Anda di halaman 1dari 20

PENGUKURAN PERPINDAHAN

Perpindahan adalah panjang lintasan yang ditempuh benda beserta dengan arah geraknya,
perpindahjan dirumuskan dengan posisi akhir - posisi mula-mula. Pada kehidupan sehari-hari
manusia sering berhadapan dengan persoalan-persoalan pengukuran perpindahan, kecepatan,
dan percepatan.persoalan - persoalan ini dapat berkisar dari pengukuran sederhana dimensi
bagian - bagian mesin stasioner sampai pengukuran yang komplek. Perpindahan bisa bersifat
linear atau sudut.dapat pula dikategorikan menjadi sipat atau dinamis. Dalam pengukuran statis
parameter relatife tetap terhadap waktu dan dapat dievaluasi secara langsung. Dalam pengukuran
dinamis, kecepatan atau percepatan sering merupakan parameter pengukuran yang dapat
diintegrasikan untuk memperoleh jarak perpindahan. Sebagai contoh perhatikan satu gerakan
harmonis. Hubungan lagsung dalam perpindahan ini adalah

1. Gerak
Sebuah benda dikatakan bergerak jika letak atau posisinya terhadap suatu acuan tertentu
berubah. Jadi, gerak melibatkan adanya perpindahan benda dari suatu tempat ke tempat lain.
Untuk melukiskan suatu gerak dibutuhkan suatu sistem koordinat dengan titik pusat yang tetap.
Perhatikan ilustrasi di bawah.

Besaran x menyatakan posisi benda relatif terhadap titik tetap yang dipilih sebagai titik acuan
atau titik pusat koordinat. Pada titik pusat koordinat nilai x=0. Untuk perjanjian, jika benda
berada di sebelah kanan titik pusat koordinat maka nilai x nya positif, sebaliknya jika benda
berada di sebelah kiri titik pusat koordinat nilai x nya negatif. Dalam sistem MKS atau Sistem
Internasional (SI) besaran x memiliki satuan meter. Jika posisi awal benda dinyatakan dengan
xawal dan posisi akhir benda xakhir, maka kita definisikan

perpindahan = Δ x = xakhir - xawal


1
contoh yang dapat menggambarkan persamaan diatas dapat dilihat pada simulasi mobil yang
bergerak pada suatu titik menuju titik lain yang dapat dilihat dibawah ini :

Macam gerak juga dibedakan dalam beberapa kategori yaitu :


a. Gerak lurus beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengankecepatan tetap. Untuk lebih memahaminya, perhatikan grafik berikut :

Grafik di atas menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh (t) suatu
benda yang bergerak lurus. Untuk menghitung jarak yang ditempuh oleh benda dengan cara
menghitung luas daerah di bawah kurva bila diketahui grafik (v - t), seperti pada gambar
dibawah ini :

2
Jarak yang ditempuh = luas daerah yang diarsir pada grafik v – t

b. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)

Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu ke waktu kecepatan
benda berubah, semakin lama semakin cepat. Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun
demikian, GLBB juga dapat berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah,
semakin lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap.
Pada kali ini tidak menggunakan istilah perlambatan untuk gerak benda diperlambat, tetapi tetap
saja menamakannya percepatan, hanya saja nilainya negatif. Jadi perlambatan sama dengan
percepatan negatif.
Contoh sehari-hari GLBB dipercepat adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari
ketinggian tertentu di atas. Semakin lama benda bergerak semakin cepat. Kini, perhatikanlah
gambar di bawah yang menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu (t) sebuah benda
yang bergerak lurus berubah beraturan dipercepat.

3
Dengan besar percepatan benda

Dimana :
V1 = V0
V2 = Vt
t1 = 0
t2 = t
Sehingga menjadi :

Atau

Dimana :
V0 : Kecepatan awal (m/s)
Vt : Kecepatan akhir (m/s)
a : Percepatan (m/s2)
t : Selang waktu (s)
Perhatikan bahwa selama selang waktu (t), kecepatan benda berubah dari v 0 menjadi vt sehingga
kecepatan rata-rata benda dapat dituliskan:

4
Karena

Sehingga mendapatkan persamaan jarak GLBB yaitu :

Dimana :
s : Jarak yang ditempuh (m)

Bila dua persamaan GLBB di atas kita gabungkan, maka kita akan dapatkan persamaan
GLBB yang ketiga (kali ini kita tidak lakukan penalarannya). Persamaan ketiga GLBB
dapat dituliskan:

2. Kecepatan
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi per satuan waktu. Dalam SI, satuan
kecepatan adalah meter/detik atau m/s. Bergantung pada besarnya interval waktu yang dipakai
untuk mendifinisikan kecepatan, kita mengenal kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat :

Penjelasan:
Δ t adalah interval waktu yang besarnya berhingga. Δ x adalah perubahan posisi yang terjadi

dalam interval waktu Δ t yang berhingga tsb. Jika Δ t diambil sangat kecil atau mendekati nol,
maka Δ x yang dihasilkan juga menjadi mendekati nol. Untuk Δ t dan Δ x yang mendekati nol,
masing-masing notasinya ditulis dengan dt dan dx.

5
Secara grafis kecepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai gradien garis singgung dari
kurva posisi (x) vs waktu (t) pada nilai t yang diinginkan. Gambar bagian (b) di bawah
menjelaskan bagaimana kecepatan sesaat pada posisi A dedifinisikan dari gradien garis singgung
kurva x(t) di titik A.

3. Percepatan
Percepatan didefinisikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Dalam sistem
MKS atau SI, satuan kecepatan adalah meter/detik2 atau m/s2. Seperti halnya pada kecepatan,
kita juga mengenal percepatan rata-rata dan percepatan sesaat :

Secara grafis percepatan sesaat juga dapat didefinisikan sebagai gradien garis singgung
dari kurva kecepatan (v) vs waktu (t) pada nilai t yang diinginkan. Gambar di bawah
menjelaskan bagaimana percepatan rata-rata dari A ke B dan percepatan sesaat pada titik B
dedifinisikan dari gradien garis singgung kurva vx(t) di titik B.

6
Pengukuran perpindahan dan jarak merupakan basis dalam pemetaan. Walaupun sudut-
sudut dapat dibaca seksama dengan peralatan yang rumit, paling sedikit ada sebuah garis
yang harus diukur panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-
titik.
Secara umum jarak dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Jarak horisontal (HD), merupakan panjang garis antara dua titik ( AB ) terletak pada
bidang datar proyeksi

 Jarak miring (SD), apabila panjang garis antara dua titik ( AB ) terletak tidak pada
bidang datar.
Dalam pengukuran tanah, jarak datar antara dua titik berarti jarak horisontal. Jika kedua
titik berbeda elevasinya, jaraknya adalah panjang garis horisontal antara garis unting-unting
di kedua titik itu.

Gambar 7.1. Arti Jarak


Pengukuran Jarak dan Perpindahan dalam pemetaan dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu Pengukuran Jarak dan Perpindahan dengan pita ukur, Pengukuran Jarak
dan Perpindahan dengan cara optis dan Pengukuran Jarak dan Perpindahan dengan
cara elektronis

7
Pengukuran Jarak dan Perpindahan
Dengan Pita Ukur
Pengukuran Jarak dan Perpindahan horisontal dengan pita ukur merupakan
penerapan panjang yang diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah
garis beberapa kali.

Metode Pengukuran Jarak dan Perpindahan


dengan Pita Ukur
Jarak antara titik A dan B dalam ruang akan diukur dengan pita ukur. Melalui titik A
dan B direntangkan pita ukur dengan tegangan secukupnya, sehingga pita ukur betul-betul
lurus (tidak melengkung). Jika titik A dinamakan titik belakang dan pembacaan skala pita

8
ukur di titik itu adalah rb , sedangkan titik B dinamakan titik muka dengan pembacaan skala

pita ukur di titik itu adalah rm , maka jarak dari titik A ke B adalah

d = rm − r b untuk rm > rb (1)

atau
d = rb − r m untuk rb > rm (2)

Jika panjang AB adalah lebih kecil dari panjang pita ukur yang digunakan, maka langsung
dapat ditentukan dari hasil pembacaan rb dan rm pada masing-masing titik A dan B. Jika

AB panjang sekali, maka jarak antara A ke B harus dilakukan dengan pengukuran


bertahap. Potongan garis AB dibagi menjadi beberapa bagian dimana masing-masing
bagian sama panjang atau lebih pendek dari panjang pita ukur yang digunakan. Jika
panjang masing-masing bagian adalah d1 , d 2 , d 3 , maka jarak dari A ke B menjadi
,.....d n

d = d + d + d + ....... + d =
n

1 2 3 n (3)
∑ d
i
i =1

Jika potongan garis AB terletak pada bidang datar maka d merupakan jarak horisontal,

sedangkan jika garis AB terletak tidak pada bidang datar maka panjang garis AB

merupakan jarak miring. Jika titik A dan B terletak tidak pada bidang datar, dan garis AB
membuat sudut α dengan bidang datar, panjang garis AB merupakan jarak miring (SD),
maka jarak horisontal (HD) adalah
HD = SD.cos α (4)
Kesalahan dalam Pengukuran dengan Pita Ukur
 Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur
 Kesalahan Membaca
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan melakukan pembacaan pada masing-masing
ujung dalam kedudukan pita ukur yang berbeda, misalnya:
Kedudukan 1 : rm = 48,22 m

rb = 0,14 m

jarak = ( rm − r ) = 48,08 m
b

Kedudukan 2 : rm = 48,15 m

rb = 0,08 m
9
jarak = ( rm − rb ) = 48,07 m

10
 Kesalahan Mencatat
Cara menghindari kesalahan ini sama dengan cara menghindari kesalahan membaca.
 Kesalahan yang Bersumber pada Pita Ukur
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika
menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi
standar lagi. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi dengan pita ukur standar. Koreksi terhadap
perbedaan besarnya tarikan adalah :
L
C P = ( P1 − P (5)
A⋅E
)

dimana :
CP = koreksi akibat tarikan pita ukur (m)
P1 = tarikan pada saat pengukuran (kg)
P = tarikan standar (kg)
L = panjang yang terbaca pada pita ukur (m)
2
A = luas penampang pita ukur (cm )
2
E = modulus elastisitas bahan pita ukur (kg/cm )

 Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam


Kesalahan yang bersumber pada keadaan alam yang berpengaruh pada Pengukuran
Jarak dan Perpindahan dengan pita ukur adalah kesalahan yang disebabkan oleh
temperatur. Standar pita ukur
adalah pada temperatur 20° C. Koreksi akibat temperatur dirumuskan sebagai berikut :
C t = λ (T1 −T ) (6)
L
dimana :

Ct = faktor koreksi terhadap temperatur


λ = angka muai panjang bahan pita ukur
T1 = temperatur pada saat pengukuran
T = temperatur standar
L = pembacaan pada pita ukur

Pengukuran Jarak dan Perpindahan


Dengan Cara Optis
Pengukuran Jarak dan Perpindahan dengan cara optis adalah Pengukuran Jarak dan
Perpindahan dengan menggunakan alat ukur yang dilengkapi pengukur jarak optis (misal
11
theodolit dan sipat datar). Alat ini dalam teropongnya terdapat tiga benang mendatar
diafragma

12
Metode Pengukuran Jarak dan Perpindahan
 Metode Segitiga Sama Kaki
Prinsipnya berdasar pemecahan pada sebuah segitiga sama kaki. Terdapat dua metoda
dasar, yaitu :
 Metode Pertama
Basis yang digunakan konstan dan sudut paralaks adalah variabel yang harus
ditentukan nilainya. (Gambar 7.2)

γ D= 1
2 b.cot 1 2 γ

Gambar 2. Basis Konstan, Sudut Paralaks Variabel

Untuk penentuan jaraknya, dipakai sebuh mistar basis yang panjangnya tepat 2
meter yang umumnya dipasang mendatar. Sudut paralaks γ diukur dengan

theodolit. Dalam hal ini mistar basis dipasang mendatar, maka sudut γ adalah sudut
mendatar.
 Metode Kedua
Sudut paralaks konstan, sedangkan basis adalah variabel yang harus ditentukan
nilainya (Gambar 3).
Panjang S dibaca pada mistar yang bisanya dipasang tegak. Pengukuran Jarak dan
Perpindahan optis
pada alat sipat datar menggunakan prinsip metode kedua.

δ D= 1
2 S. cot 1
2 δ

Gambar 3. Sudut Paralaks Konstan, Basis Variabel


 Metode Tangensial
Jarak mendatar HD antara titik P dan Q akan ditentukan. Theodolit ditempatkan di titik P
dan rambu diletakkan tegak di titik Q. Garis bidik diarahkan ke A di rambu dan dibaca sudut
miring di A (mA). Kemudian garis bidik diarahkan ke B dan dibaca sudut miringnya (mB).
Selisih pembacaan skala rambu di A dan B menghasilkan jarak S = AB (Gambar 4).

13
∆h

θ φ

Gambar 7.4 Pengukuran Jarak dan Perpindahan dengan Metode


Tangensial

Dari gambar 4, dapat dilihat bahwa :


S = BE − AE
= OE tan − OE tan θ
φ − tan θ )
= D ( tan
φ
maka
S
D= (7)
( tan φ − tan θ
)

 Metode Stadia
Metode stadia adalah Pengukuran Jarak dan Perpindahan optis dengan sudut paralaks
konstan. Jika alat yang dipakai adalah sipat datar, maka jarak optisnya adalah jarak
mendatar, karena garis bidik alat ukur sipat datar selalu dibuat mendatar. Dalam
pengukuran situasi, alat yang digunakan adalah theodolit. Garis bidik diarahkan ke rambu
yang ditegakkan di atas titik yang akan diukur jaraknya dari alat tersebut. Dalam hal ini
garis bidik tidak mendatar. Jika sudut tegak (baik sudut miring atau zenith) diukur, maka
dapat dihitung dengan rumus :
Jika sudut miring yang diukur, maka :
HD = SD.cos m (8)
Jika sudut zenith yang diukur, maka :
HD = SD.sin z (9)

14
Gambar 5 : Pengukuran Jarak dan Perpindahan Metode Stadia

 Metode Subtense
Metode subtense adalah Pengukuran Jarak dan Perpindahan optis dengan rambu basis
2 m. Prinsip dasar metoda ini adalah mencari garis tinggi segitiga sama kaki, yang
panjang alasnya (basis) diketahui dan sudut paralaks yang dihadapannya diukur. Jarak
dapat dihitung dengan rumus:
D = 1 2 b ⋅ cot 1
2 (10)
γ
Panjang basis biasanya 2 m dan bila sudut paralaks cukup kecil, maka dipakai rumus
pendekatan
b b
D= = ρ" (11)
1 γ
2 tan γ
"

2
dan karena b = 2 m ,
2
D= ρ "( m ) (12)
γ"
dimana ρ "=
206265
Metode ini dinamakan metode ‘subtense’ karena sudut γ harus dinyatakan dalam detik (“).

Sudut γ adalah sudut horisontal dan diukur dengan theodolit. Walaupun tinggi theodolit
dan tinggi rambu basis tidak sama tinggi, namun jarak yang diperoleh adalah jarak
mendatar.

15
Gambar 6 : Alat Subtense Bar

Kesalahan dalam Pengukuran


 Sumber Kesalahan pada Instrumen
 Instrumen Tidak pada Keadaan Teratur
Garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo (kecuali untuk alat sipat datar
otomatik) sehingga jika teropong diputar tidak terbentuk bidang kerucut, tetapi
bidang datar.
 Benang Silang Tidak Tepat Horisontal
Pembacaan rambu ditepatkan dekat pusat benang silang horisontal akan
menghilangkan atau membuat minimum kesalahan potensial ini.
 Panjang Rambu Tidak Benar
Pembagian skala yang tak akurat pada rambu menyebabkan kesalahan dalam beda
elevasi terukur serupa dengan yang diakibatkan oleh pembagian skala tidak tepat
pada pita. Pembagian skala rambu harus dicek dengan membandingkan terhadap
pita yang dibakukan.
 Kaki Tiga Longgar
Baut yang terlalu longgar atau ketat menyebabkan gerakan atau tegangan yang
mempengaruhi bagian atas instrumen.
 Paralaks
Paralaks disebabkan oleh lensa obyektif dan/atau okuler yang tidak sempurna
menyebabkan pembacaan rambu yang tidak benar.

 Sumber Kesalahan dari Alam


 Kelengkungan Bumi
Pengaruh kelengkungan bumi adalah meningkatkan pembacaan rambu. Dengan
menyamakan bidikan plus dan minus menghilangkan kesalahan oleh sebab ini.

16
 Biasan
Berkas sinar dari obyek ke teropong dibelokkan, membuat garis bidik berbentuk
konkaf terhadap permukaan bumi, dan karenanya mengurangi pembacaan rambu.
 Suhu
Panas menyebabkan rambu sipat datar mengembang, tetapi pengaruhnya tak berarti
dalam sipat datar bias. Maka jika pengukuran berada di tempat yang terkena terik
matahari secara langsung, gunakanlah payung untuk melindungi alat.
 Angin
Angin yang kuat menyebabkan instrumen bergetar dan rambu tidak tenang.

 Sumber Kesalahan dari Personel


 Kesalahan Membaca Rambu
Pembacaan rambu yang tidak benar disebabkan oleh paralaks, kondisi cuaca yang
buruk, bidikan-bidikan panjang, penempatan sasaran dan rambu yang tidak baik,
dan juga interpolasi yang tidak tepat, serta pertukaran letak angka-angka. Bidikan-
bidikan pendek dibuat untuk menyesuaikan kondisi cuaca dan instrument agar dapat
dikurangi banyaknya kesalahan pembacaan.
 Rambu yang Tidak Tegak
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan memakai sebuah nivo rambu yang telah
diatur.
 Pemasangan Sasaran
Sasaran yang tidak terkunci tepat pada letak yang diminta oleh pengamat karena
bergeser turun. Bidikan pengecekan selalu harus dilaksanakan setelah sasaran
dikunci letaknya.

Pengukuran Jarak dan Perpindahan Dengan Electronic Distance


Measurement (EDM)
Alat EDM menentukan panjang berdasarkan pada perubahan fase yang terjadi
sewaktu energi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang diketahui, merambat dari
satu ujung garis ke ujung yang lain dan kembali.
Kelebihan EDM adalah jarak yang di ukur lebih cepat dan teliti. Dengan EDM, jarak
ditunjukkan dalam bentuk digital dalam feet atau meter, dan banyak diantara alat-alat ini
mempunyai koputer mikro terpasang tetap yang memberi hasil tereduksi langsung ke
komponen horisontal dan vertikal.

17
Metode Pengukuran Jarak dan Perpindahan dengan EDM
Dasar kerja dari alat ini adalah gelombang energi (gelombang cahaya, microwave,
gelombang radio) yang dipancarkan dari pemancar di A (transmitter) dan di B dipantulkan
oleh alat pemantul (reflector) dan diterima kembali oleh alat penerima (receiver) di A seperti
terlihat pada Gambar 7.7.

Gambar 7.7. Prosedur EDM


Bila kecepatan rambat gelombang energi = V m/dt, dan waktu yang diperlukan pada
saat merambat dari mulai dipancarkan sampai diterima kembali = t detik, maka dapat
dihitung jarak dari titik A ke B = 21
⋅v meter. Ketelitian yang dapat dicapai oleh alat ini
⋅t
adalah sekitar 2 sampai 10 p.p.m (part per million = 2 s/d 10 milimeter untuk tiap
kilometer). Karena perambatan gelombang energi ini tadi lewat lapisan udara, maka harus
dikoreksi juga terhadap temperatur dan tekanan udara pada saat pengukuran.
Berikut adalah contoh dari alat pengukur jarak elektronik :
Tabel 1 : Alat Pengukur Jarak Elektronis
No Merk Sumber Tenaga Kemampuan Jarak
1. PD4 Laser 70 m
Geodimeter 76 Laser 3000 m
2.
Distomat DI 10 Infra merah Infra 2000 m
3.
DM 60 Cubitape merah Microwave 2000 m
4.
Tellurometer CA 1000 Gelombang Radio 30 km
5.
Autotape Gelombang Radio 100 km
6.
Omega 8000 km

Kesalahan dalam Pengukuran Jarak dan Perpindahan secara Elektronis


 Sumber Kesalahan pada Alat
 Ketelitian dari Frekuensi Pancaran

18
Untuk mendapatkan jarak yang betul, haruslah frekuensi pancaran mempunyai
angka yang tepat. Besarnya frekuensi pancaran ini ditentukan oleh suatu kristal.
Kristal ini terpengaruh oleh temperatur dan usianya.

19
 Keterbatasan Bacaan
Apabila bacaan teliti dilakukan dengan gelombang yang panjang setengah
gelombangnya 10 m, maka bacaan yang dapat ditunjukkan paling baik adalah
sampai dengan dm. Pada alat-alat yang lebih modern. Sistem pembacaan telah
dilakukan dengan metode digit. Akan tetapi oleh karena gelombang pengukur untuk
bacaan teliti ialah 10 m, maka bacaan terkecil yang dapat ditunjukkan hanya sampai
1 cm.
 Gangguan Phase pada Rangkaian
Perubahan phase pada rangkaian terjadi karena komponen-komponen alat ukur tidak
terletak dalam batas toleransinya. Besarnya gangguan pada rangkaian ini biasa
disebut kesalahan awal (zero error), yang besarnya tidak tergantung dari panjang
jarak yang diukur. Untuk suatu unit/pasang alat, besarnya tertentu sehingga
biasanya koreksi jenis ini disebut koreksi pasangan (pair correction), yang harus
diberikan pada hasil ukuran langsung.
 Pengaruh Kesalahan dari Luar Alat
 Pengaruh Atmosfer
Pengaruh atmosfer terhadap gelombang elektromagnetis :
o Mengurangi kecepatan merambat gelombang elektromagnetis, besarnya
pengurangan kecepatan ini tergantung dari beberapa faktor alam, antara lain
temperatur, tekanan udara dan materi dari medium
o Membuat lintasan sinyal antara master dan remote tidak merupakan garis lurus
tetapi melengkung.
o Penyerapan energi gelombang elektromagnetis.
 Pantulan Tanah (Ground Swing)
Sifat rambatan gelombang yang digunakan pada alat-alat EDM adalah rambatan
langsung, akan tetapi oleh karena pancaran gelombang dapat diumpamakan sebagai
berkas dan sudut pancaran yang besar, maka sinyal yang diterima oleh pesawat
pembantu (remote) bukanlah melulu merupakan hasil rambatan langsung, tetapi
telah dipengaruhi oleh sinyal hasil pantulan tanah, demikian pula pada saat master
menerima sinyal (kembali) dari remote.
 Kesalahan Operator
Kesalahan operator atau personal error terjadi akibat adanya tendensi bahwa
seseorang membuat kesalahan oleh karena semua tindakannya dipengaruhi oleh
pikiran, perasaan dan refleksinya

20

Anda mungkin juga menyukai