Anda di halaman 1dari 26

Laporan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Keamanan dan

Kenyamanan Pada Pasien Trauma Tumpul Abdomen di


Bangsal Cendana 4 RSUP Dr. Sardjito

Disusun Oleh:

1. BINTI ZAHROH NURUL LAILA ALFAIN (2310206041)


2. INDAH CHOIRUNNISA PUTRI ZAIN (2310206099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
A. Laporan Pendahuluan

Pengertian Etiologi Patofisiologi


Nyeri akut merupakan keadaan dimana Penyebab nyeri akut adalah: Cedera yang terjadi akibat trauma ruptur abdomen
individu mengeluhkan ketidaknyamanan 1. Agen pencedera fisiologis pada organ limpa yang terjadi karena benturan
yang hebat dan sensasi yang tidak 2. Agen pencedera kimiawi dengan benda tumpul, dapat berisiko terjadi
menyenangkan selama satu detik hingga 3. Agen pencedera fisik perdarahan pada rongga abdomen. Adanya fraktur
kurang dari 6 bulan. Menurut SDKI adalah
pada tulang leher karena kecelakaan sepeda motor
pengalaman sensorik atau emosional yang
yang menyebabkan pembengkakan, kejang otot
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
leher, kesulitan menelan, sehingga timbul rasa nyeri
atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lamat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang 3 bulan
(Maghfiroh et al., 2022) Penatalaksanaan
- Farmakologis
Pemberian obat anti nyeri/analgesik atau obt
AINS (Anti Inflamasi Nonsteroid)
Manifestasi Klinis Nyeri - Nonfarmakologis:
Tanda dan gejala mayor: Akut  Relaksasi
Pasien mengeluh nyeri, tampak
 Terapi kompres dingin dan hangat
meringis, bersikap protektif, gelisah,
 Distraksi (menyanyi, berdoa, mendengar
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur
musik, dan bermain satu permainan)
Tanda dan gejala minor: (Damayanti, 2021)
Tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, Kondisi Klinis
Penilaian Intensitas Nyeri
berfokus pada diri sendiri, dan - Kondisi pembedahan
 Face Pain Scale (FPS)
diaphoresis. - Cedera traumatis
 Numeric Rating Scale (NRS)
- Infeksi
 Verbal Ratin Scale (VRS)
- Sindrom coroner akut
 Visual Analog Scale (VAS)
- Glaukoma
2
Konsep Teori

Pengertian
Patofisiologi
Trauma tumpul abdomen adalah terjadinya kerusakan
Terjadi karena trauma, infeksi, iritasi, dan obstruksi.
pada organ abdomen terutama limpa dan hati akibat
Kemungkinan terjadi perdarahan intraabdomen, pasien akan
benturan maupun cedera, dimana dapat menyebabkan
memperlihatkan tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel
perdarahan intraabdomen, selain itu dapat menyebabkan
darah merah dan gambaran klinis syok hemoragik atau
perubahan fisiologis seperti gangguan metabolisme,
hipovolemik. Tanda-tanda dalam trauma abdomen meliputi nyeri
kelainan, imunologi dan gangguan faal berbagai organ
tekan, spontan, lepas, dan distensi abdomen tanpa bising usus.
trauma abdomen
Bila syok berlanjut pasien akan mengalami takikardi, peningkatan
suhu tubuh, juga terdapat leukositosis

Trauma
Penyebab
Cedera pada limpa biasanya disebabkan
Tumpul Penatalaksanaan
hantaman pada abdomen kiri atas atau Abdomen - Pemeriksaan Focus Assesment with Sonography in
abdomen kiri bawah. Kejadian yang paling Trauma: pemeriksaan yang cepat, non invasif, dan dapat
sering meyebabkan cedera limpa adalah dilakukan pada kondisi hemodinamik pasien tidak stabil.
kecelakaan olahraga, perkelahian dan - Pemeriksaan Deep Peritoneal Lavage (DPL): menentukan
kecelakaan mobil jenis cairan intraperitoneal dan penyebab dari cidera pada
organ berongga dan cidera mesentrik.
- Blunt Abdominal Trauma Scoring System (BATS): sistem
skor dengan akurasi tinggi dalam mendiagnosis cedera
Pemeriksaan Penunjang organ intraabdomen pada pasien trauma tumpul abdomen
- Pemeriksaan darah rutin berdasarkan gambaran klinis seperti riwayat pasien
- Peritonium lavage - Pemeriksaan fisik dan FAST
- Pemeriksaan foto abdomen
- Pemeriksaan angiografi
- Pemeriksaan CT-Scan
3
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

- Pemeriksaan fisik
- Riwayat Kesehatan
- Pemeriksaan penunjang
- Terapi saat ini
Rencana Keperawatan

SLKI:
Diagnosa Keperawatan
- Tingkat nyeri
- Mobilitas fisik 1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera
- Pola tidur Trauma Tumpul Fisiologis d.d. Nyeri dan Sulit Tidur
Abdomen 2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d
SIKI:
- Manajemen nyeri Kontraktur
- Pengaturan posisi 3. Gangguan Pola Tidur b.d Nyeri
- Perawatan tirah baring
- Dukungan tidur

Evaluasi

- Subjektif
- Objektif
- Assessment (penilaian)
- Planning (rencana)

4
Pathway

Jatuh, pukulan benda tumpul, kompresi, dll

Gaya predisposisi trauma melebihi elastisitas dan viskositas


jaringan

Jaringan tidak dapat mengkompensasi

Terjadi perforasi jaringan abdomen

Trauma Abdomen

Terjadi perforasi jaringan abdomen

Kerusakan jaringan dan system syaraf

Pelepasan mediator nyeri dan ditangkap


persepsi nyeri

Impuls dikirim ke otak dan nyeri


dipersepsikan

NYERI AKUT

5
B. Laporan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Haidar Daris Tamim
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul
Diagnosa Medis : Trauma tumpul abdomen ec handle
bar injury dengan hemodinamik stabil
Tanggal Masuk RS : 22 Oktober 2023
Alasan masuk RS : Pasien mengalami kecelakaan motor lalu
mengeluhkan nyeri leher dan perut bagian
limfa. Terdapat luka lecet di bagian
lengan tangan kanan.
Riwayat penyakit sebelumnya : Tidak ada
Riwayat penyakit saat ini : Pasien merasa nyeri pada perut (skala 5)
dan nyeri di leher (skala 8), dan merasa
pegal pada punggung karena hanya bisa
tiduran di tempat tidur.
Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2023

2. Pengkajian Gordon
1. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit belum pernah mengalami
sakit yang serius, hanya sakit biasa seperti batuk, pilek, panas. Saat sakit
pasien hanya melakukan istirahat di rumah dan juga dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat seperti puskesmas, serta biasa membeli obat di apotek.
2. Pola Metabolisme-Nutrisi
Ibu klien mengatakan sebelum masuk Rumah Sakit klien makan dengan
teratur sehari 3 kali, nafsu makan pasien sangat baik dan porsi makan klien
termasuk banyak, makanan yang sering dikonsumsi dirumah yaitu nasi,
ayam, dan sayuran. Namun selama sakit di rumah sakit nafsu makan klien
menurun dikarenakan pasien diharuskan untuk puasa karena sedang proses
observasi dokter. Pasien juga mendapat diet nasi sehingga makanan yang
dikonsumsi berupa bubur. Pola minum pasien baik, selama sakit pasien
mengonsumsi air putih dan susu.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan semua kebutuhan BAK selama sakit menggunakan
kateter urine. Sebelum sakit pasien mengatakan pola BAB dan BAK
teratur dan tidak ada masalah, BAB dan BAK setiap hari pada pagi hari.
Saat dikaji pasien belum BAB maupun BAK.

6
4. Pola Aktivitas-Latihan
Klien mengatakan kegiatan sehari – hari yaitu bersekolah, bermain dengan
teman, senang bermain hp, dan sesekali ke pantai untuk melepas rasa
bosan atau refreshing dikarenakan rumah pasien dekat dengan pantai. Saat
di rumah sakit pasien terpasang neck collar, dan dengan keadaan leher
serta perut yang nyeri selama sakit hanya bisa terbaring di tempat tidur.
5. Pola Istirahat-Tidur
Pola tidur pasien saat dirumah normal, biasa tidur dari jam 22.00-05.00
pagi. Saat di rumah sakit pasien sempat tidak bisa tidur karena nyeri yang
dirasakan, saat dikaji pasien mengatakan sudah bisa tidur lagi di pagi hari.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Setiap indra pasien normal, tidak ada kelainan, pasien tidak terpasang alat
bantu dengar maupun kacamata. Pasien mengatakan nyeri bagian leher dan
perut bagian limfa.
7. Pola Persepsi-Diri Konsep
Pasien mengatakan merasa menerima keadaan sakit yang dialami, dan
berharap untuk sembuh. Pasien memiliki riwayat penyakit usus buntu.
8. Pola Hubungan-Peran
Hubungan pasien dengan keluarga maupun tetangga dan lingkungan sosial
baik, orang tua mendukung pasien untuk sembuh serta orang terdekat
sudah memberikan yang terbaik. Pasien adalah anak pertama dari 2
bersaudara, dan paling dekat dengan Ibunya, selama sakit Ibu pasien selalu
mendampingi.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien tidak ada kelainan pada pola seksual, dan tidak memiliki Riwayat
perilaku seksual yang menyimpang.
10. Pola Koping-Toleransi Terhadap Stress
Pasien mengatakan jika banyak tugas maka pasien sering main ke pantai
bersama teman-temannya, lalu pasien juga mengatakan senang
mendengarkan musik dan bermain HP.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien rajin melakukan ibadah sholat
5 waktu, pasien juga mengikuti TPA/Pengajian di sekitar lingkungan
rumah, namun selama di rumah sakit pasien terganggu tidak bisa
beribadah karna hanya bisa berbaring ditempat tidur.
b. Riwayat Kesehatan
Pasien mengatakan pernah memiliki Riwayat usus buntu
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien belum pernah sakit parah, hanya mengalami sakit biasa seperti
pilek, batuk, dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit turunan tertentu yang bisa
mengancam jiwa

7
Genogram

Keterangan:

: Laki-Laki : Pasien

: Perempuan : Meninggal

e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien
- Tanda-tanda dari distress: tidak ditemukan tanda-tanda distress saat
pengkajian dilakukan
- Penampilan dihubungkan dengan usia: klien merupakan pasien
remaja
- Ekspresi wajah, bicara, mood: klien dalam kondisi sadar dan dapat
menerima serta melakukan instruksi dengan baik, pasien tampak
meringis karena menahan nyeri. Nyeri pada bagian leher karena
trauma leher dengan skala 8 dan bagian perut karena limfa sobek
dengan skala 5. Nyeri seperti ditusuk dan ditekan. Waktu terasa nyeri
saat pasien bergerak menggerakkan tubuhnya.
- Berpakaian dan kebersihan umum: kebersihan klien terlihat sedikit
lusuh dikarenakan hanya bisa berbaring di tempat tidur
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan: klien mengalami gangguan
mobilitas fisik
2. Sistem pernafasan
- Hidung: simetris tidak kelainan
- Leher: Tulang leher bergeser dan sedikit menonjol
- Bentuk dada: normal
- Perbandingan ukuran anterior-posterior: normal
- Gerakan dada: tidak ada retraksi dinding dada
- Keadaan proxseus xipoideus: normal
- Suara nafas: sonor
- Apakah ada suara tambahan: tidak ada suara tambahan
8
3. Sistem kardiovaskuler
- Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis): conjungctiva
tidak anemi, bibir kering
- Tidak tampak iktus cordis, tidak teraba iktus cordis.
- Ukuran jantung: normal
- Capillary retiling time: <2 detik
4. Sistem pencernaan
- Sklera (ikterus/tidak): sklera berwarna putih
- Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis): kering
- Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi,
kemampuan menelan, gerakan lidah): kemampuan menelan klien
bagus
- Gaster (kembung, gerakan peristaltik): tidak kembung, gerakan
peristaltik normal
- Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi): proses BAK dan BAB
klien menggunakan kateter
5. Sistem Indra
a) Mata: bentuk mata cekung dan lapang pandang normal
b) Hidung: penciuman normal dan lubang hidung bersih tidak terdapat
secret
c) Telinga: daun telinga simetris, tidak ada serumen, dan fungsi
pendengaran baik
d) Sistem Syaraf
e) Fungsi cerebral
- Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan
perhitungan, bahasa): baik
- Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS: E4M6V5
- Bicara (ekspresive dan resiptive): ekspresive
f) Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII): normal
g) Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot): kekuatan otot
menurun
h) Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi): nyeri
leher dan limfa
i) Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan): berkurang karna
pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur
j) Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial): reflek anggota
badan baik
6. Sistem musculoskeletal
a) Kepala (bentuk kepala): normal
b) Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM): mengalami gangguan karna
hanya bisa berbaring di tempat tidur
c) Lutut (Mc Murray Test, Ballotement, ROM)
- Kaki (keutuhan ligamen, ROM): ligamen utuh tidak ada cidera

9
- Bahu: tidak ada kelainan
- Tangan: tidak ada kelainan
7. Sistem integument
a) Rambut (distribusi ditiap bagian tubuh, texture, kelembaban,
kebersihan): normal, tidak ada kelainan
b) Kulit (perubahan warna, temperatur, kelembaban, bulu kulit,
erupsi, tahi lalat, ruam, texture): kulit sedikit kering
c) Kuku (warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan): kuku
terlihat kotor
8. Sistem endokrin
a) Kelenjar tiroid: tidak ada perbesaran kelenjar
b) Percepatan pertumbuhan: normal
c) Gejala kreatinisme atau gigantisme: tidak ada
d) Ekskresi urine berlebihan, polydipsi, poliphagi: normal
e) Riwayat bekas air seni dikelilingi semut: tidak ada
9. Sistem perkemihan
a) Edema palpebra: tidak ada edema
b) Moon face: tidak ada perbesaran wajah
c) Edema anasarka: tidak ada edema
d) Keadaan kandung kemih: normal
e) Nocturia, dysuria, kencing batu: tidak ada
f) Penyakit hubungan sexual: tidak ada
g) Balance cairan: normal
10. Sistem reproduksi
a) Keadaan gland penis (urethra): tidak ada kelainan
b) Testis (sudah turun/belum): tidak ada kelainan
c) Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak): normal
d) Pertumbuhan jakun: normal
e) Perubahan suara: normal
11. Sistem imun
a) Allergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia): tidak ada alergi
b) Immunisasi: terakhir kali melakukan vaksinasi Covid-19
c) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca: tidak ada
d) Riwayat transfusi dan reaksinya: belum pernah melakukan
transfusi sebelumnya
12. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
No Jenis Tanggal Hasil Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan & Hasil
Diagnostik Hasil Pemeriksaan
1. Eritrosit 24 Oktober 2023 4.06 Rendah
2. Hb 24 Oktober 2023 10.2 Rendah

10
3. Hematokrit 24 Oktober 2023 30.1 Rendah
4. MCV 24 Oktober 2023 74.1 Rendah
5. MCH 24 Oktober 2023 25.1 Rendah
6. RDW-CV 24 Oktober 2023 16.1 Tinggi
Radiologi
NO Jenis Tanggal Hasil Analisa &
Pemeriksaan Pemeriksaan Interpretasi
Hasil
Pemeriksaan
1. USG Abdomen Upper 24 Oktober 2023 Dyspepsia -
2. Thorax PA 26 Oktober 2023 Contusion Contusion
pulmonum pulmonum pada
segmen
posterobasal
lobus inferior
pulmo sinistra

Terapi Saat ini : 24 – 26 Oktober 2023


NO Nama Obat Dosis Indikasi Rasionalisasi
1 Asam Inj 500mg 3x1 Menghentikan Menghentikan
Traneksamat perdarahan perdarahan
pascaoperasi pascaoperasi
2 Ceftriaxone Inj 1g 2x1 Mengobati Antibiotik
infeksi bakteri
3 Clinimix 83cc/jam Untuk Pemberian
mencukupi nurisi parenteral
kebutuhan
nutrisi Ketika
pemberian oral
tidak
memungkinkan
4 Dexamethasone Inj 5mg/mL 1x1 Meredakan Mengurangi
peradangan peradangan
pada bagian
tubuh yang
fraktur/ nyeri
5 Furosemide Inj 10mg/mL 1x1 Mengatasi Mengurangi
penumpukan pembengkakan
cairan dalam pada bagian
tubuh, tubuh yang
mengurngi bengkak dan
pembengkakan nyeri
6 Iopamiro Inj 300mg/mL 1x1 Sebagai media Membantu
kontras struktur tubuh
radiografi terlihat lebih
untuk prosedur jelas saat

11
diagnostik pemeriksaan
radiologi
7 Paracetamol Inj 1 gr/mL 2x1 Meredakan Mengurangi
demam dan nyeri yang
nyeri ringan dirasakan
hingga sedang
Data Fokus

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 DO : Nyeri akut Agen
- Tekanan darah : 149/77mmHg SDKI (D.0077, hlm. Pencedera Fisik
- Nadi : 85x/menit 172)
- RR : 20x/menit
- Suhu : 37,1ºC
DS :
- Pasien mengatakan nyeri dibagian
leher dengan skala 8 dan dibagian perut
(limfa) skala 8
- Pasien terlihat meringis menahan sakit
- Pasien mengatakan sulit tidur karena
nyeri yang terus menerus
2 DO : Gangguan Pola Tidur Nyeri
- Pasien terlihat lemas SDKI (D.0055, hlm.
DS : 126)
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur
- Pasien mengatakan sering terjaga
- Pasien mengatakan pola tidur berubah
- Pasien tidak bisa beraktivitas dan
hanya bisa berbaring di tempat tidur
3 DO : Gangguan Mobilitas Pembatasan
- Pasien terpasang neck collar Fisik gerak
- Pasien hanya bisa berbaring di tempat SDKI (D.0054, hal.
tidur 124)
DS :
- Pasien mengatakan hanya bisa
menggerakkan kaki dan tangan
- Pasien mengatakan susah
menggerakkan leher karena patah
tulang leher
- Pasien mengatakan punggung sakit
dan kaku karena hanya bisa tiduran

12
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Prioritaskan Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Pembatasan gerak
3. Gangguan Pola Tidur b.d Nyeri

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI) RASIONALISASI

1. Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri


Agen Pencedera (L.08066 hal. 145) (I.08238, hal. 201) (I.08238, hal. 201)
Fisiologis Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, - Mengetahui onset nyeri
tindakan karakteristik, durasi, - Mengetahui skala nyeri
keperawatan selama frekuensi, kualitas, - Mengetahui faktor
3x24 jam maka intensitas nyeri penyebab nyeri
diharapkan: - Identifikasi skala nyeri - Mengajari pasien
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang teknik mengurangi
menurun dari skala 1 memperberat dan nyeri
ke 4 memperingan nyeri
- Meringis menurun - Berikan teknik
dari skala 1 ke 4 farmakologis untuk
- Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
menurun dari skala - Jelaskan strategi
1 ke 5 meredakan nyeri
- Anjurkan teknik
nonfarmakolois untuk
mengurangi rasa nyei
- Kolaborasi pemberian
analgesik
2. Gangguan Mobilitas Fisik Pengaturan Posisi (I.01019, Pengaturan Posisi
Mobilitas Fisik b.d (L.05042, hal 65) hal. 293) (I.01019, hal. 293)

pembatasan gerak Setelah dilakukan - Tinggikan tempat tidur - memberikan posisi yang
tindakan bagian kepala nyaman pada pasien
keperawatan selama - Berikan bantal yang tepat - mengajari pasien
3x24 jam maka pada leher melakukan ROM pasif

diharapkan: di atas tempat tidur


- Motivasi melakukan
13
- Rentang gerak ROM aktif atau pasif Perawatan Tirah
(ROM) meningkat - Ajarkan cara Baring (I.14572, hal.
dari skala 1 menggunakan postur 350)
menjadi 4 yang baik dan mekanika - mengetahui
- Gerakan terbatas tubuh yang baik selama komplikasi yang
menurun dari skala melakukan perubahan muncul pada tirah
1 menjadi 4 posisi baring
Perawatan Tirah Baring - mempertahankan
(I.14572, hal. 350) posisi nyaman pasien

- Monitor komplikasi tirah - memberi latihan gerak

baring (sakit punggung) pasif di atas tempat

- posisikan senyaman tidur

mungkin - mempertahankan

- berikan latihan gerak kebersihan pasien

aktif atau pasif


- pertahankan kebersihan
pasien

3. Gangguan Pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265, Dukungan Tidur (I.09265,
Tidur b.d Nyeri Setelah dilakukan hal. 48) hal. 48)
tindakan - Identifikasi pola aktivitas - Mengetahui pola
keperawatan selama dan tidur aktivitas dan tidur
3x24 jam maka - Identifikasi faktor - mengetahui faktor
diharapkan: pengganggu tidur pengganggu tidur

- Keluhan sulit tidur - Modifikasi lingkungan - Memodifikasi

(5) (pencahayaan, suhu) pencahayaan dan suhu

- Keluhan sering - Lakukan prosedur untuk agar pasien merasa

terjaga (5) meningkatkan nyaman

- Keluhan pola tidur kenyamanan (pengaturan


berubah (5) posisi)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

14
Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis
TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP)
Selasa, 24 08.00 08.00 – 10.00 Evaluasi Proses :
Oktober 2023 - Mengidentifikasi lokasi, 10.00
karakteristik, durasi, frekuensi, S = Pasien mengatakan masih terasa
kualitas, intensitas nyeri nyeri bagian perut (skala 5) dan leher
- Menanyakan skala nyeri (skala 8)
- Menanyakan faktor yang O = Pasien masih terlihat meringis
memperberat dan memperingan nyeri menahan nyeri dan tampak protektif

- Mengelola pemberian terapi obat A = Nyeri akut belum teratasi


nyeri yaitu paracetamol Inj sebanyak P = Intervensi dilanjutkan
1gr pada jam 08.30
Ttd

Indah Choirunnisa

11.30
10.30 – 11.00
S = Pasien mengatakan sudah paham
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
dan mengerti tentang teknik yang
- Mengajarkan teknik non farmakologis
diajarkan yaitu relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri seperti
O = Pasien terlihat sudah bisa
relaksasi nafas dalam
melakukan teknik relaksasi yang
- Menganjurkan mengulang teknik
diajarkan
nonfarmakologis untuk mengurangi
TTV:
rasa nyeri yang diberikan
- Tekanan darah : 149/77mmHg
- - Nadi : 85x/menit
- RR : 20x/menit
Ttd - Suhu : 37,1ºC
A = Nyeri akut belum teratasi

Binti Zahroh P = Intervensi dilanjutkan

Rabu, 25 08.00 08.00 – 10.00 10.00


Oktober 2023 - Menanyakan skala nyeri S = Pasien mengatakan masih sama
- Menanyakan faktor yang terasa nyeri bagian perut (skala 5) dan
memperberat dan memperingan nyeri leher (skala 8)

15
- Menganjurkan mengulang teknik non Pasien mengatakan mendengarkan
farmakologis untuk mengurangi rasa lagu favoritnya untuk mengalihkan
nyeri yang diberikan rasa nyeri
- Mengajarkan teknik non farmakologis O = Pasien masih bisa mengingat
yang lain (distraksi musik) teknik relaksasi yang diajarkan dan
mampu mempraktekan
Ttd A = Nyeri akut belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan

Indah Choirunnisa

16.00
15.00-15.30
S = Pasien mengatakan masih sama
- Menanyakan skala nyeri
terasa nyeri bagian perut (skala 5) dan
- Menganjurkan mengulang teknik non
leher (skala 8)
farmakologis untuk mengurangi rasa
O = Pasien masih bisa mempraktekan
nyeri yang diberikan
teknik non farmakologis yang
20.00
diajarkan
- Mengelola pemberian analgesic yaitu
TTV:
paracetamol sebanyak 1 gram
- Tekanan darah : 117/71mmHg
- Nadi : 86x/menit
- RR : 24x/menit
Ttd
- Suhu : 37,0ºC
A = Nyeri akut belum teratasi
Binti Zahroh P = Intervensi dilanjutkan
Kamis, 26 08.00 08.00-09.30 Evaluasi Proses
Oktober 2023 - Menanyakan skala nyeri 10.00
- Menanyakan faktor yang S:
memperberat dan memperingan nyeri - Pasien mengatakan masih terdapat
- Menganjurkan mengulang teknik nyeri pada bagian leher dan perut
nonfarmakologis untuk mengurangi O:
rasa nyeri yang diberikan - Pasien masih terlihat meringis dan
- Mengelola pemberian terapi obat menahan nyeri saat melakukan
nyeri yaitu paracetamol Inj 1 gram pergerakan
pada jam 08.30 A:

- Memberikan edukasi perencanaan - Nyeri akut belum teratasi

16
pulang yaitu mengkonsumsi obat P:
yang sudah diberikan secara teratur, - Intervensi dilanjutkan
menganjurkan untuk tetap latihan Evaluasi Hasil
mobilisasi selama dirumah dan 11.00
kontrol rutin sesuai jadwal S:
- Pasien mengatakan skala nyeri
Ttd bagian leher masih skala 8 dan
nyeri perut sudah berkurang

Indah Choirunnisa menjadi skala 3.


- Keluarga dan pasien sudah
mengerti tentang edukasi
perencanaan pulang yang diberikan

O:
- Nyeri pasien
- P: nyeri karena patah tulang leher
dan limpa yang sobek di dalam
perut
Q: Nyeri seperti ditusuk dan
ditekan sudah sedikit berkurang
- R: nyeri di leher dan perut bagian
kiri
- S: nyeri leher skala 8, nyeri perut
skala 3
- T: nyeri sudah berkurang dan hanya
datang saat pasien mengalami
pergerakan posisi
- Pasien terpasang neck collar
- TTV:
- Tekanan darah : 149/77mmHg
- Nadi : 85x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 37,1ºC

17
- Pasien dan keluarga terlihat sudah
paham dan mengerti terkait edukasi
yang diberikan
A
- Nyeri akut belum teratasi
Keluhan nyeri (3 = sedang)
Meringis (5 = menurun)
Kesulitan tidur (5 = menurun)
P:
- Lanjutkan intervensi secara
mandiri di rumah
Gangguan Mobilitas Fisik b.d Pergerakan Terbatas
Selasa, 24 13.00 13.00 -13.15 Evaluasi Proses
Oktober 2023 - Meletakkan benda yang sering 14.00
digunakan pasien dalam jangkauan S:
seperti handphone, selimut - Pasien mengatakan belum bisa
- Mengatur posisi yang bisa mengurangi banyak bergerak karna nyeri
sesak dan nyeri misalnya supine O:
- Mobilisasi dan topang bagian tubuh - Pasien terlihat hanya berbaring di
yang cedera dengan tepat seperti atas tempat tidur dan menahan nyeri
memasang neck collar pada leher A:
Ttd - Gangguan mobilitas fisk belum
teratasi
Indah Choirunnisa P:
- Intervensi dilanjutkan
Rabu, 25 10.00 10.10 – 10.15 11.00
Oktober 2023 - Mengatur posisi tidur yang nyaman S:
dan tidak menimbulkan rasa nyeri - Pasien mengatakan belum bisa
- Memberikan posisi tidur yang tepat bergerak namun sudah bisa
dan nyaman semisal meninggikan bermain/memainkan handphone
tempat tidur bagian kepala menggunakan tangannya
- Mengajarkan pasien untuk melakukan - Pasien mengatakan bisa melakukan
ROM aktif di tempat tidur ROM yang diajarkan

18
O:
Ttd - Pasien terlihat masih menahan rasa
nyeri saat mengubah posisi dan pasien
Binti Zahroh tampak mengerti terkait ROM yang
diajarkan
A:
- Gangguan mobilitas fisk belum
teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

Kamis, 26 09.00 09.00 – 09.15 Evaluasi Proses


Oktober 2023 - Menganjurkan pasien untuk 10.00
mengulang teknik ROM yang telah S:
diajarkan seperti mengangkat kaki dan - Pasien mengatakan sudah bisa
memiringkan ke kanan dan kiri banyak melakukan pergerakan seperti
- Menghindari menempatkan pada berpindah posisi dan pergi ke kamar
posisi yang dapat meningkatkan nyeri mandi
- Menghindari posisi yang O:
menimbulkan ketegangan pada luka - Pasien terlihat masih sedikit
- Meminimalkan gesekan dan tarikan menahan rasa nyeri dan tampak
saat mengubah posisi berhati – hati saat bergerak
- Memberikan edukasi perencanaan A:
pulang kepada pasien untuk tetap - Gangguan Mobilitas Fisik belum
melakukan mobilisasi di rumah guna teratasi
mencegah luka decubitus pada P:
punggung dan pantat pasien - Intervensi dilanjutkan
- Edukasi dengan memberikan lotion Evaluasi Hasil
pada bagian leher agar tidak terjadi luka 11.00
tekan karena pemakaian neck collar S:
- Pasien mengatakan sudah bisa
Ttd menggerakkan kaki secara perlahan
dan mengubah posisi duduk namun
19
masih dibantu
- Pasien dan keluarga mengatakan
Indah Choirunnisa sudah paham terkait edukasi yang
diberikan
O:
- Pasien terlihat masih lemas dan lesu
A:
- Gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
Gerakan terbatas (4 = cukup
meningkat)
Rentang gerak /ROM (4 = cukup
meningkat)
P:
- Intervensi dilanjutkan secara mandiri
di rumah
Gangguan Pola Tidur b.d Nyeri
Selasa, 24 11.00 11.00 – 11.15 Evaluasi Proses
Oktober 2023 WIB - Mengidentifikasi pola aktifitas tidur 12.00
- Mengidentifikasi faktor pengganggu S:
tidur seperti cahaya agar tidak terlalu - Pasien mengatakan masih belum bisa
terang/gelap, suhu agar tetap hangat dan tidur selama di rawat di rumah sakit
tidak kedinginan dikarenakan sering terbangun akibat
- Modifikasi lingkungan seperti nyeri yang dirasakan
membuat ruangan nyaman, O:
menggunakan lampu tidur, suhu - Pasien terlihat lemas dan hanya
ruangan agar tetap hangat, dan berbaring di atas tempat tidur sambil
kebersihan tempat tidur memainkan handphone
- Paisen terlihat masih mengantuk dan
sering menguap
Ttd A:
- Gangguan pola tidur belum teratasi
P:

20
Indah Choirunnisa - Intervensi dilanjutkan

Rabu, 25 10.00 10.00 – 10.30 11.00


Oktober 2023 - Menjelaskan pentingnya tidur cukup S:
selama sakit - Pasien mengatakan masih belum bisa
- Menetapkan jadwal rutin untuk tidur tertidur dengan pulas dan jika malam
agar lebih teratur masih sering terbangun
- Pasien mengatakan sudah membuat
Ttd jadwal tidur yang ditetapkan
O:
- Pasien terlihat lemas lesu dan hanya
Indah Choirunnisa berbaring di atas tempat tidur
A:
- Gangguan pola tidur belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

19.00 19.30
- Memfasilitasi menghilangkan stress S:
atau distraksi nyeri sebelum tidur - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
seperti mendengarkan musik selama di rawat di rumah sakit namun
- Melakukan tindakan untuk sering terbangun
meningkatkan kenyamanan seperti O:
pengaturan posisi agar nyaman dan - Pasien terlihat lemas dan hanya
mengatur suhu ruangan berbaring di atas tempat tidur sambil
memainkan handphone
A:
Ttd - Gangguan pola tidur belum teratasi
P:
Binti Zahroh - Intervensi dilanjutkan
Kamis, 26 09.00 09.00-09.15 Evaluasi Proses
21
Oktober 2023 - Menanyakan bagaimana pola tidur
selama dirawat dirumah sakit 10.00
‘- Mengidentifikasi faktor pengganggu S:
tidur - Pasien mengatakan sudah bisa tidur
- Mengidentifikasi makanan yang boleh di rumah sakit
dikonsumsi setelah berpuasa O:
- Pasien terlihat sudah lebih segar dan
Ttd tidak lemas
A:
- Gangguan pola tidur sudah teratasi
Indah Choirunisa P:
- Intervensi dihentikan

Evaluasi Hasil
11.00
S:
- Pasien mengatakan sudah bisa
tertidur
- Pasien mengatakan sudah boleh
mengkonsumsi makanan yaitu berupa
susu
O:
- Pola tidur sudah bisa teratur
- Pasien dapat mengikuti intervensi
yang diajarkan dengan baik
A:
- Gangguan pola tidur teratasi
Keluhan sulit tidur (5=meningkat)
Keluhan sering terjaga (5=meningkat)
Keluhan pola tidur berubah
(5=meningkat)
P:
- Intervensi dihentikan

22
C. Pembahasan (Jurnal)

Ruptur atau trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau


pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak, terjadi karena
trauma tumpul secara langsung atau tidak langsung. Pada trauma lien yang perlu
diperhatikan adalah adanya tanda-tanda perdarahan yang memperlihatkan
keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan nyeri abdomen pada kuadran atas kiri
dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi diafragma. Untuk menentukan diagnosis
trauma tumpul maka diperlukan anamnesis adanya riwayat trauma abdomen
bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yang
menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan ruptur lien (Sander, 2018).
Di rumah sakit yang besar dengan tenaga dan fasilitas yang baik
dianjurkan untuk memberikan pertolongan konservatif, bila dengan perawatan
konservatif ini dengan observasi yang ketat keadaan penderita memburuk maka
segera dilakukan operatif. Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan
bahwa setiap ruptur lien harus dibuang telah diubah. Pandangan sekarang bahwa
sedapat mungkin lien harus dipertahankan, kecuali bila hal tersebut tidak
mungkin dilakukan. Oleh karena itu, salah satu efek samping dari trauma tumpul
adalah nyeri.
Nyeri merupakan pengalaman sensoris serta emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri ini
akan menimbulkan efek yang kurang baik terhadap pengalaman pasien selama
perawatan dan menjalani prosedur. Intervensi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi keluhan nyeri adalah dengan memberikan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Penggunaan terapi farmakologi seperti anxiolitik dan analgetik
selain diperlukan tambahan biaya untuk obat, juga dapat menimbulkan efek
samping seperti pasien tertidur lelap, depresi pernafasan serta agitasi.
Pendekatan non-farmakologis yang mampu menurunkan intensitas nyeri ialah
terapi musik. Musik sebagai terapi menjadi sebuah tindakan keperawatan yang
direkomendasikan dalam nursing intervention classification (NIC) untuk
manajemen nyeri secara non-farmakologi. Terapi musik merupakan terapi dalam
bidang kesehatan dengan menggunakan musik sebagai media terapi dengan
tujuan memberi peningkatan atau perbaikan kesehatan fisik, emosional, kognisi,
serta sosial bagi seseorang yang mendengarkannya. Terapi musik yang diberikan

23
oleh perawat diharapkan mampu menstimulasi peningkatan pemulihan dan
kesembuhan pasien (Antarika, Y.Gde, Nurachmah, 2021).
Menurut jurnal penelitian yang kami ambil dengan judul “Pengaruh
Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi Di
RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung” dijelaskan bahwa dilakukan
penelitian dengan metode kelompok intervensi dan kelompok control dengan
hasil rerata respon nyeri responden pada kelompok intervensi sebelum terapi
musik adalah sebesar 8,35, sedangkan rerata respon nyeri responden pada
kelompok kontrol sebelum diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65, rerata
respon nyeri responden pada kelompok intervensi setelah terapi musik adalah
sebesar 5,71, sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol
setelah diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06. Ada perbedaan yang
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah pada kelompok intervensi
dengan p–value yaitu 0,000 dan ada perbedaan yang signifikan rerata tingkat
nyeri sebelum dan setelah pada kelompok kontrol dengan p–value yaitu 0,000.
Ada perbedaan yang signifikan rerata selisih respon nyeri antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di ruang rawat inap RSUD. A. Dadi Tjokrodipo
Kota Bandar Lampung Tahun 2014, dengan p – value yaitu 0,000. Sehingga
disarankan agar terapi musik dapat menjadi salah satu terapi mandiri bagi
perawat untuk mengatasi respon nyeri pasien post operasi atau dalam
manajemen nyeri dapat menjadi SOP dalam perawatan pasien, sehingga rasa
nyeri pasien yang sangat menggangu dapat berkurang dan dapat meningkatkan
kesembuhan pasien (Post et al., 2014).
Mengacu pada berbagai jurnal diatas, kami memberikan intervensi
tindakan keperawatan kepada pasien Haidar menggunakan terapi distraksi musik
mulai hari kedua dan ketiga dimana skala nyeri sudah berkurang dan tidak lagi
pada skala berat, sehingga memungkinkan untuk dilakukan terapi mengurangi
nyeri dengan mendengarkan musik. Berdasarkan artikel jenis terapi musik yang
dapat diterapkan yaitu instrumental dan klasik. Instrumental dan klasik adalah
jenis musik yang sering digunakan untuk terapi. Musik instrumental dapat
membuat badan, fikiran, dan mental menjadi lebih sehat. Sedangkan jenis musik
klasik dapat membuat seseorang menjadi lebih tenang, menurungkan tingkat
kecemasan, dan menurungkan rasa sakit atau nyeri (Bella et al., 2021). Namun
bisa juga menggunakan terapi musik sesuai musik yang disukainya agar pasien

24
lebih nyaman. Sesuai seperti yang dilakukan oleh pasien Haidar yaitu pasien
senang mendengarkan musik yang disukainya, salah satunya yaitu yaitu Guyon
Waton, Denny Caknan, NDX AKA, dll. Hal itu dapat berpengaruh dari respon
nyeri pasien yaitu dari semula level 8 bisa turun menjadi level 5.
D. Simpulan dan Saran
Kesimpulan dari laporan asuhan keperawatan pada pasien ruptur tumpul
abdomen dan fraktur tulang leher ini yaitu kita sebagai perawat bisa membantu
mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien dengan mengajari teknik
nonfarmakologi yang mampu dilakukan pasien, salah satunya seperti
mendengarkan musik, dimana pada kasus ini didukung oleh pasien yang juga
senang mendengarkan musik sebagai hiburan dan managemen nyeri berupa
kombinasi terapi distraksi dan relaksasi dalam menurunkan intensitas nyeri pada
pasien bisa diterapkan sebagai intervensi keperawatan mandiri
Saran untuk perawat, dalam memberikan tindakan mengurangi nyeri
secara nonfarmakologi pada pasien bisa lebih dikembangkan lagi atau memilih
teknik lain seperti relaksasi, terapi bermain, imajinasi, maupun teknik distraksi
yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Antarika, Y.Gde, Nurachmah, Y. (2021). Intervensi Terapi Musik Terhadap


Intensitas Nyeri pada Prosedur Invasif Gde Yasa Antarika. Jurnal Penelitian

25
Kesehatan Suara Forikes, 12(10), 261–264. https://forikes-ejournal.com/ojs-
2.4.6/index.php/SF/article/view/1362
Bella, R. S., Fajriyah, N. N., & Faradisi, F. (2021). Literature Review : Penerapan
Terapi Musik Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi.
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, 1930–1935.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.954
Damayanti, P. E. (2021). Gambaran Pengelolaan Nyeri Akut Pada Pasien Fraktur
Femur Di BRSU Tabanan Tahun 2021. Kesehatan, 5, 1–64.
Maghfiroh, M., Dwi Wahyuni, B., & Merbawani, R. (2022). Asuhan Keperawtan
Nyeri Akut Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi Di RS Kamar Medik. June,
4–23.
Post, D., Di, O., Dadi, R. A., & Kota, T. (2014). Pengaruh terapi musik terhadap
respon nyeri pada pasien dengan post operasi di rsud a. dadi tjokrodipo kota
bandar lampung. Jurnal Kesehatan, 6(1), 14–22. https://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK/article/viewFile/20/18
Sander, M. A. (2018). Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen. Saintika Medika,
14(1), 18–28.

26

Anda mungkin juga menyukai