Lapsus Vulnus Laseratum
Lapsus Vulnus Laseratum
MODUL TRAUMA
Vulnus Laseratum
A. Keluhan Utama
Pasien perempuan usia sekitar 45 tahun datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah datang
dalam keadaan lemas dan kesakitan karena luka pada bibir, kaki dan tangannya.
Nama : an. R
Umur : 45 tahun
C. Riwayat Penyakit
Pasien jatuh dari kendaraan roda dua karena kecelakaan lalu lintas dengan sesama
kendaraan roda dua. Pasien datang dalam keadaan sadar penuh. Pasien tidak mengalami
pingsan atau muntah setelah kejadian.
D. Pemeriksaan Objektif
Terdapat ulkus pada labium superior dengan diameter kurang lebih 4 cm, berbentuk
sayatan, soliter dengan dasar jaringan kotor berwarna hitam. Tidak ada kelainan pada gigi
pasien bagian anterior.
3. Menekan daerah luka dengan menggunakan Kassa steril dan Povidon iodin
7. Instruksi kepada pasien untuk kontrol 1 minggu untuk lepas jahitan dan luka tidak
boleh terkena air terlebih dahulu
a) Anatomi bibir ?
b) Klasifikasi luka?
c) Penatalaksanaan luka?
d) Macam penjahitan?
1. Anatomi bibir
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi
bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris dan dilapisi oleh
kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada bagian internal.
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir
bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior
sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada
bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke
bagian komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior.
Kedua bagian bibir tersebut, secara histologi, tersusun dari epidermis, jaringan subkutan,
serat otot orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial
sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas
epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel-epitel pada bagian ini melapisi banyak
pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas pada bagian tersebut. Selain
itu, gambaran histologi juga menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar liur minor.
Folikel rambut dan kelejar sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun
struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian vermilion.
Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun bawah berlekatan dengan
gusi pada masing-masing bagian bibir oleh sebuah lipatan yang berada di bagian tengah
dari membran mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan proses mengunyah,
kontraksi dari otot-otot businator di pipi dan otot-otot orbukularis oris di bibir akan
membantu untuk memosisikan agar makanan berada di antara gigi bagian atas dan gigi
bagian bawah. Otot-otot tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara.
2. Klasifikasi Luka
Sering disingkat dengan VP yaitu luka aklibat tusukan benda tajam yang
mengakibatkan luka sempit dan dalam.
Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan
kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang
dangkal.
Stadium III: Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan di sekitarnya.
Stadium IV: Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan
yang luas.
3. Pembersihan Luka
Yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan larutan
NaCl sampai luka terlihat bersih dan tidak ada benda asing yang tertinggal, Irigasi
sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing
(debridement) sehingga akan mempercepat penyembuhan, dan menghindari terjadinya
infeksi. Irigasi dilakukan dengan menggunakan cairan garam fisiologis atau air
bersih.Lakukan secara sistematis dari lapisan superfisial ke lapisan yang lebih dalam.
4. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Tepi yang compang-
camping sebaiknya dibuang.
5. Berikan antiseptik.
6. Bila perlu tindakan ini dilakukan dengan pemberian anestesi lokal.
7. Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer.
8. Penutupan Luka
Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah sebagai
sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri
patogen. Pada luka fungsi ini menurun oleh karena proses inflamasi atau bahkan hilang
sama sekali (misalnya pada kehilangan kulit akibat luka bakar) sehingga untuk membantu
mengembalikan fungsi ini, perlu dilakukan penutupan luka. Penutupan luka yang terbaik
adalah dengan kulit (skin graft, flap).Bila tidak memungkinkan maka sebagai alternatif
digunakan kassa (sampai luka menutup atau dilakukan penutupan dengan kulit).
9. Pembalutan
Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.Luka-luka yang merupakan me-
dia yang baik bagi berkembang biaknya bakteri-bakteri anaerob (misalnya luka tusuk, luka
menggaung, terkontaminasi bahan-bahan yang merupakan media yang baik dalam
berkembangnya kuman-kuman anaerob seperti karat, kotoran kuda) memerlukan
pemberian ATS/toksoid.
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi.Sebagaimana diketahui fungsi
jahitan adalah mempertautkan tepi-tepi luka.Bila pertautan tepi-tepi luka sudah cukup
kuat, di mana terjadi perlekatan tepi-tepi luka dengan adanya serat-serat fibrin (jaring-
jaring fibrin, fibrin mesh) yang secara klinis tampak luka sudah menutup, maka fungsi
jahitan sudah tidak diperlukan lagi. Hal ini tergantung pada beberapa faktor:
Vaskularisasi. Umumnya daerah yang memiliki vaskularisasi baik (misalnya muka) proses
penyembuhan berlangsung cepat, sementara daerah/jaringan yang memiliki vaskularisasi
kurang baik (misalnya tungkai, tendon) proses penyembuhan membutuhkan waktu lebih
lama.
Pergerakan. Daerah-daerah yang relatif sering bergerak (misalnya sendi) proses
penyembuhan terjadi lebih lama. Oleh karenanya proses penyembuhan luka pada sendi/
persendian diupayakan dengan :
a. Mengistirahatkan sendi bersangkutan (mengurangi pergerakan) dengan pemasangan bidai
atau perban elastic.
b. Mempertahankan jahitan lebih lama (dibandingkan tempat-tempat lain, misalnya sampai
2-3 minggu)
Ketegangan tepi-tepi luka. Pada daerah-daerah yang loose maka jahitan bisa lebih cepat
diangkat, namun pada daerah yang tight (tegang) lebih lama.
Teknik penjahitan. Yang dimaksud dengan teknik penjahitan dalam hal ini adalah jahitan
yang dilakukan pada lapisan-lapisan jaringan (misalnya jahitan otot, jahitan fasia, jahitan
subkutis, dan jahitan intradermal menggunakan benang yang tidak diserap) sebelum
menjahit kulit.
4. Macam-macam Jahitan
Teknik : Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi
luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan
jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka .Jarak antar jahitan sebaiknya 5-7
mm dan batas jahitan dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap
jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka.Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di
dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.
5) Jahitan Kontinu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul
terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk
menjahit kulit.
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang
longgar.
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering
dipakai pada jahitan peritoneum.Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
1. Fase inflamasi..
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati
dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase
ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi
hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga
mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah
kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang akan
menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi
vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex
action, dan adanya substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin
kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas
vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah
luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut
asidosis.
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau
kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai
pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat
pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase proliferasi
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah
luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan.Fungsi kolagen yang lebih spesifik
adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan
dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag,
pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki
kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru
tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas
dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas
terhadap proses fibroplasia adalah:
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan
“keratinocyte growth factor” (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel
epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk
barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas,
pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur
keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut
menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang
mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih
menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor
yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase maturasi/deferensiasi
memoles jaringan penyembuhan yang telah terbentuk menjadi lebih matang dan
fungsional.
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu.Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan
dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari
kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan
parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa
kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi.
Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim
kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi
akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang
lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara
kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan
terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang
berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
ajringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal.
Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau
hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu,
lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat
dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes
melitus).
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesisdari
faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
3. Infeksi
5. Hematoma
6. Benda asing
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah padabagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah.Hal ini dapat terjadi akibat daribalutan
pada luka terlalu ketat.Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanyaobstruksi
pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
9. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmikmempengaruhi penyembuhan luka.Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuatseseorang rentan terhadap infeksi luka. Steroid akan menurunkan mekanisme
peradangan normal tubuh terhadap cedera. Antikoagulan mengakibatkan
perdarahan.Antibiotik efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebabkontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup,
tidakakan efektif akibat koagulasi intravaskular.
7. Komplikasi Penyembuhan Luka
1.Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan.Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
2.Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan hipovolemia.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat
selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika
perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga
mungkin diperlukan
Dari seluruh penjelasan yang telah dilampirkan di atas Vulnus laceratum pada
pasien di atas diakibatkan karena terkena benda tajam, dan telah dilakukan
pembersihan serta penjahitan pada bekas luka tersebut sesuai dengan anatomi bibir
yang baik, untuk prognosis penyembuhan luka kasus ini cukup baik karena besar luka
tidak terlalu luas, kondisi umum dan sistemik pasien baik, serta telah dilakukan
penanganan luka dengan baik. Selain itu juga telah diberikan obat antibiotic dan
analgesic serta dilakukan control untuk pengambilan jahitan 1 minggu.
DAFTAR PUSTAKA