NIM : PO7133222024
MATKUL : SKDR
Apabila ditemukan alert / rumor terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota
menghubungi petugas dari unit pelapor untuk melakukan verifikasi terhadap sinyal tersebut. Apabila
hasil verifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota
menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut.
1. Melaksanakan Investigasi Pendahuluan
Melaksanakan Investigasi Pendahuluan Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk
melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya masalah KLB tersebut. Tim Provinsi dan
kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari Puskesmas dan memulai investigasi dan
menemukan kasus secara aktif.
Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program(contohnya program
microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data dengan aplikasi program pengolahan data
(seperti excel, Epi Info, Epi Data, stata, SPSS, dll) untuk menghasilkan analisis epidemiologi
secara deskriptif (orang, tempat dan waktu) maupun secara analitik untuk mengetahui hubungan
faktor risiko dengan kejadian penyakit atau KLB.
a. Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:
1) Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan.
2) Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
3) Tes hipotesis
4) Menulis laporan dan rekomendasi.
b. Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
1) Tatalaksana kasus
2) Pengendalian infeksi
3) Pencarian kontak kasus
4) Pengendalian lingkungan
5) Mobilisasi sosial
6) Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat
2. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium Provinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota. Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap
kabupaten/kota. Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium puskesmas ATLM .
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Menggunakan APD sesuai SOP.
b. Berkoordinasi dengan laboratorium penerima sebelum mengirimkan spesimen.
c. Melakukan manajemen spesimen sesuai SOP (lampiran 9)
d. Pengiriman spesimen harus memperhatikan biosafety (manajemen pengepakan spesimen) agar
spesimen tidak ditolak oleh penerbangan.
e. Jika spesimen dikirim melalui pesawat udara harus memperhatikan jadwal penerbangan agar
spesimen dapat sampai dengan cepat dalam kondisi baik (tidak delay).
f. Siapkan dokumen yang diperlukan seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan,
berita acara, dan dokumen pengiriman, format pengiriman spesimen, format penyelidikan
epidemiologi.
g. Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.
h. Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk menerima spesimen.
i. Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap
menerima spesimen.
3. Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan petugas pengambil spesimen dari risiko
terpapar/kontak dengan kuman pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus “SELALU” menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh
digunakan lagi. Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil
spesimen dari pasien yang tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi
risiko terkontaminasi. Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan
terpapar/ kontak dengan kuman pathogen.