1 PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI
Kelompok : 1
Nama : Agusta saraswati
Suminto
Ari Fitriani
Mulia Sri
Sarah
Meta Aruni
A.
B. a. Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya AK : 0,04
C.
b. Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
AK : 0,04
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
C. Tabel bantu Analisis Surveilans
M.
Berisikan pertanyaan – pertanyaan tentang data primer yang diperlukan sebagai analisis dalam
rangka mendapatkan data sesuai tujuan surveilans, Pada data sekunder Daftar Pertanyaan
Individu telah dibuat oleh orang atau unit lain yang mengumpulkan data tersebut sebagai data
primer, oleh karena itu daftar pertanyaan ini menggunakan contoh pertanyaan dari data primer.
Daftar pertanyaan individu digunakan saat wawancara kepada responden.
Register data surveilans berasal dari daftar pertanyaan individu yang memiliki jumlah
data sedikit sehingga menghemat proses pengumpulan data, yang umumnya data
disusun dalam bentuk table.
Cara Pengisian :
Pada table, grafik, dan peta analisis definisi operasionalnya dan pengendalian kualitas
dan akurasi datanya tidak terkendali cukup baik maka perlu berhat-hati saat
melakukan analisis dan penarikan kesimpulan
3. Kasus bahan diskusi :
Berdasarkan adanya peningkatan kasus difteri di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Timur, maka perlu disusun Surveilans Difteri dengan tujuan untuk deteksi dini
kasus difteri untuk tindakan pengobatan dan upaya pemutusan mata rantai penularan.
Penemuan kasus sedini mungkin dapat segera diobati lebih baik, sebelum terjadinya
komplikasi jantung dan ginjal yang berisiko kematian yang tinggi. Sementara upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan segera memberikan pengobatan dengan antibiotika
terhadap kasus difteri dan pengobatan profilaksis antibiotika terhadap kontak kasus di
sekolah dan di rumah.
Saudara diminta membangun surveilans difteri sebagai suatu SKD-KLB difteri, dimana
setiap kasus yang terdeteksi dini dapat direkam datanya dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi yang tepat kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas untuk segera menetapkan kebijakan respon pengobatan penderita dan
pemberian antibiotika profilaksis pada kontak.
Pertanyaan :
1) Bagaimana kasus difteri yang ada di masyarakat dapat ditemukan sedini mungkin,
sehingga pengobatan dini dan upaya pencegahan sedini mungkin dapat segera
dilakukan?
Jawaban :
Untuk penemuan kasus sedini mungkin maka semua suspek yang memiliki gejala
harus ditatalaksana sebagai kasus difteri tanpa menunggu hasil laboratorium keluar.
Adapun gejalanya adalah faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas,mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
Penemuan suspek atau kasus probable maka dilakukan penelusuran kepada kontak
erat untuk dipastikan apakah memiliki gejala sebagai suspek.
5) Seandainya instrumen pengumpulan data dibuat, data apa saja yang diperlukan dan
buatlah satu Register Data Surveilans Difteri di Propinsi Jawa Timur !
Jawaban :
Data yang diperlukan dalam pembuatan instrument pengumpulan data adalah :
Identitas pelapor apabila kasus difteri dilaporkan oleh orang lain (Nama, Tempat
Bekerja, Kabupaten/Kota, Provinsi, Tanggal diterima laporan), Identitas Penderita
(Nama, Nama Orangtua/KK, Jenis Kelamin, Umur, Tanggal Lahir, BB, TB, Alamat,
Pekerjaan, dst), Riwayat Sakit (Tanggal mulai sakit, Keluhat Utama, Gejala dan
Tanda Sakit, Status Imunisasi Difteri, dst), Riwayat Pengobatan, Riwayat Kontak
dan Kontak Kasus.
6) Buatlah Tabel Bantu Analisis, Tabel, Grafik dan Peta Analisis serta Kesimpulan
analisis dengan menggunakan data surveilans difteri simulasi ! Tetapkan Sumber
Data Kasus Difteri dan Kontak Kasus Difteri ! Tetapkan Pewawancara Register Data
Surveilans Difteri yang Saudara kembangkan serta metode wawancara yang akan
digunakan !
Jawaban :
Simulasi KLB Difteri di Kabupaten bangkalan Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa Pola sebaran KLB Difteri yang terjadi
adalah pengelompokan kasus (clustering) pada beberapa desa dalam satu kecamatan.
Selain itu, hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas surveilans
puskesmas dan dinas kesehatan tingkat II diperoleh informasi bahwa kasus difteri
yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan epidemiologis (bertetangga).
Gambar 5 menunjukkan bahwa dari semua laporan kasus yang diterima oleh Dinas
Kesehatan Tingkat II sebesar 58% berasal dari rumah sakit, hal ini bararti peran
puskesmas perlu ditingkatkan. Karena penemuan kasus secara dini maka pencegahan
dan penanggulangan KLB difteri akan lebih efektif.
Sumber data :
Pengumpulan data difteri dilakukan langsung di lapangan, meliputi :
a. Kontak rumah
b. Kontak sekolah dan tetangga.
c. Data Data Sekunder : Dalam bentuk data geografi (Sumber : Puskesmas).
7) Diskusikan kualitas dan akurasi data surveilans difteri serta pengaruhnya terhadap
tujuan surveilans difteri yang akan dikembangkan !
Jawaban :
Jawaban :
a. Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur perlu membuat absensi sumber
data yang telah mengirimkan datanya (Rumah Sakit), sehingga diperlukan
instrumen Absensi Laporan Data Surveilans. Absensi dibuat periodik sesuai
dengan jadwal pengiriman data ( mingguan, bulanan atau tahunan) atau dibuat
kumulatif dalam persentase kelengkapan dan ketepatan waktu laporan
b. Melakukan identifikasi kemungkinan kesalahan perekaman data oleh sumber
data dan sekaligus identifikasi adanya masalah perkembangan /tren penyakit
yang sangat penting perlu dicermati, misalnya adanya kasus baru (new emerging
disease), penyakit berpotensi wabah seperti difteri, polio, demam berdarah
dengue (DBD)
c. Melakukan komunikasi dengan sumber data tentang kualitas data dan
perkembangan penyakit penting
d. Membuat kesimpulan dan rekomendasi atau alternatif pemecahan masalah agar
dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Provinsi
e. Membuat umpan balik laporan kepada sumber data secara periodik
LATIHAN PB2 : MELAKUKAN EVALUASI / ANALISIS DATA
Deskriptif (AK 0,06)
Analitik (0,16)
Lembar Kerja :
A. Analisis Surveilans Epidemiologi (hal 267)
B. Pengamatan Surveilans Epidemiologi (hal 268-269)
Di Desa Siji, desa terpencil di Kabupaten Atas Angin telah terjadi KLB diare berdarah
sejak 3 minggu terakhir ini. Tim penanggulangan KLB yang berada di lokasi yang bertugas
sejak seminggu lalu melaporkan melalui sms sebagai berikut : minggu 6 di dusun Lor 5
penderita, 2 meninggal, dusun Wetan 8 penderita, tidak ada yg meninggal, dusun Tuo 4
penderita, tidak ada yg meninggal. Minggu 7 di dusun Lor 12 penderita, tidak ada yg
meninggal, dusun Wetan 24 penderita, 2 meninggal dan dusun Tuo 12 penderita, 1
meninggal. Minggu 8 di dusun Lor 4 penderita, 0 meninggal; dusun Wetan 20 penderita, 0
meninggal dan dusun Tuo 2 penderita, 0 meninggal.
Pertanyaan :
1. Berdasarkan SMS tersebut, anda diminta segera mengirimkan bantuan tambahan ke
dusun yang paling rawan, tetapi dana masih sangat terbatas hanya pada satu dusun saja,
oleh karena itu buatlah kesimpulan dusun yang paling rentan terhadap serangan penyakit
diare berdarah tersebut !
Dusun mana yang akan Saudara kirim bantuan?
Jawab :
2. Anda meminta pada Tim Penanggulangan untuk mengirimkan data penduduk masing-
masing dusun. Data tersebut adalah Penduduk Dusun Tuo 1000 orang, dusun Wetan 120
orang dan dusun Lor 500 orang.
Buatlah tabel Analisis dengan kolom dusun, penduduk, penderita dan meninggal,
kemudian hitung angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (CFR).
Berdasarkan tabel ini, buat kembali suatu kesimpulan dusun yang paling rentan !
Dusun manakah yang pertama kali akan Saudara kirim bantuan ? Jelaskan
Jawab :
Berdasarkan hasil analisis data, dusun yang paling rentan adalah dusun Lor karena
menimbang dari hasil CFR atau banyaknya orang mengalami kematian akibat penyakit
tertentu. Sedangkan untuk AR, Semakin tinggi nilai AR maka semakin tinggi pula
kemampuan Penularan Penyakit tersebut sehingga untuk risiko penularan terbesar berada
pada dusun Wetan. Untuk dusun yang akan dikirimkan bantuan terlebih dahulu adalah dusun
Wetan karena memiliki angka risiko penularan penyakit yang tinggi dan sebisa mungkin
harus dibantu terlebih dahulu.
Pertanyaan :
1) Pada minggu-minggu yang mana terjadi jumlah penderita lebih besar daripada
dua kali kejadian yang biasanya?
Pada minggu ke 4, 5 dan 6.
Jelaskan!
Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada minggu ke
4, 5 dan 6 terjadi peningkatan penderita campak dari rata-rata penderita per
minggu yakni dengan total pada minggu ke 4 sebanyak 18, minggu ke 5 sebanyak
22, dan minggu ke 6 sebanyak 19 penderita.
Jelaskan !
Karena pada desa Mawar telah ditemukan 7 kasus campak pada minggu pertama
dan terus terjadi 5 atau lebih kasus pada minggu berikutnya.
(Kriteria penyelidikan campak : ditemukan 5 atau lebih kasus campak dalam 1
minggu, 5 kasus dalam 4 minggu berturut – turut).
3) Bila diketahui bahwa 5 desa tersebut membentuk satu kecamatan, minggu yang
mana, yang paling awal dapat diketahui adanya masalah dikecamatan tersebut?
Pada minggu pertama
4) Minggu manakah yang paling awal dengan masalah potensial yang terlihat
memerlukan penyelidikan kasus?
Minggu kedua dan ketiga
2. Jumlah penderita Hepatitis A yang dilaporkan dan diterima oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyubiru menurut Kecamatan dan Minggu kejadian. Kejadian yang
“biasanya” terjadi untuk periode ini sebesar penderita rata-rata per minggu selama 8
minggu tahun lalu.
Pertanyaan:
1) Tanpa memperhatikan distribusi penderita menurut kecamatan tetapi hanya total
per minggu, pada minggu mana jumlah penderita memenuhi kriteria penyelidikan
kasus ? Jelaskan !
Jawaban
Penderita yang memenuhi kriteria penyelidikan kasus terdapat pada minggu ke 4.
Dari data terlihat lonjakan kasus pada minggu ke 4 setelah 3 minggu berturut
turut tanpa ada penurunan kasus.
2) Jika hanya memperhatikan distribusi penderita per minggu dan wilayah (tanpa
memperhatikan total per minggu), berdasarkan adanya kasus berlebihan,
penyelidikan kasus sebaiknya diadakan pada minggu ke berapa? Jelaskan!
Jawaban
2 Melakukan evaluasi
data secara :
a. Deskriptif Laporan 0,06 Epid Kes Pertama
b. Analitik Laporan 0,16 Epid Kes Muda
Pertanyaan:
1. Apa isi dan bentuk penyampaian informasi yang bisa disampaikan kepada pimpinan?
2. Apa cara terbaik agar informasi itu bisa sampai kepada pimpinan sebagai suatu pemasaran
informasi yang dapat dipahami dan dimanfaatkan untuk segera mengambil keputusan?
3. Kapan dan dimana informasi tersebut disampaikan kepada pimpinan ?
4. Bagaimana evaluasi dapat saudara lakukan ?
Jabawan:
1. Bentuk penyampaian informasi yang bisa dilakukan kepada pimpinan adalah dalam
bentuk Laporan Surveilans kepada Pimpinan.
Laporan Surveilans untuk Pimpinan
Kepada : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Atas Angin
Dari : Sarah, Unit Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Atas Angin
Perihal : Peningkatan Kasus Diare Di Kabupaten Atas Angin , pada bulan ini (Maret,
2021) dan Ancamannya Ke Kecamatan Lain di Kabupaten Timor Tengah
Selatan
Tanggal : 25 Maret 2021
Isi Laporan :
Berdasarkan Laporan dari Unit Surveilans Dinas Kesehatan Kab. Atas Angin, telah
terjadi berjangkit penyakit Diare di Kecamatan A, Kab. Atas Angin secara berturut-turut selama
12 minggu terakhir. Diare merupakan penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian.
Penyakit ini menjadi perhatian ahli penyakit menular dunia, terutama risiko terjadinya
penularan yang cepat dari manusia ke Diare. Oleh karena, surveilans diare telah dikembangkan
dengan cepat di Kabuoaten Atas Angin.
KLB diare di Kecamatan A, telah terjadi sejak minggu ke-10 (Bulan Maret 2021),
tepatnya tersebar di 5 Desa dengan jumlah penderita di Desa A sebanyak 420 orang meninggal
8 orang, di Desa B penderita 350 meninggal 7, Desa C penderita 295 meninggal 4, Desa D
penderita 297, meninggal 2, Desa E Penderita 358, meninggal 3, Desa F penderita 406
meninggal 4, Desa G penderita 369 meninggal 2. Selengkapnya dapat disampaikan dalam tabel
sebagai berikut :
2. Cara terbaik agar informasi itu bisa sampai kepada pimpinan sebagai suatu pemasaran
informasi yang dapat dipahami dan dimanfaatkan untuk segera mengambil keputusan
adalah dengan membangun komunikasi terus menerus, antara Unit surveilans, dengan
unit program dan penelitian, sehingga timbul pengertian yang sama. Komunikasi unit
surveilans dengan unit program dan penelitian juga dimanfaatkan untuk mengetahui
kebutuhan program dan penelitian yang dapat didukung oleh unit surveilans
epidemiologi.
3. Terdiri dari 2 bagian yaitu:
Informasi disampaikan kepada pimpinan di ruangan pimpinan dan dilakukan saat
pimpinan sedang tidak sibuk agar penyampaian dapat dimengerti oleh pimpinan.
Penyampaian informasi disampaikan dalam waktu secepatnya minimal 1x24 jam
supaya pimpinan dapat melaporkan dan mengambil langkah-langkah penanganan
secepatnya agar tidak terjadi lagi kematian ataupun peningkatan kasus.
Membangun komunikasi secara terus menerus antara surveilans dengan unit
program terkait sehingga timbul pengertian yang sama dan untuk mengetahui
kebutuhan program dan penelitian yang dapat didukung oleh unit surveilans
epidemiologi.
Informasi disampaikan pada saat sudah adanya kelengkapan data dan sudah
siapnya rencana Surveilans KLB termasuk didalamnya SKD Diare, PE dan
Tatalaksana diare yang tepat.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengamatan, wawancara,mendata
penderita secara tepat dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi secara sistematik
dan berkesinambungan agar dapat diketahui penyebab KLB Diare secara sepat dan
merekomendasikan cara yang tepat untuk pengendalian penanganan kasus diare.
Diskusikan
1. Rumuskan sebuah tampilan hasil analisis dalam tabel, grafik atau peta yang dapat dimengerti dan
ditindaklanjuti oleh sasaran informasi!
2. Tetapkan cara atau metode penyabarluasan informasi tersebut!
3. Rumuskan cara-cara evaluasi penyebarluasan informasi tersebut!
Jawaban:
1. Tampilan Hasil Analisis yang dapat dimengerti dan ditindaklanjuti oleh sasaran informasi
bisa dalam berbagai bentuk misalnya:
Contoh;
Tabel
c. Cara –cara evaluasi bisa dilakukan dengan cara pengolahan data LB 1 baik di tingkat
Puskesmas maupun di Rumah sakit secra berkala dan tepat waktu. BAgannya dapat
dilihat seperti di bawh ini: