KM
NIP: 19870919 201902 2 002
Instansi : Puskesmas Oinlasi
Kelompok: 1
A.
B. a. Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya AK : 0,04
C.
b. Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
AK : 0,04
D. Register Data Surveilans merupakan kumpulan data yang berasal dari Daftar
Pertanyaan Individu yang disusun dalam bentuk tabel besar, setiap satu data pada
Daftar Pertanyaan Individu, misalnya Nama, Umur, dan sebagainya, merupakan judul
kolom tabel Register Data Surveilans, sehingga setiap satu Daftar Pertanyaan
Individu mempunyai satu baris data pada Register Data Surveilans. Pada Daftar
Pertanyaan Individu dengan jumlah data sedikit sebaiknya langsung menggunakan
Register Data Surveilans, sehingga menghemat proses pengumpulan data.
Umumnya Daftar Pertanyaan Data Individu data primer dibagi menjadi data identitas,
data kesakitan dan data faktor risiko, dan setiap data memiliki definisi operasional.
E.
F.
G.
H.
C. Tabel bantu Analisis Surveilans
I.
Register data surveilans berasal dari daftar pertanyaan individu yang memiliki jumlah
data sedikit sehingga menghemat proses pengumpulan data, yang umumnya data
disusun dalam bentuk table.
Cara Pengisian :
Saudara diminta membangun surveilans difteri sebagai suatu SKD-KLB difteri, dimana
setiap kasus yang terdeteksi dini dapat direkam datanya dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi yang tepat kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas untuk segera menetapkan kebijakan respon pengobatan penderita dan
pemberian antibiotika profilaksis pada kontak.
Pertanyaan :
1) Bagaimana kasus difteri yang ada di masyarakat dapat ditemukan sedini mungkin,
sehingga pengobatan dini dan upaya pencegahan sedini mungkin dapat segera
dilakukan?
Jawaban :
Untuk penemuan kasus sedini mungkin maka semua suspek yang memiliki gejala
harus ditatalaksana sebagai kasus difteri tanpa menunggu hasil laboratorium keluar.
Adapun gejalanya adalah faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas,mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
Penemuan suspek atau kasus probable maka dilakukan penelusuran kepada kontak
erat untuk dipastikan apakah memiliki gejala sebagai suspek.
Kasus Difteri dapat diklasifikasikan dalam kasus probable dan kasus konfirmasi:
a. Kasus probable adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit
menelan, pseudomembran, pembengkakan leher dan sesak nafas disertai bunyi
(stridor).
b. Kasus konfirmasi adalah kasus probable disertai hasil laboratorium, berupa
hapus tenggorok & hapus hidung atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri
kulit.
5) Seandainya instrumen pengumpulan data dibuat, data apa saja yang diperlukan dan
buatlah satu Register Data Surveilans Difteri di Propinsi Jawa Timur !
Jawaban :
Data yang diperlukan pada pembuatan instrument pengumpulan data yaitu :
Identitas pelapor apabila kasus difteri dilaporkan oleh orang lain (Nama,
Tempat Bekerja, Kabupaten/Kota, Provinsi, Tanggal diterima laporan),
Identitas Penderita (Nama, Nama Orangtua/KK, Jenis Kelamin, Umur,
Tanggal Lahir, BB, TB, Alamat, Pekerjaan, dst),
Riwayat Sakit (Tanggal mulai sakit, Keluhat Utama, Gejala dan Tanda Sakit,
Status Imunisasi Difteri, dst),
Riwayat Pengobatan,
Riwayat Kontak
Kontak Kasus.
Register Data Kesakitan Kasus Difteri
Pelapor :
Nama Penderita :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Riwayat Sakit
Tanggal Keluhan Gejal Tanda Status Riwayat Riwayat Kontak
Mulai Utama a Sakit Imunisasi Pengobatan Kontak Kasus
Sakit
6) Buatlah Tabel Bantu Analisis, Tabel, Grafik dan Peta Analisis serta Kesimpulan
analisis dengan menggunakan data surveilans difteri simulasi ! Tetapkan Sumber
Data Kasus Difteri dan Kontak Kasus Difteri ! Tetapkan Pewawancara Register Data
Surveilans Difteri yang Saudara kembangkan serta metode wawancara yang akan
digunakan !
Jawaban :
Simulasi KLB Difteri di Kabupaten bangkalan Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa Pola sebaran KLB Difteri yang terjadi
adalah pengelompokan kasus (clustering) pada beberapa desa dalam satu kecamatan.
Selain itu, hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas surveilans
puskesmas dan dinas kesehatan tingkat II diperoleh informasi bahwa kasus difteri
yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan epidemiologis (bertetangga).
Gambar 5 menunjukkan bahwa dari semua laporan kasus yang diterima oleh Dinas
Kesehatan Tingkat II sebesar 58% berasal dari rumah sakit, hal ini bararti peran
puskesmas perlu ditingkatkan. Karena penemuan kasus secara dini maka pencegahan
dan penanggulangan KLB difteri akan lebih efektif.
Sumber data :
Pengumpulan data difteri dilakukan langsung di lapangan, meliputi :
a. Kontak rumah
b. Kontak sekolah dan tetangga.
c. Data Data Sekunder : Dalam bentuk data geografi (Sumber : Puskesmas).
Petugas pewawancara adalah petugas surveilans di Puskesmas di Kabupaten
Bangkalan. Metode wawancara adalah tatap muka dan pemeriksaan.
7) Diskusikan kualitas dan akurasi data surveilans difteri serta pengaruhnya terhadap
tujuan surveilans difteri yang akan dikembangkan !
Jawaban : Kualitas dan akurasi data surveilans difetri dapat dilihat dari
beberapa hal diantaranya:
Ketepatan waktu pengambilan data
Managemen pengolahan data yang baik agar data yang dihasilkan dapat
dikemabangkan (Dimulai dari Pul-ta, Lah-Ta, Lis-Ta, Vis-Ta, Infokes,
Preta)
Jawaban :
a. Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur perlu membuat absensi sumber
data yang telah mengirimkan datanya (Rumah Sakit), sehingga diperlukan
instrumen Absensi Laporan Data Surveilans. Absensi dibuat periodik sesuai
dengan jadwal pengiriman data ( mingguan, bulanan atau tahunan) atau dibuat
kumulatif dalam persentase kelengkapan dan ketepatan waktu laporan