Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD AKBAR (2114040004)

TUJUAN PERCOBAAN
 Menentukan persen berat asam asetat yang terdapat dalam cuka

1. TINJAUAN PUSTAKA
Asam yang terpenting dalam cuka adalah asam asetat dan standar federal
menurut sekurang kurangnya 4 gr HOAc dalam 100 ml cuka. Kadar asam dapat
ditentukan secara cepat dengan titrasi yang menggunakan larutan baku basa dan
penolpthalein sebagai indikator. Meskinpun terdapat asam asam lain di dalamnya,
hasil dapat dihitung sebagai HOAc.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah satu senyawa organik
yang berada dalam golongan asam alkanoat.[10] Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis dalam bentuk CH3–COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis
tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat adalah komponen utama
cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain
diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai
prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun
digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO–. Asam asetat merupakan
pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat,
dengan kode aditif makanan E260, digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah
tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Sebagai aditif
makanan, asam asetat disetujui penggunaannya di banyak negara, termasuk Kanada,
Uni Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per
tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari
industri petrokimia, terutama dengan bahan baku metanol. Cuka adalah asam asetat
encer, sering kali diproduksi melalui fermentasi dan oksidasi lanjutan etanol.

2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Alat
 Labu Ukur 100 ML
 Pipet Volume 25 ML
 Buret 10 ML
 Erlenmeyer 4 buah

Bahan
 Asam Cuka
 Penolpthalein
 NaOH 0,1 N

2.2 Cara Kerja


 Pipet 25 ml asam cuka dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai
tanda batas.
 pipet sebuah alikot 25 ml larutan dan masukkan dalam erlenmeyer.
 Kedalam larutan tambahkan 2 tetes indikator penolpthalein.
 Titrasi dengan larutan baku basa sampai warna merah muda yang kental. Ulangin
titrasi tersebut terhadap 3 alikot lainnya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Data Pengamatan pada Asam Asetat pada Cuka
a. Volume sampel = 25 ml
b. Konsentrasi NaOH = 0,1 N
Titrasi NaOH Volume (ml)
I 19,2
II 18,4
III 18
IV 18,8
Rata - rata 18,6

( Volume rata−rata NaOH ) ( Konsentrasi NaOH )


Konsentrasi HOAc¿
(Volume SAmpel)

3.2 Pembahasan
Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat atau lebih
yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi. Campuran terbagi menjadi dua macam
yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen adalah
campuran dari dua atau lebih zat kimia, dimana komponen yang berbeda tidak dapat
dibedakan lagi secara visual. Campuran heterogen adlaah campuran dari dua atau
lebih zat kimia, dimana komponen yang berbeda dapat dibedakan secara visual dan
mudah dipisahkan dengan cara fisik. Campuran homogen dalam kehidupan sehari-
hari biasa dikenal dengan larutan.

Larutan merupakan campuran yang sifatnya homogen (homogen mixture). Dikatan


bersifat homogen karena komposisinya dan juga sifatnya yang seragam, dan disebut
campuran karena mengandung dua atau lebih zat yang proporsinya bisa saja
bervariasi.

Jika dua zat yang berbeda dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang sama akan ada
tiga kemungkinan, yaitu zat tersebut akan bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur.
Jika zat tersebut bereaksi maka akan terbentuk zat yang baru yang sifatnya berbeda
dengan zat yang semula. Jika zatnya bercampur maka sifatnya tidak berubah dan
dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti dengan destilasi, kristalisasi,
kromatografi, dan lain-lain. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara
partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh karena itu,
campuran dapat dibagi menjadi gas-gas, gas-padat, cair-cair, cari-padat, dan padat-
padat.

Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dengan cara mereaksikan sebuah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume
larutan yang lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui disebut larutan baku. Laruta yang belum diketahui konsentrasinya
ditambahkan beberapa tetes indikator kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan
warna pada indikator. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa disebut titrasi asam-
basa. Ada dua jenis titrasi asam-basa yaitu asidimetri dan alkalimetri.

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan titik, satuan berat atau
satuan volume atau dalam satuan kimia, misalnya mol, massa, rumus, dan ekivalen.
Cara menyatukan konsentrasi dalam satuan titik yaitu dengan persen berat (% w/w)
persen volume (% v/v), persen berat-volume (% w-v), gram zat terlarut dalam satu
liter larutan, miligram zat terlarut dalam suatu mililiter larutan, parts per million
(ppm), dan parts per billion (ppb). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia
yaitu kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (F), kemolalan (n), dan fraksimol.
Di bidang kedokteran dan ilmu biologi biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam
persen berat-volume (% w/v), persen miligram, ekivalen (Eq), mili ekivalen (mEq),
dan keosmolaran.
Percobaan kali ini ialah menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam cuka.
Tindakan pertama ialah memipet 25 ml asam cuka dan dimasukkan kedalam labu
ukur yang bervolume 100 ml dan di encerkan sampai tanda batas. Setelah mencapai
tanda batas, tutup labu ukur lalu aduk supaya larutan nya merata semua. Setelah itu
pipet 25 ml larutan tadi yang ada di labu ukur dan masukkan kedalam erlenmeyer.
Proses pipetnya menggunakan buret 10 ml. Lalukan tindakan tersebut pada 3 alikot
yang lainnya. Ketika semua alikot sudah ada larutan tersebut, lalu tambahkan 2 tetes
indikator penolpthalein. Setelah itu titrasi larutan baku basa sampai warna merah
muda kental. Ulangi titrasi ini terhadap 3 alikot lainnya.
4. KESMIPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Menambahkan larutan fenolfthalein membantu kita menentukan kadar basa
dalam larutan.
2. Semua hasil campuran larutan harus diaduk terlebih dahulu supaya merata.
3. Setiap alikot mendapatkan hasil titrasi yang berbeda.
4. Hasilnya akhirnya ditentukan apabila larutannya berubah warna menjadi
merah muda.

Anda mungkin juga menyukai