Anda di halaman 1dari 27

PENUGASAN : M.

1 PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI

Kelompok : 1
Nama : Agusta saraswati
Suminto
Ari Fitriani
Mulia Sri
Sarah
Meta Aruni

LATIHAN 1 : MENYIAPKAN PENGUMPULAN DATA


INTRUKSI : Membuat Instrument Pengumpulan data Primer & Sekunder ;
1. Contoh Instrumen yang diperlukan dalam Pengumpulan Data Primer dalam
kegiatan Surveilans :

A.
B. a. Daftar Pertanyaan Individu dan Pedoman Pengisiannya AK : 0,04

C.
b. Register Data Surveilans dan Pedoman Pengisiannya
AK : 0,04

D.

E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
C. Tabel bantu Analisis Surveilans

M.

N. d. Tabel, Grafik, dan Peta Analisis Surveilans


2. Contoh Instrumen yang diperlukan dalam Pengumpulan Data Sekunder dalam kegiatan
Surveilans yang terdiri dari :

a. Daftar pertanyaan individu dan pedoman pengisiannya : AK : 0,08

Berisikan pertanyaan – pertanyaan tentang data primer yang diperlukan sebagai analisis dalam
rangka mendapatkan data sesuai tujuan surveilans, Pada data sekunder Daftar Pertanyaan
Individu telah dibuat oleh orang atau unit lain yang mengumpulkan data tersebut sebagai data
primer, oleh karena itu daftar pertanyaan ini menggunakan contoh pertanyaan dari data primer.
Daftar pertanyaan individu digunakan saat wawancara kepada responden.

b. Register Data Surveilans dan pedoman pengisian AK : 0,08

Register data surveilans berasal dari daftar pertanyaan individu yang memiliki jumlah
data sedikit sehingga menghemat proses pengumpulan data, yang umumnya data
disusun dalam bentuk table.
Cara Pengisian :

Rumah sakit : ditulis nama rumah sakit bersangkutan


Kabupaten/ kota : ditulis kabupaten/ kota bersangkutan
Bulan/Tahun : ditulis bulan dan tahun pada saat input data
Penyakit : ditulis nama jenis penyakit
Jenis kelamin : jumlah total penderita berdasarkan jenis kelamin
Kelompok umur : jumlah total penderita berdasarkan kelompok umur
Kunjungan : jumlah total kunjungan selama satu bulan

b. Tabel Bantu Analisis Surveilans


Merupakan instrument pemindahan data dari Register data surveilans namun hanya
dipilih data yang akan digunakan sebagai bahan analisis, dan sudah dalam bentuk data
agregat.
c. Tabel, Grafik dan Peta Analisis

Pada table, grafik, dan peta analisis definisi operasionalnya dan pengendalian kualitas
dan akurasi datanya tidak terkendali cukup baik maka perlu berhat-hati saat
melakukan analisis dan penarikan kesimpulan
3. Kasus bahan diskusi :
Berdasarkan adanya peningkatan kasus difteri di beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi
Jawa Timur, maka perlu disusun Surveilans Difteri dengan tujuan untuk deteksi dini
kasus difteri untuk tindakan pengobatan dan upaya pemutusan mata rantai penularan.
Penemuan kasus sedini mungkin dapat segera diobati lebih baik, sebelum terjadinya
komplikasi jantung dan ginjal yang berisiko kematian yang tinggi. Sementara upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan segera memberikan pengobatan dengan antibiotika
terhadap kasus difteri dan pengobatan profilaksis antibiotika terhadap kontak kasus di
sekolah dan di rumah.

Saudara diminta membangun surveilans difteri sebagai suatu SKD-KLB difteri, dimana
setiap kasus yang terdeteksi dini dapat direkam datanya dan dimanfaatkan untuk
memberikan informasi yang tepat kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala
Puskesmas untuk segera menetapkan kebijakan respon pengobatan penderita dan
pemberian antibiotika profilaksis pada kontak.

Pertanyaan :
1) Bagaimana kasus difteri yang ada di masyarakat dapat ditemukan sedini mungkin,
sehingga pengobatan dini dan upaya pencegahan sedini mungkin dapat segera
dilakukan?
Jawaban :
Untuk penemuan kasus sedini mungkin maka semua suspek yang memiliki gejala
harus ditatalaksana sebagai kasus difteri tanpa menunggu hasil laboratorium keluar.
Adapun gejalanya adalah faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas,mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
Penemuan suspek atau kasus probable maka dilakukan penelusuran kepada kontak
erat untuk dipastikan apakah memiliki gejala sebagai suspek.

2) Siapakah yang dapat menemukan kasus difteri sedini mungkin ?


Jawaban :
Pemberi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, klinik, praktek
mandiri.

3) Bagaimana definisi operasional kasus difteri ?


Jawaban :
Difteri mempunyai gejala klinis demam ±38oC, pseudomembran putih keabu-abuan,
tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring atau tonsil, sakit waktu
menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck), karena pembengkakan
kelenjar leher dan sesak nafas disertai bunyi (stridor)
Kasus Difteri dapat diklasifikasikan dalam kasus probable dan kasus konfirmasi:
a. Kasus probable adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit
menelan, pseudomembran, pembengkakan leher dan sesak nafas disertai bunyi
(stridor).
b. Kasus konfirmasi adalah kasus probable disertai hasil laboratorium, berupa
hapus tenggorok & hapus hidung atau hapus luka di kulit yang diduga Difteri
kulit.

4) Bagaimana definisi operasional kontak kasus difteri ?


Jawaban :
Definisi Operasional Kontak Kasus Difteri :
Sumber penularan adalah manusia baik sebagai penderita maupun carrier.
Seseorang dapat menyebarkan bakteri melalui pernafasan droplet infection atau
melalui muntahan, pada difteri kulit bias melalui luka di tangan.
Kriteria kasus dan kontak
a. Kontak kasus : Adalah orang serumah, tetangga, teman bermain, teman sekolah,
termasuk guru, teman kerja.
b. Carrier : Adalah orang yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil
pemeriksaan laboratorium positif C. Diphteriae.
Masa inkubasi antara 2-5 hari. Masa penularan penderita 2-4 minggu sejak masa
inkubasi, sedangkan masa penularan carrier bisa sampai 6 bulan.

5) Seandainya instrumen pengumpulan data dibuat, data apa saja yang diperlukan dan
buatlah satu Register Data Surveilans Difteri di Propinsi Jawa Timur !
Jawaban :
Data yang diperlukan dalam pembuatan instrument pengumpulan data adalah :
Identitas pelapor apabila kasus difteri dilaporkan oleh orang lain (Nama, Tempat
Bekerja, Kabupaten/Kota, Provinsi, Tanggal diterima laporan), Identitas Penderita
(Nama, Nama Orangtua/KK, Jenis Kelamin, Umur, Tanggal Lahir, BB, TB, Alamat,
Pekerjaan, dst), Riwayat Sakit (Tanggal mulai sakit, Keluhat Utama, Gejala dan
Tanda Sakit, Status Imunisasi Difteri, dst), Riwayat Pengobatan, Riwayat Kontak
dan Kontak Kasus.
6) Buatlah Tabel Bantu Analisis, Tabel, Grafik dan Peta Analisis serta Kesimpulan
analisis dengan menggunakan data surveilans difteri simulasi ! Tetapkan Sumber
Data Kasus Difteri dan Kontak Kasus Difteri ! Tetapkan Pewawancara Register Data
Surveilans Difteri yang Saudara kembangkan serta metode wawancara yang akan
digunakan !

Jawaban :
Simulasi KLB Difteri di Kabupaten bangkalan Tahun 2013

Distribusi Kasus Menurut Waktu


Berdasarkan Gambar 1 pada periode januari-oktober di Kabupaten Bangkalan tahun
2013, jumlah kasus baru difteri sebanyak 19 kasus. Dimana puncak kejadian KLB
terjadi pada minggu ke 3 dan 4, artinya difteri sering muncul pada waktu yang
temperaturnya lebih dingin atau musim hujan.

Distribusi Kasus Menurut Tempat

Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa Pola sebaran KLB Difteri yang terjadi
adalah pengelompokan kasus (clustering) pada beberapa desa dalam satu kecamatan.
Selain itu, hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas surveilans
puskesmas dan dinas kesehatan tingkat II diperoleh informasi bahwa kasus difteri
yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan epidemiologis (bertetangga).

Distribusi Kasus Menurut Orang


Berdasarkan gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah kasus difteri di kecamatan
tanjung bumi kabupaten Bangkalan tahun 2013 sebesar 74% terjadi pada kelompok
umur >15 tahun sehingga sebagian besar kasus (63%) tidak pernah mendapatkan
imunisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vaksinasi masal seperti ORI dan
kegiatan sub pin yang dilaksanakan pada kelompok umur <15 tahun sudah berhasil,
karena mereka telah mendapatkan imunologis yang dapat memberikan perlindungan
dari difteri (Chin, 2000). Selain itu, berarti resiko terkena difteri pada masyarakat
tanjung bumi sudah bergeser pada kelompok umur dewasa yang tidak pernah
mendapatkan imunisasi, oleh karena itu sebaiknya petugas surveilans
mengidentifikasi terhadap mereka yang kontak dengan penderita dan mencari orang-
orang yang beresiko pada semua kelompok umur terutama yang tidak pernah
mendapatkan imunisasi. Setelah teridentifikasi maka pemberian imunisasi
disesuaikan dengan kelompok umur.

Faktor Risiko KLB Difteri

Sedangkan gambar 4 menunjukkan bahwa kejadian difteri usia<15 tahun yang


mendapatkan imunisasi lengkap dan sub pin hanya 40%, hal ini berarti belum
meratanya pelaksanaan imunisasi sehingga masih terdapat daerah kantong difteri.hal
ini berarti status imunisasi masyarakat tanjung bumi merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya KLB Difteri.

Gambar 5 menunjukkan bahwa dari semua laporan kasus yang diterima oleh Dinas
Kesehatan Tingkat II sebesar 58% berasal dari rumah sakit, hal ini bararti peran
puskesmas perlu ditingkatkan. Karena penemuan kasus secara dini maka pencegahan
dan penanggulangan KLB difteri akan lebih efektif.

Sumber data :
Pengumpulan data difteri dilakukan langsung di lapangan, meliputi :
a. Kontak rumah
b. Kontak sekolah dan tetangga.
c. Data Data Sekunder : Dalam bentuk data geografi (Sumber : Puskesmas).

Petugas pewawancara adalah petugas surveilans di Puskesmas di Kabupaten


Bangkalan. Metode wawancara adalah tatap muka dan pemeriksaan.

7) Diskusikan kualitas dan akurasi data surveilans difteri serta pengaruhnya terhadap
tujuan surveilans difteri yang akan dikembangkan !
Jawaban :

8) Seandainya pewawancara adalah dokter Rumah Sakit, dan laporan dikirim


berjenjang ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Dinas Kesehatan Propinsi,
bagaimana upaya Saudara sebagai Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur,
agar kelengkapan dan ketepatan data serta responnya dapat lebih baik ?

Jawaban :
a. Pusat Kendali Surveilans Difteri Jawa Timur perlu membuat absensi sumber
data yang telah mengirimkan datanya (Rumah Sakit), sehingga diperlukan
instrumen Absensi Laporan Data Surveilans. Absensi dibuat periodik sesuai
dengan jadwal pengiriman data ( mingguan, bulanan atau tahunan) atau dibuat
kumulatif dalam persentase kelengkapan dan ketepatan waktu laporan
b. Melakukan identifikasi kemungkinan kesalahan perekaman data oleh sumber
data dan sekaligus identifikasi adanya masalah perkembangan /tren penyakit
yang sangat penting perlu dicermati, misalnya adanya kasus baru (new emerging
disease), penyakit berpotensi wabah seperti difteri, polio, demam berdarah
dengue (DBD)
c. Melakukan komunikasi dengan sumber data tentang kualitas data dan
perkembangan penyakit penting
d. Membuat kesimpulan dan rekomendasi atau alternatif pemecahan masalah agar
dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Provinsi
e. Membuat umpan balik laporan kepada sumber data secara periodik
LATIHAN PB2 : MELAKUKAN EVALUASI / ANALISIS DATA
Deskriptif (AK 0,06)
Analitik (0,16)
Lembar Kerja :
A. Analisis Surveilans Epidemiologi (hal 267)
B. Pengamatan Surveilans Epidemiologi (hal 268-269)

A. Analisis Surveilans Epidemiologi


Kasus untuk bahan diskusi KLB Diare Berdarah

Di Desa Siji, desa terpencil di Kabupaten Atas Angin telah terjadi KLB diare berdarah
sejak 3 minggu terakhir ini. Tim penanggulangan KLB yang berada di lokasi yang bertugas
sejak seminggu lalu melaporkan melalui sms sebagai berikut : minggu 6 di dusun Lor 5
penderita, 2 meninggal, dusun Wetan 8 penderita, tidak ada yg meninggal, dusun Tuo 4
penderita, tidak ada yg meninggal. Minggu 7 di dusun Lor 12 penderita, tidak ada yg
meninggal, dusun Wetan 24 penderita, 2 meninggal dan dusun Tuo 12 penderita, 1
meninggal. Minggu 8 di dusun Lor 4 penderita, 0 meninggal; dusun Wetan 20 penderita, 0
meninggal dan dusun Tuo 2 penderita, 0 meninggal.
Pertanyaan :
1. Berdasarkan SMS tersebut, anda diminta segera mengirimkan bantuan tambahan ke
dusun yang paling rawan, tetapi dana masih sangat terbatas hanya pada satu dusun saja,
oleh karena itu buatlah kesimpulan dusun yang paling rentan terhadap serangan penyakit
diare berdarah tersebut !
Dusun mana yang akan Saudara kirim bantuan?
Jawab :

Minggu Dusun Lor Dusun Wetan Dusun Tuo


Penderita Meninggal Penderita Meninggal Penderita Meninggal
6 5 2 8 0 4 0
7 12 0 24 2 12 1
8 4 0 20 0 2 0
Berdasarkan table, dusun yang paling rentan terhadap serangan penyakit diare
berdarah dan harus segera mendapatkan bantuan tambahan adalah dusun Wetan karena
angka prevalence rate lebih tinggi daripada dusun Lor dan dusun Tuo.

PR dusun Lor = Jml penderita/jml penduduk x k = 21/500 x 100% = 0,042


PR dusun Wetan = Jml penderita/jml penduduk x k = 52/120 x 100% = 0,43
PR dusun Tuo = Jml penderita/jml penduduk x k = 18/1000 x 100% = 0,018

2. Anda meminta pada Tim Penanggulangan untuk mengirimkan data penduduk masing-
masing dusun. Data tersebut adalah Penduduk Dusun Tuo 1000 orang, dusun Wetan 120
orang dan dusun Lor 500 orang.
Buatlah tabel Analisis dengan kolom dusun, penduduk, penderita dan meninggal,
kemudian hitung angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (CFR).
Berdasarkan tabel ini, buat kembali suatu kesimpulan dusun yang paling rentan !

Dusun manakah yang pertama kali akan Saudara kirim bantuan ? Jelaskan

Jawab :

Minggu Dusun Lor Dusun Wetan Dusun Tuo


Pdrt M Pdd Pdrt M Pddk Penderit Meninggal Pddk
k a
6 5 2 8 0 4 0
7 12 0 500 24 2 120 12 1 1000
8 4 0 20 0 2 0

Attack Rate = Jml Penderita Baru/Jml Penduduk yg mungkin terkena penyakit x K


AR Dusun Lor = 21/500 x 100% = 4,2 %
AR Dusun Wetan = 52/120 x 100% = 43,3 %
AR Dusun Tuo = 18/1000 x 100% = 1,8 %

CFR = Jml Kematian/Jml seluruh penderita x K


CFR Dusun Lor = 2/21 x 100% = 9,52%
CFR Dusun Wetan = 2/52 x 100% = 3,84%
CFR Dusun Tuo = 1/18 x 100% = 5,55%

Berdasarkan hasil analisis data, dusun yang paling rentan adalah dusun Lor karena
menimbang dari hasil CFR atau banyaknya orang mengalami kematian akibat penyakit
tertentu. Sedangkan untuk AR, Semakin tinggi nilai AR maka semakin tinggi pula
kemampuan Penularan Penyakit tersebut sehingga untuk risiko penularan terbesar berada
pada dusun Wetan. Untuk dusun yang akan dikirimkan bantuan terlebih dahulu adalah dusun
Wetan karena memiliki angka risiko penularan penyakit yang tinggi dan sebisa mungkin
harus dibantu terlebih dahulu.

TAHAPAN ANALISIS SURVEILANS :


1. Menyiapkan pengumpulan data
a. Meneteapkan metode (AK : 0,06)
b. Menyusun instrument
(1) Sederhana
(2) Analitik (AK : 0,135)
c. Menyempurnakan metode (AK : 0,09)
d. Menyempurnakan instrument
(1) Sederhana (AK : 0,12)
(2) Analitik (AK : 0,24)
2. Melakukan pengumpulan data
Pelayanan konsultasi dalam rangka pengumpulan data (AK : 0,03)
3. Menentukan indikasi wabah nasional
a. Analisis (AK : 0,20)
b. Membuat laporan/rekomendasi (AK : 0,36)
4. Menentukan indiksai wabah tingkat provinsi
a. Analisis (AK : 0,20)
b. Membuat laporan/rekomendasi (AK : 0,36)

B. Pengamatan Surveilans Epidemiologi

SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD-KLB)


1. Berikut adalah data distribusi penderita Campak yang dilaporkan menurut desa dan
minggu kejadian sakit dan rata-rata jumlah penderita dalam periode yang sama tahun
sebelumnya.

Jumlah Penderita per Minggu Rata2


No Nama
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Penderita/M
. Desa
g
1. Cempaka 1 0 2 4 6 7 3 1 1
2. Melati 0 1 0 0 3 4 5 1 1
3. Sakura 1 2 1 3 2 2 1 3 2
4. Mawar 7 5 6 8 7 4 4 7 6
5. Anggrek 2 1 5 3 4 2 4 2 3
Total 11 9 14 18 22 19 17 14 12

Pertanyaan :

1) Pada minggu-minggu yang mana terjadi jumlah penderita lebih besar daripada
dua kali kejadian yang biasanya?
Pada minggu ke 4, 5 dan 6.
Jelaskan!
Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada minggu ke
4, 5 dan 6 terjadi peningkatan penderita campak dari rata-rata penderita per
minggu yakni dengan total pada minggu ke 4 sebanyak 18, minggu ke 5 sebanyak
22, dan minggu ke 6 sebanyak 19 penderita.

2) Desa mana yang memenuhi kriteria untuk penyelidikan kasus?


Desa Mawar.
Menurut Permenkes No.1501/MENKES/PER/X/2010, Campak merupakan salah
satu penyakit yang dapat menimbulkan KLB/ Wabah yang harus dilaporkan 1x24
jam dan perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi sedini mungkin.

Jelaskan !
Karena pada desa Mawar telah ditemukan 7 kasus campak pada minggu pertama
dan terus terjadi 5 atau lebih kasus pada minggu berikutnya.
(Kriteria penyelidikan campak : ditemukan 5 atau lebih kasus campak dalam 1
minggu, 5 kasus dalam 4 minggu berturut – turut).

3) Bila diketahui bahwa 5 desa tersebut membentuk satu kecamatan, minggu yang
mana, yang paling awal dapat diketahui adanya masalah dikecamatan tersebut?
Pada minggu pertama

4) Minggu manakah yang paling awal dengan masalah potensial yang terlihat
memerlukan penyelidikan kasus?
Minggu kedua dan ketiga

2. Jumlah penderita Hepatitis A yang dilaporkan dan diterima oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyubiru menurut Kecamatan dan Minggu kejadian. Kejadian yang
“biasanya” terjadi untuk periode ini sebesar penderita rata-rata per minggu selama 8
minggu tahun lalu.

Jumlah Penderita per Minggu Rata2


No. Nama Desa M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Penderita/Mg
1. Cempaka 1 0 2 0 1 1 2 0 1
2. Melati 0 1 0 0 3 4 6 8 1
3. Sakura 7 6 4 3 2 2 1 1 2
4. Mawar 4 3 0 4 3 2 4 1 3
5. Anggrek 2 8 12 7 7 2 4 0 2
Total 14 18 18 24 16 11 17 10 8

Pertanyaan:
1) Tanpa memperhatikan distribusi penderita menurut kecamatan tetapi hanya total
per minggu, pada minggu mana jumlah penderita memenuhi kriteria penyelidikan
kasus ? Jelaskan !
Jawaban
Penderita yang memenuhi kriteria penyelidikan kasus terdapat pada minggu ke 4.
Dari data terlihat lonjakan kasus pada minggu ke 4 setelah 3 minggu berturut
turut tanpa ada penurunan kasus.

2) Jika hanya memperhatikan distribusi penderita per minggu dan wilayah (tanpa
memperhatikan total per minggu), berdasarkan adanya kasus berlebihan,
penyelidikan kasus sebaiknya diadakan pada minggu ke berapa? Jelaskan!
Jawaban

Jumlah Penderita per Minggu Rata2


No. Nama Desa M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 Penderita/
Mg
1. Cempaka 1 0 2 0 1 1 2 0 1
2. Melati 0 1 0 0 3 4 6 8 1
3. Sakura 7 6 4 3 2 2 1 1 2
4. Mawar 4 3 0 4 3 2 4 1 3
5. Anggrek 2 8 12 7 7 2 4 0 2
Total 14 18 18 24 16 11 17 10 8

Penyelidikan kasus sebaiknya diadakan pada 2 kecamatan :


a. Minggu ke 3 di desa Anggrek sebab telah terdapat lonjakan kasus pada 3
kurun waktu pada kecamatan tersebut.
b. Minggu ke 7 pada desa Melati

3) Berdasarkan adanya kasus berlebihan, penyelidikan kasus perlu di wilayah mana?


Jelaskan!
Jawaban:
Berdasarkan adanya kasus berlebihan, penyelidikan kasus perlu di Desa Melati
sebab kenaikan kasusnya 2 kali lipat dari bulan sebelumnya.
Jumlah Penderita per Bulan
Nama
No. Bulan I Tota Bulan II Total
Desa
M1 M2 M3 M4 l M5 M6 M7 M8
1. Cempaka 1 0 2 0 3 1 1 2 0 4
2. Melati 0 1 0 0 1 3 4 6 8 21
3. Sakura 7 6 4 3 20 2 2 1 1 6
4. Mawar 4 3 0 4 11 3 2 4 1 10
5. Anggrek 2 8 12 7 29 7 2 4 0 13
Total 14 18 18 24 16 11 17 10

ANGKA KREDIT PADA PENGAMATAN EPID BERDASARKAN KASUS DIATAS


KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
NOMOR : 17/KEP/M.PAN/11/2000

SUB BUTIR KEGIATAN SATUAN ANGKA PELAKSANA


UNSUR HASIL KREDIT
2 Melakukan
pengumpulan data :
a. Primer Laporan 0,072 Epid Kes. Pelaksana
b. Sekunder Laporan 0,048 Pelaksana Pemula
3 Melakukan
pengolahan data :
Melakukan a. Secara manual Laporan 0,06 Epid Kes Pelaksana
Pengamatan b. Dengan alat bantu Laporan 0,01 Pelaksana Lanjutan
Epidemiologi elektronik

2 Melakukan evaluasi
data secara :
a. Deskriptif Laporan 0,06 Epid Kes Pertama
b. Analitik Laporan 0,16 Epid Kes Muda

Tugas MI-2, Latihan 3


Diskusi Penyebaran Informasi (AK, 0,08)
Kasus untuk bahan diskusi 1
Berdasarkan data yang diterima dari Kab. Atas Angin, diperoleh informasi adanya kejadian
diare di Kecamatan A yang sangat tinggi, dimana jumlah kasus sampai minggu 12 adalah 2500
kasus, meninggal 30 kasus. Belum adanya pernyataan KLB diare dari Dinas Kesehatan setempat,
serta tindakan apa yang telah dilakukan. Saudara diminta untuk menyampaikan sebuah
informasi kepada pimpinan tentang kejadian tersebut, serta langkah-langkah yang harus
dilakukan pimpinan, tetapi banyak sekali program yang sedang ditangani pimpinan dalam
status penting dan mendesak, sementara anggaran tahun ini belum ada :

Pertanyaan:
1. Apa isi dan bentuk penyampaian informasi yang bisa disampaikan kepada pimpinan?
2. Apa cara terbaik agar informasi itu bisa sampai kepada pimpinan sebagai suatu pemasaran
informasi yang dapat dipahami dan dimanfaatkan untuk segera mengambil keputusan?
3. Kapan dan dimana informasi tersebut disampaikan kepada pimpinan ?
4. Bagaimana evaluasi dapat saudara lakukan ?

Jabawan:
1. Bentuk penyampaian informasi yang bisa dilakukan kepada pimpinan adalah dalam
bentuk Laporan Surveilans kepada Pimpinan.
Laporan Surveilans untuk Pimpinan
Kepada : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Atas Angin
Dari : Sarah, Unit Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Atas Angin
Perihal : Peningkatan Kasus Diare Di Kabupaten Atas Angin , pada bulan ini (Maret,
2021) dan Ancamannya Ke Kecamatan Lain di Kabupaten Timor Tengah
Selatan
Tanggal : 25 Maret 2021
Isi Laporan :

Berdasarkan Laporan dari Unit Surveilans Dinas Kesehatan Kab. Atas Angin, telah
terjadi berjangkit penyakit Diare di Kecamatan A, Kab. Atas Angin secara berturut-turut selama
12 minggu terakhir. Diare merupakan penyakit potensial KLB yang disertai dengan kematian.
Penyakit ini menjadi perhatian ahli penyakit menular dunia, terutama risiko terjadinya
penularan yang cepat dari manusia ke Diare. Oleh karena, surveilans diare telah dikembangkan
dengan cepat di Kabuoaten Atas Angin.
KLB diare di Kecamatan A, telah terjadi sejak minggu ke-10 (Bulan Maret 2021),
tepatnya tersebar di 5 Desa dengan jumlah penderita di Desa A sebanyak 420 orang meninggal
8 orang, di Desa B penderita 350 meninggal 7, Desa C penderita 295 meninggal 4, Desa D
penderita 297, meninggal 2, Desa E Penderita 358, meninggal 3, Desa F penderita 406
meninggal 4, Desa G penderita 369 meninggal 2. Selengkapnya dapat disampaikan dalam tabel
sebagai berikut :

Surveilans Penyakit Diare di Kecamatan A Kabupaten Atas Angin, Maret 2021


Desa Penderita Diare Meninggal
A 420 8
B 350 7
C 295 4
D 297 2
E 358 3
F 406 4
G 369 2
TOTAL 2500 30

Pengambilan specimen terhadap 200 orang yang tersebar di 7 Desa Kecamatan A


didapati bahwa 80% responden terdapat Bakteri E.Coli yang merupakan penyebab terjadinya
diare pada manusia.
Pada saat ini, minggu ke 13, 2021, KLB diare masih berlangsung di Kecamatan A dengan
jumlah kejadian semakin kecil. Surveilans ketat di Puskesmas dan juga Pustu dan Polindes yang
ada di 7 Desa ini terus dilakukan. Surveilans ketat masih akan terus dilakukan sampai KLB Diare
berakhir. Koordinasi dan kerjasama terus dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan A dengan
Puskesmas setempat dan juga Tenaga Kesehatan yang ada di Desa.
Memperhatikan hasil temuan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi KLB Diare karena Penyebaran Bakteri E.Coli yang telah menular pada masyarakat yang
tinggal di wilayah Kecamatan A. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : pertama, semakin
memperketat pelaksanaan surveilans epidemiologi diare, terutama kemungkinan
berkembangnya jenis bakteri pada tipe ganas dan penularan manusia ke manusia; kedua,
menegakkan prolmosi kesehatan agar masyarakat memahami bayaha penyakit diare; ketiga
tata laksanana penderita susuai standar dengan berkoordinasi dengan Gudang Farmasi untuk
memperbanyak stok Oralit dan zinc ke Kecamatan A karena oralit dan Zinc penting saat anak
banyak kehilangan cairan akibat diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita akan
membantu proses penyembuhan; keempat memperluas sistem kewaspadaan dini diare di
seluruh Kabupaten Atas Angin dan daerahdaerah lain yang berdekatan.
Bersama ini dilampirkan peta Kecamatan A dan Desa yang berjangkit KLB diare dan
hasil selengkapnya pemeriksaan spesimen pada masyarakat selama periode KLB unggas
berlangsung.
Terlampir Lampiran 1 dan Lampiran 2
Lampiran 1

Peta Kecamatan A dan Desa yang berjangkit KLB diare


Lampiran 2.
Hasil Pemeriksaan Spesimen Pada Masyarakat

2. Cara terbaik agar informasi itu bisa sampai kepada pimpinan sebagai suatu pemasaran
informasi yang dapat dipahami dan dimanfaatkan untuk segera mengambil keputusan
adalah dengan membangun komunikasi terus menerus, antara Unit surveilans, dengan
unit program dan penelitian, sehingga timbul pengertian yang sama. Komunikasi unit
surveilans dengan unit program dan penelitian juga dimanfaatkan untuk mengetahui
kebutuhan program dan penelitian yang dapat didukung oleh unit surveilans
epidemiologi.
3. Terdiri dari 2 bagian yaitu:
 Informasi disampaikan kepada pimpinan di ruangan pimpinan dan dilakukan saat
pimpinan sedang tidak sibuk agar penyampaian dapat dimengerti oleh pimpinan.
Penyampaian informasi disampaikan dalam waktu secepatnya minimal 1x24 jam
supaya pimpinan dapat melaporkan dan mengambil langkah-langkah penanganan
secepatnya agar tidak terjadi lagi kematian ataupun peningkatan kasus.
 Membangun komunikasi secara terus menerus antara surveilans dengan unit
program terkait sehingga timbul pengertian yang sama dan untuk mengetahui
kebutuhan program dan penelitian yang dapat didukung oleh unit surveilans
epidemiologi.
 Informasi disampaikan pada saat sudah adanya kelengkapan data dan sudah
siapnya rencana Surveilans KLB termasuk didalamnya SKD Diare, PE dan
Tatalaksana diare yang tepat.
4. Evaluasi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengamatan, wawancara,mendata
penderita secara tepat dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi secara sistematik
dan berkesinambungan agar dapat diketahui penyebab KLB Diare secara sepat dan
merekomendasikan cara yang tepat untuk pengendalian penanganan kasus diare.

Tugas MI-2, Latihan 3 (AK 0,08)


Kasus untuk bahan Diskusi 2
Saudara mempunyai data kesakitan bulanan dari Puskesmas dan Rumah Sakit menurut umur, jenis
kelamin, data kunjungan selama 5 tahun terakhir. Data tersebut menjadi salah satu yang akan
diinformasikan kepada semua Kepala Puskesmas dan Direktur Rumah Sakit secara teratur bulanan.

Diskusikan
1. Rumuskan sebuah tampilan hasil analisis dalam tabel, grafik atau peta yang dapat dimengerti dan
ditindaklanjuti oleh sasaran informasi!
2. Tetapkan cara atau metode penyabarluasan informasi tersebut!
3. Rumuskan cara-cara evaluasi penyebarluasan informasi tersebut!

Jawaban:
1. Tampilan Hasil Analisis yang dapat dimengerti dan ditindaklanjuti oleh sasaran informasi
bisa dalam berbagai bentuk misalnya:
Contoh;
 Tabel

2. Metode penyebarluasan informasi yang paling tepat adalah:


a. Identifikasi sasaran informasi
Sasaran informasi penting antara lain : penentukan kebijakan dalam program kesehatan,
profesional dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang kesehatan masyarakat,
organisasi kesehatan, media masa, masyarakat luas, sesuai dengan kebutuhan. Pada
saat sekarang, bidang luar kesehatan memerlukan informasi surveilans, baik dalam
kerangka kerjasama pertukaran informasi, maupun dalam rangka advokasi dan
rekomendasi, terutama semakin meningkatnya peran lintas sektor dalam
penanggulangan masalah kesehatan.

b. Pemilihan Media Informasi


Pemilihan media informasi Biasanya, informasi surveilans dibuat melalui pelaporan
surveilans. Kemajuan teknologi informasi memungkinkan penyampaian informasi lebih
cepat, lebih akurat dan dengan sasaran luas spesifik. Publikasi : Buletin Kesehatan
Masyarakat, Laporan Surveilans, Journal Kesehatan, Newletter Elektronik : situs
depkes.go.id; penyakitmenular.info; who.int; cdc.gov; dsb. Media : konferensi pers, dsb
Forum : rapat, pertemuan, konferensi dsb. Menyampaikan tabel, grafik atau peta, baik
laporan khusus, ataupun laporan tahunan dalam sebuah buku data surveilans
epidemiologi. Pada cara ini diharapkan, orang atau unit yang menerima data surveilans
epidemiologi melakukan analisis lebih lanjut sesuai dengan kebutuhannya.
Media informasi yang paling tepat dilakukan adalah dengan menggunakan media
persentase menggunakan PPT.

c. Cara –cara evaluasi bisa dilakukan dengan cara pengolahan data LB 1 baik di tingkat
Puskesmas maupun di Rumah sakit secra berkala dan tepat waktu. BAgannya dapat
dilihat seperti di bawh ini:

Anda mungkin juga menyukai