BAB V
SENYAWA AROMATIK
Wardiyah, M.Si, Apt
PENDAHULUAN
Senyawa aromatik yang paling sederhana adalah benzena, yaitu suatu senyawa
hidrokarbon siklik dengan ikatan rangkap terkonjugasi yaitu ikatan rangkap yang terdapat
pada atom karbon yang saling berdampingan. Benzena dengan rumus molekul C6H6 bila
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang beranggotakan 6 karbon misalnya
heksana (C6H14) terlihat bahwa benzena memiliki tingkat ketidakjenuhan yang tinggi. Tetapi
apakah anggapan tentang sifat ketidak jenuhan ini benar? Ternyata benzena walaupun
memiliki ketidakjenuhan seperti halnya senyawa alkena tetapi benzena tidak memiliki sifat-
sifat kimia seperti halnya senyawa alkena. Tentang sifat benzena ini akan dibahas lebih lanjut
di topik berikutnya tetang senyawa aromatik sederhana. Penamaan sebagai senyawa
aromatik untuk benzena dan senyawa turunannya didasarkan pada aroma yang dimiliki
sebagian dari senyawa-senyawa tersebut. Tetapi perkembangan kimia berikutnya
menunjukkan bahwa klasifikasi senyawa kimia dilakukan berdasarkan struktur dan
kereaktifannya, dan bukan atas dasar sifat fisikanya.
Bab 5 ini akan membahas tentang senyawa aromatik yaitu benzena dan turunannya.
Materi pokok senyawa aromatik akan dibagi dalam dua topik yaitu tentang senyawa
aromatik sederhana dan senyawa aromatik heterosiklik. Setelah mempelajari materi dalam
bab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. menyebutkan ciri-ciri senyawa benzena dan turunannya
2. menerapkan tata nama senyawa aromatik berdasarkan strukturnya
3. menjelaskan sifat-sifat senyawa aromatik.
4. menuliskan persamaan reaksi pembuatan benzena dan turunannya
5. menuliskan reaksi yang terjadi pada benzena dan turunannya
6. menyebutkan contoh kegunaan senyawa benzena dan turunannya.
7. menyebutkan ciri-ciri senyawa aromatik polisiklik dan heterosiklik
8. menerapkan tata nama senyawa aromatik polisiklik dan heterosiklik
9. menuliskan reaksi sederhana pada senyawa aromatik polisiklik
10. menjelaskan jenis senyawa heterosiklik berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya
11. menyebutkan contoh senyawa heterosiklik di alam.
Untuk memudahkan mempelajari materi dalam bab ini, anda dapat membaca
dengan seksama materi yang ada kemudian lanjutkan dengan mengerjakan latihan-latihan
soal. Setelah satu topik selesai dipelajari maka lanjutkan evaluasi hasil belajar anda dengan
menjawab soal-soal pada tes.
145
Kimia Organik
Topik 1
S
Senyawa Aromatik Sederhana
Benzena adalah senyawa siklik dengan rumus molekul C6H6 yang memiliki enam atom
karbon dengan setiap atom karbonnya terhibidrisasi sp2. Setiap atom karbon hanya memiliki
satu hidrogen yang terikat. Benzena memiliki 3 ikatan rangkap dalam cincinny cincinnya, bila
dibandingkan dengan senyawa hidorkarbon lain yang memiliki enam anggota karbon,
misalnya heksana (C6H14) atau heksena (C6H12), diduga benzena memiliki sifat
ketidakjenuhan yang tinggi seperti halnya alkena. Tetapi ternyata benzena tidak
menunjukkan sifta-sifat
sifat seperti yang dimiliki oleh alkena. Sebagai contoh, benzena tidak
dapat bereaksi seperti alkena, bila benzena direaksikan dengan Br2warna coklat dari bromin
tidak dapat hilang hal ini menandakan tidak terjadi reaksi adisi pada benzena oleh Br2.Reaksi
yang terjadi pada benzena dengan halogen bukan merupakan reaksi adisi tetapi reaksi
substitusi. Sifat-sifat
sifat kimia yang diperlihatkan oleh benzena memberi petunjuk bahwa
senyawa tersebut memang tidak segolongan dengan alkena ataupun sikloalkena.
Penamaan
maan sebagai senyawa aromatik pada awalnya untuk menggambarkan beberapa
senyawa benzena dan turunan benzena yang mempunyai aroma khas, benzena memiliki
aroma yang manis, benzaldehida memiliki aroma seperti buah ceri, peach dan almond,
aroma toluena juga sangat ngat khas yang merupakan aroma dari suatu resin tolu balsam
yangberasal dari pohon myroxylon.
O
C CH3
H
146
Kimia Organik
Friedrich August Kekule pada tahun 1873 menyatakan rumus struktur dari benzena
sebagai suatu struktur heksagonal dengan enam atom karbon yang memiliki ikatan rangkap
berselang-seling.
H H
H C H H C H
C C C C
C C C C
H C H H C H
H H
struktur kekule dengan semua atom dituliskan
Bila benzena direaksikan dengan halogen (Cl atau Br) dengan katalis FeCl 3 maka hanya
akan dihasilkan satu senyawa dengan rumus molekul C6H5X. hal ini menunjukkan bahwa
benzena memiliki atom C dan H yang ekivalen. Tetapi, walaupun benzena mempunyai ikatan
rangkap, benzena tidak mempunyai sifat seperti halnya senyawa alkena. Pada senyawa
alkena reaksi dengan halogen akan menghasilkan reaksi adisi, sedangkan pada benzena
reaksi dengan halogen akan menghasilkan reaksi substitusi. Sifat ini tidak dapat dijelaskan
dengan struktur kekule.
Ikatan rangkap pada benzena tidak terlokalisasi pada karbon tetentu tetapi dapat
berpindah-pindah (delokalisasi), ini yang disebut dengan resonansi. Struktur Kekule
memberikan sumbangan yang sama terhadap hibrida resonansi, yang berarti bahwa ikatan-
ikatan C-C bukan ikatan tunggal dan juga bukan ikatan rangkap, melainkan di antara
keduanya.
Cincin benzena juga dapat ditampilkan dalam bentuk segienam beraturan dengan
sebuah lingkaran di dalamnya, dimana pada setiap sudut segienam tersebut terikat sebuah
atom H.
147
Kimia Organik
Beberapa senyawa benzena memiliki nama tersendiri yang tidak tersistem. Beberapa
nama yang lazim seperti tercantum dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.1. struktur dan nama-nama beberapa benzena tersubstitusi yang umum
CH3 CH3
toluena orto-xilena
CH3
OH O
fenol C benzaldehida
H
NH2 O
anilin C asam benzoat
OH
H
O
C H
C stirena C Asetofenon
CH3
H
Benzena diberi nama seperti alkana ranta lurus bila sebagai induk. Substituen yang
terikat apda benzena diberi nama sebagai awalan dan diikuti benzena sebagai induknya.
Benzena dapat memiliki satu substituen (monosubstitusi), dua substituen (disubstitusi), atau
lebih dari dua substituen (polisubstitusi). Penamaan benzena mengikuti jumlah substituen
yang terikat padanya.
1. Benzena monosubstitusi
Penamaan untuk benzena monosubstitusi dilakukan seperti pada aturan hidrokarbon
lainnya. Nama substituen sebagai awalan diikuti oleh nama benzenanya.
148
Kimia Organik
Br
CH2CH3 NO2
Gugus benzena tersubstitusi oleh alkil ini disebut juga sebagai gugus arena. Penamaan
untuk senyawa arena tersubstitusi ini tergantung dari jenis substituen yang terikat padanya.
Bila alkil yang terikat lebih kecil (kurang dari 6 karbon) daripada jumlah karbon penyusun
cincin benzena disebut sebagai benzena tersubstitusi alkil. Tetapi bila jumlah karbon alkil
lebih besar (7 atau lebih karbon) daripada jumlah karbon penyusun cincin benzena maka
disebut sebagai senyawa alkana tersubstitusi fenil (-C6H5). Fenil untuk menyatakan benzena
sebagai substituen. Bila benzena mengikat suatu alkana dengan gugus fungsional disebut
juga sebagai substituen sehingga penamaan untuk cincin aromatiknya sebagai fenil.
Sedangkan penamaan benzil digunakan untuk gugus C6H5CH2-
CH2
OH CH3
CHCH3 CHCH2CH2CH2CH2CH3
CH2Cl
2. Benzena disubstitusi
Penamaan untuk benzena dengan dua substituen menggunakan awalan orto (o), meta
(m), dan para (p). orto (o) untuk menyatakan substituen pada posisi 1,2 dari cincin benzena.
Meta (m) adalah posisi hubungan substituen pada 1,3. Para (p) menyatakan posisi hubungan
substituen pada 1,4. Jika salah satu substituen memberikan nama khusus maka
penamaannya menggunakan nama turunan senyawa tersebut. Apabila dua substituen yang
diikat oleh benzena tidak memberikan nama khusus maka penamaan diurutkan berdasarkan
abjad.
149
Kimia Organik
O H3CH2C
Br
Br H3C NH2 C
H
Cl Br
3. Benzena polisubsititusi
Benzena yang memiliki substituen lebih dari dua maka maka posisi masing-masing
substituen ditunjukkan dengan nomor. Posisi karbon 1 ditentukan dengan memperhatikan
posisi substituen dua sehingga substituen kedua memiliki posisi serendah mungkin terhadap
substituen pertama. Jika salah satu substituen memberikan nama khusus pada senyawa
aromatik tersebut, maka diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Jika
semua substituen tidak memberikan nama khusus, posisisnya dinyatakan dengan nomor dan
diurutkan sesuai urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena.
O2 N CH3
Cl O2 N Br
NO2
Cl Cl OH
O2 N
1,2,4-triklorobenzena 2-bromo-3-nitrofenol 2,4,6-trinitrotoluena (TNT)
Benzena dan senyawa hidrokarbon aromatik bersifat nonpolar, tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik seperti dietil eter atau pelarut lain yang nonpolar.
Penggunaan benzena secara luas sebagai pelarut. Benzena bersifat toksik dan karsinogenik.
Titik didih dan titik leleh senyawa aromatik besifat khas, tidak mempunyai pola
tertentu. Misalnya benzena mempunyai titik leleh 5,50C dan titik didih 800C, sedangkan
toluena mempunyai titik leleh -950C dan titik didih 1110C. untuk xilena mempunyai titik leleh
yang berbeda, p-xilena mempunya titik leleh paling tinggi (130C) dibandingkan m-xilena
(480C) dano-xilena (-250C). ciri khas dari senyawa aromatik adalah isomer para akan
mempunyai titik leleh lebih tinggi dibandingkan dengan meta dan orto. Karena p-isomer
lebih simetris dan membentuk kisi kristal yang lebih teratur dan lebih kuat.
D. REAKSI-REAKSI BENZENA
1. Halogenasi
Reaksi halogenasi merupakan reaksi subsititusi. Pada reaksi ini dibutuhkan katalis
misalnya FeX3 misalnya FeCl3 atau FeBr3 yang berperan dalam mempolarisakan molekul
150
Kimia Organik
halogen sehingga menghasilkan elektrofil X+. FeCl3 biasanya dibuat dari Fe dan Cl2. Katalis
lain yang dapat digunakan adalah AlCl3. Prosesnya dapat berlangsung sebagai berikut :
Cl
2. Nitrasi
Reaksi nitrasi terjadi apabila benzena diolah dengan HNO3 pekat dengan katalis H2SO4
pekat. Pada reaksi nitrasi yang berperan sebagai elektrofil adalah NO2+. Pembentukan NO2+
ini dipercepat oleh H2SO4 pekat.
Reaksinya berlangsung sebagai berikut :
NO2
H2SO4 + H2O
+ HNO3
3. Sulfonasi
Reaksi sulfonasi terjadi apabila benzena direaksikan dengan H2SO4 yang akan
menghasilkan asam benzena sulfonat. Yang berperan sebagai elektrofil adalah SO 3 atau
SO3H+.
SO3H
+ H2SO4 + H2O
panas
4. Alkilasi Friedel-Crafts
Alkilasi benzena merupakan reaksi subsititusi benzena dengan gugus alkil halida yang
menggunakan katalis Al halida, misalnya AlCl3. Reaksi ini pertama kali dikembangkan oleh
Charles Friedel dan James Crafts, ahli kimia dari Amerika, pada tahun 1877.
Contoh reaksinya :
AlCl3
+ CH CH CH Cl CH2CH2CH3 + HCl
3 2 2
benzena propilbenzena
151
Kimia Organik
5. Asilasi Friedel-Crafts
Reaksi substitusi gugus asil (RC=O atau ArC=O) pada cincin benzena dapat terjadi
dengan bantuan katalis Al halida (AlCl3). Reaksi ini dapat digunakan untuk menghasilkan
suatu senyawa aril keton.
E. PEMBUATAN BENZENA
Sumber utama senyawa organik adalah dari coal (batubara) dan petroleum (minyak
bumi). Senyawa organik dapat diperoleh dari destilasi ter batubara atau disintesis dari
senyawa alkana yang berasal dari minyak bumi. Destilasi dari batubara akan menghasilkan
berbagai senyawa aromatik seperti benzena, toluena, xilena, fenol, kresol, dan
naftalena.Tetapi metode ini mulai digantikan dengan metode produksi dari minyak bumi
sejak tahun 1930-1940-an, karena hasil produksinya yang rendah yaitu kurang dari 5 %.
Minyak bumi yang kaya dengan senyawa sikloalkana dapat menjadi sumber
pembuatan senyawa aromatik. Senyawa sikloalkana dapat dibuat menjadi senyawa aromatik
melalui proses eliminasi hidrogen (dehidrogenasi), reaksi ini dikenal juga dengan nama
catalytic reforming. Produksi dengan cara ini memberikan sumbangan 30 % dari produksi
dunia untuk senyawa aromatik.
CH3 Mo2O3 . Al2O3, 560 0C
CH3
+ 3H2
Pada skala laboratorium benzena juga dapat dibuat dengan beberapa cara diantaranya
adalah :
1. Distilasi dari natrium benzoat kering dengan natrium hidroksida berlebih.
O
C + NaOH + Na2CO3
ONa
natrium benzoat benzena
2. Benzena atau alkil benzena juga dapat dibuat melalui proses pirolisis dari senyawa
hidrokarbon alifatik. Contohnya :
470 0C
CH3CH2CH2CH2CH2CH3 Cr2O3
heksana benzena
3. Mengalirkan gas asetilena ke dalam tabung yang panas dengan katalis Fe-Cr-Si akan
menghasilkan benzena.
650 0C
HC CH
Fe-Cr-Si
asetilena benzena
152
Kimia Organik
+ Zn + ZnO
fenol benzena
153
Kimia Organik
NH2
CH3 CH3 Cl
A B C D E
4. Tuliskan reaksi pembuatan senyawa benzena dari senyawa alifatik dan aromatik.
5. Bagaimana reaksi benzena dengan :
A. Asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat
B. Asam sulfat
C. Kloroetana dengan katalis AlCl3
154
Kimia Organik
2. Orto ditunjukkan pada struktur B dan D karena orto adalah posisi substituen pada
cincin aromatik pada karbon 1,2.
Meta ditunjukkan pada struktur A dan E karena meta adalah posisi substituen pada
cincin aromatik pada karbon 1,3.
Para ditunjukkan pada struktur C karena para adalah posisi substituen pada cincin
aromatik pada karbon 1,4. A.
Br
asetilena benzena
+ Zn + ZnO
fenol benzena
155
Kimia Organik
+ H2SO4 + H2O
panas
AlCl3 + HCl
+ CH3CH2Cl CH3CH2Cl
benzena etilbenzena
RINGKASAN
1. Benzena adalah senyawa siklik dengan rumus molekul C6H6 yang memiliki enam atom
karbon dengan satu hidrogen yang terikat pada setiap karbonnya dan tiga ikatan
rangkap.
2. Beberapa benzena dengan substituen tertentu memiliki nama khusus seperti toluena,
fenol, anilina, xilena, asam benzoat, benzaldehida, asetofenon, dan stirena.
3. Benzena dapat tersubstitusi mono, di, atau poli. Penamaan benzen nama substituen
sebagai awalan diikuti oleh nama benzenanya.
4. Penamaan untuk benzena dengan dua substituen menggunakan awalan orto (o), meta
(m), dan para (p). Benzena yang memiliki substituen lebih dari dua maka maka posisi
masing-masing substituen ditunjukkan dengan nomor.
5. Benzena dan senyawa hidrokarbon aromatik bersifat nonpolar, tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik seperti dietil eter atau pelarut lain yang nonpolar.
Titik didih dan titik leleh senyawa aromatik besifat khas, tidak mempunyai pola
tertentu.
6. iri khas dari senyawa aromatik adalah isomer para akan mempunyai titik leleh lebih
tinggi dibandingkan dengan meta dan orto.
7. Benzena dapat mengalami reaksi halogenasi, nitrasi, sulfonasi, alkilasi dan asilasi
friedel craft.
8. Pembuatan benzena dan turunan dapat dilakukan pada skala industri dengan bahan
baku dari batu bara atau minyak bumi.
9. Pada skala yang lebih kecil dapat dilakukan dengah menggunakan senyawa alifatik atau
aromatik. Misalnya, destilasi dari natrium benzoat kering dengan natrium hidroksida
berlebih, pirolisis dari senyawa hidrokarbon alifatik, reaksi gas asetilena dengan katalis
Fe-Cr-Si, reduksi fenol dengan logam seng, dan reaksi asam benzenasulfonat dengan
uap air.
156
Kimia Organik
TES 1
2. Reaksi antara benzena dengan bromin dapat terjadi dengan katalis FeBr3 melalui
mekanisme reaksi :
A. Adisi
B. Eliminasi
C. Substitusi
D. Oksidasi
157
Kimia Organik
6. Benzena dapat mengalami reaksi halogenasi, nitrasi, sulfonasi, asilasi dan alkilasi
melalui reaksi ..
A. Adisi
B. Eliminisai
C. Substitusi
D. oksidasi
7. Reaksi benzena dengan senyawa klor dengan katalis AlCl3 akan menghasilkan…
A. Klorosikloheksana
B. Klorosikloheksena
C. Klorobenzena
D. Klorobenzoat
8.
O
C CH3
asetofenon
I. Dibuat dengan reaksi dari benzena dengan
II. Membutuhkan katalis H2SO4
III. Reaksinya melalui alkilasi friedelcraft
IV. Membutuhkan katalis AlCl3
pernyataan yang sesuai tentang reaksi pembuatan asetofenon adalah …
A. I dan II
B. I dan III
C. I dan IV
D. II dan III
9. Untuk dapat memperoleh benzena dapat dilakukan dengan reaksi berikut kecuali :
A. Destilasi Natrium benzoat dengan NaOH berlebih
B. Nitrasi senyawa anilina
C. Pirolisis dari hidrokarbon alifatik pada suhu 470 0C dan katalis Cr2O3
D. Reduksi fenol dengan logam seng
10. Senyawa turunan benzena yang banyak digunakan sebagai bahan pembuat wadah
makanan adalah…
A. Toluena
B. Asetofenon
C. stirena
D. xilena
158
Kimia Organik
Topik 2
Senyawa Aromatik Polisiklik dan Heterosiklik
Pada Topik 1 sudah dipelajari tentang senyawa benzena dan turunannya. Senyawa
benzena merupakan senyawa aromatik monosiklik karena benzena hanya memiliki satu
cincin aromatik. Senyawa aromatik polisiklik
polisiklik disebut juga senyawa cincin terpadu. Contoh
yang sering kita jumpai sehari-hari
sehari hari adalah naftalena yang digunakan sebagai pengusir
serangga. Turunan dari naftalena digunakan dalam bahan bakar motor.
Selain sebagai senyawa aromatik monosiklik, benzena juga dikenal sebagai senyawa
homosiklik karena dalam atom penyusun cincinnya hanya terdiri dari atom karbon. Pada
kelompok senyawa aromatik dikenal juga senyawa heterosiklik, yaitu suatu senyawa siklik
dimana atom-atom
atom penyusunnya terdiri dari dua atau lebih unsur yang berlainan. Banyak
senyawa aromatik di alam yang penting seperti alkaloid contohnya nikotin dan asam nukleat
dengan gula penyusunnya seperti sitosina, timina, adenina, dan guanina.
Nikotina Adenin
159
Kimia Organik
NO2
Br O2 N
2-bromonaftalena 3,7-dinitrofenantrena
(β-bromonaftalena)
1. Reaksi Oksidasi
Senyawa aromatik polisiklik dapat mengalami reaksi oksidasi. Dibandingkan dengan
benzena senyawa aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap reaksi oksidasi, reduksi, dan
substitusi karena senyawa aromatik polisiklik dapat bereaksi pada satu cincin dan masih
mempunyai cincin lain yang utuh. Benzena tidak mudah dioksidasi sedangkan oksidasi
naftalena dapat menghasilkan anhidrida asam ftalat atau senyawa kuinon. Antrasena dan
fenantrena juga dapat mengalami reaksi oksidasi menjadi senyawa kunion.
O O
V2O5 OH -H2O
O
udara OH
kalor
O O
naftalena asam o-ftalat anhidrida asam ftalat
160
Kimia Organik
Oksidasi naftalena, antrasena dan fenantrena dengan CrO3 dengan asam dapat
menghasilkan senyawa kuinon.
O
CrO3
CH3CO2H
kalor
O
naftalena 1,4-naftokuinon
O
CrO3
H2SO4
kalor
O
antrasena 9,10-antrakuinon
CrO3
H2SO4
kalor
O
O
fenantrena 9,10-fenantrakuinon
Pt
+ 5 H2
0
225 , 35 atm
naftalena dekalin
Na, CH3CH2OH
kalor
antrasena 9,10-dihidroantrasena
161
Kimia Organik
Br2
1-bromonaftalena
Nitrasi
NO2
HNO3, H2SO4
hangat
1-nitroaftalena
sulfonasi
SO3H
H2SO4 pekat, 800C
hangat
asam 1-naftalenasulfonat
Asilasi
O O CCH3
CH3CCl , AlCl3
1-asetilnaftalena
162
Kimia Organik
N N
N O S N S
H H
pirola furan tiofena imidazola tiazola
N
N N
N
N
H N N N
N H
pirazola piridina pirimidina purina
N
N N
N N H
kuinolina isokuinolina indola
Penomoran untuk senyawa heterosiklik aromatik dimulai dari atom yang bukan
karbon. Tetapi bila ada lebih dari satu atom bukan karbon maka penomoran berasarkan
prioritas. Misalnya untuk S dan N, S diberi nomor lebih kecil (prioritas lebih tinggi)
dibandingkan N.
4
4 3 4 N 3
5 3
5 2 5 2
S 6 2
O
1 1 N
1
furan tiazola piridina
Penamaan dengan huruf yunani dapat dilakukan untuk senyawa heterosiklik. Tetapi
hanya berlaku untuk heterosiklik yang hanya mengandung satu heteroatom. Atom karbon
yang dekat dengan heteroatom adalah karbon α. Karbon berikutnya dinamakan sebagai
karbon . Apabila setelah karbon α dan karbon masih ada karbon, maka karbon tersebut
dinamakan karbon γ.
γ
α α
N
piridina
163
Kimia Organik
Contoh :
COOH
N SO3H N
N H
asam 3-piridinakarboksilat asam 2-pirolasulfonat 2-fenilpiridina
Senyawa heterosiklik lima anggota yang paling sederhana adalah pirola, furan, dan
tiofena.
N O S
H
pirola furan tiofena
Karakteristik kimia dari senyawa heterosiklik aromatik lima anggota adalah mudah
mengalami reaksi substitusi elektrofilik terutama pada posisi kedua cincin. Reaksi substitusi
elektrofilik yang dapat terjadi adalah nitrasi, halogenasi, sulfonasi, dan asilasi Friedel-Crafts
Contoh :
+ HNO3
N NO2
N
H H
O
O SnCl4
+ C
C Cl S
S
2-Benzoiltiofena
Tiofena
dioksan Br
+ Br2 250C O
O
furan 2-bromofuran
Pirola dan tiofena dapat diperoleh dalam jumlah kecil dari batubara melalui proses
destilasi. Tetapi hasilnya sangat kecil. Tiofena dapat disintesis dalam skala industri melalui
reaksi antara n-butana dan sulfur (S) dengan suhu tinggi (560 0C).
164
Kimia Organik
560 0C
+ H2 S
CH3CH2CH2CH3 + S
S
n-butana tiofena
Contoh senyawa heterosiklik aromatik enam anggota adalah piridina. Piridina memiliki
struktur sama dengan benzena, yaitu cincin datar dengan lima atom karbon dan satu atom
nitrogen. Setiap atom dalam cincin terhibridisasi secara sp2. piridina memiliki satu atom
nitrogen yang bersifat elektronegatif maka senyawa piridina bersifat polar, sedangkan
benzena bersifat nonpolar. Karena nitrogen pada piridina bersifat elektronegatif, maka atom
karbon lain dalam cincin menjadi bermuatan positif parsial karena kekurangan elektron.
Karena adanya muatan positif parsial ini menyebabkan piridina reaktifitasnya rendah
terhadap reaksi substitusi elektrofilik dibandingkan benzena.
Cincin aromatik pada piridina tidak mudah mengalami oksidasi seperti halnya benzena.
Oksidasi akan terjadi pada rantai samping yang dapat berubah menjadi senyawa karboksilat
dan cincin aromatiknya akan tetap utuh.
KMnO4, H2O, H+
CH3 CO2H
CH3 CO2H
KMnO4, H2O, H+
N N
Piridina dapat mengalami reaksi substitusi nukleofilik yang akan berlangsung paling
mudah pada posisi kedua dan diikuti posisi keempat.
NH3
kalor
N Br N NH2
2-bromopiridina 2-aminopiridina
165
Kimia Organik
Substitusi nukleofilik juga dapat terjadi pada piridina tanpa substituen. Reaksi terjadi
jika digunakan basa yang sangat kuat seperti reagensi litium atau ion amida (NH 2-). Reaksi ini
tidak akan terjadi pada benzena.
kuinolina isokuinolina
Cincin nitrogen dalam kuinolina dan isokuinolina dapat mengalami reaksi substitusi
elektrofilik dengan lebih mudah dibandingkan piridina. Substitusi elektrofilik terjadi pada
posisi 5 dan 8.
NO2
HNO3
+
H2SO4
N N N
NO2
NO2
HNO3
+
N H2SO4 N N
NO2
Kuinolina dan isokuinolina dapat mengalami reaksi substitusi nukleofilik seperti halnya
piridina. Reaksi ini dapat terjadi pada posisi α terhadap nitrogen.
166
Kimia Organik
CH3Li
H2O
N N CH3
kuinolina 2-metilkuinolina
NH2-
N H2O N
NH2
isokuinolina 1-aminoisokuinolina
Alkaloid adalah salah satu senyawa basa bernitrogen yang umumnya berupa senyawa
hetrosiklik yang diekstraksi dari bahan alam. Contoh alkaloid adalah nikotin dan morfin.
Nikotin adalah senyawa yang dalam dosis rendah dapat bertindak sebagai stimulan sistem
syaraf otonom seperti efek yang timbul dari rokok. Nikotin dalam dosis tinggi dapat bersifat
toksik.
Nikotin
Alkaloid dari getah biji candu (Papaver somniverum) salah satunya dalah morfin.
Morfina adalah alkaloidanalgesik yang sangat kuat bekerja
bekerja langsung pada sistem saraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Morfin banyak disalahgunakan oleh para pecandu obat
terlarang.
morfina
167
Kimia Organik
LATIHAN
A.
OH O
B.
C.
CH3
2. Bagaimanakah reaksi antara naftalena dengan :
A. natrium dan etanol
B. asam nitrat dan katalis asam sulfat
3. Bagaimana reaksi oksidasi yang terjadi pada antrasena dan fenantrena
4. Berikan struktur untuk nama senyawa berikut ini :
A. 2-metoksifuran
B. 4,5-diklorokuinolina
C. Asam-3-tiofenakarboksilat
5. Bagaimana hasil dari reaksi berikut ini :
A. Tiofena dengan H2SO4
B. isokuinolina dengan C6H5Li
C. 4-bromopirimidina dengan NH3
naftalena tetralin
168
Kimia Organik
B. reaksi naftalena dengan asam nitrat (HNO3) dengan katalis asam sulfat (H2SO4)
merupakan reaksi nitrasi.
NO2
HNO3, H2SO4
hangat
1-nitroaftalena
3. Reaksi oksidasi pada antrasena dan fenantrena akan menghasilkan senyawa kuinon,
reaksi berlangsung dengan adanya CrO3 dan asam sulfat. Reaksi oksdasi berlangsung
pada posisi 9 dan 10 sehingga akan dihasilkan 9,10-antrakuinon pada antrasenan dan
9,10-fenantrakuinon pada fenantrena.
N
C. Asam-3-tiofenakarboksilat, senyawa tiofena dengan gugus karboksilat pada
posisi 3.
S
COOH
asam 2-tiofenasulfonat
B. Isokuinolina dengan C6H5Li, reaksi substitusi nukleofilik dimana serangan terjadi
pada posisi α.
C6H5Li
N H2O N
isokuinolina 1-fenilisokuinolina
169
Kimia Organik
LATIHAN
TES 2
170
Kimia Organik
2. Manakah sistem penomoran untuk senyawa aromatik polisiklik berikut ini yang benar ?
A. I dan II
B. I dan III
C. I, II, dan III
D. Hanya I yang benar
5. Pernyataan yang sesuai untuk reaksi naftalena dengan asam sulfat pekat pada suhu
800C adalah …
A. Reaksi oksidasi manghasilkan senyawa kuinon
B. Reaksi substitusi yang akan menghasilkan senyawa nitornaftalena
C. Reaksi dehidrasi yang kan menghasilkan senyawa dihidronaftalena
D. Reaksi substitusi yang akan menghasilkan senyawa asam naftalena sulfonat.
6. Berikut ini adalah senyawa heterosiklik aromatik yang dalam cincinnya mengandung
atom nitrogen adalah :
A. Pirola, tiofena, dan piridina
B. Piridina, pirimidina, dan furan
C. Piridina, furan, dan tiazola
D. Pirazola, pirimidina, imidazola
171
Kimia Organik
C. 2,5-dinitrotiazola
D. 1,4-dinitrotiofena
10. Kuinolina merupakan senyawa heterosiklik aromatik yang mempunyai struktur mirip
dengan naftalena tetapi dengan satu atom nitrogen. Sifat-sifat senyawa kuinolina yang
sesuai adalah …
I. Mempunyai isomer isokuinolina
II. Dapat mengalami reaksi substitusi elektrofilik pada posisi 5 dan 8
III. Mengalami reaksi substitusi nukleofilik pada posisi 5, dan 8
IV. Mengalami reaksi substitusi nukleofilik pada posisi α
A. I dan II benar
B. I dan III benar
C. II dan III benar
D. III dan IV benar
172
Kimia Organik
Tes I
1. A, sifatnya berbeda dengan alkena dan tidak diadisi oleh halogen
2. C, reaksi dengan halogen melalui substitusi
3. D, merupakan ester benzoat dengan gugus alkilnya berupa tersier butil.
4. C, merupakan senyawa toluena, substituen Cl terletak pada karbon 2 dan 5
5. B, benzena bersifat nonpolar, isomer para titik leleh lebih tinggi, dan minyak bumi
salah satu sumber dari benzena
6. C, reaksi pada benzena melalui substitusi elektrofilik
7. C, reaksi dengan halogen merupakan reaksi substitusi sehingga tidak ada
perubahan pada ikatan rangkap
8. C, asetofenon dibuat dengan asilasi friedel craft, dengan halida asam dan katalis
AlCl3
9. B, benzena dapat dibuat dengan senyawa alifatik dan aromatik, tetapi bukan
melalui reaksi nitrasi
10. C, stirena dalam bentuk polimer berguna dalam pembuatan wadah makanan
(piring, gelas)
Tes 2
1. C, naftalena adalah senyawa aromatik polisiklik yang paling sederhana
2. B, penomoran sistem aromatik polisiklik mengikuti pola baku, untuk naftalena
seperti no I dan fenantrena no III
3. A, penomoran untuk antrasena mengikut aturan baku, SO3H berada pada posisi 1,
CH3 terikat pada posisi 5 dan 7
4. B, oksidasi naftalena akan menghasilkan senyawa kuinon
5. D, reaksi substitusi yang merupakan reaksi sulfonasi yang akan menghasilkan
senyawa sulfonat.
6. D, furan dalam cincinnya mengandung atom Oksigen dan tiofena mengandung
atom S
7. C, penomoran senyawa dimulai dari atom S.
8. A, reaksi substitusi elektrofilik pada pirola terjadi pada posisi kedua cincin.
9. B, oksidasi pada benzena atau piridina akan terjadi apabila terdapat rantai samping
10. A, isomer kuinolina adalah isokuinolina, reaksi substitusi elektrofilik pada posisi 5
dan 8
173
Kimia Organik
Daftar Pustaka
Fessenden, R.J., Fessenden, J.S, Alih Bahasa Pudjaatmaka, A.H, 1982, Kimia Organik Jilid 1,
edisi ke-3 Jakarta : Erlanggan
Morrison, R.T, Boyd,R.N, 1992, Organic Chemistry, 7th edition, New Jersey : Prentice Hall Inc.
174