Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH

HUKUM-HUKUM FIQIH

Dosen Pembimbing :
Kasmidin, Lc. M.Ag

Disusun Oleh :
1. Edwin Albert (12220215016)
2. Mairiza Lutfi (12220221969)
3. Sri Rahayu Sagala (12220224866)

Kelompok 2

HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) A


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah yang telah memberikan


banyak nikmat kepada kita semua, baik berupa Nikmat Iman, Nikmat Islam,
Nikmat Sehat Rohani dan Jasmani, sehingga kami dapat membuat dan membahas
makalah kami yang berjudul “HUKUM-HUKUM FIQIH”. Dengan adanya
nikmat tersebut, sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami
sampai selesai.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan
juga penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kasmidin, Lc. M.Ag
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fiqih.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Pekanbaru, 5 Maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Defenisi Hukum-hukum Fiqih....................................................................2
2.2 Pembagian Hukum dalam Ilmu Fiqih.........................................................2
2.3 Urgensi Mempelajari Hukum-hukum Fiqih...............................................5
BAB III....................................................................................................................7
PENUTUPAN..........................................................................................................7
Kesimpulan.......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hukum fiqih ialah suatu pengetahuan yang mengetahui wahyu Allah yakni
Al-qur'an juga mengetahui Sabda rosul yakni As-sunnah yang ditalarkan dengan
akal dan metode tertentu sehingga pengetahuan ilmu fiqih dapat di diketahui
dengan dalil-dalil yang rinci. 

Hukum fiqih itu sendiri ialah hukum yang berkaitan dengan hukum syara'
yang berupa (wajib, sunnah, makruh, halal, haram, dan mubah). Para ulama' dan
tabi'in juga menyampaikan semua pesan-pesan nabi dengan suatu pemahaman
yang telah di sepakati dalam bentuk "sabda". Oleh karena itu masayarakat dapat
memahami hukum-hukum yang sudah di bukukan dalam karya terbesar mereka
berupa"fiqih".

1.2 Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang diatas, maka timbul beberapa permasalahan yang
akan dibahas. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apa itu Hukum-hukum Fiqih ?

2. Apa saja Pembagian Hukum dalam Ilmu Fiqih ?

3. Apa Urgensi mempelajari Hukum-hukum Fiqih ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Hukum-hukum Fiqih

2. Mengetahui Pembagian Hukum dalam Ilmu Fiqih

3. Mengetahui Urgensi mempelajari Hukum-hukum Fiqih

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Hukum-hukum Fiqih

Secara bahasa, hukum adalah menetapkan sesuatu atas sesuatu (Itsbatus


syai’ ala syai). Sementara, secara istilah, hukum adalah :

‫خطاب هلال ادلتعلق أب فعال ادلكلفني اقتضاء اوختيريا او وضعا‬.


Artinya: "Firman Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang dewasa dan
berakal sehat, baik bersifat tuntutan (mengerjakan atau meninggalkan), memberi
pemilihan atau bersifat wadl’i (sebab, syarat, dan penghalang)".

Khithab Allah dalam definisi tersebut adalah semua bentuk dalil, baik Al-Quran,
As-Sunah maupun yang lainnya, seperti ijma’ dan qiyas.

Hukum menurut ulama Ushul Fiqih adalah Perintah Allah yang berkenaan
dengan perbuatan orang mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan maupun larangan.
Sedang hukum menurut ulama Fiqh adalah efek yang dikehendaki oleh Perintah
Allah dari perbuatan manusia, seperti wajib, haram dan mubah.

Hukum fiqih itu sendiri ialah hukum yang berkaitan dengan hukum syara'
yang berupa (wajib, sunnah, makruh, halal, haram, dan mubah). Para ulama' dan
tabi'in juga menyampaikan semua pesan-pesan Nabi dengan suatu pemahaman
yang telah di sepakati dalam bentuk "sabda". Oleh karena itu masayarakat dapat
memahami hukum-hukum yang sudah di bukukan dalam karya terbesar mereka
berupa"fiqih".1

2.2 Pembagian Hukum dalam Ilmu Fiqih

Bagi para ulama Ushul, hukum itu terbagi dalam dua bagian, yaitu hukum
taklifi dan hukum wadh 'i.

1
Hukum Fqih dan Pembagiannya, https://www.kompasiana.com/ ,(diakses 6 Maret 2023)
Hukum taklifi adalah Hukum yang berkaitan dengan perkara wajib atau
fardhu, Mandhub atau Sunnah atau Mushtahab, Ibaha’ dan Mubah, Karaha’ atau
makruh, Haram.

Hukum wadh'i adalah salah satu jenis hukum syariat Islam menurut ulama
ushul fikih, selain juga hukum taklifi. Sederhananya, hukum wadh'i merupakan
hukum kondisional yang menyertai hukum taklifi. hukum wadh'i terdiri dari 5
macam, yaitu sebab, syarat, penghalang (mani'), azimah dan rukhsah, serta sah,
batal, dan fasad.

Dalam Fiqih, para ulama mengkategorikan hukum perbuatan manusia


(mukallaf) atau hukum Taklifi kepada lima kategori yaitu :

1. Wajib atau Fardhu artinya segala sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat
pahala, dan apabila ditinggalkan akan mengakibatkan dosa.

Misalnya: Kita diwajibkan sholat lima waktu, apabila kita melakukannya kita
mendapatkan pahala dan apabila kita meninggalkannya maka kita akan berdosa.

2. Mandhub atau Sunnah atau Mushtahab adalah segala sesuatu yang apabila
dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berimplikasi
dosa.

Misalnya : Kita dianjurkan untuk sholat sunnah "qobliyah ba'diyah" namun kita
tidak dipaksakan untuk melakukannya melainkan hanya anjuran, apabila
melakukannya kita mendapat pahala, dan apabila kita meninggalkannya kita tidak
berdosa. 

3. Ibaha’ dan Mubah berarti perbuatan yang tidak mendatangkan pahala apabila
dilakukan dan tidak berdosa apabila melakukannya.

Misalnya : Makan, minum, berpakaian, berburu

4. Karaha’ atau makruh adalah suatu perkara yang jika dilakukan tidak akan
mendapat dosa, namun jika ditinggalkan akan mendapat pahala.
Misalnya : Berkumur-kumur atau memasukkan air ke hidung secara berlebihan
saat puasa. Hal ini dikhawatirkan air tersebut tertelan sehingga dapat
membatalkan puasa.

5. Haram adalah sesuatu yang diberi pahala orang yang meninggalkannya dan
diberi dosa orang yang melakukannya.2

Misalnya : Seorang Muslim diharamkan makan makanan dan minum minuman


yang haram seperti daging babi, dan arak.

Dalam membahas setiap hukum dalam ilmu Fiqih, selalu ada hukum
kondisional yang menyertai hukum taklifi atau yang dikenal dengan hukum
wadh’I sebagaimana berikut :

1. Sabab atau sebab yaitu sesuatu yang keberadaannya dijadikan sebagai pertanda
keberadaan suatu hukum bagi sesuatu.

Misalnya : Sebab wajibnya sholat adalah masuknya waktu sholat, seperti fajar
atau terbenamnya Matahari menjadi sebab wajib sholat Subuh dan Maghrib.

2. Syarat yaitu sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syara’ dan ia
berada diluar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya mengakibatkan tiadanya
hukum.

Misalnya : Syarat sahnya sholat terdiri dari baligh, berakal, suci dari hadas kecil
maupun besar dll.

3. Mani’ (penghalang) adalah apabila seseorang dibebankan perkara syariat,


namun karena adanya penghalang, maka perkara itu menjadi batal.

Misalnya : Seorang anak berhak memperoleh warisan, namun apabila ia murtad,


warisan itu tidak boleh ia terima. Murtad adalah penghalang dari hak warisannya
dalam ketentuan Islam.

4. Azima dan Rukhshah. Azima adalah hukum umum yang disyariatkan secara
mendasar untuk menjadi aturan umum bagi setiap mukallaf (pihak yang dibebani
hukum syariat) di semua kondisi. Rukhshah adalah keringanan meninggalkan
kewajiban karena ada uzhur atau halangan.
2
Dr. Hafshah, MA, Pembelajaran Fiqih, Citapustaka Media Perintis, (Bandung : 2016), hlm 5
Misalnya : Sholat Zhuhur empat rakaat adalah Azimah. Namun, saat seseorang
dalam perjalanan dengan waktu tempuh minimal tiga hari, maka ia boleh meng-
qashr (memangkas) sholat Zhuhurnya menjadi dua rakaat saja, sebagai bentuk
Rukhshah.

5. Sah, batal dan fasad. Sah artinya terlakasananya perbuatan sejalan dengan
aturannya, memenuhi syarat dan rukunnya. Batal dan fasad artinya perbuatan
yang dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, atau
tidak memenuhi syarat dan rukunnya.

Misalnya : Dikatakan sahnya sholat apabila kita memenuhi syarat sahnya sholat
yang didalamnya terpenuhi antara sebab, syarat, dan tidak penghalang. Kemudian
batalnya sholat disebabkan karena adanya kentut dll.

2.3 Urgensi Mempelajari Hukum-hukum Fiqih

Ilmu  Fiqih sangat penting sekali bagi setiap Muslim. Sebab untuk hal-hal
yang wajib dilakukan, hukumnya pun wajib untuk mempelajarinya. Misalnya kita
tahu bahwa shalat lima waktu itu hukumnya wajib. Maka belajar fiqih shalat itu
pun hukumnya wajib juga. Sebab tanpa ilmu fiqih, seseorang tidak mungkin
menjalankan shalat dengan benar sebagaimana perintah Allah SWT dan
Rasulullah SAW. 3

 Agar amal ibadah kita sah dan diterima di sisi Allah Subhanahu wa


Ta’ala, kita semua diwajibkan untuk mempelajari segala sesuatu yang dengannya
agama kita dapat berdiri tegak, kita wajib mempelajari hukum-hukum shalat,
hukum-hukum puasa, hukum-hukum zakat, dan hukum-hukum haji. Semua itu
telah terangkum di dalam kitab-kitab fikih para ulamaRahimahumullah.
Semua hukum-hukum ibadah dan hukum-hukum muamalah sangat perlu
kita pelajari, dan itu telah Allah Ta’ala mudahkan jalannya selama tekat dan
keinginan kita benar.4

3
Fungsi / Kegunaan Ilmu Fiqih, https://an-nur.ac.id/fungsi-kegunaan-ilmu-fiqih/ , (diakses 6
Maret 2023)
4
Urgensi Belajar Fiqih, https://pesantrenalirsyad.org/urgensi-belajar-fikih/, (diakses 6 Maret
2023)
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

a. Hukum fiqih itu sendiri ialah hukum yang berkaitan dengan hukum syara' yang
berupa (wajib, sunnah, makruh, halal, haram, dan mubah). Para ulama' dan tabi'in
juga menyampaikan semua pesan-pesan Nabi dengan suatu pemahaman yang
telah di sepakati dalam bentuk "sabda". Oleh karena itu masayarakat dapat
memahami hukum-hukum yang sudah di bukukan dalam karya terbesar mereka
berupa"fiqih".

b. Hukum-hukum Fiqih terdiri Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, dan Haram.


Dengan unsur-unsurnya Dalil, Sabab atau Sebab, Syarat, Rukun, Azimah dan
Rukhshah, Sah, Batal dan Fasad.

c. Ilmu  Fiqih sangat penting sekali bagi setiap Muslim. Sebab untuk hal-hal yang
wajib dilakukan, hukumnya pun wajib untuk mempelajarinya. Misalnya kita tahu
bahwa shalat lima waktu itu hukumnya wajib. Maka belajar fiqih shalat itu pun
hukumnya wajib juga. Sebab tanpa ilmu fiqih, seseorang tidak mungkin
menjalankan shalat dengan benar sebagaimana perintah Allah SWT dan
Rasulullah SAW.

DAFTAR PUSTAKA

Hukum Fqih dan Pembagiannya, https://www.kompasiana.com/ ,(diakses 6 Maret


2023)
Dr. Hafshah, MA, Pembelajaran Fiqih, Citapustaka Media Perintis, (Bandung :
2016)
Fungsi / Kegunaan Ilmu Fiqih, https://an-nur.ac.id/fungsi-kegunaan-ilmu-fiqih/ ,
(diakses 6 Maret 2023)
Urgensi Belajar Fiqih, https://pesantrenalirsyad.org/urgensi-belajar-fikih/,
(diakses 6 Maret 2023)

Anda mungkin juga menyukai