Kita tentu sering melihat beberapa bentuk diskriminasi di depan mata kita, seperti minoritas yang
memperjuangkan haknya, atau akhir akhir ini di dunia masih heboh dengan kematian orang berkulit
hitam george floyd, yang terkena diskriminasi dari polisi kulit putih, hingga menghilangkah nyawanya.
Di sekolah, tentu juga ada, bahkan sangat banyak diskriminasi yang didapatkan, baik karena faktor
penampilan, gender serta latar belakang para siswa.. Apa saja contoh perilaku tersebut? Yuk kita
simak bareng bareng.
1. Di era pandemi ini, siswa miskin sangat susah untuk mengakses sekolah secara online, sehingga
ketinggalan pelajaran dan bisa menyebabkan tertekan secara mental
2. Murid yang pintar lebih diutamakan dan disayang oleh guru guru tertentu di sekolah
3. Murid yang punya wajah tampan atau cantik sering mendapat perhatian lebih oleh guru.
4. Murid yang jelek biasa dijadikan bahan bercandaan dan tertawaan bagi guru dan teman sekelas.
Jujur saja untuk poin 2,3 dan 4, saya langsung mengalaminya sebagai siswa. Teman teman saya
yang pintar biasanya selalu diberikan semacam previlage (keuntungan) dan pujian yang berlebih. Si
wajah cantik sering digodain dan diberi nilai tinggi, terutama oleh 'oknum' guru mata pelajaran
Penjaskes yang genit.
Serta si jelek, kerap kali dihina secara sarkasme dengan membandingkan ia dengan sesuatu hal, yang
mirisnya, diminati siswa kelas kami dahulu, dan disambut dengan pecah tawa. Padahal perilaku ini
bukan hanya diskriminasi, tentu siswa akan mengulang ngulang 'apa yang guru tersebut sampaikan',
hingga akhirnya diskriminasi ini berubah menjadi bully.
5. Orang yang pintar mata pelajaran matematika, dianggap lebih pintar dari orang yang mahir dalam
mata pelajaran lainnya.
6. Ketika anak yang nakal bermasalah, akan dihukum mengutip sampah, hormat di tiang bendera
dan lainnya, sedangkan ketika anak guru yang bermasalah, hanya dinasehati saja, walaupun jenis
kejahatan tersebut sama.
7. Pelajar perempuan sering dinyinyirin atau dibicarakan negatif oleh lingkungannya ketika ia
mengambil jurusan teknik, mesin ataupun masuk ke sekolah STM.
8. Begitu juga pelajar lelaki sering ditertawakan dan dijadikan bahan olokan, ketika ia memilih belajar
di jurusan masak, desain pakaian, jahit ataupun sekolah tata boga.
9. Siswa ganteng atau cantik dianggap lebih layak menjadi pejabat kelas dan sekolah (seperti ketua
osis, ketua kelas, bendahara dan lainnya). Sedangkan si jelek harus puas menjadi anggota, dan jika
pun terpilih menjadi ketua, komentar negatif terhadap wajahnya tidak akan terhindarkan
10. Murid yang kurang memahami pelajaran (dianggap bodoh) sering tidak dianggap oleh guru,
karena guru lebih sering fokus kepada murid yang pintar.
Hal ini tentu tidak benar, pada dasarnya orang yang disekolahkan dengan tujuan bodoh untuk
menjadi pintar. Jika guru terlalu fokus kepada yang pintar , maka ia menyalahi tugas dan
kewajibannya sebagai guru.
11. Sekolah negeri dianggap lebih bagus dari swasta, padahal belum tentu.
12. Kaum Difabel sangat susah untuk mendapat akses sekolah, baik karena minimnya tempat
penerimaan, ataupun mahalnya biaya sekolah khusus difabel.
Selain bagi para murid, ternyata ada juga diskriminasi yang dirasakan para guru, Sebenarnya, hal ini
bukan dari para murid, tetapi karena tidak adanya undang undang khusus yang melindungi para
guru, atau rusaknya maksud undang undang, yang biasa disebut millenial sebagai Undang undang
karet.
13. Guru tidak bebas untuk mengajar dengan caranya, karena jika sedikit saja menggunakan
kekerasan akan dipenjarakan dengan undang undang yang hampir tidak masuk akal, jika orang tua si
murid melaporkannya pada kepolisian.
Contoh kasus : Guru bernama M.Sahmudi 46 tahun, di sidoarjo, harus dibekam di jeruji besi selama
6 bulan lantaran mencubit siswanya. dan masih banyak kasus lainnya.
Tentu bentuk diskriminasi yang saya tuliskan disini, masih sebagian kecil dari diskriminasi yang
belum terungkap. Jika kalian korban diskriminasi dari poin poin tertentu, atau ada poin yang tak saya
sadari, mohon berbagi di kolom komentar, biar kita tetap aware tentang masalah diskriminasi ini.
2. Tidak bisa masuk RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) karena nilainya kurang, atau
kursi sudah diplot
5. Disabilitas
6. Anak mendapatkan nilai kecil karena tidak mau mengikuti les/kegiatan tambahan dari sekolah
lantaran tidak punya biaya
9. Tidak bisa masuk jurusan yang diinginkan karena jurusan sudah diisi oleh orang tua yang punya
pengaruh/ekonomi
11. Tidak mendapat nilai agama karena orang tua penghayat aliran kepercayaan
12. Tidak mendapatkan pendidikan agama yang sesuai karena sekolahnya dikelola orang yang
berbeda agama
15. Anak tidak boleh masuk sekolah, dipersulit pindah karena keyakinannya