keluarga Tn. A dapat dilihat kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, dan
pada Gambar 1. dapur. Lantai rumah beralaskan semen, dinding
terbuat dari tembok dan belum dicat.
Penerangan dan ventilasi kurang pada kamar
tidur tengah, selebihnya sudah cukup baik.
kondisi pasien dengan riwayat penyakit Kunjungan pertama kali dilakukan pada
jantung. tanggal 30 September 2020. Adapun yang
4. Menganjurkan pasien dan keluarga pasien dilakukan pada kunjungan pertama adalah
untuk melakukan pemeriksaan rutin glukosa pendekatan dan perkenalan dengan pasien serta
darah. menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
Medikamentosa9, 10: diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Insulin glulisine 3x 15 IU bersamaan dengan perihal penyakit yang telah diderita. Dari hasil
makan kunjungan tersebut, sesuai konsep mandala of
2. Insulin glargine 1x 15 IU diberikan pada health, didapatkan pasien memiliki pengetahuan
malam hari sebelum tidur yang kurang tentang penyakit yang ia derita,
khususnya tentang terapi insulin. Lingkungan
Family Focus psikososial, pasien sering bepergian dan makan
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga bersama-sama dengan temannya. Diketahui
mengenai penyakit yang sedang diderita oleh kakek pasien meninggal dikarenakan komplikasi
pasien, dari penyebab, penatalaksanaan dari penyakit serupa dan riwayat darah tinggi.
hingga komplikasinya. Diketahui pula pasien memiliki riwayat operasi
2. Meminta anggota keluarga yang tinggal jantung saat berusia 6 tahun dikarenakan
serumah dengan pasien untuk mengingatkan kelainan katup jantung dan operasi mata 9 bulan
pasien untuk mengatur pola makan dan yang lalu karena adanya katarak. Pasien
aktivitas fisik yang sesuai dengan mengaku saat ini sudah mengurangi konsumsi
penyakitnya. makanan manis dan makanan instan,
3. Edukasi kepada keluarga untuk mengingatkan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, tetapi
pasien menyuntikkan insulin secara teratur pasien mengakui bahwa pasien masih sering
serta rutin ke fasilitas layanan primer untuk menambahkan nasi saat makan karena pasien
kontrol kondisi medisnya merasa sering lapar. Pasien juga jarang
4. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya berolahraga rutin. Sistem pelayanan kesehatan
dukungan dan perhatian dari seluruh anggota terjangkau baik dari segi biaya maupun lokasi.
keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. Perilaku berobat pasien adalah kuratif. Dari hasil
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
Community Oriented kelainan, IMT pasien 20.69 kg/m2 (normal).
1. Menyarankan pasien untuk mengikuti Dilakukan pemeriksaan gula darah dan
program pengelolaan penyakit kronis didapatkan hasil 230mg/dl.
(Prolanis). Pada pasien ini penegakkan diagnosis klinis
diabetes melitus tipe 1 ditegakkan berdasarkan
Pembahasan keluhan pasien yang sudah dirasakan pasien
Masalah kesehatan pada pasien dengan sejak 9 bulan yang lalu berupa gejala klasik
diabetes melitus tipe 1 dapat dikaji menurut diabetes melitus yaitu adanya poliuria, polidipsia
mandala of health dengan memandang pasien dan polifagia. Selain itu didapatkan juga keluhan
secara menyeluruh mencakup biologis, psikologis tambahan berupa penurunan berat badan yang
dan sosial. Masalah kesehatan yang dibahas cepat dan 9 bulan yang lalu disertai dengan
pada kasus ini adalah seorang wanita berusia 16 gangguan penglihatan. Saat ini, pasien
tahun yang mengeluhkan lemas sejak 3 hari yang mengeluhkan lemas dan tidak bertenaga
lalu dengan riwayat diabetes melitus tipe 1 yang walaupun banyak mengonsumsi makanan.
diketahui sejak 9 bulan yang lalu. Kunjungan Sementara dari pemeriksaan fisik tidak
rumah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada ditermukan adanya kelainan. Dari pemeriksaan
tanggal 30 September 2020, 4 November 2020, penunjang, didapatkan hasil pemeriksaan kadar
dan 11 November 2020. gula darah yaitu 230mg/dl. Dalam literatur,
Diabetes Melitus tipe 1 berhubungan dengan
proses autoimun maupun idiopatik yang polifagia) disertai dengan penurunan berat
mengakibatkan kerusakan sel β pancreas badan yang cepat dalam 2-6 minggu. Kadang-
sehingga produksi insulin berkurang bahkan kadang disertai dengan gangguan penglihatan.
terhenti. Diagnosis dari diabetes melitus tipe 1 Selain gejala klasik, penderita DM tipe-1 sering
ini sendiri dapat ditegakkan apabila memenuhi datang dengan manifestasi klinis yang lebih
salah satu dari kriteria berikut:4 parah yaitu adanya ketoasidosis.11
1. Gejala klasik diabetes atau krisis Penyebab dari DM tipe-1 berkaitan dengan
hiperglikemi dengan kadar plasma glukosa proses autoimun maupun idiopatik yang
≥200 mg/dL (11.1 mmol/L), atau mengakibatkan kerusakan dari sel β pankreas.
2. Kadar plasma glukosa puasa ≥126 mg/dL Hal ini yang mengakibatkan produksi insulin
(7.0 mmol/L). Puasa adalah tidak ada berkurang hingga terhenti. Autoantibodi yang
asupan kalori selama 8 jam terakhir, atau berkaitan dengan diabetes adalah
3. Kadar glukosa 2 jam postprandial ≥200 glutamicaciddecarboxylase 65 autoantibodies
mg/dL 11.1 mmol/L) dengan Uji Toleransi (GAD); tyrosine phosphataselike insulinoma
Glukosa Oral. Uji Toleransi Glukosa Oral antigen 2 (IA2); insulin autoantibodies (IAA); dan
dilakukan dengan pemberian beban glukosa β-cellspecifi c zinc transporter 8 autoantibodies
setara dengan 75g anhydrous glukosa (ZnT8). Ditemukannya satu atau lebih dari
dilarutkan dalam air atau 1.75g/kgBB autoantibodi ini membantu konfi rmasi diagnosis
dengan maksimum 75g, atau DM tipe-1.1
4. HbA1c > 6.5% Faktor risiko terjadinya diabetes melitus
tipe 1 tidak diketahui dengan pasti namun
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu diduga berkaitan erat dengan faktor genetik dan
penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara faktor lingkungan. Walaupun hampir 80%
kronis karena ketidakmampuan tubuh untuk penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai
memproduksi hormon insulin yang cukup akibat riwayat keluarga dengan penyakit serupa, namun
gangguan pada sekresi, hormon insulin yang faktor genetik diakui berperan dalam
tidak bekerja sebagaimana mestinya atau patogenesis DM tipe-1. Faktor genetik dikaitkan
keduanya9. Diabetes melitus ditandai dengan dengan pola HLA tertentu, tetapi sistim HLA
peningkatan gula darah yang disebut dengan bukan merupakan faktor satu-satunya ataupun
kondisi hiperglikemia. Klasifikasi diabetes melitus faktor dominan pada patogenesis DM tipe-1.
secara etiologis menurut American Diabetes Dikaitkan dengan HLA, diperkirakan 10%
Association (ADA), dibagi ke dalam 4 jenis yaitu mempunyai riwayat keluarga diabetes. Risiko
diabetes melitus tipe 1 atau insulin dependent pada kembar identik adalah kurang dari 40%,
diabetes melitus, diabetes melitus tipe 2 atau sedangkan pada saudara kandung diperkirakan
insulin non-dependent diabetes melitus, diabetes 4% pada usia 20 tahun, dan 9,6% pada usia 60
melitus gestational dan diabetes melitus tipe tahun dibandingkan 0,5% pada seluruh
lain.10 populasi.13
Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe-1) terjadi Penyebab diabetes melitus tipe 1
karena adanya destruksi sel β pankreas karena diketahui diakibatkan sedikitnya jumlah hormon
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat insulin atau tidak ada sama sekali hormon insulin
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali sekresi di dalam tubuh sehingga bentuk tatalaksana
insulin. Sekresi insulin ditentukan dengan level yang diberikan adalah dalam bentuk pemberian
protein c-peptide di dalam darah. Pada pasien insulin. Pemberian insulin pada pasien dengan
dengan diabetes melitus tipe 1 kadar lever diabetes tipe 1 bertujuan untuk menjamin kadar
protein c-peptida jumlahnya sedikit atau tidak insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24 jam
terdeteksi sama sekali. Sebagian besar penderita untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
DM tipe-memiliki riwayat perjalanan klinis yang sebagai insulin basal dan juga insulin koreksi
akut. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, dan dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat
efek glikemik makanan. Pemilihan regimen Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien,
insulin memperhatikan beberapa faktor yaitu pasien diberikan edukasi mengenai pola makan
usia, lama menderita diabetes melitus, gaya dan aktivitas fisik yang sesuai bagi pasien yang
hidup meliputi pola makan, jadwal latihan, tentunya membutuhkan dukungan dari keluarga.
aktivitas sehari-hari, sekolah dan sebagainya, Pasien harus menerapkan pola makan gizi
target kontrol metabolik dan kebiasaan individu seimbang, pasien juga harus melakukan olahraga
maupun keluarga. Bagi anak sangat dianjurkan secara teratur. Oleh karena itu dukungan dari
untuk paling tidak menggunakan 2 kali injeksi keluarga pasien penting untuk mendukung
insulin per hari (campuran insulin kerja perubahan pola makan dan olahraga yang harus
cepat/pendek dan insulin basal). Hal ini sesuai dilakukan oleh pasien.
dengan pengobatan yang telah didapatkan oleh Selanjutnya pada tanggal 11 November
pasien yaitu berupa insulin kerja cepat (glulisine) 2020 dilakukan kunjungan ketiga untuk dilakukan
dan insulin basal analog (glargine).4,14 follow up. Follow up yang dilakukan terdiri atas
Dosis insulin harian berdasarkan teorinya pemeriksaan fisik dan evaluasi hasil intervensi
tergantung pada usia, berat badan, status apakah terdapat perubahan terkait
pubertas, lama menderita diabetes, fase pengetahuan, perilaku dan klinis dari pasien.
diabetes, asupan makanan, pola olahraga, Dalam anamnesis pasien menyatakan
aktivitas harian, hasil monitoring gula darah dan keluhan lemas sudah tidak lagi dirasakan. Pasien
HbA1c serta ada tidaknya komorbiditas. Dosis menyatakan bahwa seminggu ini pasien
insulin selama fase remisi parsial adalah <0,5 melakukan saran terkait dengan pola makan dan
IU/kg/hari, pada fase prepubertas kisaran dosis rutin berolahraga di pagi hari. Dari hasil
0,7-1 IU/kg/hari dan akan mengalami pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
peningkatan selama masa pubertas. Kebutuhan kelainan. Dilakukan pemeriksaan kadar gula
insulin pada masa pubertas biasanya meningkat darah dan didapatkan hasil kadar gula darah
menjadi 1,2-2 IU/kg/hari. Kebutuhan insulin pada menurun menjadi 176mg/dl.
pasien dengan berat badan 51 kg adalah berkisar Hasil follow up terakit intervensi
antara 61.2-102 IU/hari. Pasien mendapatkan farmakologis dan non-farmakologis. Pada
insulin kerja cepat 15 IU 3x hari dan insulin basal intervensi penggunaan poster mengenai
15 IU di malam hari sebelum tidur. Pada pasien, diabetes melitus tipe 1 dievaluasi dengan
dosis insulin yang didapatkan telah sesuai pemberian kuisioner dan pasien dapat menjawab
dengan kebutuhan pasien yang saat ini sedang kuisoner dengan tepat. Intervensi edukasi
dalam masa pubertas.4,15 penggunaan obat secara teratur dengan
Selanjutnya pada tanggal 4 November parameter bahwa pasien mengkonsumsi obat
2020 dilakukan kunjungan kedua untuk secara teratur didapatkan hasil pasien sudah
melakukan intervensi terhadap pasien dengan patuh menggunakan obat dengan sesuai.
memberikan edukasi dan konseling mengenai Intervensi edukasi monitoring kadar gula darah
diabetes melitus tipe 1 menggunakan leaflet dan untuk merencanakan pengobatan jangka panjang
poster. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan sesuai dengan kondisi penderita di puskesmas
untuk menambah pengetahuan pasien akan dengan parameter pasien sudah mengetahui
penyakitnya, mengurangi gejala, mencegah bahwa ia harus melakukan kunjungan ke
timbunya perburukan penyakit, meningkatkan puskesmas satu kali per bulan atau ketika obat
kualitas hidup dan mengubah pola hidup pasien, sudah habis, intervensi gaya hidup berupa pola
meskipun untuk mengubah hal tersebut makan dan aktivitas yang sesuai dengan
memerlukan waktu yang tidak singkat. Ketika penderita diabetes melitus juga seudah
intervensi dilakukan, seluruh anggota keluarga didapatkan hasil yang sesuai, pasien
dirumah ikut mendengarkan informasi yang menjalankan diet yang disarankan dan selama
diberikan terkait dengan penyakit pasien. seminggu rutin melakukan aktivitas fisik. Pada
intervensi farmakologis yaitu insulin gluisine
3x15 IU dan insulin glargine dengan parameter keluarga serumah tentang kondisi medis
kadar glukosa darah dibawah 200 mg/dl sudah pasien serta kebiasaan teman-teman pasien
terpenuhi karena saat kunjungan terakhir, kadar yang sering mengajak pasien makan
glukosa darah pasien adalah 176 mg/dl. bersama.
Ada beberapa langkah atau proses 3. Telah dilakukan tatalaksana baik
sebelum orang mengadopsi perilaku baru. farmakologi ataupun non-farmakologis
Pertama adalah kesadaran (awareness), dimana terhadap pasien An. K 16 tahun dengan
orang tersebut menyadari stimulus tersebut. diabetes melitus tipe 1 secara holistik sesuai
Kemudian dia mulai tertarik (interest). dengan pendekatan dokter keluarga dan
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang- evidence based medicine.
nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
(evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba Daftar Pustaka
melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus 1. Bambang T. Konsensus Nasional
(trial). Pada tahap akhir adalah adoption, Pengelolaan Diabets Mellitus Tipe 1. UKK
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2009:
kesadaran dan sikapnya.16 1-91.
Apabila dilihat berdasarkan intervensi non 2. Jose RL. Batubara, dkk. Endokrinologi Anak
farmakologis dan farmakologis ada beberapa Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
perubahan perilaku pada pasien. Pasien sudah Indonesia; 2010.
menggunakan obat sebagai kontrol penyakit 3. Menke A, Casagrande S, Geiss L, Cowie C.
hipertensi secara teratur dan pasien juga sudah Prevalence of and Trends in Diabetes among
mengerti mengenai penyakit tersebut. Pasien Adults in the United States, 1988-2012.
juga mengerti tentang diabetes melitus beserta JAMA: Journal of the American Medical
komplikasi dan tatalaksana seperti diet dan Association, 2015; 1021–1029.
aktivitas fisik yang sesuai. Pasien juga sudah https://doi.org/10.1001/jama.2015.10029.
mengetahui jika ia harus melakukan kunjungan 4. Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak
ke puskesmas satu kali per bulan atau ketika dan Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia.
obat sudah mau habis, intervensi pola makan Diagnosis dan tatalaksana diabetes mellitus
dan gaya hidup juga telah mendapatkan hasil tipe-1 pada anak dan remaja. Jakarta: Ikatan
yang sesuai. Harapannya pasien dapat Dokter Anak Indonesia; 2017: 1-28.
mengadopsi semua perilaku yang telah dilakukan 5. Price S.A, dan Wilson L.M. Patofisiologi:
selama 1 minggu ini sesuai dengan pengetahuan, Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Edisi 6,
kesadaran dan sikapnya seterusnya agar Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U.,
penyakit pasien terkontrol, tidak menimbulkan Hartanto, H., Wulansari, P., Mahanani, D. A.,
komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup dari Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
pasien walaupun dengan penyakit kronis. 2005.
6. Patricia A, Perry A.G. Fundamental of
Simpulan Nursing: Fundamental Keperawatan Buku 3
1. Faktor risiko internal pada pasien An.K 16 Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
tahun adalah gaya hidup pasien yang kurang EGC; 2010.
baik yaitu jarang berolahraga, pola berobat 7. Ronquillo, L.H., Zenteno, J.F.T., Espinosa,
pasien masih bersifat kuratif, pasien J.G., & Aceves, G. Factor Associated with
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Therapy Noncompliance in Type 2 Diabetes
penyakit yang diderita, dan pola diet yang Patient. Salud Publica de Mexico. 2003: 45
tidak sesuai. (3), 191-197.
2. Faktor risiko eksternal terjadinya kondisi 8. Hensarling, J. Development and
kesehatan pada pasien An. K, 16 tahun Psychometric Testing of Hensarling’s
adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki Diabetes Family Support Scale, a