Anda di halaman 1dari 14

JURNAL HUKUM MAHASISWA

Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)


ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doihttps://doi.org/10.36733/jhm.v1i2, .https://e-journal.unmas.ac.id

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENJUALAN


BARANG ELEKTRONIK YANG TIDAK MENYEDIAKAN
KARTU JAMINAN / GARANSI DI KABUPATEN BADUNG
Ni Luh Made Ari Gita Kirana Dangin1, I Wayan Wahyu Wira Udytama2
1,2)
Fakultas Hukum, Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email : wira.udytamafh@unmas.ac.id

Abstract
The current development of trade is increasingly widespread and there are
many business actors in conducting buying and selling transactions of goods
and/or services, one of which is electronic products. The term sale and purchase
in Indonesian contract law was adopted from the term koop en verkoop in Dutch.
Dutch law also follows the concept of emptio vendito which is derived from
Roman law. In Roman law the term for buying and selling is emptio vendito.
Emptio means to buy, then venditio means to sell. From this term, it can be seen
that there is a reciprocal relationship between two parties who carry out different
legal actions, one party takes legal action to sell, and the other party takes action
to buy.

Keywords : Buying and selling, Electronic products.

Abstrak
Perkembangan masa sekarang ini perdagangan makin meluas dan banyaknya
para pelaku usaha dalam melakukan transaksi jual beli suatu barang dan/atau jasa
salah satunya yaitu produk elektronik. Istilah jual beli dalam hukum perjanjian
Indonesia diadopsi dari istilah koop en verkoop dalam bahasa Belanda. Hukum
Belanda juga mengikuti konsep emptio vendito yang berasal dari hukum Romawi.
Dalam hukum Romawi istilah jual beli adalah emptio vendito. Emptio bermakna
membeli, kemudian venditio bermakna sebagai menjual. Dari istilah tersebut
terlihat hubungan yang bersifat timbal balik antara dua pihak yang melakukan
perbuatan hukum yang berbeda, pihak yang satu melakukan tindakan hukum
untuk menjual, dan pihak yang lain melakukan tindakan untuk membeli.

Kata Kunci : Jual beli, Produk elektronik.

415
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

A. Pendahuluan hubungan antara konsumen dan


Dalam kegiatan bisnis yang pelaku usaha. Dalam masyarakat
sehat terdapat keseimbangan tradisional, barang-barang kebutuhan
perlindungan hukum antara konsumen di produksi melalui proses
konsumen dengan pelaku usaha. yang sederhana. Sementara dalam
Konsumen dapat berada pada posisi masyarakat moderen, barang-barang
yang lemah jika tidak adanya diproduksi secara massal, sehingga
perlindungan yang seimbang. melahirkan masyarakat yang
Perlindungan konsumen merupakan mengkonsumsi produk barang dan
bagian yang tidak terpisahkan dari jasa secara massal pula (mass
kegiatan bisnis yang sehat. Hal ini consumer consumption). Menurut
dapat mengakibatkan kedudukan kamus bahasa Indonesia, Produk
antara pelaku usaha dan konsumen diartikan sebagai barang atau jasa
menjadi tidak seimbang. Konsumen yang dibuat dan ditambah gunanya
akan berada pada posisi yang lemah, atau nilainnya dalam proses produksi
dikarenakan pembuatan perjanjian dan menjadi hasil akhir dari hasil
standar tersebut yang hanya akhir produksi itu. Produksi menurut
dilakukan secara sepihak oleh pihak kamus bahasa Indonesia ialah
pelaku usaha saja. Jelas bahwa penghasilan atas barang atau benda.
klausula baku yang tertuang di dalam Jual beli menurut Pasal 1457
perjanjian standar tersebut sifatnya Burgerlijk Wetboek (B.W) yang
lebih menguntungkan pihak pelaku diterjemahkan dengan istilah Kitab
usaha dibandingkan dengan pihak Undang-Undang Hukum Perdata
konsumen. 1 (KUHPerdata) adalah suatu
Perkembangan masyarakat, berkaitan persetujuan atau perjanjian yang
juga dengan memproduksi barang mengikat penjual dan pembeli,
kebutuhan konsumen dan pola pembeli mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu barang yang
1
Ridwan Khairandy. 2016. disetujui bersama, dan pembeli
Perjanjian Jual Beli. Yogyakarta: FH UII
mengikatkan diri untuk membayar
Press, halaman 1.

416
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

harga barang yang disetujui bersama. bahasa Indonesia, sehingga dapat


Defenisi jual beli di atas dapat ditarik dengan mudah memahami dan
simpulan bahwa unsur-unsur yang menggunakan satu produk yang
terkandung jual beli, adalah sebagai sudah ditetapkan dalam aturan
berikut:2 perundang-undangan secara aman.3
a) Adanya para pihak, yaitu Berdasarkan latar belakang yang
penjual dan pembeli; telah diuraikan diatas, maka penulis
b) Ada barang yang menuangkan sebuah karya tulis
ditransaksikan; ilmiah yang berjudul : “Tanggung
c) Ada harga; dan Jawab Pelaku Usaha Penjualan
d) Ada pembayaran dalam Barang Elektronik Yang Tidak
bentuk uang. Menyediakan Kartu Jaminan /
Perlindungan Konsumen memiliki Garansi Di Kabupaten Badung”.
istilah yang berkaitan dengan
perlindungan hukum, oleh karena itu B. Metode Penelitian
perlindungan konsumen mengandung Jenis Penelitian
aspek hukum. Perlindungan hukum Jenis penelitian ini
merupakan perlindungan yang menggunakan yuridis empiris,
diberikan hukum terkait mengenai dengan menggunakan jenis
hak dan kewajiban manusia. Didalam penelitian yuridis empiris bertujuan
Pasal 4 UUPK yaitu mengenai suatu menganalisis permasalahan
hak atas kenyamanan, maupun dilakukan dengan cara memadukan
keamanan yang didapatkan oleh para bahan-bahan hukum (yang
konsumen yang dilanggar oleh para merupakan data sekunder) dengan
pelaku usaha harus secara tegas data primer yang diperoleh di
dipertanggung jawabkan oleh pelaku lapangan dengan melalui wawancara
usaha tersebut. Dalam hal ini yang
terkandung dalam UndangUndang 3
Ni Putu Januaryanti Pande,
“Perlindungan konsumen terhadap produk
ini memberikan perlindungan dalam kosmetik impor yang tidak terdaftar di
pengaturan terkait petunjuk dalam BBPOM Denpasar, Jurnal Magister Hukum
Udayana, Vol. 6, No. 1. URL.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu/article/
2
Ibid halaman 2-3. view/22288/20922. h.18.

417
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

dan didukung juga menggunakan Data yang dipergunakan dalam


data sekunder atau studi penelitian ini bersumber dari data
dokumentasi, dan menggunakan primer dan data sekunder :
pendekatan kualitatif. 4 1. Data primer merupakan data
Sifat Penelitian yang diperoleh langsung dari
Sifat penelitian yang digunakan lapangan dengan menggunakan alat
adalah penelitian Deskriptif. pengambilan data langsung pada
Penelitian deskriftif yaitu penelitian subjek sebagai informasi yang dicari.
yang hanya semata-mata pada Data primer dalam penelitian ini
umumnya bertujuan untuk diperoleh melalui keterangan dan
mendeskripsikan secara sistematis, informasi yang di dapat khusunya
faktual dan akurat terhadap suatu bagi yang berdomisili di Kabupaten
populasi atau daerah tertentu, Badung.
mengenai sifat-sifat, karakteristik 2. Data sekunder merupakan data
atau faktor-faktor tertentu. Suatu yang diperoleh dari studi
penelitian deskriptif dimaksudkan kepustakaan atau studi literature.
untuk memberikan data yang teliti .
mungkin tentang manusia, keadaan C. Pembahasan
atau gejala-gejala lainnya. Penelitian Berdasarkan teori negara hukum
deskriftif adalah penelitian yang “pancasila sebagai dasar negara yang
hanya semata-mata melukiskan mencerminkan jiwa bangsa
keadaan objek atau peristiwanya Indonesia harus menjiwai semua
tanpa suatu maksud untuk peraturan hukum dan
mengambil kesimpulan-kesimpulan pelaksanaannya ketentuan ini
yang berlaku secara umum.5 menunjukkan bahwa di Negara
Data dan Sumber Data Indonesia dijamin adanya
perlindungan hak-hak manusia
berdasarkan ketentuan hukum suatu
4
Ida Hanifah, dkk. 2018. Pedoman
Penulisan Skripsi. Medan: CV. Pustaka kewajiban bagi setiap
Prima, halaman 5. penyelenggaraan Negara untuk
5
Soerjono Soekanto. 2014.
Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI- menegakkan keadilan dan kebenaran
Press, halaman 9.

418
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

berdasarkan Pancasila yang cacat tanpa ada beban bagi


selanjutnya melakukan peraturan- konsumen atau pihak yang
peraturan pelaksanaan.” Bila diragukan untuk membuktikan
diperhatikan dengan seksama, kesalahan tersebut. Prinsip
tampak bahwa hak dan kewajiban tanggung jawab mutlak dalam
pelaku usaha penjualan barang hukum perlindungan konsumen
elektronik di Kabupaten Badung secara umum digunakan untuk
bertimbal balik dengan hak dan menjerat pelaku usaha khususnya
kewajiban konsumen. Ini berarti hak produsen, yang memasarkan
bagi konsumen adalah kewajiban produknya yang merugikan
yang harus dipenuhi oleh pelaku konsumen.6 Asas tersebut dikenal
usaha. dengan nama product liability,
a) Tanggung Jawab Pelaku Usaha menurut asas ini produsen dan
Penjualan Barang Elektronik pelaku usaha wajib
Yang Tidak Menyediakan bertanggungjawab atas kerugian
Kartu Jaminan / Garansi Di yang diderita konsumen atas
Kabupaten Badung. penggunaan produk yang
Tanggung jawab pelaku usaha dipasarkannya.
dan pihak-pihak yang Perkembangan di era globalisasi
menyalurkan produk secara yang didukung kemajuan bidang
tanggung renteng seluruhnya teknologi, telekomunikasi dan
bersifat tanggungjawab mutlak informatika telah memperluas
(strict liability) atau tanggung jawab terhadap ruang gerak transaksi
tanpa kesalahan (liability without penjualan barang maupun jasa ,
fault). Tanggung jawab mutlak sehingga barang dan jasa yang
(strict liability) merupakan prinsip ditawarkan menjadi berbagai
tanggung jawab dengan sistem macam. Kondisi ini menguntungkan
tanggung jawab yang tidak bagi masyarakat selaku konsumen,
berdasarkan kesalahan produsen karena kebutuhan terhadap
namun menerapkan tanggung 6
Celina Tri Swi Kristiyanti,
jawab kepada penjual produk yang 2008, Hukum Perlindungan Konsumen,
Cet.1, Sinar Grafika, Jakarta, h.169.

419
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

barang dan jasa yang diinginkan yang diderita konsumen atas


konsumen menjadi terpenuhi serta penggunaan produk yang
semakin terbukanya kebebasan dipasarkannya. Pada umumnya
konsumen dalam memilih berbagai perjanjian yang dibuat oleh pelaku
jenis produk barang maupun jasa.7 usaha tersebut berisi klausula
Penjualan yang ditawarkan eksonerasi, adanya hal tersebut
pelaku usaha semakin marak bertujuan untuk melimpahkan
dalam perdagangan nasional sebagian atau segala
khususnya penjualan barang tanggungjawab yang mana
elektronik. Pengertian produk mestinya tanggungjawab tersebut
adalah semua benda bergerak dilakukan oleh pelaku usaha dan
kecuali produk pertanian primer merupakan beban dari pelaku
dan hasil perburuan. Pengertian usaha penjualan barang elektronik
produk dalam Pasal 2 sub a namun kenyataannya berbeda
Convention on the law Applicable sepenuhnya dilimpahkan kepada
to Products Liability yaitu produk pihak konsumen.8 Pelanggaran yang
meliputi produk-produk natural dan dilakukan pelaku usaha terkait
industrial, apakah yang berupa penjualan produk elektronik tanpa
bahan mentah atau yang telah memperoleh kartu jaminan / garansi
dihasilkan oleh pabrik dan apakah menyebabkan tidak adanya
merupakan barang bergerak jaminan mengenai penggunaan
maupun tidak bergerak. Asas produk tersebut dapat merugikan
tanggungjawab itu dikenal dengan konsumen, dan pelaku usaha
nama Product Liability. Biasanya dalam melakukan pelanggaran
prinsip tanggungjawab mutlak ini dibebankan untuk memberikan
diterapkan karena konsumen tidak tanggung jawab kepada
dalam posisi menguntungkan. konsumen yang dirugikan.
Menurut asas ini produsen wajib Pengaturan pembebanan tanggung
bertanggungjawab atas kerugian jawab merupakan kewajiban bagi
7 8
Ahmad Miru Sutarman Yodo, Shidarta, 2000, Hukum
2005, Hukum Perlindungan Konsumen, Perlindungan Konsumen, Indonesia, PT
Rajawali Pers, Jakarta, h. 126. Grasindo, Jakarta, h. 79.

420
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

pelaku usaha yang merugikan Dasar masalah disini penulis


konsumen sesuai Undang-Undang mengacu pada Tanggung Jawab
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelaku Usaha pada Undang-Undang
Perlindungan Konsumen mengenai Nomor 8 Tahun 1999 tentang
kewajiban pelaku usaha yang Perlindungan Konsumen.
diatur dalam Pasal 7 huruf f yaitu Berdasarkan Undang-Undang Nomor
mengenai kewajiban pelaku 8 Tahun 1999 ini dibentuk
usaha terhadap konsumen Perlindungan Konsumen dimana
untuk memberikan kompensasi, pada Pasal 7 menjelaskan tentang
ganti rugi ataupun penggantian kewajiban pelaku usaha sesuai
atas kerugian dari penggunaan, dengan ketentuan peraturan
pemakaian dan pemanfaatan perundang-undangan.
barang yang diperdagangkannya. Hasil dari wawancara dengan Bapak
Tanggung jawab ganti rugi yang Kevin yang menyebutkan bahwa
dilakukan pelaku usaha sesuai “setiap produk elektronik yang yang
dengan Undang-Undang 14 Nomor diperjualbelikan di Toko ini disertai
8 Tahun 1999 Tentang dengan garansi”.9
Perlindungan Konsumen yang Garansi memiliki beberapa manfaat
dijelaskan pada Pasal 19. yang menjadi poin utama seorang
Secara teori sistem hukum konsumen membeli produk yang
berfungsinya sebuah hukum diyakinkannya dan dengan adanya
merupakan pertanda bahwa hukum garansi/ jaminan bagi suatu produk
tersebut telah mencapai tujuan elektronik yang menjadikan alasan
hukum, yaitu berusaha untuk menggapa garansi dianggap penting
mempertahankan dan melindungi yaitu:
masyarakat dalam pergaulan hidup. 1. Untuk meyakinkan
Tingkat efektivitas hukum juga pembeli/konsumen bahwa barang
ditentukan oleh seberapa tinggi yang dibeli berkualitas baik,
tingkat kepatuhan warga masyarakat
9
terhadap aturan hukum yang telah Hasil wawancara dengan Bapak
Kevin “Cahaya Elektronik”, pedagang di Jl.
dibuat. Padang Luwih Dalung, tanggal 18 Maret
2021.

421
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

2. Dengan adanya garansi pembeli Menurut Bapak Made berdasarkan


mengetahui bahwa produk yang hasil wawancara manfaat garansi
mereka beli ada garansi jika ada yaitu: 10
kerusakan, karena dengan adanya Garansi disebut juga dengan jaminan
garansi bisa mempengaruhi produk. Tetapi pada kenyataannya
keputusan pelanggan untuk produk elektronik masih ada
membeli suatu produk elektronik diperdagangkan/diperjualbelikan
tersebut, tanpa disertai adanya kartu
3. Menetapkan suatu standart produk jaminan/garansi purna jual dalam
yang jelas. Bahasa Indonesia. Kartu
4. Untuk memberikan dan jaminan/garansi purna jual dalam
menyediakan kualitas barang yang bahasa indonesia sangat penting
baik agar mampu mendapatkan dalam membeli suatu produk
kepuasan yang baik dari elektronik karena kartu
pembeli/konsumennya. jaminan/garansi purna jual dalam
Di Kabupaten Badung banyak Bahasa Indonesia yang selanjutnya
menjual berbagai macam barang disebut kartu jaminan adalah kartu
kebutuhan pokok yang dibutuhkan yang menyatakan adanya jaminan
masyarakat, seperti salah satunya ketersediaan suku cadang serta
yaitu produk elektronik. Produk fasilitas dan pelayanan purna jual
elektronik yang diperjual belikan di produk telematika dan elektronik.
di Kabupaten Badung disertai dengan b)Akibat hukum pelaku usaha
garansi, karena garansi merupakan penjualan barang elektronik
suatu hak setiap pelanggan atau yang tidak menyediakan kartu
konsumen untuk meyakinkan jaminan / garansi di Kabupaten
pembeli bahwa barang yang dibeli Badung.
berkualitas baik. Akibat hukum pelaku usaha dalam
menjual produk elektronik yang tidak

10
Hasil wawancara dengan Bapak
Made “Warung Made”, pedagang di Jl. Raya
Darmasaba, Br, Darmasaba, tanggal 17
Maret 2021.

422
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

disertai dengan adanya kartu dimaksud dalam Pasal 2 ayat


jaminan/garansi sama saja dengan (1) dan Pasal 3 ayat (2) dan(3).
seorang pelaku usaha melanggar b. Petunjuk penggunaan dalam
kewajiban yang ada di jelaskan bahasa indonesia tidak
dalam UUPK yang terdapat dalam didaftarkan.
Pasal 4 sampai 7. Di dalam Pasal 8 2. Penarikan produk telematika dan
Peraturan Menteri Perdagangan elektronika dari peredaran
Republik Indonesia Nomor 19/M- sebagaimana dimaksud pada ayat
DAG/PER/2009 Pasal 8 menyatakan (1). Dilakukan oleh produsen atau
bahwa setiap orang perseorangan importir berdasarkan perintah
atau badan usaha dilarang menjual, Direktur Jenderal atas nama
membeli dan/atau menerima Menteri.
pemindah tangganan petunjuk 3. Seluruh biaya penarikan produk
penggunaan dan kartu jaminan yang telematika dan elektronika dari
telah terdaftar.11 peredaran sebagaimana dimaksud
Pasal 9 Peraturan Menteri pada ayat (1) dibebankan kepada
Perdagangan No.19/M- produsen atau importir.
DAG/PER/2009 Menegaskan, Garansi suatu produk elektronik
sebagai berikut: berlaku sampai kapanpun tergantung
1. Produsen atau importir wajib dengan kesepakatan yang di buat
menarik produk telamatika dan kedua belah pihak khusunya produk
elektronika dari peredaran elektronik yang tidak disertai dengan
apabila: kartu garnsi, karena garansi suatu
a. Tidak melengkapi produk produk elektronik yang disepakati
telematika dan elektronika oleh konsumen dan produsen berlaku
dengan petunjuk penggunaan berkali-kali dengan ketentuan bahwa
dan kartu jaminan dalam masa garansi suatu produk tersebut
bahasa indonesia sebagaimana belum habis selama waktu beli
hingga sampai kapan berakhir masa
11 garansinya tersebut dan tetap saja
Shidarta, Hukum Perlindungan
Konsumen Indonesia (Jakarta: Grasindo, biaya garansi dibebaskan dari biaya
2000), hlm. 49

423
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

perbaikan tertentu tergantung pilihan sukarela para pihak yang


kerusakannya. Konsumen dapat bersengketa.
menuntut tanggung jawab dari (6) Penyelesaian sengketa di luar
pelaku usaha sebagaimana dimaksud pengadilan sebagaimana dimaksud
da lam Pasal 19 sampai 28 UUPK pada ayat (2) tidak menghilangkan
melalui cara menggugat pelaku usaha tanggung jawab pidana sebagaimana
sebagaimana yang diatur dalam Pasal diatur dalam undang-undang.
45 dan Pasal 46 UUPK. (7) Apabila telah dipilih upaya
Faktanya penulis menemukan penyelesaian sengketa konsumen di
bahwasannya ada saja seorang luar pengadilan, gugatan melalui
konsumen yang merasa dirugikan pengadilan hanya dapat ditempuh
terhadap suatu produk elektronik apabila upaya tersebut dinyatakan
yang tidak disertai dengan kartu tidak berhasil oleh salah satu pihak
garansi meskipun sebelumnya telah atau oleh para pihak yang
disepakati kedua belah pihak, oleh bersengketa.
sebab itu cara menggugat pelaku Pasal 46 UUPK yaitu:
usaha sebagaimana dimaksud: Pasal (1) Gugatan atas pelanggaran
45 UUPK yaitu:12 pelaku usaha dapat dilakukakn oleh:
(4) Setiap konsumen yang dirugikan a. seorang konsumen yang dirugikan
dapat menggugat pelaku usaha atau ahli waris yang
melalui lembaga yang bertugas bersangkutan;
menyelesaikan sengketa antara b. sekelompok konsumen yang
konsumen dan pelaku usaha atau mempunyai kepentingan yang
melalui peradilan yang berada di sama;
lingkungan peradilan umum. c. lembaga perlindungan konsumen
(5) Penyelesaian sengketa konsumen swadaya masyarakat yang
dapat ditempuh melalui pengadilan memenuhi syarat, yaitu berbentuk
atau di luar pengadilan berdasarkan badan hukum atau yayasan, yang
dalam anggaran dasarnya
12 menyebutkan dengan tegas bahwa
Sudaryatmo, Hukum dan
Advokasi Konsumen (Bandung: Citra tujuan didirikannya organisasi
Aditya Bhakti, 2009), hlm.17

424
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

tersebut adalah untuk kepentingan yang merugikan konsumen sebagai


perlindungan konsumen dan telah pemakai barang elektronik. Barang
melaksanakan kegiatan sesuai elektronik yang tanpa disediakan
dengan aggaran dasarnya; kartu jaminan merupakan suatu
d. pemerintah dan/atau instansi pelanggaran yang melanggar
terkait apabila barang dan/atau ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
jasa yang dikonsumsi atau Nomor 8 Tahun 1999 UUPK.
dimanfaatkan mengakibatkan Menurut Pasal 23 UUPK dijelaskan
kerugian materi yang besar bahwa setiap pelanggar yang
dan/atau korban yang tidak dilakukan oleh pelaku usaha yang
sedikit. menolak dan atau tidak memberi
(2) Gugatan yang diajukan oleh tanggapan dan atau tidak memenuhi
sekelompok konsumen, lembaga ganti rugi atas tuntutan konsumen
perlindungan konsumen swadaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
masyarakat, atau pemerintah 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (4) UUPK, konsumen dapat
huruf b, c, dan d diajukan ke melakukan upaya hukum dengan
peradilan umum. mengajukan gugatan melalui badan
(3) Ketentuan lebih lanjut penyelesaian sengketa konsumen
mengenai kerugian materi yang besar atau melalui peradilan yang berada di
dan/atau korban yang tidak sedikit lingkungan peradilan umum.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d diatur dengan Peraturan D Simpulan dan Saran
Pemerintah. 13 Kesimpulan
1. Implementasi tanggung jawab
Upaya yang dapat dilakukan oleh
pelaku usaha penjualan barang
konsumen jika dirugikan atas
elektronik yang tidak menyediakan
ketidaktersediaannya kartu
kartu jaminan / garansi di Kabupaten
jaminan/garansi merupakan suatu hal
Badung yaitu pemberian
13 tanggungjawan atau ganti rugi
Janus Sidabalok, Perlindungan
Konsumen di Indonesia (Bandung: Citra berupa perbaikan atau bahkan
Aditya Bakti, 2010), hlm. 46.

425
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

pengembalian barang dengan Perdagangan Nomor 19 Tahun 2009


ditukarkan barang yang baru tetapi yang mengatur pelanggaran
sesuai dengan harga yang sama ketentuan Pasal 2 ayat (1)
dengan produk elektronik Permendag Nomor 19 Tahun 2009
sebelumnya yang sejenis dan dikenai sanksi sesuai dengan yang
bentuknya juga seperti lebih diatur dalam Undang-Undang
meningkatkan pengawasan yang Perlindungan Konsumen dan akibat
diberikan pemerintah dalam hukumnya terhadap konsumen,
menanggani suatu produk elektronik konsumen susah untuk meminta
yang tidak disertai dengan kartu klaim perbaikan suatu produk karena
garansi dan juga bisa saja tidak adanya kartu garansi.
pengembalian uang. Saran
2. Akibat hukum pelaku usaha 1. Pelaku usaha sebaiknya
penjualan barang elektronik yang memberikan kartu jaminan/garansi
tidak menyediakan kartu jaminan / kepada konsumen yang membeli
garansi di Kabupaten Badung, maka produk elektroniknya, sebagai
dari produk elektronik yang tidak jaminan bahwa produk tersebut
disertai dengan kartu garansi yaitu berkualitas, dan juga pemerintah
dapat dikenakan sanksi administratif harus lebih meningkatkan
apabila tidak menyertakan kartu pengawasan agar penyebab suatu
jaminan/garansi produk yang sangat produk yang tidak disertai dengan
penting dan menjadi hak seorang garansi yang berasal dari impor tidak
konsumen dan kartu dapat diperjual belikan tanpa adanya
jamianan/garansi tersebut merupakan kartu garansi.
kewajiban yang wajib disediakan 2. Pelaku usaha memberikan
oleh pelaku usaha. Sanksi informasi yang jelas kepada
administratif tersebut diatur di dalam konsumen mengenai suatu persedian
Undang-Undang Republik Indonesia khususnya suku cadang dan
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang pemerintah juga turun tanggan
Perlindungan Konsumen Pasal 60 terhadap beredarnya suatu produk
dan Pasal 22 Peraturan Menteri elektronik yang diperjual belikan

426
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

tanpa disertai dengan adanya kartu Janus Sidabalok, Perlindungan


jaminan/garansi khususnya terhadap Konsumen di Indonesia
pedagang di pasar modern maupun (Bandung: Citra Aditya Bakti,
pasar tradisional. Dan pelaku usaha 2010).
seharusnya lebih memberikan Ridwan Khairandy. 2016. Perjanjian
ketersediaan suku cadang terhadap Jual Beli. Yogyakarta: FH UII
produk elektronik yang tidak disertai Press.
dengan kartu jaminan karena produk Ridwan Khairandy. 2016.
elektronik yang tidak disertai dengan Perjanjian Jual Beli. Yogyakarta:
adanya kartu jaminan berasal dari FH UII Press.
impor dan apabila tidak ada suku Shidarta, 2000, Hukum
cadangnya seharusnya konsumen Perlindungan Konsumen,
tidak berhak membayar biaya Indonesia, PT Grasindo, Jakarta,
tambahan untuk mendapatkan Shidarta, Hukum Perlindungan
perbaikan suatu produk elektronik Konsumen Indonesia (Jakarta:
yang tidak disertai dengan kartu Grasindo, 2000),
jaminan. Soerjono Soekanto. 2014. Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta:UI-
Daftar Pustaka Press.
Buku Soerjono Soekanto. 2014.
Ahmad Miru Sutarman Yodo, Pengantar Penelitian Hukum.
2005, Hukum Perlindungan Jakarta:UI-Press.
Konsumen, Rajawali Pers, Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi
Jakarta. Konsumen (Bandung: Citra
Celina Tri Swi Kristiyanti, 2008, Aditya Bhakti, 2009).
Hukum Perlindungan Jurnal
Konsumen, Cet.1, Sinar Grafika, Ni Putu Januaryanti Pande,
Jakarta. “Perlindungan konsumen
Ida Hanifah, dkk. 2018. Pedoman terhadap produk kosmetik impor
Penulisan Skripsi. Medan: CV. yang tidak terdaftar di BBPOM
Pustaka Prima. Denpasar, Jurnal Magister

427
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 02, Oktober (2021)
ISSN (Online): 2808-6864
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
Doi:https://doi...........................https://e-journal.unmas.ac.id

Hukum Udayana, Vol. 6, No. 1.


URL.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/j
mhu/article/view/22288/20922.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Lembaran Negara
Republik Indonesia, Nomor 42,
Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3821

428

Anda mungkin juga menyukai