Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IMPLEMENTASI ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


DI INDONESIA
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Rosdiana, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

CONY CAROLIN SINAGA ( 5233151012 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFOR-


MATIKA DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pemulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya da-
pat menyusun makalah dengan tepat waktu. Makalah ini membahas
mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini saya banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu
dapat teratasi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari ke-
sempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca saya harapkan untuk pernyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Medan, Oktober 2023

Penulis
IMPLEMENTASI ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
DI INDONESIA
1. IDEALISME
Idealisme adalah sistem filsafat dari Plato dan dikembangkan oleh
para pengikutnya yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind),
roh (soul), jiwa (spirit) atau ide dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan
atau material. Idealisme merupakan aliran filsafat yang memegang teguh
pada ide-ide atau gagasan-gagasan. Idealisme sendiri mempunyai peran yang
sangat besar dalam dunia pendidikan selama beberapa abad. Paham pemiki-
ran idealisme meyakini bahwa pada hakekatnya dunia ini hanya spritual dan
tidak meyakini pengaruh material atau fisik. Bahwa dibalik semua kejadian
fisik atau material itu merupakan aktualisasi dari spritual yang ada. Filsafat
idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Filsafat idealisme mempunyai beberapa tokoh-tokoh yang telah mem-
bangun pemikiran ini, diantaranya yaitu Plato (427-374 SM) yang meru-
pakan tokoh aliran idealisme yang pertama kali, selain itu ada Johan Gottlieb
Fichte (1780-1788 M), Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854),
Hegel (1770-1831), Immanuel Kant (1724 -- 1808).
NO PERAN IMPLEMENTASI
Pendidikan formal dan informal bertujuan mem-
1 TUJUAN PENDIDIKAN bentuk karakter dan mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
Pendidikan liberal untuk mengembangan kemam-
2 KURIKULUM PENDIDIKAN puan rasional, dan pendidikan praktis untuk mem-
peroleh pekerjaan.
3 METODE PENDIDIKAN Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain
yang efektif dapat dimanfaatkan.
4 Guru berkerjasama dengan alam dalam proses
GURU (PENDIDIK) pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
siswa.
5 PESERTA DIDIK Siswa bebas untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
2. REALISME
Aliran realisme adalah salah satu didalam aliran filsafat yang sistema-
tis
pemikirannya selalu berbeda dengan sistematis pemikiran yang ada dalam
idealism seperti sebelumnya. Realisme merupakan aliran filosofis aliran ini
percaya bahwa objek indera kita itu adalah nyata dan benar-benar ada.
Segala sesuatu ada, dan keberadaannya tidak tergantung pada pengetahuan
serta persepsi pada pemikiran yang ada dalam diri manusia. Aliran realisme
percaya bahwa adanya alam semesta terjadi secara independen dari pemiki-
ran (objektif). Hingga pada abad ke-17, aliran realisme itu telah diterima
oleh masyarakat. Filsuf realis menafsirkan bahwa dunia sebagaimana
keadaanya, tidak seperti yang dipikirkan maupun diinginkan. Para filosof
menekankan bahwa realisme ialah ada pada dunia luar yang telah berdiri
sendiri. Realisme Orientasi Pendidikan adalah esensialisme.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Pendidikan bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan
1 TUJUAN PENDIDIKAN kehidupan dan mampu melaksanakan tanggung jawab
sosial.
Kurikulum harus bersifat komprehensif yang memuat
ilmu pengetahuan, matematika, humaniora dan ilmu
2 KURIKULUM PENDIDIKAN sosial, serta nilai nilai. Kurikulum mengandung unsur
pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Kurikulum
disusun berdasarkan mata pelajaran (subject matter)
dan berpusat pada mata pelajaran (subject centered).
3 METODE PENDIDIKAN Metode harus logis dan psikologis. Habituasi adalah
metode utama bagi penganut Realisme.
Pendidik adalah pengelola kegiatan belajar mengajar
(kelas berpusat pada guru). Pendidik harus menguasai
4 GURU (PENDIDIK) pengetahuan yang dapat berubah, menguasai keter-
ampilan teknik mengajar dengan kewenangan
menuntut prestasi siswa.
5 PESERTA DIDIK Siswa berperan dalam penguasaan ilmu, taat
aturan dan disiplin.
3. MATERIALISME
Materialisme merupakan paham atau aliran yang menganggap bahwa
di dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah
satu. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang
serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap
faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme menda-
pat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat. Pada abad ke-19
pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan, dengan faham ini,
orang-orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil
ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak
memerlukan dalil-dalil abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada keny-
ataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini men-
dapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana. Hal
ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya
Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai
1 TUJUAN PENDIDIKAN dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup
sosial dan pribadi yang kompleks.
Pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat
2 KURIKULUM PENDIDIKAN dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubun-
gan dengan sasaran perilaku.
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR
3 METODE PENDIDIKAN conditioning), operant condisioning, reinforcement,
pelajaran berprogram dan kompetisi.
Merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru
4 GURU (PENDIDIK) dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar
siswa.
5 PESERTA DIDIK Siswa berperan dalam penguasaan ilmu, taat aturan
dan disiplin.
4. PRAGMATISME
Secara etimologis, Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yu-
nani) yang berarti fakta, benda, materi, sesuatu yang dibuat, kegiatan/tin-
dakan, pekerjaan atau menyangkut akibat. Pragmatisme dapat diartikan se-
bagai aliran pemikiran yang menekankan berfungsinya gagasan dalam tin-
dakan. Berikut ini akan diuraikan pengertian Pragmatisme dari para filsuf
pragmatisme awal. Pragmatisme bagi Peirce adalah metode untuk menye-
lidiki dan menjelaskan makna. Pragmatisme Peirce menyatakan bahwa
berbagai pernyataan bermakna jika memiliki konsekuensi praktikal. Sedan-
gkan, bagi William James pragmatisme dipandang sebagai metode utama
untuk mengakhiri perdebatan metafisika. Pragmatisme adalah suatu metode
filsafat untuk menemukan kebenaran yang sungguh membawa perubahan di
dunia nyata. Bagi John Dewey, pragmatisme ialah sebuah metode dalam
penyelidikan ilmiah. Dari berbagai definisi Pragmatisme, dapat ditarik be-
nang merah bahwa pragmatisme ialah aliran pemikiran yang menekankan
efek-efek praktikal suatu gagasan/ pernyataan dan mengutamakan
berfungsinya gagasan pada tindakan.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses
penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus-
1 TUJUAN PENDIDIKAN
menerus.
Mata pelajaran sekolah yang tradisionil (seni, sejarah,
matematika, membaca, dan lain-lain) dapat disusun ke
2 KURIKULUM PENDIDIKAN
dalam teknik problem solving yang berguna untuk-
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa untuk belajar
materi-materi tradisionil sebagaimana mereka bekerja
pada problemproblem atau isu-isu yang telah menarik
mereka di dalam pengalaman sehari-hari.
menurut Dewey, seharusnya secara bertahap berubah
dari belajar berdasarkan pengalaman langsung ke
3 METODE PENDIDIKAN
metode belajar yang seolah mengalami sendiri/dialami
oleh orang lain
4 GURU (PENDIDIK) Pendidik atau guru berperan mengaktifkan peserta
didiknya agar memiliki kemampuan berkomunikasi,
berdialog dengan orang lain, utamanya di kelas, baik
dengan pendidiknya, maupun dengan sesama peserta
didik tentang berbagai hal sebagai suatu cara mengek-
spresikan ide-idenya yang diharapkan bermanfaat un-
tuk mengatasi persoalan keseharian.
5 PESERTA DIDIK Cara anak-anak belajar banyak hal adalah sama den-
gan orang dewasa, yang berbeda hanyalah informasi
yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah-
masalah yang mereka mengerti dalam sudut pandang
mereka sendiri. Oleh karena itu,pendidikan menurut-
nya bukanlah tujuan pada dirinya sendiri, tetapi akan
bermakna dalam rangka pemecahan masalah-masalah.

5. EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskrip-
sikan eksistensi dan pengalaman manusia, respek terhadap individu yang
unik pada setiap orang. Manusia lahir dan eksis lalu menentukan dengan be-
bas esensi kita masingmasing. Setiap individu menentukan untuk dirinya
sendiri, memiliki keinginan yang bebas (free will) dan berkembang. Pen-
didikan menurut eksistensialisme menekankan refleksi mendalam terhadap
komitmen dan pilihan sendiri.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Aliran eksistensialisme memandang bahwa pen-
1 TUJUAN PENDIDIKAN didikan bertujuan mendorong agar setiap individu
mampu mengembangkan semua potensinya untuk pe-
menuhan
diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan mengha-
jatkan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pe-
menuhan dirinya
Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebe-
2 KURIKULUM PENDIDIKAN basan manusia. Namun perlu digarisbawahi bahwa ke-
bebasan itu sendiri memiliki aturan-aturan. Oleh
karena itu, di sekolah perlu diajarkan pendidikan
sosial untuk mengajarkan “respek” (rasa hormat) ter-
hadap kebebasan untuk semua.
Metode pendidikan yang digunakan dalam proses pen-
3 METODE PENDIDIKAN didikan di dalamnya harus memberi ruang kepada ke-
bebasan dan penghargaan terhadap eksistensi individ-
ual. Metode diskusi dan dialog merupakan cara men-
didik, di dalamnya terjalin percakapan antara pribadi
dengan pribadi, hubungan antara subjek dengan sub-
jek, hubungan interrelasi dan merupakan suatu per-
cakapan antara “aku” dengan “engkau”.
Seorang pendidik harus mampu dan berperan untuk
4 GURU (PENDIDIK) melindungi dan memelihara kebebasan akademik. Hal
ini penting karena kebebasan akan memberi rasa hor-
mat pada dirinya dan menyelamatkan diri dari sekedar
menjadi obyek.
5 PESERTA DIDIK Manusia (peserta didik) adalah makhluk rasional den-
gan pilihan yang bebas dan bertanggungjawab atas
pilihannya. Kebebasan yang dimiliki dan diberikan
kepada seseorang dapat memberikan jalan kepada se-
tiap individu untuk mendapatkan pendidikan secara
otentik yang artinya setiap manusia mempunyai tang-
gungjawab dan kesadaran diri untuk mereka sendiri.

6. PROGRESIVISME
Progesivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki su-
atu kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah peruba-
han. Berkaitan dengan pengertian tersebut, progresivisme selalu di-
hubungkan dengan istilah the liberal road to cultural, yakni liberal bersi-
fat fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, ser-
ing ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengelaman.
Maksudnya aliran progresivisme sangat menghargai kemampuan-ke-
mampuan seseorang dalam upaya pemecahan masalah melalui pengamala-
man yang dimiliki oleh masing-masing individu. Progresivisme berangga-
pan bahwa kemampuan inteligensi manusia sebagai alat untuk hidup,
untuk kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian manusia.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Progresivisme lebih menekankan pada memberikan
1 TUJUAN PENDIDIKAN pengalaman empiris kepada peserta didik, se-
hingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan
berbuat.
Dalam pandangan progresivisme kurikulum meru-
2 KURIKULUM PENDIDIKAN pakan serangkaian program pengajaran yang dapat
mempengaruhi anak belajar secara edukatif, baik di
lingkungan sekolah maupun di luar.
Mengajarkan cara belajar yang tepat, sehingga seo-
3 METODE PENDIDIKAN rang dapat belajar setiap saat dari realitas secara
mandiri, baik di dalam maupun di luar sekolah, pada
saat,
sedang, ataupun setelah menyelesaikan pendidikan
formal.
Guru sebagai pembimbing aktivitas anak didik/
siswa dan berusaha memberikan kemungkinan
4 GURU (PENDIDIK) lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai pembimb-
ing tidak boleh menonjolkan diri, ia harus
bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak
alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan.
5 PESERTA DIDIK Mempunyai potensi untuk berkembang, yang
berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis
serta punya motivasi untuk memenuhi kebutuhan-
nya

7. PRENIALISME
Prenialisme adalah salah satu hasil pemikiran filsafat kuno yang
masih memiliki relevansi terhadap perkembangan zaman dan dapat diaktual
sasikan sepanjang zaman. Perenialisme berpendapat bahwa apa yang dibu-
tuhkan manusia terutama ialah jaminan bahwa reality is universal that is ev-
ery where and at every moment the same, realita itu bersifat universal bahwa
realita itu ada di mana saja dan sama di setiap waktu. Prinsip dasar pen-
didikan perenialisme adalah mendekatkan anak didik untuk menemukan dan
menginternalisasikan kebenaran abadi, karena kebenaran abadi mengandung
sifat universal dan tetap.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Membantu peserta didik menyiapkan dan menginter-
1 TUJUAN PENDIDIKAN nalisasikan nilai-nilai kebenaran yang abadi agar men-
capai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Harus menekankan pertumbuhan intelektual pada seni
2 KURIKULUM PENDIDIKAN dan sains.
Metode pendidikan atau model belajar utama yang di-
3 METODE PENDIDIKAN gunakan oleh perenialis adalah membaca dan diskusi,
yaitu membaca dan mendiskusikan karya-karya yang
tertuang dalam the greats book dalam rangka mendisi-
plinkan pikiran.
Guru harus mampu mengatasi semua gangguan terse-
4 GURU (PENDIDIK) but, dengan melakukan pendekatan secara intelektual
yang sama bagi semua siswa.
Perenialis berpendapat bahwa siswa adalah subyek
5 PESERTA DIDIK sekaligus inti dalam pelaksanaan pendidikan, dan guru
hanya bertugas menolong membangkitkan potensi
yang dimiliki anak didik

8. ESSENSIALISME
Filsafat esensialisme merupakan filsafat pendidikan konservatif
yang dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif
di sekolah-sekolah. Aliran esensialisme ini memandang bahwa pendidikan
yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk
dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah
goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui
1 TUJUAN PENDIDIKAN pengetahuan yang telah bertahan sepanjang waktu di-
ikuti oleh keterampilan, dengan demikian pendidikan
dapat diketahui semua orang dan tidak berubah-ubah.
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan
berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang
2 KURIKULUM PENDIDIKAN kuat. Penguasaan materi kurikulum tersebut meru-
pakan dasar yang bersifat esensialisme genarl educa-
tion yang diperlukan dalam hidup.
Dalam hal ini penguasaan guru terhadap berbagai
3 METODE PENDIDIKAN metode pendidikan dan juga kemampuan guru dalam
menysuaikan antara berbagai pertimbangan dalam
menerapkan suatu metode bisa berjalan secara efektif.
Guru harus dibekali dengan skill penyampaian materi,
tidak hanya dengan pengetahuan saja, dengan
4 GURU (PENDIDIK) penyampaian materi yang baik dapat menarik minat
dan perhatian siswa.
5 PESERTA DIDIK Siswa merupakan makhluk sosial dengan keterampi-
lan yang diasah untuk melakukan latihan berfikir,
siswa didorong untuk dapat berfikir logis dan jelas.

9. REKONTRUKSIONISME
Rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme,
yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Rekonstruksionisme berkeyak-
inan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua manusia.
Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat
melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai
dan norma yang benar.
NO PERAN IMPLEMENTASI
Tujuan pendidikan adalah bertanggung jawab dalam
1 TUJUAN PENDIDIKAN menciptakan aturan sosial yang ideal.
Sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayori-
2 KURIKULUM PENDIDIKAN tas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai.
Semua budaya dan nilainilai yang berhubungan
berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
3 METODE PENDIDIKAN Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode
aktivitas dibenarkan (learning by doing).
Harus menunjukkan rasa hormat yang sejati (ikhlas)
4 GURU (PENDIDIK) terhadap semua budaya, baik dalam memberi pela-
jaran maupun dalam hal lainnya.
5 PESERTA DIDIK Nilai-nilai budaya peserta didik yang dibawa ke seko-
lah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi
dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala
rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Yulianti. Filsafat Pendidikan Realisme. Jurnal Pendidikan


Bahasa dan Sastra Indonesia 12, No. 1(2023). Hal 1-12

Ageng Shagena. Peran Filsafat Idealisme Serta Implemen-


tasinya Pada Pendidikan. Jurnal Ilmiah Kependidikan 17, No.
2 (2022) hal 45-54

M. fadillah. Aliran Progresivisme Dalam Pendidikan Di In-


donesia. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran 05, No
1 (2017) hal. 17-23

Moch Yasyakur. Perenialisme Dalam Pendidikan Islam. Jurnal


Pendidikan Islam 10, No. 1 (2021) hal. 325-342

Anda mungkin juga menyukai