Anda di halaman 1dari 9

The Indonesian Journal of Health Science

Volume 12, No.2, Desember 2020

Daily Behavioural Penderita Diabetes Mellitus Tipe 1 Sebagai Triggers


Kekambuhan Ketoasidosis Diabetikum

Ana Fitria Nusantara, Achmad Kusyairi

Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan, PIP Lt. 1, PZH Genggong, Pajarakan,
Gerojokan, Karangbong, Kec. Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur
Email: anafitriaachmad@gmail.com
Diterima tanggal : 13 Juni 2020
Direvisi tanggal : 1 September 2020
Dipublikasikan tanggal : 10 Desember 2020

Abstrak

Latar Belakang dan Tujuan: Diabetes melitus tipe 1 merupakan kelainan


kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang
disebabkan oleh kekurangan insulin absolut. Ketoasidosis diabetikum adalah
komplikasi paling sering terjadi yang membutuhkan pengelolaan secara akurat
untuk mencegah terjadinya kematian pada pasien dengan DM tipe 1. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi perilaku harian penderita DM tipe 1
yang dapat menjadi pemicu serangan ulang ketoasidosis diabetikum.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan
phenomenology. Pengumpulan data dengan cara wawancara tidak terstruktur dan
observasi. selanjutnya dilakukan analisis tehnik Van Manen. Partisipan berjumlah
24 orang.
Hasil: Empat tema yang dihasilkan sebagai berikut: perilaku makan (jumlah,
jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami KAD, perilaku
minum (jumlah, jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami
KAD, perilaku diit di luar aturan yang dilakukan di luar rumah, stress fisik dan
psikologis.
Simpulan dan Implikasi: Ketoasidosis diabetikum menjadi salah satu penyebab
tingginya mortalitas pada usia anak. Oleh sebab itu penatalaksanaan pada
penderita DM tipe 1 penting untuk dilakukan sehingga ketoasidosis tidak terjadi
seperti memperhatikan perilaku makan, minum, diit, dan manajemen stress.

Kata Kunci: Daily Behavioural; Diabetes Mellitus; Kekambuhan; Ketoasidosis


Diabetikum

Sitasi: Nusantara A F & Kusyairi A. (2020). Daily behavioural penderita diabetes mellitus tipe 1 sebagai
triggers kekambuhan ketoasidosis diabetikum. The Indonesian Journal of Health Science. 12(2), 101-109
Copyright: © 2020 Nusantara et al. This is an open-access article distributed under the terms of the
Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License, which permits unrestricted
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author and source are credited.
Diterbitkan Oleh: Universitas Muhammadiyah Jember
ISSN (Print): 2087-5053
ISSN (Online): 2476-9614

101
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

Abstract

Introduction and Aim: Diabetes mellitus type I is a chronic disorder with


impaired carbohydrate, protein and fat metabolism that caused by absolute
insulin deficiency. Diabetic ketoacidosis is the most common complication that
requires accurate management to prevent death in children with type 1 diabetes.
The purpose of this study is to explore the daily behavior of people with type 1
diabetes that can be a trigger for a repeat attack of diabetic ketoacidosis.
Methods: This study uses a qualitative design with a phenomenology approach.
The data collection was using unstructured interviews and observations, than
data was analyzed with Van Manen's technique. Number of participants is 24
people.
Results: The study obtained four themes as follows: eating behavior (amount,
variety, time) before being diagnosed with DM or before having DKA, drinking
behavior (amount, variety, time) before being diagnosed with DM or before
having DKA, diit behavior outside the home rules, physical and psychological
stress.
Conclusion: Diabetic ketoacidosis is one of that causes of high mortality in
childhood. Therefore, patients management with type 1 diabetes is important to
do, so that DKA does not occur, such as eating behavior, drinking behavior, diit,
and stress management.

Keywords : Daily Behaviour; Diabetes Melilltus; Diabetic Ketoacidosis;


Recurrence

PENDAHULUAN diabetes melitus tipe 1 ini, akibatnya


penderita mengalami keterlambatan
Diabetes mellitus (DM)
diagnosis dan tatalaksana yang tepat.
merupakan penyakit kronik yang
Ketoasidosis diabetik (KAD)
mana angka kejadiannya mengalami
merupakan keadaan dekompensasi
peningkatan hampir di seluruh dunia.
metabolik yang ditandai oleh
Tanda umum diabetes melitus adalah
hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
peningkatnya kadar gula darah yang
Keadaan tersebut terutama
disebabkan oleh gangguan
disebabkan oleh defisiensi insulin
metabolisme karbohidrat, protein dan
absolut atau relatif. KAD dan
lemak. Diabetes melitus yang sering
hipoglikemia merupakan komplikasi
terjadi pada usia anak adalah DM
akut dari diabetes melitus yang
tipe 1. Pada penyakit tersebut anak
paling sering terjadi akibat dari
mengalami defisiensi insulin absolut
keadaan diuresis osmotik. Penderita
sebagai akibat dari rusaknya kelenjar
KAD dapat mengalami dehidrasi
pankreas karena proses autoimun
berat dan bahkan sampai
(Pulungan, Annisa, dan Imada,
menyebabkan terjadinya syok.
2019).
KAD dapat menjadi tanda awal
Masalah utama pada penderita
dari keadaan diabetes melitus tipe 1
DM tipe 1 di Indonesia adalah
dan juga sebagai dampak dari
pengetahuan dan kesadaran
kebutuhan insulin yang meningkat
masyarakat khususnya keluarga
pada penderita DM tipe 1 dengan
terdekat yang masih bisa
infeksi, infark miokard dan adanya
dikategorikan kurang tentang

102
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

trauma (Wira dan Dewa, 2010). Pada Kabupaten Probolinggo. Wawancara


beberapa kasus, DM tipe 1 berlangsung selama 45-60 menit dan
terdiagnosa ketika penderita dilakukan bersamaan dengan
mengalami keadaan keatoasidosis. kegiatan observasi. Jumlah partisipan
Hal ini terjadi karena diabetes dianggap telah memenuhi, karena
melitus tidak diketahui sebelumnya informasi yang didapat mempunyai
sehingga penderita mengalami pola yang sama dan berulang kali
komplikasi ketoasidosis. Komplikasi sehingga sudah mencapai saturasi
terburuk pada kasus KAD adalah data. Hasil wawancara ditranskrip
penderita dapat tidak tertolong. Akan dan untuk mendapatkan tema, hasil
tetapi hal tersebut dapat dihindari wawancara dianalisis menggunakan
dengan cara cepat dan tepatnya metode Van Mannen.
diagnosis serta penatalaksanaan.
Lebih dari 90% diabetes HASIL
melitus pada anak dan remaja adalah
Tema 1: Perilaku makan (jumlah,
DM tipe 1. Tahun 2013 terdapat
jenis, jam) sebelum
kurang lebih 65.000 anak berusia
terdiagnosa DM atau
kurang dari 15 tahun menderita DM
kejadian KAD
tipe 1 setiap tahunnya dan 13-80%
terdiagnosis mengalami ketoasidosis Hasil wawancara dengan
diabetikum (WHO, 2013 dalam Ria partisipan didapatkan bahwa
dan Syazili, 2017). Sekitar 20% dari kebiasan makan penderita sebelum
penderita DM diketahui setelah terdiagnosa DM tipe 1 yakni makan
terdiagnosa menderita KAD. dengan porsi yang tidak wajar
Sedangkan penderita KAD yang (banyak) dengan frekuensi lebih dari
sudah diketahui DM sebelumnya 3 kali dalam satu hari. Pada
dapat dikenali adanya faktor umumnya adalah konsumsi
pencetus sebesar 80%, sedangkan karbohidrat berlebih dalam bentuk
20% sisanya tidak diketahui faktor nasi dan olahan karbohidrat yang lain
pencetusnya (Ria dan Syazili. 2017). seperti bakso dan mi (instan ataupun
olahan) dikonsumsi ketika di rumah
METODE PENELITIAN maupun di luar rumah.
Selama terdiagnosa DM tipe 1
Metode penelitian ini kebiasan makan pasien mengikuti
menggunakan metode qualitative aturan diit yang sudah diberikan akan
dengan pendekatan phenomenology, tetapi hanya dilakukan dengan
yang bertujuan untuk memahami perhitungan perkiraan serta
fenomena-fenomena yang terjadi kebiasaan konsumsi makanan yang
dalam subyek penelitian, dimana tidak terkontrol baik ketika di rumah
peneliti akan mendeskripsikan hasil maupun di luar rumah seperti di
penelitian yang berupa kata-kata sekolah dan pada saat bermain.
yang diperoleh selama mengadakan “...kalau makan itu memang
pengamatan dan wawancara dengan dia hobi sekali dengan porsi yang
sejumlah informan. tidak wajar...”
Data dikumpulkan “...oo kalau di sekolah dia
menggunakan metode wawancara biasanya beli makanan kayak mi
tidak terstruktur pada 24 partisipan
itu..pentol cilot..gitu..”
yang terdiri dari 12 orang tua dan 12
orang anak penderita DM Tipe I di

103
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

“...maksudnya nasi biasanya itu “ pokoknya kalau sudah


bu tapi porsinya porsi orang dewasa kambuh berarti dia beli dak bilang
buanyak banget walaupun dia masih saya dan bapaknya. kadang saya
kecil...” kasian ahirnya saya ijinkan juga..”
“...makannya banyak memang, “...iya teh rio, ale-ale, anu juga
tidak seperti anak seusianya,...oo air gula, dia ini sejak bayi minum air
lebih (dari 3 kali)” gula...”
“...senengannya itu beli bakso “...Minumnya ale-ale itu,
cilot itu..sama es krim, kalau gak namanya anak-anak ya saya turuti
dibelikan nesu (ngambek) dak mau waktu itu, paling sedikit sehari 4
bicara sama saya, namanya anak botol, teh rio, jas jus, uuuh
ya..saya turuti” pokoknya...”
“...o lebih bu, bolak balik itu, “...ini kalau dirumah gak mau
bahkan malam sebelum tidur itu manis-manis, maunya itu ale-ale itu
kalau gak dikasi makan dulu ya gak lo bu...”
tidur-tidur” “...iya, dia ikut teman-teannya
kalau di sekolah. Temannya beli dia
Tema 2: Perilaku minum (jumlah, ikut beli...”
jenis, jam) sebelum “...kemarin itu yang terus
terdiagnosa DM atau kambuh itu dia beli es jas jus di
kejadian KAD sekolahnya, dibawa pulang diminum
di rumah”
Berdasarkan hasil wawancara
“...ini ikut mbahnya ke rumah
dengan partisipan didapatkan bahwa
saudara ceritanya..dia minum teh rio
kebiasan minum pasien sebelum
dak ketahuan sama mbahnya, setelah
terdiagnosa DM tipe 1 yakni
minum baru ketahuan, malemnya
memiliki kebiasaan mengkonsumsi
terus kambuh itu”
minuman manis seperti air gula dan
minuman yang dijual bebas seperti
jas jus, ale-ale, teh rio, es jus, es teh Tema 3: Perilaku diit di luar
dan floridina sebagai minuman aturan yang dilakukan di
pokok serta kurang dalam luar rumah
mengkonsumsi air putih. Kebiasaan Berdasarkan hasil wawancara
tersebut tidak serta merta berubah dengan partisipan didapatkan bahwa
setelah terdiagnosa DM tipe 1 hanya pasien makan di luar rumah
saja tidak dilakukan di rumah dan khususnya ketika di sekolah. Hal
jumlahnya berkurang. Akan tetapi tersebut dilakukan oleh pasien
beberapa partisipan pada momen meskipun di rumah sudah makan
tertentu seperti hari raya dapat sesuai ketentuan diit. Keadaan
mengkonsumsi minuman diatas lagi tersebut tidak dapat di kontrol oleh
karena keinginan yang tidak dapat orang tua maupun keluarga.
dikontrol. “...katanya temen temen cuma
“...dia suka ngeteh kayak beli nasi tok gini, kan temen2 nya
minuman itu dah, ale-ale...” bilang beli anu lek (beli nasi di
“...es jus...es teh (mennjawab sekolah) ( Kata temanya hanya beli
pertanyaan peneliti tentang perilaku nasi)...”
minum sebelum sakit)...” “...sangunya itu habis buat beli
makanan, suka beli-beli juga kalau di

104
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

sekolahnya...dikasi uang berapa gitu “..kecapean kemarin itu,


ya habis buat beli makanan di luar” saudaranya kan datang semua
“...iya itu, itu kan ada jagung itu...jadi main terus. Sakit jadinya”
itu lo apa namanya, beli itu seneng “....kalau kecapean kayak
dia (jasuke/jagung susu keju). Kalau sekarang ini sebenarnya anu
beli eskrim yang besar itu tapi dikit- sekarang pondok romadhon tapi
dikit kalau makan...” katanya pusing jadi ijin...”
“...bukan (sosis), kayak mari “...anaknya kan lemes ya
mari (biskuit) iku seng coklat...beli 1, pak...ndak bisa capek. Kalau ulangan
klau kurang nambah...” gitu belajar sampai malam, paginya
“..bawa..saya bawakan sudah dak enak badan..”
(dibawakan bekal dari rumah) tapi ya “...stress , itu yang terakhir itu
tetep kata temannya dia beli-beli karena kelelahan dan telat makan,
makan juga di sekolah..” jadi langsung kumat...”
“...Anu..dia ini pengenan “...mau ujian..dia kan lama dak
anaknya, kalau temannya makan apa masuk sekolah waktu yang ke
dia juga mau..saya berikan malang itu, berat mungkin jadinya..”
sedikit..gitu, kasian saya, anak-anak
juga kan...” PEMBAHASAN
Berdasarkan pada hasil
Tema 4: Stress Fisik dan wawancara dan hasil analisis tema
Psikologis pada tujuan khusus ini, peneliti
Berdasarkan hasil wawancara menemukan 4 tema, yaitu : Perilaku
dengan partisipan didapatkan bahwa Makan (Jenis, Jumlah dan Jam)
sebelum mengalami serangan KAD Sebelum Terdiagnosa DM dan atau
pasien mengalami kelelahan karena Kejadian KAD, Perilaku Minum
aktifitas fisik baik yang berkaitan (Jumlah, Jenis, Jam) Sebelum
dengan kepentingan sekolah ataupun Terdiagnosa DM dan atau Kejadian
tidak serta faktor psikologis. 100% KAD, Perilaku Diet Di Luar Aturan
pasien adalah anak sekolah pada Yang Dilakukan Di Luar Rumah
sekolah umum sehingga tidak ada (Penyebab Kekambuhan
perbedaan dengan anak yang tidak KAD/Komplikasi DM), Stress Fisik
sakit. dan Psikologis. Hal ini ditunjukkan
dengan beberapa pernyataan dan
“...anak saya ini kan aktif
jawaban partisipan pada bab hasil.
sekali ya, sampai capek saya nyuruh
diem, padahal kan dia ini sakit ya...” Tema 1: Perilaku Makan (Jenis,
“...paginya itu kan ujian di Jumlah dan Jam) Sebelum
sekolahnya...mikir paling...” Terdiagnosa DM dan atau
“...kecapean kayaknya, soalnya Kejadian KAD.
kalau habis sktifitas gitu pulang Diet memainkan peranan
sekolah katanya capek itu biasanya penting dalam strategi terapi untuk
sakit dia...” menjaga penderita diabetes pada
“...main terus anaknya, kalau kontrol glikemik yang baik dan
ndak saya paksa tidur siang dia main mencegah komplikasi mikro dan
sampai sore. Kalau sudah capek gitu makrovaskuler. Namun pada
kambuh dia..” realisasinya pengaturan nutrisi ini
sangat sulit diterapkan mengingat

105
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

adanya kebiasaan pola makan yang KAD dapat dicegah dengan cara
sulit dirubah dan berbeda beda. Salah pendidikan yang tepat untuk
satu kunci keberhasilan pengaturan memfasilitasi identifikasi dan
makanan ialah asupan makanan dan perawatan dini (Vitale et al, 2018).
pola makan yang sama sebelum
maupun sesudah diagnosis (Rivellese Tema 2: Perilaku Minum (Jenis,
et al, 2008). Jumlah dan Jam) Sebelum
Pengaturan makanan pada Terdiagnosa DM dan atau
penderita DM tipe-1 bertujuan untuk Kejadian KAD.
mencapai kontrol metabolik yang Tidak berbeda dengan perilaku
baik tanpa mengabaikan kalori yang makan, penderita DM harus
dibutuhkan untuk metabolisme basal, memperhatikan pola minum terutama
pertumbuhan, pubertas, maupun jenis minuman yang dikonsumsi.
aktivitas sehari hari. Partisipan membiasakan anak untuk
Partisipan mengkonsumsi minum air putih di rumah, bahkan
makanan dengan bebas, satu-satunya sebagian besar partisipan
yang dihindari adalah mengkonsumsi membawakan bekal air putih pada
gula. Jenis makanan menentukan anak apabila ke sekolah atau
kecepatan naiknya kadar glukosa kegiatan lain di luar rumah.
darah. Suatu makanan dalam Dikarenakan usia penderita
menaikkan kadar gula darah disebut masih termasuk kategori anak yang
dengan indeks glikemik. Semakin cenderung belum bisa konsisten
cepat menaikkan kadar glukosa dalam mengikuti program terapi,
darah setelah makanan tersebut seringkali anak meminta untuk
dikomsumsi, maka semakin tinggi minum minuman manis buatan
indeks glikemik makanan tersebut seperti ale-ale, teh rio, dan
(WDF, 2009). sejenisnya. Dengan alasan kasian dan
Dalam menentuan jumlah meredakan amarah anak akhirnya
makanan yang dikonsumsi partisipan orang tua menuruti keinginan anak.
tidak menggunakan alat ukur baku, Berdasarkan hal tersebut
tetapi menggunakan metode kira-kira menumbuhkan kesadaran anak dan
dalam menentukan banyaknya
keluarga adalah prioritas.
makan pada anak. Begitu juga Pengalaman orang tua dalam
tentang waktu makan, orang tua mengelola terapi dan merawat
lebih fleksibel terhadap waktu makan penderita juga menjadi faktor
anak, disesuaikan dengan kondisi penentu perilaku dan dalam
keluarga dan anak. menentukan sikap pada keinginan
Komitmen orang tua dalam anak.
mengikuti aturan penatalaksanaan Riwayat anggota keluarga
diet pada anak sangat dibutuhkan dengan penyakit diabetes mellitus
selaku keluarga terdekat yang sebelumnya dapat menyebabkan
merawat anak sehingga tujuan terapi resiko KAD pada anak menjadi lebih
dapat tercapai dan komplikasi tidak rendah. Poin ini dapat menjadi salah
terjadi. Komitmen yang kuat satu cara pencegahan terjadinya
diimbangi dengan kepatuhan dan KAD pada anak. Dengan
pengetahuan yang baik dapat
pengalaman mengamati atau terlibat
memberikan hasil yang maksimal. merawat anggota keluarga yang
Diperkirakan hingga 50% dari kasus

106
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

terdiagnosa DM sebelumnya, orang bahwa anak makan di rumah 3 kali


tua mengalami peningkatan dalam satu hari. Akan tetapi tidak
kesadaran. Pengalaman diabetes dapat memastikan tentang perilaku
mellitus sebelumnya meningkatkan makan anak di luar rumah. Hal ini
kewaspadaan pada keluarga dan pada terjadi karena orang tua tidak dapat
petugas kesehatan. oleh karena itu mengontrol perilaku makan anak di
dapat disimpulkan bahwa kesadaran luar rumah termasuk di sekolah. Hal
yang baik akan penyakit (diabetes ini memungkinkan partisipan untuk
mellitus) baik dalam keluarga jatuh pada keadaan yang rentan
ataupun masyarakat memiliki dengan komplikasi.
dampak yang sangat positif dalam
hal diagnosis yang tepat dan Tema 4: Stress Fisik dan
pencegahan dini KAD (Cherubini et Psikologis
al, 2016).
Penderita diabetes mellitus tipe
1 berada pada rentang usia anak yang
Tema 3: Perilaku Diet di Luar masih aktif sekolah. Sebagian besar
Aturan yang Dilakukan di Luar anak berada pada tahap sekolah
Rumah (Penyebab Kekambuhan dasar. Anak usia sekolah adalah anak
KAD/Komplikasi DM) dengan usia 6-12 tahun yang dapat
Partisipan dalam mengekspresikan stimulus
mengkonsumsi makanan tidak intelligence quotient atau melakukan
memperhitungkan seberapa banyak tugas pembelajaran yang menuntut
yang dikonsumsi. Partisipan akan kemampuan intelektual atau
makan jika lapar dan ingin serta akan kemampuan kognitif seperti:
berhenti jika kenyang dan sudah menghitung, membaca, dan menulis
tidak mau. Partisipan akan (Syamsu Y, 2011).
mengkonsumsi banyak makanan Anak usia sekolah dalam
yang disukai walaupun itu tidak baik keadaan sehat akan lebih banyak
untuk tubuhnya dan akan menolak bermain baik di dalam maupun di
makanan yang tidak disukai tetapi luar rumah bersama teman
dapat menunjang pengelolaan sebayanya dan melakukan banyak
penyakitnya. Salah satu kunci
aktifitas sesuai dengan tumbuh
keberhasilan pengaturan makanan kembangnya seperti berlari-lari,
ialah asupan makanan dan pola melompat serta sangat aktif untuk
makan yang sama sebelum maupun bergerak (Hardinsyah dan Supariasa,
sesudah diagnosis (Rivellese, 2008). 2016). Tahap usia sekolah juga
Prinsip makan pada penderita menuntut anak untuk banyak belajar
diabetes mellitus adalah mengatur sehingga tumbuh kembang
konsumsi karbohidrat dengan tujuan kognitifnya juga sesuai. Akibat dari
gula darah terkontrol sehingga tingginya aktivitas fisik dan psikis
penderita berada pada keadaan sehat. yang dilakukan anak, jika tidak
Untuk mencapai tujuan tersebut diimbangi dengan istirahat yang
tubuh memerlukan gizi yang cukup cukup dan menejemen diabetes yang
sehingga penderita dituntut untuk tepat maka dapat menyebabkan
mampu mengelola makanan yang terjadinya kelelahan fisik yang
akan dikonsumsi. 100% orang tua selanjutnya akan mempengaruhi
dalam penelitian ini memastikan kesehatan penderita sehingga

107
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

menimbulkan komplikasi diabetik aturan yang dilakukan di luar rumah,


seperti ketoasidosis. serta stres fisik dan psikologi.
Terdapat beberapa faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya
SARAN
ketoasidosis pada penderita diabetes
yaitu : perbedaan informasi tentang Sebagai bentuk pencegahan
diabetes yang diterima, banyaknya serangan KAD berulang dapat
informasi tentang keadaan penyakit dilakukan dengan cara melakukan
yang diterima, lamanya menderita enam pilar penatalaksanaan diabetes
penyakit, informasi yang berlebihan mellitus, yaitu terapi insulin, diet,
tentang kondisi penyakit, keadaan exercise, edukasi, pemantauan
geografis daerah tempat tinggal, mandiri dan kontrol metabolik yang
kurangnya akses terhadap tenaga ditunjang dengan dukungan oleh
kesehatan spesialis, serta beban keluarga terdekat dan petugas
psikologis yang dialami oleh remaja kesehatan.
yang dirawat oleh keluarga selain
orang tua. (Chafe, et al. 2015). Anak DAFTAR PUSTAKA
dengan DM tipe 1 yang tidak tinggal
atau tidak dirawat langsung oleh Chafe, R., Albrechtsons, D., Hagerty,
orang tua memiliki kecenderungan D., Newhook, L. A. (2015).
mengalami komplikasi berupa KAD Reducing episodes of diabetic
(Usher-Smith Et al, 2011). ketoacidosis within a youth
Dukungan dari masyarakat population: a focus group
sekitar, informasi baru tentanga study with patients and
KAD, telpon seluler, informasi yang families. BMC. BMC Res
tepat dan ringkas bagi pihak sekolah Notes. DOI 10.1186/s13104-
dan keluarga/wali serta set 015-1358-7
kelengkapan perawatan KAD untuk Cherubini, V., Skrami, E., Ferrito,
orang tua dapat membantu L., Zucchini, S., et al. (2016).
meningkarkan menejemen diabetes High frequency of diabetic
mellitus tipe 1 dan mencegah ketoacidosis at diagnosis of
serangan KAD berulang. Selain itu type 1 diabetes in Italian
ketidakpatuhan menejemen terapi children: a nationwide
insulin juga menjadi faktor penyebab longitudinal study, 2004–2013.
terjadinya KAD (Chafe et al, 2015) Scientific Reports 6:38844 |
DOI: 10.1038/srep38844
SIMPULAN Hardinsyah dan Supariasa, IDN.
Berdasarkan hasil penelitian (2016). Ilmu Gizi Teori dan
dapat disimpulkan bahwa perilaku Aplikasi. Jakarta: EGC
harian yang dapat menyebabkan Pulungan AB, Annisa D, dan Imada
terjadinya komplikasi ketoasidosis S. (2019). Diabetes Melitus
diabetikum pada penderita diabetes Tipe-1 pada Anak : Situasi di
melitis tipe 1 adalah perilaku Indonesia dan Tata Laksana.
makan (jumlah, jenis, jam) sebelum Sari Pediatri. Vol. 20, No. 6.
terdiagnosa DM atau kejadian KAD, 20(6):392-400
perilaku minum jumlah, jenis, jam) Ria Janita R dan Syazili Mustofa.
sebelum terdiagnosa DM atau (2017). Penatalaksanaan KAD
kejadian KAD, perilaku diit di luar dan DM tipe 1 pada Anak Usia

108
The Indonesian Journal of Health Science
Volume 12, No.2, Desember 2020

15 Tahun. Jurnal Medula diabetes in children and young


Unila Volume 7 Nomor 2 adults: a systematic review.
Rivellese, A. A., Boemi, M., BMJ. doi: 10.1136/ bmj. d4092
Cavalot, F., Costagliola, L., De Vitale, R. J., Card, C. E., Lichtman,
Feo, P., Miccoli, R., ... & J. H. (2018). An Effective
Zavaroni, I. (2008). Dietary Diabetic Ketoacidosis
habits in type II diabetes Prevention Intervention in
mellitus: how is adherence to Children With Type 1
dietary recommendations?. Diabetes. Sage Open Nursing.
European journal of clinical Volume 4: 1–6
nutrition, 62(5), 660-664. Wira, G., Dewa, Gede AB. (2010).
Syamsu, Yusuf, LN. (2011). Penatalaksanaan Ketoasidosis
Psikologi perkembangan anak Diabetik (KAD). Jurnal
dan remaja. PT Remaja Penyakit Dalam. Vol. 11, No. 2
Rosdakaryam World Diabetes Foundation. (2009).
Usher-Smith, J.A., Thompson, M.J., Konsensus nasional
Sharp, S.J., Walter, F.M. Pengelolaan Diabetes mellitus
(2011). Factors associated tipe 1. Badan penerbit ikatan
with the presence of diabetic dokter anak Indonesia. 978-
ketoacidosis at diagnosis of 979-8421-38-9.

109

Anda mungkin juga menyukai