Anda di halaman 1dari 15

Nama: Sarah Susiana Banamtuan, S.

KM
NIP: 19870919 201902 2 002
Instansi : Puskesmas Oinlasi
Kelompok: 1

PENUGASAN : MI_2 PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI

LATIHAN 1 : MENYIAPKAN PENGUMPULAN DATA


INTRUKSI : Membuat Instrument Pengumpulan data Primer & Sekunder ;
1. Contoh Instrumen yang diperlukan dalam Pengumpulan Data Primer dalam
kegiatan Surveilans :

A.
B. a. Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya AK : 0,04

C.
b. Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
AK : 0,04

D. Register Data Surveilans merupakan kumpulan data yang berasal dari Daftar
Pertanyaan Individu yang disusun dalam bentuk tabel besar, setiap satu data pada
Daftar Pertanyaan Individu, misalnya Nama, Umur, dan sebagainya, merupakan judul
kolom tabel Register Data Surveilans, sehingga setiap satu Daftar Pertanyaan
Individu mempunyai satu baris data pada Register Data Surveilans. Pada Daftar
Pertanyaan Individu dengan jumlah data sedikit sebaiknya langsung menggunakan
Register Data Surveilans, sehingga menghemat proses pengumpulan data.
Umumnya Daftar Pertanyaan Data Individu data primer dibagi menjadi data identitas,
data kesakitan dan data faktor risiko, dan setiap data memiliki definisi operasional.

E.

F.
G.
H.
C. Tabel bantu Analisis Surveilans

I.

J. d. Tabel, Grafik, dan Peta Analisis Surveilans


2. Contoh Instrumen yang diperlukan dalam Pengumpulan Data Sekunder dalam kegiatan
Surveilans yang terdiri dari :

a. Daftar pertanyaan individu dan pedoman pengisiannya : AK : 0,08


Berisikan pertanyaan – pertanyaan tentang data primer yang diperlukan sebagai analisis dalam
rangka mendapatkan data sesuai tujuan surveilans, Pada data sekunder Daftar Pertanyaan
Individu telah dibuat oleh orang atau unit lain yang mengumpulkan data tersebut sebagai data
primer, oleh karena itu daftar pertanyaan ini menggunakan contoh pertanyaan dari data primer.
Daftar pertanyaan individu digunakan saat wawancara kepada responden.

b. Register Data Surveilans dan pedoman pengisian AK : 0,08

Register data surveilans berasal dari daftar pertanyaan individu yang memiliki jumlah
data sedikit sehingga menghemat proses pengumpulan data, yang umumnya data
disusun dalam bentuk table.
Cara Pengisian :

Rumah sakit : ditulis nama rumah sakit bersangkutan


Kabupaten/ kota : ditulis kabupaten/ kota bersangkutan
Bulan/Tahun : ditulis bulan dan tahun pada saat input data
Penyakit : ditulis nama jenis penyakit
Jenis kelamin : jumlah total penderita berdasarkan jenis kelamin
Kelompok umur : jumlah total penderita berdasarkan kelompok umur
Kunjungan : jumlah total kunjungan selama satu bulan

c. Tabel Bantu Analisis Surveilans


Merupakan instrument pemindahan data dari Register data surveilans namun hanya
dipilih data yang akan digunakan sebagai bahan analisis, dan sudah dalam bentuk data
agregat.

d. Tabel, Grafik dan Peta Analisis


Pada table, grafik, dan peta analisis definisi operasionalnya dan pengendalian kualitas
dan akurasi datanya tidak terkendali cukup baik maka perlu berhat-hati saat
melakukan analisis dan penarikan kesimpulan

3. Kasus bahan diskusi :


Berdasarkan adanya peningkatan kasus difteri di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Timur, maka perlu disusun Surveilans Difteri dengan tujuan untuk deteksi dini
kasus difteri untuk tindakan pengobatan dan upaya pemutusan mata rantai penularan.
Penemuan kasus sedini mungkin dapat segera diobati lebih baik, sebelum terjadinya
komplikasi jantung dan ginjal yang berisiko kematian yang tinggi. Sementara upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan segera memberikan pengobatan dengan antibiotika
terhadap kasus difteri dan pengobatan profilaksis antibiotika terhadap kontak kasus di
sekolah dan di rumah.

Saudara diminta membangun surveilans difteri sebagai suatu SKD-KLB difteri, dimana
setiap kasus yang terdeteksi dini dapat direkam datanya dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi yang tepat kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas untuk segera menetapkan kebijakan respon pengobatan penderita dan
pemberian antibiotika profilaksis pada kontak.

Pertanyaan :
1) Bagaimana kasus difteri yang ada di masyarakat dapat ditemukan sedini mungkin,
sehingga pengobatan dini dan upaya pencegahan sedini mungkin dapat segera
dilakukan?

Jawaban :
Untuk penemuan kasus sedini mungkin maka semua suspek yang memiliki gejala
harus ditatalaksana sebagai kasus difteri tanpa menunggu hasil laboratorium keluar.
Adapun gejalanya adalah faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas,mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
Penemuan suspek atau kasus probable maka dilakukan penelusuran kepada kontak
erat untuk dipastikan apakah memiliki gejala sebagai suspek.

2) Siapakah yang dapat menemukan kasus difteri sedini mungkin ?


Jawaban :
Pemberi pelayanan kesehatan seperti petugas di Puskesmas, rumah sakit, klinik,
maupun di praktek mandiri.

3) Bagaimana definisi operasional kasus difteri ?


Jawaban :
Difteri adalah sesorang yang mengalami atau mempunyai gejala klinis demam
±38oC, mengalami infeksi ada laring, Faring dan Trakea , pseudomembran putih
keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit
waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), karena
pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai bunyi (stridor)

Kasus Difteri dapat diklasifikasikan dalam kasus probable dan kasus konfirmasi:
a. Kasus probable adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit
menelan, pseudomembran, pembengkakan leher dan sesak nafas disertai bunyi
(stridor).
b. Kasus konfirmasi adalah kasus probable disertai hasil laboratorium, berupa
hapus tenggorok & hapus hidung atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri
kulit.

4) Bagaimana definisi operasional kontak kasus difteri ?


Jawaban :
Definisi Operasional Kontak Kasus Difteri :
Sumber penularan Difteri adalah manusia baik sebagai penderita maupun carrier.
Seseorang dapat menyebarkan bakteri melalui pernafasan droplet infection atau
melalui muntahan, pada difteri kulit bias melalui luka di tangan.
Kriteria kasus dan kontak
a. Kontak kasus : Adalah orang serumah, tetangga, teman bermain, teman sekolah,
termasuk guru, teman kerja.
b. Carrier : Adalah orang yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil
pemeriksaan laboratorium positif C. Diphteriae.
Masa inkubasi antara 2-5 hari. Masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa
inkubasi, sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan.

5) Seandainya instrumen pengumpulan data dibuat, data apa saja yang diperlukan dan
buatlah satu Register Data Surveilans Difteri di Propinsi Jawa Timur !
Jawaban :
Data yang diperlukan pada pembuatan instrument pengumpulan data yaitu :
 Identitas pelapor apabila kasus difteri dilaporkan oleh orang lain (Nama,
Tempat Bekerja, Kabupaten/Kota, Provinsi, Tanggal diterima laporan),
 Identitas Penderita (Nama, Nama Orangtua/KK, Jenis Kelamin, Umur,
Tanggal Lahir, BB, TB, Alamat, Pekerjaan, dst),
 Riwayat Sakit (Tanggal mulai sakit, Keluhat Utama, Gejala dan Tanda Sakit,
Status Imunisasi Difteri, dst),
 Riwayat Pengobatan,
 Riwayat Kontak
 Kontak Kasus.
Register Data Kesakitan Kasus Difteri
Pelapor :
Nama Penderita :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Riwayat Sakit
Tanggal Keluhan Gejal Tanda Status Riwayat Riwayat Kontak
Mulai Utama a Sakit Imunisasi Pengobatan Kontak Kasus
Sakit

6) Buatlah Tabel Bantu Analisis, Tabel, Grafik dan Peta Analisis serta Kesimpulan
analisis dengan menggunakan data surveilans difteri simulasi ! Tetapkan Sumber
Data Kasus Difteri dan Kontak Kasus Difteri ! Tetapkan Pewawancara Register Data
Surveilans Difteri yang Saudara kembangkan serta metode wawancara yang akan
digunakan !

Jawaban :
Simulasi KLB Difteri di Kabupaten bangkalan Tahun 2013

Distribusi Kasus Menurut Waktu :

Berdasarkan Gambar 1 pada periode januari-oktober di Kabupaten Bangkalan tahun


2013, jumlah kasus baru difteri sebanyak 19 kasus. Dimana puncak kejadian KLB
terjadi pada minggu ke 3 dan 4, artinya difteri sering muncul pada waktu yang
temperaturnya lebih dingin atau musim hujan.
Distribusi Kasus Menurut Tempat :

Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa Pola sebaran KLB Difteri yang terjadi
adalah pengelompokan kasus (clustering) pada beberapa desa dalam satu kecamatan.
Selain itu, hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas surveilans
puskesmas dan dinas kesehatan tingkat II diperoleh informasi bahwa kasus difteri
yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan epidemiologis (bertetangga).

Distribusi Kasus Menurut Orang :

Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah kasus difteri di kecamatan


tanjung bumi kabupaten Bangkalan tahun 2013 sebesar 74% terjadi pada kelompok
umur >15 tahun sehingga sebagian besar kasus (63%) tidak pernah mendapatkan
imunisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vaksinasi masal seperti ORI dan
kegiatan sub pin yang dilaksanakan pada kelompok umur <15 tahun sudah berhasil,
karena mereka telah mendapatkan imunologis yang dapat memberikan perlindungan
dari difteri (Chin, 2000).
Selain itu, berarti resiko terkena difteri pada masyarakat tanjung bumi sudah
bergeser pada kelompok umur dewasa yang tidak pernah mendapatkan imunisasi,
oleh karena itu sebaiknya petugas surveilans mengidentifikasi terhadap mereka yang
kontak dengan penderita dan mencari orang-orang yang beresiko pada semua
kelompok umur terutama yang tidak pernah mendapatkan imunisasi. Setelah
teridentifikasi maka pemberian imunisasi disesuaikan dengan kelompok umur.

Faktor Risiko KLB Difteri

Sedangkan gambar 4 menunjukkan bahwa kejadian difteri usia<15 tahun yang


mendapatkan imunisasi lengkap dan sub pin hanya 40%, hal ini berarti belum
meratanya pelaksanaan imunisasi sehingga masih terdapat daerah kantong difteri.hal
ini berarti status imunisasi masyarakat tanjung bumi merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya KLB Difteri.

Gambar 5 menunjukkan bahwa dari semua laporan kasus yang diterima oleh Dinas
Kesehatan Tingkat II sebesar 58% berasal dari rumah sakit, hal ini bararti peran
puskesmas perlu ditingkatkan. Karena penemuan kasus secara dini maka pencegahan
dan penanggulangan KLB difteri akan lebih efektif.
Sumber data :
Pengumpulan data difteri dilakukan langsung di lapangan, meliputi :
a. Kontak rumah
b. Kontak sekolah dan tetangga.
c. Data Data Sekunder : Dalam bentuk data geografi (Sumber : Puskesmas).
Petugas pewawancara adalah petugas surveilans di Puskesmas di Kabupaten
Bangkalan. Metode wawancara adalah tatap muka dan pemeriksaan.

7) Diskusikan kualitas dan akurasi data surveilans difteri serta pengaruhnya terhadap
tujuan surveilans difteri yang akan dikembangkan !
Jawaban : Kualitas dan akurasi data surveilans difetri dapat dilihat dari
beberapa hal diantaranya:
 Ketepatan waktu pengambilan data
 Managemen pengolahan data yang baik agar data yang dihasilkan dapat
dikemabangkan (Dimulai dari Pul-ta, Lah-Ta, Lis-Ta, Vis-Ta, Infokes,
Preta)

8) Seandainya pewawancara adalah dokter Rumah Sakit, dan laporan dikirim


berjenjang ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Propinsi,
bagaimana upaya Saudara sebagai Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur,
agar kelengkapan dan ketepatan data serta responnya dapat lebih baik ?

Jawaban :
a. Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur perlu membuat absensi sumber
data yang telah mengirimkan datanya (Rumah Sakit), sehingga diperlukan
instrumen Absensi Laporan Data Surveilans. Absensi dibuat periodik sesuai
dengan jadwal pengiriman data ( mingguan, bulanan atau tahunan) atau dibuat
kumulatif dalam persentase kelengkapan dan ketepatan waktu laporan

b. Melakukan identifikasi kemungkinan kesalahan perekaman data oleh sumber


data dan sekaligus identifikasi adanya masalah perkembangan /tren penyakit
yang sangat penting perlu dicermati, misalnya adanya kasus baru (new emerging
disease), penyakit berpotensi wabah seperti difteri, polio, demam berdarah
dengue (DBD)
c. Melakukan komunikasi dengan sumber data tentang kualitas data dan
perkembangan penyakit penting

d. Membuat kesimpulan dan rekomendasi atau alternatif pemecahan masalah agar


dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Provinsi

e. Membuat umpan balik laporan kepada sumber data secara periodik

Anda mungkin juga menyukai