1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
Adabiayah Islamic Journal : Jurnal Fakultas Agana Islam Vol. I (1) Januari-Juni 2023
ISSN: XXX-XXX
Abstrak: Manusia menurut pandangan Islam adalah makhluk Allah s.w.t. yang memiliki unsur dan
daya materi yang memiliki jiwa dengan ciri-ciri berfikir, berakal, dan bertanggungjawab pada Allah
s.w.t. yang diciptakan dengan memiliki akhlak. menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah”. Sangat sulit mendapatkan pengetahuan yang komprehensif saat membahas tentang manusia,
karena manusia adalah makhluk Allah yang sangat kompleks. Bukan hanya struktur tubuhnya,
tetapi juga masalah yang dihadapi cukup kompleks. Mendidik manusia bukan hanya sekedar
mendidik, teapi harus mengetahui hakikat dari manusia itu. Keterbatasan pengetahuan manusia
tentang dirinya disebabkan karena perhatian manusia hanya tertuju pada alam materi. Pengetahuan
tentang manusia disebabkan karena manusia adalah salah satu makhluk yang dalam unsur
penciptaannya terdapat roh ilahi sedangkan manusia tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali
sedikit. Seorang manusia menampakkan dirinya sebagai manusia jika ia menggunakan akalnya
dalam segala hal. Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan
(atau sejenisnya) serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan agama bisa dipengaruhi
oleh adat istiadat daerah setempat. Pada zaman sejarah adat menjadi alat untuk menyampaikan
ajaran-ajaran agama. Doktrin adalah sebuah ajaran pada suatu aliran politik dan keagamaan serta
pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan secara bersistem,
khususnya dalam penyusunan kebijakan negara. Secara singkat, doktrin ialah ajaran yang bersifat
mendorong sesuatu seperti memobilisasinya.
http://ojs.uma.ac.id/index.php/adabiyah adabiayah@uma.ac.id
37
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
PENDAHULUAN
Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari
kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang
terpadu, kata agama berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, langgeng, abadi yang
diwariskan secara terus-menerus dari satu generasi kepada generasi yang lainnya.”
Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang secara analitis diuraikan
dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama
berarti “kacau”. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-
ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan.
Agama Islam merupakan agama yang komprehensif dan berkaitan
dengan berbagai macam ilmu yang mengatur urusan manusia secara terperinci.
Islam akan lebih bermakna dalam kehidupan bagi pemeluknya jika ditinjau
dari berbagai disiplin ilmu antara lain ekonomi, ilmu sosial, budaya, politik,
pendidikan, psikologi, teknologi, hukum, sejarah serta mengandung pesan yang
bermuara pada agama Islam dari urusan yang membutuhkan logika (ta'aquly)
sampai urusan yang membutuhkan hati (ta'abbudy). Melihat sepintas sejarah
peradaban umat manusia, orang akan mengetahui kekuatan pokok dalam
perkembangan umat manusia sekarang ini adalah agama. Melalui iman maka
hal yang dikatakan baik pada manusia itu diperoleh kepada Tuhan, suatu
kebenaran yang barang kali saja orang atheis pun akan sulit menentangnya.
Orang mulia terdahulu seperti Ibrahim, Musa, Isa, Krisna, Buddha, Muhammad
SAW masing-masing dalam tingkatannya sendiri-sendiri telah mengubah
sejarah umat manusia dan menjadikannya bermartabat.
Umat manusia akan terus tenggelam dalam kerendahan dan orang-orang
yang lebih terpelajar tidak lagi memperoleh ketinggian ilmunya yang hanya
diberikan oleh agama apabila sanksi agama tidak ada. Satu fakta tekstualis, Agama
Islam memiliki pesan yang kontradiktif. Satu sisi menekankan pentingnya
lemah lembut dan disisi lain memerintahkan kekerasan atau permusuhan. Ayat
yang satu memerintahkan menghargai atau melindungi non muslim, di ayat
lainnya mengajarkan memusuhi atau memerangi non muslim. Di surah yang ini
memerintahkan melindungi harkat dan martabat manusia, tetapi di ayat
lainnya membolehkan melakukan pembunuhan (qital). Fakta fakta tekstualis
yang dianggap kontradiktif akan merugikan peradaban Islam di internal umat Islam
maupun di mata non muslim. Jika tidak dipahami dengan pendekatan berfikir yang
tepat. Setidaknya ada dua doktrin yang harus ada di dalam agama Islam yaitu
doktrin kebenaran dan doktrin keberagaman. Doktrin kebenaran berkaitan dengan
keyakinan terhadap Islam adalah agama yang suci dan memiliki
kebenaran mutlaq (absolut) jika dibanding dengan agama lainya. Selain
38
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
39
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
METODE PENELITIAN
Terkait dari penelitian ini menggunakan Jenis penelitian dengan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif secara intheren merupakan bentuk kajian
multi metode dalam satu fokus. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono. 2012:35)
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara
secara terstruktur alasan menggunakan wawancara secara terstruktur karena lebih
mudah untuk diuji reliabilitasnya dan mudah dikuantifikasikan. Dapat dilakukan
dalam waktu yang singkat sehingga memungkinkan untuk memperoleh jumlah
sampel yang besar dan dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar. Dalam
penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau penelitian adalah peneliti sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
40
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
kualitas data, dan membuat kesimpulan atas semua masalah yang di teliti. Untuk
memudahkan peneliti, digunakan beberapa alat bantu untuk menunjang penelitian
ini diantaranya adalah buku, pulpen, dan lainnya yang dianggap perlu sehingga
peneliti mengetahui secara langsung dari informan terkait dengan bagaimana
komunikasi antar umat beragama di desa bandar setia (Sugiyono 2011:222).
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak
pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam.
41
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
penguasa jagat raya ini tidak ada tandingan. Jadi, seluruh manusia wajib mengikuti
wahyu yang diajarkan-Nya melalui Nabi untuk menjalankan kebenaran. Dalam
perkembangan, terdapat beberapa agama yang termasuk Agama Wahyu atau yang
disebut juga Agama Samawi. Ada Yahudi, Katolik, Kristen, Islam, dan lain
sebagainya. Masing-masing agama punya aturan untuk ketika menjalani kehidupan
yang ditulis sedemikian rupa dalam sebuah literasi yang disebut “Kitab Suci”.
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini
dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai
bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha,
yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa
manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Faktor yang menyebabkan manusia membutuhkan agama, Faktor Kondisi
Manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat
perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang
bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat
yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur
rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental) rohaniah.
Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih
sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
Faktor status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia
lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran,
kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki
aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang mempunyai akal
dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga dengan kelengkapan itu
Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis
horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya Allah.
Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari
pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal
Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya,
dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
Fungsi Agama
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia
dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam
semesta sehingga peraturan yang dibuatNya betul-betul adil. Secara terperinci
agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari aspek keagamaan (religius), kejiwaan
42
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
43
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
اإلسالم وحي إالهي أنزل إلى نبي محمد صلى هللا عليه وسلم لسعادة الدنيا واألخرة
Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat). Berdasarkan
pada definisi Islam sebagaimana dikemukakan di atas, maka inti dari Islam
adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah Alqur`an dan
Sunnah. Alqur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga
puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang
jumlahnya 114 surah. Sedangkan Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga
ratus hijrah. Sekarang ini kalau kita ingin lihat Sunnah atau Hadis, kita dapat
lihat di berbagai kitab hadis. Misalnya kitab hadis Muslim yang disusun oleh
44
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
Imam Muslim, kitab hadis Shahih Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan
lain-lain. Dari kedua sumber itulah, Alqur`an dan Sunnah, ajaran Islam
diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut
diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber
tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad. Dengan ijtihad ini,
maka ajaran berkembang, karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber
tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau
global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang
disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad. Studi Islam dari
sisi doktrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam
baik yang ada di dalam Alqur`an maupun yang ada di dalam Sunnah serta ada
yang menjadi penjelasan kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad.
Hal ini karena kehidupan beragama merupkan salah satu dimensi kehidupan
yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu. Jadi sasaran studi Islam
doktrinal ini sangat luas. Persoalannya adalah apa yang kemudian dipelajari
dari sumber ajaran Islam itu. Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati.
Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam,
tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak
dicapai oleh orang yang melakukan studi. Cara-cara pendekatan dalam
mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu model
studi ilmu-ilmu sosial dan model studi budaya. Tujuan mempelajari agama Islam
juga dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama, untuk
mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan. Kedua, untuk obyek
penelitian.
Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang
masih awam, atau yang sudah sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum
bagi siapa saja, termasuk sarjana-sarjana non Islam, yaitu memahami. Akan
tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai obyek penelitian saja. Untuk
memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model,
yaitu tekstual dan konstektual. Tekstual, artinya memahami Islam melalui
wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami
Islam lewat realita sosial, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk
agama bersangkutan. Islam juga mempengaruhi peradaban. Peradaban islam
adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyyah. Kata Arab ini
sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan Islam.
“Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah.
Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang
yang mensinonimkan dua kata “Kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah: Inggris, culture)
dan “Peradaban” (Arab, al-Hadharah: Inggris, civilization). Dalam perkembangan
45
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
بینما نحن جلوس عند رسول للا صلى للا: عن عمر بن الخطاب رضي للا عنھ قال
ال یرى, علیھ وسلم ذات یوم إذ طلع علینا رجل شدید بیاض الثیاب شدید سواد الشعر
وال یعرفھ منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى للا علیھ وسلم فأسند, علیھ أثر السفر
, یا محمد أخبرني عن اإلسالم: وقال, ركبتھ إلى ركبتیھ ووضح كفیھ على فخذیھ
فقال رسول للا صلى للا علیھ وسلم "اإلسالم أن تشھد أن ال إلھ إال للا وأن محمدا
رسول للا وتقیم الصالة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البیت إن استطعت إلیھ
أخبرني عن اإلیمان قال "أن: قال, سبیال "قال صدقت فعجبا لھ یسألھ ویصدقھ
تؤمن با: ومالئكتھ وكتبھ ورسلھ والیوم اآلخر وتؤمن بالقدر خیره وشره "قال
فإن لم تكن تراه, قال "أن تعبد للا كأنك تراه, فأخبرني عن اإلحسان: قال, صدقت
قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال, فأخبرني عن الساعة, فإنھ یراك " قال
قال " أن تلد األمة ربتھا وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء. فأخبرني عن اماراتھا
أتدري من, ثم قال "یا عمر, ثم انطلق فلبث ملیا. " الشاء یتطاولون في البنیان
قال "فإنھ جبریل أتاكم یعلمكم دینكم "رواه مسلم, للا ورسولھأعلم: "قلت, السائل ؟
“Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu’anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di
majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-
laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-
tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia
duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan
meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata, “Hai Muhammad,
beritahukan kepadaku tentang Islam” Rasulullah menjawab, “Islam itu engkau bersaksi
bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan
Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan
mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” Orang itu
46
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
berkata,”Engkau benar,” kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu
berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman” Rasulullah menjawab, “Engkau beriman
kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Orang tadi berkata,
“Engkau benar” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan” Rasulullah
menjawab, “Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan
kepadaku tentang kiamat” Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu
dari yang bertanya.” selanjutnya orang itu berkata lagi, “beritahukan kepadaku tentang
tanda-tandanya” Rasulullah menjawab, “Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan
puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin
dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.” Kemudian pergilah ia,
aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Umar,
tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab, “Allah dan Rosul-Nya lebih
mengetahui" Rasulullah berkata,” Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu
tentang agama kepadamu”. (HR.Muslim).
SIMPULAN
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia
yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu
generasi ke generasi lainnya dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman
hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di
dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya
menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut
tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. Ada 3
47
Adabiyah Islamic Journal: Vol. 1. No. 1 Januari-Juni 2023
Rafael Elfan Risaldy, Silvani Urza Sitorus: Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama,
h. 37-48
alasan yang melatarbelakangi perlunya agama untuk manusia yaitu Fitrah manusia,
Kelemahan dan kekurangan manusia, dan Tantangan manusia. Secara terperinci
agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius),
kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), hakekat kemanusiaan (human
nature), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics).
DAFTAR PUSTAKA
Atang, Hakim, Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, 2006, Cetke-VIII Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, 2008, Cet Ke-5,
BumiAksara, Jakarta.
Budhy Munawar Rachman, Dialog Kritik dan Identitas Agama, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1994)
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, 2015 Cet ke-21, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hasanah Hasyim.2013.Pegantar Studi Islam.Yogyakarta.Ombak.
http://nurulhakim.multiplay.com/jurnal/item/8
Jalaluddin, Psikologi Agama, 2008, Raja Grafindi Persada, Jakarta.
Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
Nurcholish Madjid, Islam kerakyatan dan keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1993-
1994),
NurcholishMadjid, Islam kemoderenandanKeindonesiaan, Jakarta: Mizan, 1987.
Ramayulis, Psikologi Agama, 2007, Cet ke-VIII KalamMulia, Jakarta.
Rosihon Anwar, dkk. PengantarStudi Islam, PustakaSetia, Bandung, 2009 hal 13
Rosihon Anwar, Dkk, PengantarStudi Islam, 2011, Cetke-II (Pustakasetia,
Bandung)
Ramayulis, Psikologi Agama, 2007, Cetke-VIII Kalam Mulia, Jakarta.
Tempointeraktif.Com - Pandangan Teologis Cak Nur, Cegah Kebuntuan Agama
Zakiyah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarat: Bumi
Aksara.
48