Anda di halaman 1dari 2

Nama kelompok

F
F
F
F
Pangeran diponegrorn semggoknya ratu adil
Hshkd
(1928)

Ontowiryo, anaklaki sepuluh tahun nan cakep ini-yang dikenal rakyat sekitar Tegalrejo
sebagai Seh Ngabdulrohim dan kelak terkenal antero Nusantara sebagai Pengeran
Diponegoro berlari -lari keder di pematang sawah Mantra, setelah menyeberangi Kali
Winongo, menuju ke puri tempat tinggal nenek buyutnya, Ratu Ageng, permaisuri Sultan
Hamengku Buwono I yang biasa disebut Sultan Swargi.

Melihat Belanda di seberang Kali Winonga. Dan, demi melihat ciri-ciri sosok Belanda yang
tidak sama dengan ciri-ciri sosok bangsanya Jawa-yaitu bahwa Belanda berkulit putih,
bertubuh jangkung, berambut pirang, dan bermata biru-maka sertamerta membuat Ontowiryo
yang terbilang anak-anak ini, tanpa sengaja berfantasi dengan satu perkataan yang justru
menyimpulkan seluruh peta kejahatan. Yakni: setan!

Patih Danurejo II–yang sebenarnya adalah menantu Sultan Hamengku Buwono II sendiri
yang diperkatakan dengan perasaan anyel dan mangkel oleh Ratu Ageng–pada malam yang
agak gerimis ini tampak duduk di dalam kereta kuda bersama Raden Mas Sunarko sang tolek
(juru bicara), menuju Vredenburg menemui Jan Willem van Rijnst.

Yang disebut namanya terakhir di atas ini, baru sepekan berada di negoro (wilayah kota yang
didiami raja). Dan kelihatannya dia bisa begitu cepat menyukai pekerjaannya di sini: di salah
satu pusat kerajaan Jawa yang selama ini hanya diketahuinya dari catatan-catatan VOC. Dari
catatan-catatan itu pula dia mengenal pusat kerajaan Jawa yang lain, di timur Yogyakarta,
yaitu Surakarta, yang penguasa-penguasanya terus saling cemburu walaupun sudah dibuat
Babad Palihan Negari, atau lebih dikenal sebagai ”Perjanjian Giyanti” pada 13 Februari 1755.
.

Anda mungkin juga menyukai