2.
3.
Nalar Bayani Nalar Burhani Nalar Irfani
A. Definisi Ijtihad
Kata “Ijtihad” berasal dari Bahasa Arab yaitu “Ijtihada-Yajtahidu -Ijtihadan” yang
berari memobilisasi semua keterampilan untuk menanggung beban. Dengan kata
lain, ijtihad dilakukan ketika ada pekerjaan yang sulit dilakukan.
Secara linguistik, pengertian ijtihad adalah mencurahkan pikiran dengan serius atau
bersungguh-sungguh. Sementara menurut istilah, arti ijtihad adalah proses
pembentukan hukum syariah dengan mencurahkan semua pikiran dan energi dengan
serius atau bersungguh-sungguh.
Dalam islam , Ijtihad adalah sumber ketiga hukum setelah Al-Qur’an dan Hadist.
Fungsi utama dari Ijtihad adalah untuk menetapkan hukum yang tidak dibahas dalam
Al-Qur’an dan Hadist. Orang yang melakukan Ijtihad disebut Mujtahid, dimana
orang tersebut adalah ahli dalam Al-Qur’an dan Hadist.
B. Fungsi Ijtihad
Menetapkan hukum yang sebelumnya tidak diatur secara rinci dalam Al-
Qur’an da Hadist.
Menyelesaikan persoalan persoalan baru di masyarakat.
Menyesuaikan hukum dengan perubahan zaman.
Sebagai sumber hukum islam ketiga setelah Al-Qur’an dan Hadist.
C. Manfaat Ijtihad
E. Macam-Macam Ijtihad
Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama
islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist dalam suatu perkara. Hasil dari
kesepakatan para ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat
islam.
Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum
pernah ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat,sebab,bahaya)
dengan masalah lain ditetapkan hukum yang sama.
Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada
pertimbangan manfaat dan kegunaanya.
Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh
atau haram demi kepentingan umat.
Istishab adalah suatu pendapatan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan
tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.
Urf adalah penetapan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu
masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum
lainya karena adanya daliil syara’ yang mengharuskanya.
F. Hukum Ijtihad
Wajib ‘Ain, bagi seseorang yang ditanya tentang suatu peristiwa yang hilang
sebelumnya diketahui hukumya. Begitu pula apabila peristiwa tersebut dialami
sendiri oleh seseorang dan ia ingin mengetahui hukumnya.
Wajib Kifayah, bagi seseorang yang ditanya tentang suatu peristiwa yang
hilang sementara masih ada mujtahid lain selain dirinya.
Sunnah, Ijtihad terhadap suatu peristiwa yang belum terjadi, baik ditanya
maupun tidak.
Haram, Ijtihad haram pada perkara yang telah ditunjukan oleh nash atau yang
telah ditetapkan oleh ijma’ sahabat. Oleh karena itu, tidak boleh berijtihad
didalam masalah-masalah itu seperti di dalam masalah akidah dan ibadah yang
telah dinashkan dan disepakati oleh umat.
G. Contoh Ijtihad
Pendekatan Agama
Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk bagi manusia sejak abad 14 yang lalu telah
memperingatkan akan terjadinya kerusakan di bumi ini.
Manusia dipilih oleh Allah swt. sebagai khalifah di bumi. Secara bahasa kata khalifah
berarti wakil Nabi Muhammad, kepala negara Islam, dan juga penguasa atau
pengelola.Menurut Ibn Faris, setiap kata yang tersusun dari kha, lam, dan fa, memiliki
tiga makna asal yaitu: 1) sesuatu yang datang setelah sesuatu yang lain kemudian ia
menempati tempat pendahulunya itu, 2) lawan dari di depan, atau 3)
perubahan.Sementara menurut Raghib Asfahani, kata ini bermakna menggantikan
seseorang, bisa jadi digantikan karena ia berhalangan hadir, karena ia meninggal,
karena sakit, atau karena memuliakan yang digantikan. Untuk arti terakhir inilah
Allah menjadikan manusia di muka bumi. Kata khalifah jamaknya adalah khalaif,
sementara kata khalifun jamaknya khulafa‟
Dalam Al-Qur’an kata khalifah disebutkan sebanyak Sembilan kali, dua kali dalam
bentuk mufrad dan tujuh kali dalam bentuk jamak. Kata ini digunakan dalam Al-
Qur’an sebagai penjelasan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi.
Salah satu hasil bumi atau sumber daya alam yang dapat dikelola oleh manusia adalah
hasil perkebunan. Allah menyebutkan banyak sekali bentuk pohon dan buah yang
dapat diolah manusia untuk kepentingannya, baik untuk kepentingan pribadi seperti
dimakan atau diperah sarinya untuk minuman, maupun untuk kepentingan ekonomis
seperti dijual buahnya maupun hasil olahanya Manusia dapat memaksimalkan potensi
sumber daya laut dan sumber daya daratan untuk berbagai keperluan. Akan tetapi,
pengelolaan sumber daya alam ini harus diperhatikan dengan baik dan cermat
sehingga tidak merusak ekosistem yang berakibat pada kacaunya tatanan
keseimbangan alam.
Sejarah eksploitasi alam secara besar-besaran pernah terjadi pada kasus revolusi
industri abad ke-19 yang melanda sebagian besar wilayah benua eropa sampai ke
amerika. Revolusi ini melahirkan mesin-mesin industri yang baru serta dibukanya
lahan-lahan pertanian dan juga berkurangnya sebagian besar lahan gambut. Satu abad
berikutnya, efek negatif dari tindakan revolusi industri yang eksploitatif ini mulai
terasa dengan bertambahnya perbendaharaan kata “environmental crisis” atau polusi
yang menyebabkan terjadinya krisis lingkungan hidup.
Endang Sulistyowati menegaskan bahwa tindakan eksploitasi alam ini dapat terjadi
pada empat bentuk sumber daya alam yaitu: Sumber daya hutan, lahan, mineral dan
air. Pengelolaan yang salah terhadap keempat sumber daya tersebut dapat
menimbulkan kerusakan pada tatanan ekosistem. Sebagai contoh adalah pembukaan
kawasan hutan untuk pemukiman yang menyebabkan terjadinya pengurangan fungsi
hutan sebagai reservoir (cadangan air tanah), hal ini akan menyebabkan terjadinya
peningkatan air permukaan yang meningkatkan angka erosi dan efeknya yang lebih
terasa adalah kualitas air sungai menjadi menurun.38 Adanya kesalahan manusia
dalam memanfaatkan sumber daya alam di atas tidak menjadi larangan bagi manusia
untuk mengelola alam secara mutlak.