Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN NORMA

DALAM REGULASI
PENGADAAN TANAH
PRA UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2012

2021
A. LATAR BELAKANG
Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, kegiatan pengadaan tanah yang
merupakan upaya untuk memeroleh tanah bagi pelaksanaan pembangunan yang diprogramkan
pemerintah justru menjadi faktor kendala terbesar dari program pengadaan tanah tersebut.
Beberapa stereotype pengadaan tanah di masa lampau adalah :
1. Pengadaan tanah yang berlarut-larut
a. Lingkup Subjek/Objek Pengadaan Tanah yang terbatas kepada pemegang hak atas tanah
Terbatasnya kriteria subjek/objek pengadaan tanah yang dapat diberikan ganti
kerugian yaitu para pemegang hak atas tanah turut memberikan kontribusi penghambat
bagi kemajuan pengadaan tanah bagi proyek-proyek pembangunan di masa lalu. Hal ini
disebabkan di masa lalu sebagian besar bidang tanah belum dilekati hak atas tanah
(belum sertipikat) tetapi secara fisik dikuasai dan dimanfaatkan sebagai sumber
penghidupan masyarakat setempat. Hingga tahun 2017 sebelum diluncurkan program
percepatan sertipikasi tanah melalui Program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
(PTSL), dari 126 Juta Bidang Tanah di seluruh Indonesia, baru 40 juta bidang tanah yang
telah bersertipikat.
Di satu sisi pihak Panitia Pengadaan Tanah hendak mempertahankan norma
tersebut, di sisi lain masyarakat yang menduduki tanah tersebut ternyata tanahnya
belum dilekati hak (belum bersertipikat). Akibatnya terjadi perselisihan yang tidak
kunjung selesai antara Panitia Pengadaan Tanah dengan masyarakat. Ruang bagi Panitia
Pengadaan Tanah juga demikian sempit. Di beberapa kasus hukum, Panitia Pengadaan
Tanah harus berurusan dengan hukum karena memberikan uang ganti kerugian ataupun
kompensasi dengan berbagai istilahnya (misalnya uang kerohiman) kepada masyarakat
yang bidang tanahnya terkena pembebasan tetapi belum memiliki sertipikat tanda bukti
hak.
b. Mekanisme penentuan nilai ganti kerugian
Dalam rezim lama regulasi pengadaan tanah yaitu Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005
yang diubah oleh Perpres 65/2006, penentuan nilai ganti kerugian ditempuh dengan
mekanisme negosiasi/musyawarah antara pemegang hak atas tanah dengan Panitia
Pengadaan Tanah. Hal ini menjadi seringkali menjadi penghambat karena tidak kunjung
dicapainya kesepakatan. Masyarakat menginginkan harga setinggi-tingginya atau
setidaknya mendekati harga pasar, sementara ruang Panitia Pengadaan Tanah untuk
menaikkan harga terbatas oleh norma yang berlaku.
c. Norma pembatasan waktu hanya terdapat di beberapa tahapan saja
Norma pembatasan hari mulai diperkenalkan sejak berlakunya Perpres 36/2005 yang
diubah dengan Perpres 65/2006 tetapi hanya terbatas untuk pelaksanaan musyawarah
dalam kondisi tertentu. Tahapan lainnya seperti pengumpulan dan penelitian data dan
musyawarah tidak diberikan pengaturan batas waktu penyelesaian yang jelas dan
eksplisit. Hal ini turut menjadi penyebab berlarutnya proses pengadaan tanah
2. Permasalahan hukum yang dihadapi Panitia Pengadaan Tanah
Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan norma yang diatur dalam rezim peraturan perundang-
undangan sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, banyak menimbulkan
permasalahan hukum bagi Pengadaan Tanah. Hal ini karena pada rezim lampau, seluruh
beban tanggung jawab terkait pengadaan tanah sebagian besar dibebankan kepada Panitia
Pengadaan Tanah, mulai dari penyelenggaraan administrasi pengadaan tanahnya itu sendiri,
bertanggung jawab atas besaran ganti kerugian dengan menaksir dan mengusulkan nilai ganti
kerugian serta memusyawarahkan/menegosiasikan besaran nilai ganti kerugian kepada
pemegang hak atas tanah, hingga meneliti status hukum hak atas tanah. Sementara pihak
yang memegang hak atas tanah dilepaskan dari tanggung jawab tersebut. Peran lembaga
peradilan dalam memutus sengketa pengadaan tanah juga baru dikenalkan sejak berlakunya
Perpres Perpres 36/2005 yang diubah dengan Perpres 65/2006 tetapi untuk beberapa kondisi
tertentu. Terlampau besarnya beban tanggung jawab tersebut, akhirnya menyebabkan
progress pengadaan tanah menjadi berlangsung lambat dan berisiko.

B. BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 BERARTI ADALAH PERUBAHAN


MINDSET TENTANG NORMA PENGADAAN TANAH

Selama 17 tahun berlakunya norma-norma dalam rezim regulasi pengadaan tanah sebelum
berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, ternyata belum mampu menyelesaikan
permasalahan klasik pengadaan tanah yang berlarut-larut penuntasannya dan tidak mampu
mengimbangi kebutuhan proyek-proyek pembangunan fisik yang tinggi akan ketersediaan tanah.
Belum lagi permasalahan klasik antara penegak hukum dan panitia pengadaan tanah yang tidak
kunjung selesai dalam beberapa hal kontroversial dalam rezim regulasi lama pengadaan tanah.

Data menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan setelah beberapa norma


fundamental dalam rezim lama regulasi pengadaan tanah diubah. Menurut data yang diolah dari
beberapa sumber, untuk ruas jalan tol terbangun saja mulai dari era Presiden Soeharto hingga
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencapai 748,7 km1. Sementara di 4 tahun pertama
Pemerintah Presiden Joko Widodo – Jusuf Jalla (yang berarti pula rezim pengadaan tanah yang
berlaku adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012), telah terbangun jalan tol sepanjang 947
km. Disamping juga beberapa proyek infrastruktur yang berhasil terselesaikan yaitu :

1. Jalan sepanjang 3.432 km


2. 10 bandara baru, termasuk revitalisasi dan pengembangan 408 bandara di wilayah rawan
bencana, terisolasi dan wilayah perbatasan
3. 19 pelabuhan yang selesai di tahun 2018 dan 9 pelabuhan yang selesai di tahun 2019
4. Light Rail Transit (LRT) di Sumatera Selatan (selesai), Jakarta (selesai) dan Jabodebek
5. Mass Rapid Transportation (MRT) yang telah selesai dan beroperasi.2
Kondisi tersebut menjadi penguat bahwa ternyata dengan mengubah secara fundamental
norma-norma yang berlaku di regulasi pengadaan tanah di masa lampau, telah dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan penyelesaian pengadaan tanah di
Indonesia. Berlakunya UU 2/2012 adalah perubahan fundamental. Untuk itu beberapa norma
lama yang selama bertahun-tahun dianut dan dilaksanakan serta telah membentuk mindset
haruslah segera diubah dengan berlakunya UU 2/2012, termasuk dalam pelaksanaan audit
terhadap kegiatan pengadaan tanah yang dilaksanakan dengan mengacu pada UU No. 2 Tahun
2012.

C. PERKEMBANGAN NORMA PENGADAAN TANAH DARI REGULASI PRA UNDANG-UNDANG


NOMOR 2 TAHUN 2012

Terdapat beberapa tema/aspek dari regulasi lama pengadaan tanah yang secara
fundamental diubah dengan rezim baru Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012. Beberapa
tema/aspek perubahan tersebut disajikan dalam tabel berikut :

1
Sumber https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3529018/ini-daftar-jalan-tol-yang-dibangun-era-
soeharto-hingga-jokowi
2
Laporan 4 Tahun Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
ASPEK 1 : TAHAPAN PENGADAAN TANAH
Belum ada pentahapan secara spesifik/eksplist Belum ada pentahapan secara spesifik/eksplisit mengenai Tahapan Pengadaan Tanah 1. Telah terdapat pentahapan pengadaan Tanah secara jelas dan eksplisit
mengenai Tahapan Pengadaan Tanah Rujukan Pasal :
Pasal 13 UU 2/2012
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. persiapan;
c. pelaksanaan; dan
d. penyerahan hasil.
2. Output akhir Tahap Perencanaan adalah Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. Out
menjadi tugas dan tanggung jawab Instansi Yang Memerlukan Tanah (IYMT)
Rujukan Pasal :
Pasal 14 ayat (1) UU 2/2012
Instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepe
Umum menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 15 ayat (1) dan (3) UU 2/2012


(1) Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud
14 ayat (1) disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah...dst
(3) Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dit
oleh Instansi yang memerlukan tanah

3. Output akhir Tahap Persiapan adalah SK Penetapan Lokasi. Dalam tahapan ini juga ada
antara yaitu :
a. Data Awal Lokasi Rencana Pembangunan
b. Dokumentasi konsultasi publik
c. Berita Acara Kesepakatan dengan Pihak Yang Berhak (PYB) dalam Konsultasi Publik
Output ini menjadi tugas dan tanggung jawab Gubernur atau Bupati/Walikota atas dele
Gubernur dan Instansi Yang Memerlukan Tanah (IYMT)

Rujukan Pasal :
Pasal 8 ayat (1) Perpres 71/2012
Gubernur melaksanakan tahapan kegiatan Persiapan Pengadaan Tanah setelah meneri
dokumen perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2

Pasal 16 UU 2/2012
Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen p
Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 melaksanakan:
a. pemberitahuan rencana pembangunan;
b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan
c. Konsultasi Publik rencana pembangunan.

Pasal 19 ayat (6) UU 2/2012


(6) Gubernur menetapkan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalam waktu pa
(empat belas) hari kerja terhitung sejak di terimanya pengajuan permohonan pene
Instansi yang memerlukan tanah

Pasal 47 ayat (1) Perpres 71/2012


(1) Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan pelaksanaan persiapan Pengadaan T
pembangunan untuk kepentingan umum kepada bupati/walikota berdasarkan per
efisiensi, efektivitas, kondisi geografis, sumber daya manusia dan pertimbangan lai

4. Output pada tahapan Pelaksanaan Pengadaan Tanah bermacam-macam dan didalamny


pemisahan tanggung jawab. Beberapa output dalam tahapan ini antara lain :
a. Peta Bidang dan Daftar nominatif PYB
b. Dokumentasi Pengumuman
c. Dokumentasi dan Berita Acara Kesepakatan dalam Musyawarah
d. Hasil Penilaian Tanah dari Appraisal termasuk Berita Acaranya
e. SK Penetapan Besar dan Bentuk Ganti Kerugian
f. Surat Validasi
g. Dokumen Pembayaran Ganti Rugi dan Pelepasan hak

Rujukan Pasal
Pasal 27 s.d 47 UU 2/2012

5. Output pada tahapan Penyerahan Hasil adalah Laporan/Surat Penyampaian dan dokum
Pengadaan Tanah. Penyiapan output ini menjadi tanggung jawab Pelaksana Pengadaan
Rujukan Pasal
Pasal 48 ayat (1) UU 2/2012
(1) Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada Instansi yang m
tanah setelah...dst
ASPEK 2 : SUBJEK/OBJEK PENERIMA GANTI KERUGIAN

Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
Subjek/objek ganti kerugian terbatas untuk pemegang Subjek/objek ganti kerugian terbatas untuk pemegang hak atas tanah Subjek/Objek ganti kerugian sejak berlakunya UU 2/2012 tidak lagi terbatas dengan frasa “
hak atas tanah Rujukan Pasal : hak atas tanah”, tetapi menjadi “Pihak Yang Berhak”. Dalam Perpres 71/2012 lingkup subje
Rujukan Pasal : 1. Pasal 2 ayat (1) Perpres 36/2005 yang dapat diberikan ganti kerugian diperluas menjadi 8 kategori pemilikan dan penguasaa
1. Pasal 2 ayat (2) (1) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh kategori penguasaan hak bilamana tidak terdapat bukti pemilikan/penguasaan tanah.
Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan Pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara:
untuk kepentingan umum oleh Pemerintah a. pelepasan atau penyerahan hak atas tanah; atau Rujukan Pasal
dilaksanakan dengan cara pelepasan atau b. pencabutan hak atas tanah. Pasal 1 angka 3 UU 2/2012
penyerahan hak atas tanah. Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah
Diubah dengan :
Pasal 1 ayat (6) Pasal 2 ayat (1) Perpres 65/2006 Pasal 17 ayat (1) dan (2) Perpres 71/2012
Hak atas tanah adalah hak atas sebidang tanah (1) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh (1) Pihak yang berhak sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berupa perseorangan, badan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau badan sosial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki atau menguas
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- penyerahan hak atas tanah Pengadaan Tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
pokok Agraria (2) Pihak Yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
Pasal 1 angka 8 Perpres 36/2005 a. Pemegang hak atas tanah;
2. Pasal 12 Hak atas tanah adalah hak atas bidang tanah sebagaimana b. Pemegang hak pengelolaan
Ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang c. Badan untuk tanah wakaf
diberikan untuk : Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria d. Pemilik tanah bekas milik adat
a. hak atas tanah; e. Masyarakat hukum adat
b. bangunan; 2. Pasal 12 Perpres 36/2005 f. Pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik
c. tanaman; Ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk : g. Pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau
d. benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah a. hak atas tanah; h. Pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
b. bangunan;
3. Penggunaan istilah untuk subjek ganti kerugian c. tanaman; Pasal 26 Perpres 71/2012
dalam peraturan ini adalah “pemegang hak atas d. benda-benda lain, yang berkaitan dengan tanah Dalam hal bukti pemilikan atau penguasaan sebidang tanah sebagaimana dimaksud dalam
tanah”, berbeda dengan penggunaan istilah pada dan Pasal 23 tidak ada, pembuktian pemilikan atau penguasaan dapat dilakukan dengan bu
UU 2/2012 yang lingkupnya diperluas menjadi 3. Penggunaan istilah untuk subjek ganti kerugian dalam peraturan ini adalah “pemegang hak berupa pernyataan tertulis dari yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya d
“Pihak Yang Berhak” atas tanah” , tetapi di beberapa pasal terdapat penggantian/penambahan frasa “atau yang sedikit 2 (dua) orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang tidak mempunyai hub
Rujukan Pasal : berhak” keluarga yang bersangkutan sampai derajat kedua, baik dalam kekerabatan vertikal maupu
Pasal 8 angka 5 dan 6 Rujukan Pasal : yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar sebagai pemilik atau menguasai
5. mengadakan musyawarah dengan para Pasal 7 huruf e dan f Perpres 36/2005 tanah tersebut
pemegang hak atas tanah dan Instansi e. mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi
Pemerintah yang memerlukan tanah dalam Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka
rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi
ganti kerugian f. menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah
6. menyaksikan pelaksanaan penyerahan uang
ganti kerugian kepada para pemegang hak atas Pasal 9 ayat (1)
tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda (1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan,
lain yang ada di atas tanah tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah bersama panitia
pengadaan tanah, dan instansi Pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan
Pasal 17 ayat (1) tanah.
(1) Ganti Kerugian diserahkan langsung kepada :
a. pemegang hak atas tanah atau ahli warisnya Pasal 16 ayat (1) Perpres 36/2005
yang sah ; (1) Ganti rugi diserahkan langsung kepada :
a. pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-
Pasal yang menunjukkan penggunaan istilah serupa undangan;
pada Pasal 10 ayat (1) dan (2), pasal 18, pasal 20, Pasal yang menunjukkan penggunaan istilah serupa di antaranya pada Pasal 9 ayat (2)
pasal 21, pasal 22 dan pasal 23 dan (3), pasal 11, pasal 13 ayat (2), pasal 16 ayat (2), pasal 17, pasal 18, pasal 20
ASPEK 3 : LETAK PEMBEBANAN TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
Tidak ada pemecahan tanggung jawab dan wewenang Tidak ada pemecahan tanggung jawab dan wewenang dalam tahapan pelaksanaan, Pembebanan Dalam Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah, terdapat pembagian pembebanan wewenang
dalam tahapan pelaksanaan, Pembebanan tugas dan tugas dan tanggung jawab beberapa hal dalam pelaksanaan pengadaan tanah terpusat kepada tanggung jawab. Pembagian pembebanan wewenang dan tanggung jawab terbagi antara P
tanggung jawab beberapa hal dalam pelaksanaan Panitia Pengadaan Tanah Berhak (PYB), Pelaksana Pengadaan Tanah, Penilai Pertanahan (Appraisal) dan Instansi Yan
pengadaan tanah terpusat kepada Panitia Pengadaan Memerlukan Tanah (IYMT)
Tanah Ragam tanggung jawab dan wewenang Panitia Pengadaan Tanah tersebut antara lain :
1. Pihak Yang Berhak, berwenang dan bertanggung jawab
Ragam tanggung jawab dan wewenang Panitia 1. Tanggung jawab melakukan penelitian atas kebenaran dokumen PYB a. Bertanggung jawab atas kebenaran dokumen yang diserahkan pada saat pelepasan h
Pengadaan Tanah tersebut antara lain : Rujukan Pasal : Rujukan pasal
Pasal 7 huruf a dan b Perpres 36/2005 Pasal 41 ayat (4) UU 2/2012
1. Tanggung jawab melakukan penelitian atas Panitia Pengadaan Tanah bertugas : (4) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab atas kebenaran
kebenaran dokumen PYB a. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda- keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan.
Rujukan Pasal : benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau
Pasal 8 diserahkan; Pasal 8 UU 2/2012
Panitia Pengadaan Tanah angka 1 dan 2 bertugas : b. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai Objek Pengadaan Tanah untuk Kepent
1. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya; wajib mematuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.
tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda
lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak 2. Tanggung jawab menaksir, mengusulkan dan menetapkan besarnya ganti kerugian melalui b. Bertanggung jawab pada saat timbul tuntutan akibat dari kebenaran dokumen yang
atasnya akan dilepaskan atau diserahkan; mekanisme musyawarah dengan pemegang hak atas tanah Rujukan pasal
2. mengadakan penelitian mengenai status Pasal 41 ayat (5) dan (6) UU 2/2012
hukum tanah yang hak atasnya akan dilepaskan Rujukan pasal : (5) Tuntutan pihak lain atas Objek Pengadaan Tanah yang telah diserahkan kepada In
atau diserahkan dan dokumen yang Pasal 7 huruf c Perpres 36/2005 memerlukan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi tanggung jawa
mendukungnya; Panitia Pengadaan Tanah bertugas : Berhak menerima Ganti Kerugian.
Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah (6) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dik
2. Tanggung jawab menaksir, mengusulkan dan yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
menetapkan besarnya ganti kerugian melalui
mekanisme musyawarah dengan pemegang hak Pasal 9 ayat (1) dan (3) Perpres 36/2005 c. Berwenang dan bertanggung jawab menguji dokumen pengumuman (peta bidang da
atas tanah (1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan, nominatif) sebab dokumen pengumuman yang telah diuji PYB adalah dasar penentu
tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah bersama panitia Yang Berhak dalam pemberian ganti kerugian
Rujukan pasal : pengadaan tanah, dan instansi Pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan Rujukan Pasal :
Pasal 8 angka 3 tanah. Pasal 29 ayat (4) UU 2/2012
Panitia Pengadaan Tanah bertugas : (3) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipimpin oleh Ketua (4) Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3
Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti Panitia Pengadaan tanah. yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam w
kerugian atas tanah yang hak atasnya akan lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi
dilepaskan atau diserahkan Pasal 10 ayat (2) Perpres 36/2005
Apabila setelah diadakan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai Pasal 30 UU 2/2012
Pasal 10 ayat (1) dan (3) kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan menitipkan ganti rugi uang kepada pengadilan ditetapkan oleh
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan Pihak yang Berhak d
dan instansi Pemerintah yang memerlukan pemberian Ganti
tanah. Kerugian.
(3) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dipimpin oleh Ketua Panitia d. Berwenang mengajukan keberatan/gugatan atas
Pengadaan tanah. 1) Rencana lokasi pembangunan
Rujukan Pasal
Pasal 18 Pasal 34 ayat (1) Perpres 71/2012
Apabila dalam musyawarah telah dicapai (1) Dalam hal konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 terdapat
kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dan Berhak dan masyarakat yang terkena dampak atau kuasanya yang tidak sep
instansi pemerintah yang memerlukan tanah, keberatan atas lokasi rencana pembangunan dilaksanakan konsultasi publik
Panitia Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian 2) Penetapan Lokasi
sesuai dengan kesepakatan tersebut Rujukan Pasal
Pasal 23 ayat (1) UU 2/2012
Pasal 19 (1) Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan sebagaimana dimaksud d
Apabila musyawarah telah diupayakan berulangkali 19 ayat (6) dan Pasal 22 ayat (1) masih terdapat keberatan, Pihak yang Berh
dan kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya penetapan lokasi dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Nega
ganti kerugian tidak tercapai juga, Panitia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dikeluarkannya penetapan loka
Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian, 3) Data subjek dan objek dalam pengumuman
dengan sejauh mungkin Rujukan Pasal :
Pasal 29 ayat (4) UU 2/2012
(4) Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada aya
yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam
paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inven

4) Gugatan terhadap besar dan bentuk ganti kerugian di pengadilan


Rujukan Pasal
Pasal 38 ayat (1) UU 2/2012
(1) Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya Gan
Pihak yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri set
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah pen
Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).

2. Pelaksana Pengadaan Tanah, berwenang dan bertanggung jawab :


a. Penyelenggaraan Tahapan Pelaksanaan Pengadaan Tanah kecuali tahapan yang men
wewenang dan tanggung jawab PYB, IYMT dan Appraisal
b. Penyiapan dokumen pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanah kecuali dokumen
menjadi tanggung jawab PYB, IYMT dan Appraisal
c. Penyiapan dokumentasi penyerahan hasil
Rujukan Pasal :
Pasal 27 s.d 48 UU 2/2012

3. Appraisal, berwenang dan bertanggung jawab melaksanakan penilaian pertanahan ert


jawab terhadap kebenaran hasil penilaian
Rujukan Pasal :
Pasal 32 ayat (1) dan (2) UU 2/2012
(1) Penilai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) wajib bert
jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan.
(2) Pelanggaran terhadap kewajiban Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dike
sanksi administratif dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perunda
undangan

4. Instansi Yang Memerlukan Tanah dalam tahapan pelaksanaan bertanggung jawab men
dokumen pembayaran ganti kerugian
ASPEK 4 : MEKANISME PENENTUAN BENTUK DAN BESARNYA GANTI KERUGIAN
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
1. Baik bentuk maupun besarnya ganti kerugian 1. Baik bentuk maupun besarnya ganti kerugian ditentukan melalui proses 1. Penghitungan dan Penetapan Besarnya ganti kerugian tidak melalui mekanisme negosia
ditentukan melalui proses musyawarah/negosiasi musyawarah/negosiasi musyawarah melainkan dengan penetapan dari penilai pertanahan (appraisal)
Rujukan Pasal : Rujukan Pasal : Rujukan Pasal :
Pasal 16 Pasal 8 ayat (1) Perpres 36/2005 Pasal 74 ayat (2) Perpres 71/2012
Bentuk dan besarnya ganti kerugian atas dasar cara Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan Bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik berdiri sendiri maupun
perhitungan dimaksud dalam Pasal 15 ditetapkan melalui musyawarah dalam rangka memperoleh kesepakatan mengenai: dari beberapa bentuk Ganti Kerugian, diberikan sesuai nilai Ganti Kerugian yang nomina
dalam musyawarah a. pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut; dengan nilai yang ditetapkan Penilai
b. bentuk dan besarnya ganti rugi.
2. Musyawarah dilakukan antara pemegang hak atas 2. Hal yang dapat dinegosiasikan dalam musyawarah hanyalah terhadap bentuk ganti keru
tanah dan Instansi Pemerintah yang memerlukan Rujukan Pasal :
tanah. Keterlibatan Panitia Pengadaan Tanah adalah 2. Musyawarah dilakukan antara pemegang hak atas tanah bersama Panitia Pengadaan Tanah Pasal 68 ayat (3) Perpres 71/2012
sebagai pemimpin musyawarah. (yang juga terlibat sebagai pemimpin musyawarah) dan Instansi Yang Memerlukan Tanah. (3) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara langsung untuk
Rujukan Pasal Rujukan Pasal bentuk ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian sebagaimana dima
Pasal 10 Pasal 9 ayat (1) Perpres 36/2005 pasal 65 ayat (1)
(1) Musyawarah dilakukan secara langsung antara Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan,
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah bersama panitia pengadaan 3. Apabila PYB berkeberatan baik terhadap besar dan bentuk ganti kerugian, satu-satunya
dan instansi Pemerintah yang memerlukan tanah, dan instansi Pemerintah atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dapat ditempuh adalah dengan pengajuan gugatan ke pengadilan
tanah. Rujukan Pasal
(2) Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak 3. Terdapat mekanisme negosiasi para pihak untuk menentukan besarnya ganti kerugian sampai Pasal 38 ayat (1) UU 2/2012
memungkinkan terselenggaranya musyawarah tercapai nilai kesepakatan (1) Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya Ganti Keru
secara efektif, maka musyawarah sebagaimana Rujukan pasal : yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dala
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan Panitia Pasal 11 Perpres 36/2005 paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan Ganti Kerugi
Pengadaan Tanah dan Instansi Pemerintah yang Apabila dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan antara pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).
memerlukan tanah dengan wakil-wakil yang dan instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah, panitia
ditunjuk diantara dan oleh para pemegang hak pengadaan tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai 4. Mengacu pada norma sebelumnya, besarnya ganti kerugian yang belum disepakati dan
atas tanah, yang sekaligus bertindak selaku kuasa dengan kesepakatan tersebut mengalami proses gugatan/keberatan tetap sebesar nominal yang ditetapkan Appraisal
mereka. dititipkan di pengadilan
(3) Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat 4. Tidak terdapat pengaturan mengenai batas akhir pelaksanaan musyawarah apabila Rujukan Pasal :
(1) dipimpin oleh Ketua Panitia Pengadaan musyawarah tidak kunjung menghasilkan nilai kesepakatan. Pasal 42 ayat (1) dan (2)
tanah. Rujukan pasal : (1) Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian be
Pasal 11 Perpres 36/2005 hasil musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, atau putusan pengadilan
3. Terdapat mekanisme negosiasi para pihak untuk Apabila dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan antara pemegang hak atas tanah negeri/Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Ganti Kerugian di
menentukan besarnya ganti kerugian sampai dan instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah, panitia pengadilan negeri setempat.
tercapai nilai kesepakatan pengadaan tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai (2) Penitipan Ganti Kerugian selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dilakuka
Rujukan pasal : dengan kesepakatan tersebut a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui keberadaannya; at
Pasal 18 b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian:
Apabila dalam musyawarah telah dicapai 5. Panitia Pengadaan Tanah berwenang menetapkan secara sepihak menetapkan besarnya ganti 1. sedang menjadi objek perkara di pengadilan;
kesepakatan antara pemegang hak atas tanah dan kerugian dalam kondisi tertentu. 2. masih dipersengketakan kepemilikannya;
instansi pemerintah yang memerlukan tanah, Rujukan pasal 3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau
Panitia Pengadaan Tanah mengeluarkan Pasal 10 ayat (2) Perpres 36/2005 4. menjadi jaminan di bank.
keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti Apabila setelah diadakan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai
kerugian sesuai dengan kesepakatan tersebut kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan menitipkan ganti rugi uang kepada pengadilan
4. Tidak terdapat pengaturan mengenai batas akhir negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan
pelaksanaan musyawarah apabila musyawarah
tidak kunjung menghasilkan nilai kesepakatan.
Rujukan pasal :
Pasal 19
Apabila musyawarah telah diupayakan berulangkali
dan kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti kerugian tidak tercapai juga, Panitia
Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian,
dengan sejauh mungkin memperhatikan pendapat,
keinginan, saran dan pertimbangan yang
berlangsung dalam musyawarah

5. Panitia Pengadaan Tanah berwenang menetapkan


secara sepihak menetapkan besarnya ganti kerugian
dalam kondisi tertentu.
Rujukan pasal
Pasal 19
Apabila musyawarah telah diupayakan berulangkali
dan kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti kerugian tidak tercapai juga, Panitia
Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian,
dengan sejauh mungkin memperhatikan pendapat,
keinginan, saran dan pertimbangan yang
berlangsung dalam musyawarah
ASPEK 5 : PENYELESAIAN SENGKETA PENGADAAN TANAH MELALUI JALUR LITIGASI/PENGADILAN
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
1. Tidak ada, keterlibatan pengadilan hanyalah untuk 1. Penyelesaian sengketa pengadaan tanah melalui jalur litigasi hanya terhadap keberatan 1. Penyelesaian sengketa pengadaan tanah melalui jalur litigasi dapat dilakukan untuk
konsinyasi dalam hal terdapat subjek pengadaan pemegang hak atas tanah atas besaran ganti kerugian yang ditetapkan Ketua Panitia a. Keberatan PYB terhadap penetapan lokasi
tanah yang tidak ditemukan keberadaannya Pengadaan Tanah melalui mekanisme pencabutan hak. Rujukan Pasal
Rujukan Pasal Selain hal tersebut, keterlibatan pengadilan hanyalah untuk konsinyasi dalam hal tidak Pasal 23 ayat (1) UU 2/2012
Pasal 17 ayat (2) tercapai kesepakatan, terdapat subjek pengadaan tanah yang tidak ditemukan (1) Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan sebagaimana dimaksud dala
Dalam hal tanah, bangunan, tanaman atau benda keberadaannya atau terdapat sengketa kepemilikan tanah yang akan diganti rugi ayat (6) dan Pasal 22 ayat (1) masih terdapat keberatan, Pihak yang Berhak terh
yang berkaitan dengan tanah dimiliki bersama-sama Rujukan Pasal penetapan lokasi dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
oleh beberapa orang, sedangkan satu atau beberapa Pasal 10 ayat (2) dan (3)Perpres 36/2005 paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dikeluarkannya penetapan lokasi
orang dari (2) Apabila setelah diadakan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mereka tidak dapat ditemukan, maka ganti tidak tercapai kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan bentuk dan b. Keberatan PYB terhadap penetapan besar dan bentuk ganti kerugian
kerugian yang menjadi hak orang yang tidak dapat besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan menitipkan ganti Rujukan Pasal
ditemukan tersebut, dikonsinyasikan di Pengadilan rugi uang kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi Pasal 38 ayat (1) UU 2/2012
Negeri setempat oleh instansi Pemerintah yang tanah yang bersangkutan (1) Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya Ganti
memerlukan tanah (3) Apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi sebagaimana Pihak yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri sete
dimaksud pada ayat (2), maka panitia menitipkan uang ganti rugi kepada waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan G
2. Apabila Subjek Pengadaan Tanah keberatan pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).
terhadap Keputusan Panitia Pengadaan Tanah bersangkutan
mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian,
penyelesaian dilakukan oleh Gubernur Pasal 16 ayat (2) dan (3) Perpres 36/2005
Rujukan pasal Dalam hal tanah, bangunan, tanaman, atau benda yang
Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3) berkaitan dengan tanah dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang, sedangkan satu atau
(1) Pemegang hak atas tanah yang tidak menerima beberapa orang pemegang hak atas tanah tidak dapat ditemukan, maka ganti rugi yang
keputusan Panitia Pengadaan Tanah dapat menjadi hak orang yang tidak dapat ditemukan tersebut dititipkan di pengadilan negeri yang
mengajukan keberatan kepada Gubernur wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan.
Kepala Daerah Tingkat I disertai dengan
penjelasan mengenai sebab-sebab dan alasan 2. Apabila Subjek Pengadaan Tanah keberatan terhadap Keputusan Panitia Pengadaan Tanah
keberatan tersebut. mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian, penyelesaian dilakukan oleh Gubernur
(2) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Rujukan pasal
mengupayakan penyelesaian mengenai bentuk Pasal 17 ayat (1), (2) dan (3)
dan besarnya ganti kerugian tersebut, dengan (1) Pemegang hak atas tanah yang tidak menerima keputusan panitia pengadaan tanah dapat
mempertimbangkan pendapat dan keinginan mengajukan keberatan kepada Bupati/Walikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai
semua pihak. kewenangan disertai dengan penjelasan mengenai sebab-sebab dan alasan keberatan tersebut.
(3) Setelah mendengar dan mempelajari pendapat (2) Bupati/Walikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan mengupayakan
penyelesaian mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi tersebut dengan mempertimbangkan
dan keinginan pemegang hak atas tanah serta
pendapat dan keinginan dari pemegang hak atas tanah atau kuasanya.
pertimbangan Panitia Pengadaan Tanah, (3) Setelah mendengar dan mempelajari pendapat dan keinginan pemegang hak atas tanah serta
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I pertimbangan panitia pengadaan tanah, Bupati/Walikota atau Gubernur atau Menteri Dalam
mengeluarkan keputusan yang dapat Negeri sesuai kewenangan mengeluarkan keputusan yang dapat mengukuhkan atau mengubah
mengukuhkan atau mengubah keputusan keputusan panitia pengadaan tanah mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti rugi yang akan
Panitia Pengadaan Tanah mengenai bentuk diberikan.
dan/atau besarnya ganti kerugian yang akan
diberikan. Pasal 18A Perpres 65/2006
Apabila yang berhak atas tanah atau benda-benda yang ada diatasnya yang haknya dicabut tidak
bersedia menerima ganti rugi sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden karena dianggap
jumlahnya kurang layak, maka yang bersangkutan dapat meminta banding kepada Pengadilan Tinggi
agar menetapkan ganti rugi sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-
Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
1973 tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan dengan Pencabutan
Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di Atasnya.”
ASPEK 6 : KEBERADAAN, PERAN DAN TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENILAI TANAH
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
Tidak dikenal adanya lembaga penilai tanah. Penaksiran 1. Terdapat lembaga/tim penilai harga tanah, tetapi tugasnya sebatas dalam perhitungan dasar Terdapat lembaga penilai tanah yang telah diberikan beban tugas dan tanggung jawab ters
nilai tanah menjadi tanggung jawab Panitia Pengadaan perhitungan ganti rugi terpisah dari Pelaksana Pengadaan Tanah
Tanah Rujukan pasal
Rujukan pasal Pasal 32 ayat (1) dan (2) UU 2/2012
Rujukan pasal : Pasal 15 ayat (2) Perpres 36/2005 (1) Penilai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) wajib bertanggu
Pasal 8 angka 3 Dalam rangka menetapkan dasar perhitungan ganti rugi, Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah terhadap penilaian yang telah dilaksanakan.
Panitia Pengadaan Tanah bertugas : ditetapkan oleh Bupati/ Walikota atau Gubernur bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2) Pelanggaran terhadap kewajiban Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenaka
Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti kerugian administratif dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
atas tanah yang hak atasnya akan dilepaskan atau
diserahkan

ASPEK 7 : SUSUNAN KEANGGOTAAN PANITIA PENGADAAN TANAH ATAU PELAKSANA PENGADAAN TANAH
Kepala Kantor Pertanahan terlibat sebagai Wakil Ketua Termasuk dalam Panitia Pengadaan Tanah tetapi tidak disebutkan secara eksplisit kedudukannya Dalam UU 2/2012 sudah terdapat diversifikasi Tim dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab ya
Panitia Pengadaan Tanah Rujukan Pasal Tim yang diatur keberadaaannya dalam UU 2/2012 antara lain
Rujukan Pasal Pasal 6 ayat (5) Perpres 36/2005 1. Tim Penyusunan Dokumen Rencana Pengadaan Tanah
Pasal 7 (5) Susunan keanggotaan panitia pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rujukan Pasal :
Pasal 3 ayat (2) Perpres 71/2012
1. Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II ayat (2), dan ayat (3) terdiri atas unsur perangkat daerah terkait
(2) Rencana pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disusun secara ber
sebagai ketua merangkap anggota; oleh Instansi yang Memerlukan Tanah bersama dengan instansi teknis terkait atau dapat d
2. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya lembaga profesional yang ditunjuk oleh Instansi Yang Memerlukan Tanah
sebagai wakil ketua merangkap anggota; Diubah dengan :
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pasal 6 ayat (5) Perpres 65/2006 2. Tim Persiapan
sebagai anggota; (5) Susunan keanggotaan panitia pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rujukan Pasal
4. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang ayat (2), dan ayat (3) terdiri atas unsur perangkat daerah terkait dan unsurBadan Pasal 8 ayat (2) Perpres 71/2012
bertanggung jawab di bidang bangunan sebagai Pertanahan Nasional.” (2) Dalam melaksanakan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) gubernur me
anggota; persiapan dalam waktu paling lam]a 10 (sepuluh) hari kerja
5. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang
Pasal 9 ayat (1) Perpres 71/2012
bertanggung jawab di bidang Pertanian, sebagai
Tim Persiapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) beranggotakan bupati/walikota, s
anggota; provinsi daerah terkait, Instansi Yang Memerlukan Tanah dan Instansi terkait lainnya.
6. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah
dimana rencana dan pelaksanaan pembangunan 3. Tim Kajian
akan berlangsung, sebagai anggota; Rujukan Pasal
7. Lurah/Kepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang Pasal 21 ayat (2) dan (3) UU 2/2012
tanah dimana rencana dan pelaksanaan (2) Gubernur membentuk tim untuk melakukan atas keberatan rencana lokasi pembangunan
pembangunan akan berlangsung, sebagai anggota; dimaksud pada ayat (1).
8. Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Bidang (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
Pemerintahan atau Kepala Bagian Pemerintahan a. sekretaris daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua merangkap anggo
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris merangkap ang
pada Kantor Bupati/Walikotamadya sebagai
c. instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan daerah sebaga
Sekretaris I bukan anggota; d. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai anggota;
9. Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan e. bupati/wali kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota; dan
Kabupaten/Kotamadya sebagai Sekretaris II bukan f. akademisi sebagai anggota.
anggota.
4. Pelaksana Pengadaan Tanah
Rujukan Pasal :
Pasal 49 ayat (2) dan (3) Perpres 71/2012

5. Satgas A dan Satgas B


Rujukan Pasal Pasal 54 Perpres 71/2012
ASPEK 8 : NORMA PEMBATASAN WAKTU DI TIAP TAHAPAN
Keppres 55 Tahun 1993 Perpres 36/2005 diubah Perpres 65/2006 UU 2/2012 jo Perpres 71/2012
Tidak terdapat norma pembatasan waktu penyelesaian Terdapat norma pembatasan waktu tetapi musyawarah dalam kondisi tertentu Terdapat norma pembatasan waktu secara tegas dan eksplisit di tiap tahapannya
di tiap tahapannya Rujukan Pasal
Pasal 10 ayat (1) Perpres 36/2005
Dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak dapat dialihkan atau
dipindahkan secara teknis tata ruang ke tempat atau lokasi lain, maka musyawarah dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 90 hari kalender terhitung sejak tanggal undangan pertama

Diubah dengan
Pasal 10 ayat (1) Perpres 65/2006
Dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak dapat dialihkan atau
dipindahkan secara teknis tata ruang ke tempat atau lokasi lain, maka musyawarah dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 120 (seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
undangan pertama

Anda mungkin juga menyukai