Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

PADA CERPEN BERJUDUL “TOMBOY GIRL”


KARYA JONEA CHRISTIE

Fida Ainu Zulfa


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung
Email: fidaainuzulfa4@gmail.com

ABSTRAK
Cerpen anak merupakan hasil imajinasi anak yang dituangkan dalam bentuk cerita
singkat yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Cerita anak adalah salah satu karya sastra yang
menarik untuk dikaji. Hal ini dilatarbelakangi oleh pola pikir anak yang sederhana, namun
memiliki makna yang dalam jika dianalisis dengan baik. Salah satu cara yang dapat digunakan
adalah menganalisis karya sastra menggunakan pendekatan Semiotika. Semiotika merupakan
ilmu yang fokus kajiannya terhadap tanda yang bermakna. Salah satu tokoh yang berpengaruh
dalam pengembangan Semiotika adalah Roland Barthes yang mengembangkan teori penanda-
petanda milik Ferdinand de Saussure, konsep denotatif-konotatif, dan analisis mitos. Karya sastra
dalam kajian semiotika menitik beratkan pada sistem tanda-tanda atau kumpulan tanda-tanda.
Sebuah karya sastra dapat menyajikan tanda-tanda yang dapat dilihat dari pemakaian bahasa
yang digunakan. Tanda-tanda yang ada pada karya sastra harus diungkap untuk mengetahui
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Menggunakan teori Barthes, penulis meneliti
cerpen anak berjudul “The School Of Stars” karya Nurul Pertiwi yang berusia 15 tahun dan terbit
pada tahun 2012 di Bandung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
bertumpu pada metode studi pustaka untuk teknik pengumpulan data.

Kata Kunci: cerpen anak; semiotika; teori Barthes;


PENDAHULUAN
Semiotika, secara etimologis, berasal dari kata dasar yaitu “semeion” yang artinya tanda.
Tanda dalam semiotika merupakan bentuk dari konvensi sosial yang sebelumnya sudah
terbangun dan disepakati dan menjadi perwakilan atas sebuah hal yang lain. Pada awalnya, tanda
dimaknai sebagai penunjuk untuk hal lainnya. Pemaknaan tanda-tanda ini pun sangat beragam.
Semiotika berasal dari teori Ferdinand de Saussure tentang bahasa. Dalam Semiotika, bahasa
dianggap sebagai tanda atau kode yang dibuat untuk menjadi alat penyampai atau medium
sebuah ide, keinginan, atau perasaan. Roland Barthes merupakan salah satu tokoh Semiotika
yang berpengaruh karena ide-idenya. Ia mengembangkan pemikiran Saussure untuk
menganalisis tanda yang ditemukan dalam teks visual.

Analisis teks (textual analysis) merupakan salah satu cabang yang terdapat dalam
semiotika teks. Analisis teks, secara khas mengkaji bagaimana sebuah teks digambarkan sebagai
sebuah „produk penggunaan bahasa‟ yang berupa antologi tanda-tanda, terlebih yang
menyangkut sistem tanda (sintaktik/paradigmatik), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), relasi
antartanda (metafora/metonim), muatan mitos, dan ideologi di baliknya.

Dalam semiotika, terdapat salah satu tokoh semiotika yaitu Roland Barthes. Roland
Barthes merupakan penerus akan pemikiran yang dikemukakan oleh Saussure. Hal tersebut dapat
dibuktikan dari teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa
menurut de Saussure (Haryono & Dedi, 2017). Teori Saussure yang mengatakan semiotika dibagi
menjadi dua bagian penanda (signifier) dan petanda (signified). Roland Barthes lalu melanjutkan
dengan mengembangkan teori tersebut yang dikenal denotasi, konotasi dan mitos.

Cerita pendek merupakan salah satu jenis prosa baru yang menceritakan suatu kisah
dalam kehidupan pelakunya (Kerti, 2020). Cerpen menjadi salah satu karya fiksi yang masih
eksis di dunia sastra sampai saat ini. Perkembangannya menjadi lebih modern dengan variasi dan
inovasi yang beragam. Dalam cerpen ada unsur-unsur yang membangun cerita seperti alur,
penokohan, latar, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut memiliki nilai dan makna apabila ditelusuri
lebih lanjut. Untuk analisis lebih dalam, dibutuhkan ilmu yang mampu menjadi alat menafsirkan
atau menginterpretasikan karya sastra karena karya sastra berisi makna di balik bahasa dan alur
yang digunakannya. Salah satu ilmu yang mengkaji makna dan tanda.Tanda merupakan bagian
dari kehidupan sosial karena telah melalui proses permufakatan, tanda menjadi memiliki makna
dan nilai sosial. Menurut Saussure, “tanda” merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari
dua bidang, yaitu bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan “bentuk” atau “ekspresi” dan
bidang petanda (signified), untuk menjelaskan “konsep” atau “makna”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati (Rukajat, 2018). Metode penelitian kualitatif tentunya berdasar
pada fakta yang dikaji secara empiris dan tentunya dengan digunakan untuk
memahami fenomena yang terjadi pada subjek yang diteliti.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan dan menyusun data, menganalisa, dan
menginterpretasi data tentang pelaksanaan dan faktor penghambatnya serta meramalkan tentang
hasil penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Studi pustaka ini
digunakan untuk memperoleh informasi yang bersifat teoritis dengan mencari informasi tertulis
dan sistematis dari cerpen anak yang berjudul “Tomboy Girl” karya Jonea Christie yang berusia
12 tahun.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Pendekatan
semiotik merupakan pendekatan yang tidak sejalan dengan pandangan yang menyebutkan bahwa
semua elemen yang ada dalam karya sastra merupakan lambang-lambang atau kode-kode yang
memiliki arti/makna tertentu. Arti/makna tertentu yang dimaksud di sini berhubungan dengan
sistem masyarakat. Pengertian yang diyakini tidak akan pernah terlepas dalam ranah menganalisis
dengan menggunakan pendekatan semiotik. Semiotika juga dapat dirupakan sebagai pendekatan
dalam melakukan analisis karya sastra. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah karya sastra dapat
menampilkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari penggunaan bahasanya. Analisis data yang
digunakan adalah semiotika Roland Barthes, teori Roland Barthes ini berfokus pada gagasan
mengenai signifikansi, yaitu denotasi, konotasi, dan mitos.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Denotatif dan Konotatif dalam Cerpen
Analisis ini berkaitan dengan pemaknaan cerpen, bertujuan untuk mencari makna asli (denotatif)
dan makna tambahan (konotatif) yang terkandung dalam cerita. Berikut disajikan data analisis
dalam bentuk tabel.

Narasi Denotatif Konotatif


Aku dipaksa lagi untuk Menunjukkan Rambutnya dipaksa digulung
memakai gaun hijau zamrud keterpaksaannya membuat si seperti kakaknya dan ibunya,
semata kaki, dengan ujung “Aku” kesal karena telah pemaksaan ini terjadi karena si
renda merumbai dan lengan menurut memakai gaun serta “Aku” tidak ingin
sesiku. Rambutku dipaksa tatanan rambut yang sama berpenampilan feminim.
digulung seperti Kak Virgina dengan kakak dan ibunya.
dan Mom. Huh, menyebalkan!
aku hanya pasrah dan Menunjukkan Aku yang Begini, begitu, di sana, di sini
menurut. Tapi, aku akan menurut dan pasrah namun belum tentu apa perintahnya
memberontak pada saat Mom akan memberontak saat di
mendidikku menjadi putri nan didik seperti putri bangsawan
anggun atau bangsawan sejati. sejati. Ia tidak suka hal ribet.
Harus begini, begitu, di sana,
di sini… pokoknya, banyak
banget
“Baiklah! Terserah untuk Menunjukkan Mom sebagai Mom bersikeras untuk
malam ini. Tetapi mom akan ibunya terus berusaha membuat anaknya berubah
terus membuatmu menjadi membuat putrinya menjadi menjadi feminim.
seorang putri yang anggun.” putri yang anggun
Mom dan dad hanya terpaku. Menunjukkan ia pergi Terpaku dalam cerpen dimana
Kemudian aku menerobos meninggalkan Mom dan Mom dan Dad selaku orang
mereka dan pergi dengan mata Dadnya. tua terdiam/terkejut. Mata
berkaca-kaca berkaca-kaca yaitu menangis.
Kriiing….kriiing….. Si Aku tidak mengetahui siapa Kriiing….Kriinggg….
HP-ku berbunyi. Segera saja yang menelepon pada dimaknai dengan bunyi HP
kuangkat. Dari sebuah nomor ponselnya. Ia memilih untuk milik Giselle, ia coba
yang tidak kukenal. Aku tidak mengangkat untuk mengetahui mengangkatnya bukan berarti
tahu itu dari siapa. Aku coba mengangkat HP tetapi
saja mengangkatnya. mengangkat = menerima
telepon masuk tersebut.
Angin bertiup kencang sekali, Menunjukkan udara dingin Giselle mendapati dirinya
diikuti rintik-rintik hujan yang karena gerimis mulai menjadi tetap di desa, ia berharap
semakin keras terdengar. hujan. Giselle membuka ketika ia terbangun ia sudah
Giselle menyingkap selimutnya dan mendapati kembali ke rumahnya.
selimutnya dan tetap dirinya tidak kemana-mana
mendapati dirinya di desa dan tetap di desa
“Petok….!” ayam itu Giselle yang hendak dipatuk Bunyi Petok pada ayam yang
berkokok nyaring. Dia seperti ayam memilih menjauh berkokok nyaring tanda tidak
hendak mematuk lengan menyukai kehadiran Giselle
Giselle. Giselle menjauh, pun menjadi penyebab Giselle
semua ayam hampir mematuk- hendak dipatuk.
matuk.
Aku sangat bangga pada Giselle bangga pada Giselle menyadari dia mulai
diriku sekarang ini. Aku mulai pencapaiannua mulai suka suka hal-hal berbau feminim,
suka memakai gaun ataupun memakai gaun maupun rok tapi ia tidak membenci kaus
rok, tanpa membenci kaus dan ataupun celana.
celana.

Pada analisis di atas, beberapa makna denotatif dan makna konotatif saling melengkapi dan
memiliki relasi satu sama lain. Kedua makna tersebut saling menjiwai satu sama lain, sehingga
teks-teks yang dikutip memiliki makna yang mengibaratkan dua pandangan yang kompleks.
Analisis Mitos dalam Cerpen
Narasi Mitos yang ditunjukkan Makna
“Yaaa… kamu tahu, seperti Mitos yang ditunjukkan Makna dari mitos ini, orang
adalah karena acara itu Giselle tua Giselle terus berusaha
biasa aku di paksa. aku juga
dipaksa terus untuk berubah untuk mengubah nya menjadi
tidak boleh main tenia nanti menjadi girly dan bangsawan feminim dengan menghadiri
sejati, orang tua Giselle tidak acara-acara dan memaksanya
sore, gara-gara acara itu juga!
setuju dengan pilihannya menggunakan gaun dan
aku benar-benar kesal karena untuk menjadi anak tomboi. berpenampilan seperti seorang
putri yang anggun.
di godok mom untuk menjadi
girly, semacam bangsawan
sejati.” Aku berapi-api
“Dan… merek tidak
menyetujuiku menjadi
tomboi!”

Mitos hadir dalam sebuah cerita agar dapat menghidupkan suasana serta dapat terselip tradisi
yang dipercaya oleh masyarakat untuk menambah kesan pengetahuan. Selain itu, mitos juga
dapat memberi pemahaman lain terkait dengan apa yang biasa kita percaya.
SIMPULAN
Kecil-kecil Punya Karya atau yang biasa disingkat KKPK merupakan bentuk penuangan ide
sehingga menghasilkan karya yang dapat meningkatkan kreativitas anak dalam menulis. KKPK
bukan hanya sekadar cerita biasa, namun di dalamnya terdapat beberapa pesan moral dan nilai
kehidupan yang menyertainya. KKPK dengan judul “Tomboi Girl” karya Jonea Christie
menceritakan seorang anak perempuan tomboi bernama Giselee yang memiliki garis keturunan
bangsawan. Karena statusnya sebagai bangsawan, orang tua Giselle tidak menyukai penampilan
serta berupaya untuk mengubah anaknya. Ibu Giselle terus memaksa Giselle memakai pakaian
bak putri anggun dan bangsawan sejati serta mengancam tidak mengizinkan Giselle bermain
semua kegiatan Olahraga yang menjadi hobby nya.

Sampai pada libur sekolah, Giselle dikirimkan untuk berlibur di rumah neneknya di desa
bersama sepupu-sepupunya yang lain mengurus peternakan. Harapan orang tua Giselle adalah
anaknya dapat berubah. Kehidupan di desa rupanya memberikan Giselle banyak belajar dan
mulai menyukai hal-hal berbau fashion feminim. Akhirnya Giselle pulang kembali ke kota
dengan perombakan tomboy girl menjadi feminim girl.

Dada semiotika Roland Barthes kita akan menjumpai istilah signifier (penanda) dan signified
(pertanda) yang dikembangkan menjadi teori mengenai metabahasa yang terdiri atas dua sistem
signifikasi yaitu makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi merupakan makna yang sebenar-
benarnya (nyata) yang telah disepakati bersama secara sosial, rujukannya pun tertuju pada
realitas sosial sedangkan makna konotasi sifatnya terbuka yang berlandaskan pada penafsiran-
penafsiran baru.
DAFTAR PUSTAKA

Jonea, C (2013), “Tomboy Girl”. PT. Mizan Pustaka

Rahayu, T, P (2022). Kode Pembacaan Roland Barthes dalam Cerpen Kegelapan karya Intan
Paramadhita: Kajian Semiotika. Jurnal Online FONEMA, UIN Sunan Ampel Surabaya

Yelly, P. (2019), Analisis Makhluk Superior Naga dalam Legenda Danau Kembar (Kajian
Semiotika Roland Barthes: Dua Pertandaan dan Mitos). Jurnal Serunai Bahasa, Binjai.
LAMPIRAN

Gambar, 1. Sampul Buku

Gambar, 2. Identitas Buku

Anda mungkin juga menyukai