Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PEMBAYARAN PAJAK KENDERAAN BERMOTOR DALAM MASA


PEMUTIHAN YANG MELAMPAUI
BATAS MASA YANG DI TENTUKAN
DI UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh
MUHAMMAD ZERA PRATAMA
C0D017047

PROGRAM DIPLOMA III PRODI PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Dengan ini, Dosen Pembimbing Laporan Tugas Akhir, Ketua Program


Studi dan Instruktur Lapangan, menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang
disusun oleh :

Nama : Muhammad Zera Pratama

NIM : C0D017047

Program Studi : Perpajakan

Judul Laporan : Proses Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Dalam Masa


Yang Di Tentukan Di UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI.

Telah disetujui dan disahkan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan


kelaziman yang berlaku dalam ujian komprehensif dan laporan tugas akhir pada
tanggal yang tertera dibawah ini

Disetujui Oleh :

Jambi, Januari 2021

Dosen Pembimbing Tugas Akhir Instruktur Lapangan

Salman Jumaili SE. M. Si. Ak., CA Rosi Parlina,S.E


NIP. 197505232001121002 NIP.19770202200122003

Ketua Program Studi Perpajakan

Nela Safelia, S.E., M.Si


NIP. 198007082005012005

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji


Laporan Tugas Akhir dan Ujian Komprehensif Program Studi Perpajakan
Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

Panitia Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan


1. Ketua Penguji
___________________ ___________________
2. Sekretaris
___________________ ___________________
3. Anggota 1
___________________ ___________________
4. Anggota 2
___________________ ___________________

Disahkan oleh :

Ketua Program Diploma III Ketua Program Studi

Dr. Enggar Diah Puspa, S.E., M.Si., CA Nela Safelia, SE., M.Si
NIP. 197610032000122001 NIP.198007082005012005

Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dr.H.Junaidi,S.E,M.Si
NIP.196706021992031003

ii
ABSTRACT

This apprenticeship report aims to determine the Payment Process for Motor
Vehicle Taxes in a Bleaching Period that Exceeds the Determined Time Limit at
UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI. In writing this apprenticeship report using
two data collection methods, primary data is data obtained directly such as
interviews, while secondary data is data obtained indirectly to obtain information
from an agency (agency) that deliberately collects data from agencies. for the
purposes of this report. Based on the calculation of Motor Vehicle tax during the
Bleaching period, it is granted relief, namely exemption from fines caused by late
payments or vehicle tax arrears and only paying the principal. The procedure for
paying Motor Vehicle taxes in the 2020 Bleaching Period is that the Tax Wajip
must complete the requirements - requirements such as STNK, KTP (Identity
Card) and also the steps that must be taken at SAMSAT KOTA JAMBI. The
advantage of paying Motor Vehicle Taxes in the 2020 Bleaching period is that
Motor Vehicle Tax taxpayers will only be levied 2 years and over and 1 year
running according to the due date of the vehicle tax.

Keywords: Payment process, PKB, Bleaching Period, UPTD PPD SAMSAT


KOTA JAMBI

iii
ABSTRAK

Laporan magang ini bertujuan untuk mengetahui Proses Pembayaran


Pajak Kendaraan Bermotor Dalam Masa Pemutihan Yang Melampaui Batas
Masa Yang Di Tentukan Di UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI. Dalam
penulisan laporan magang ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu
data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung seperti hasil
wawancara, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung untuk mendapatkan informasi dari suatu badan (instansi) yang dengan
sengaja melakukan pengumpulan data dari Instansi untuk keperluan laporan ini.
Berdasarkan perhitungan pajak Kendaraan Bermotor dalam masa Pemutihan
adalah di beri keringanan yaitu pembebasan dari denda yang disebabkan oleh telat
membayar atau tunggakan pajak kendaraan tersebut dan hanya membayar
pokoknya saja.Tata cara pembayaran pajak Kendaraan Bermotor di Masa
Pemutihan tahun 2020 ialah para Wajip Pajak harus melengkapi syarat-syarat
seperti STNK,KTP(Kartu Tanda Penduduk) dan juga langkah-langkah yang harus
dilakukan Di SAMSAT KOTA JAMBI. Keuntungan melakukan pembayaran
Pajak Kendaraan Bermotor Di masa Pemutihan tahun 2020 adalah keringan
pembayar Pajak Kendaraan Bermotor hanya dipungut 2 tahun keatas dan 1 tahun
berjalan sesuai dengan jatuh tempo pajak kendaraannya.

Kata Kunci : Proses pembayaran, PKB, Masa Pemutihan, UPTD PPD


SAMSAT KOTA JAMBI

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpaghkan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikanLaporan Tugas Akhir Magang ini dengan judul “PROSES
PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM MASA
PEMUTIHAN YANG MELAMPAUI BATAS MASA YANG DI
TENTUKAN DI UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI ”. Laporan ini disusun
untuk persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III Perpajakan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis.
Dalam penyusunan ini disadari bahwa Laporan Magang jauh dari
sempurna. Namun,berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak lain secara
langsung maupun tidak langsung akhirnya laporan ini dapat diselesaikan dengan
baik. Untuk itu dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan
terimakasih, terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak Benny sastrawan dan ibu
Milyati yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil serta doa yang
selalu menyertai dan kepada :

1. Bapak Prof.Drs.H.Sutrisno,M.Sc.,Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Dr.H.Junaidi,S.E,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa, S.E., M.Si., C.A selaku Ketua Program
Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Ibu Nela Safelia,S.E,M.Si selaku Ketua Program Studi Perpajakan

5. Ibu Yenny Yuniarti,SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan.

6. Bapak Salman Jumaili. SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing


Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
pembuatan laporan ini.

v
7. Bapak Edy Firza, S.E., M.Acc.,Ak., CA selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang sudah memberikan bimbingan dari pertama kuliah hingga
selesainya laporan magang ini.

8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Akademik Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

9. Bapak Muhammad Ariansyah, S.IP,ME selaku Kepala Badan di Kantor


UPTD PPD SAMSAT Kota Jambi.

10. Ibu Rosi Parlina S.E selaku Instruktur Lapangan di Kantor UPTD PPD
SAMSAT Kota Jambi.

11. Kedua Saudara M.fajri Aulia dan M.reza Mahendra yang selalu
memberikan semangat dan do’a yang selalu menyertai.

12. Kepada Kedua Orang Tua Saya Bapak Benny Sastrawan dan ibu Milyati
yang selalu memberikan semangat dan do’a yang selalu menyertai.

13. Seluruh Pegawai di Kantor UPTD PPD SAMSAT Kota Jambi yang telah
banyak memberikan ilmu.

14. Teman-teman yang magang di Kantor UPTD PPD SAMSAT Kota Jambi
serta teman-teman seperjuangan khususnya kelas Perpajakan F angkatan
2017 yang telah bersedia membantu dan memberi masukan selama ini.

15. Sahabat-sahabat khususnya kepada dandy,dana,panji, soleh yang telah


bersedia membantu dan memberi masukan selama ini.

16. Seluruh anggota HPMJS (Himpunan Pelajar Mahasiswa Jujun Sekitarnya)


yang selalu memberi semangat dalam menyusun Laporan Magang ini.

17. Serta seluruh teman,rekan yang tidak tersebutkan,yang turut membantu


saat penyusunan Laporan Magang ini.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat


kekurangan. Oleh sebab itu,diharapkan kepada segenap para pembaca untuk

vi
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam perbaikan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Jambi, Januari 2021

M.Zera pratama
C0D017047

vii
DAFTAR ISI

LAPORAN TUGAS AKHIR ................................. Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................1
1.2. Masalah Pokok Laporan .................................................................4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Laporan ........................................4
1.3.1. Tujuan Penulisan Laporan ..................................................4
1.3.2. Manfaat Penulisan Laporan ................................................5
1.4. Metode Penulisan ...........................................................................5
1.4.1. Jenis Data ...........................................................................5
1.4.2. Metode Pengumpulan Data ................................................6
1.5. Waktu dan Lokasi Magang ............................................................6
1.6. Sistematika Penulisan ....................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................8
2.1. Pajak ...............................................................................................8
2.1.1. Pengertian Pajak .................................................................8
2.1.2. Fungsi Pajak .......................................................................8
2.1.3. Jenis Pajak ..........................................................................9
2.1.4. Hukum Pajak ....................................................................11
2.1.5. Teori Pemungutan Pajak ..................................................12
2.1.6. Tata Cara Pemungutan Pajak ...........................................13
2.2. Sistem Pemungutan Pajak ............................................................15
2.3. Penggolongan Pajak .....................................................................16
2.4. Pendapatan Daerah .......................................................................17
2.5. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...................................................20

viii
2.6. Pajak Daerah ................................................................................22
2.7. Pajak Pemutihan Kendaraan Bermotor ........................................23
2.7.1. Pengertian Pemutihan Kendaraan Bermotor ....................23
2.7.2. Objek Pajak Pemutihan kendaraan Bermotor ..................24
2.7.3. Subjek Pajak Pemutihan Kendaraan Bermotor ................24
2.7.4. Dasar Pemutihan Kendaraan bermotor.............................25
2.7.5. Tarif Pemutihan Kendaraan Bermotor .............................25
2.7.6. Syarat-syarat Pemutihan Kendaraan Bermotor ................25
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................26
3.1. Gambaran Umum Instansi SAMSAT Kota Jambi .......................26
3.1.1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya ...........................26
3.1.2. Visi dan Misi ....................................................................27
3.1.3. Struktur Organisasi dan Tugasnya ...................................28
3.1.4. Jumlah Pegawai SAMSAT Kota Jambi ...........................29
3.2. Mekanisme Penghitungan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor dan proses pembayaran termasuk keuntungan dalam
masa pemutihan ............................................................................32
3.2.1. Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor dimasa
pemutihan .........................................................................32
3.2.2. Hambatan yang Timbul dalam Penghitungan Pajak
Kendaraan Bermotor dimasa Pemutihan ........................33
3.2.3. Tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Dalam
masa Pemutihan ................................................................34
3.2.4. Keuntungan membayar Pajak dalam maa Pemutihan Pajak
kendaraan Bermotor .........................................................36
BAB IV PENUTUP .............................................................................................37
4.1. Kesimpulan ..................................................................................37
4.2. Saran .............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................39
LAMPIRAN ...........................................................................................................40

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Pendidikan Formal Samsat Kota Jambi 2020 ......................30
Tabel 3.2. Golongan atau Pangkat di kantor SAMSAT Kota Jambi .................30

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu daerah yang dalam perkembangan

ekonominya terus meningkat, maka setiap daerah-daerah dituntut untuk dapat

meningkatkan pertumbuhan perekonomian masing-masing. Kegiatan ekonomi

dikelola oleh masing-masing daerah yang dikenal dengan istilah otonomi daerah,

otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh

setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana

otonomi daerah yang membiayai dan mengatur sendiri urusan rumah tangganya.

Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dan nyata dan bertanggung

jawab Penerimaan Asli Daerah (PAD) maupun penerimaan pertimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta antara provinsi dan

kabupaten untuk mengelola roda pemerintahan, sesuai aturan pemerintah yang

berlaku Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) . Dinas pendapatan daerah

adalah suatu instansi pemerintahan yang diberikan wewenang untuk menjalakan

tugas dan fungsi tersebut, sehingga dipandang sangat strategis dalam

pembangunan.

Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana diketahui adalah

mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan Nasional tersebut, maka pemerintah secara intensif melakukan

berbagai macam kebijakan strategis berkaitan dengan program pembangunan baik

1
2

pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang dan untuk mencapai

keberhasilan tersebut tentunya dibutuhkan dana pembangunan yang tidak sedikit.

Pembangunan Nasional selalu mengandalkan sumber dana yang sebagian

besar dari sektor minyak dan gas sebelum diadakan tax reform di Indonesia.

Namun setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber

utama dalam menopang pembiayaan pembangunan nasional. Dan dalam kaitannya

penerimaan negara dari sektor pajak dari tahun ketahun semakin meningkat dan

sejalan dengan hal tersebut peranan pajak sebagai penopang program

pembangunan nasional juga semakin meningkat.

Adapun yang dimaksud pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku,

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

daerah. Berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2011

Tentang Pajak Daerah menjelaskan bahwa beberapa sumber penerimaan pajak

daerah Provinsi Jambi terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor (BN-KB) dan bea balik nama kendaraan diatas air

(BBN-KDA), Pajak Air Petmukaan (AP), Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBB-KB), dan Pajak Rokok.

Salah satu sumber penerimaan pajak daerah yang sangat potensial bagi

pendapatan asli daerah Provinsi Jambi sendiri berasal dari pajak kendaraan

bermotor. Seperti yang diketahui jumlah penggunaan kendaraan bermotor di

Provinsi Jambi sangat tinggi, kendaraan sudah seperti suatu kebutuhan yang

sangat penting bagi masyarakat Provinsi Jambi.


3

Untuk kota jambi pembayaran pajak kendaraan bermotor tersebut

dilakukan oleh masyarakat di UPTD PPD SAMSAT Kota Jambi. Unit Pelayanan

Teknis Daerah (UPTD) SAMSAT Kota Jambi merupakan unit pelayanan yang

bergerak dibidang pelayanan umum kendaraan bermotor dari satu daerah ke

daerah lainnya. Pada prinsipnya UPTD PPD SAMSAT Kota Jambi bertanggung

jawab dalam melakukan perhitungan pajak kendaraan sehubungan dengan

kepemilikan kendaraan bermotor. Mengingat jumlah wajib pajak yang memiliki

kendaraan bermotor dengan tipe kendaraan dan jumlah yang berbeda, maka proses

perhitungan harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar menghindari kesalahan

dan kekeliruan dalam penghitungannya.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan tersebut proses

perhitungan pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin yang mengacu kepada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Penghitungan

Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor dan Peraturan Gubernur Jambi Nomor 19 Tahun 2016 Tentang

Penghitugan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor. Terlihat jelas bahwa begitu pentingnya ketelitian dari pihak

Kantor Samsat untuk melakukan perhitungan serta pencatatan Pajak Kendaraan

Bermotor dengan baik dan benar atas wajib pajak yang memiliki kendaraan

bermotor sehingga tidak terjadinya kerugian yang dirasakan oleh berbagai pihak

nantinya.

Pemutihan pajak kendaraan sendiri adalah tindakan yang dilakukan Negara

untuk mendrong wajip pajak yang lama tidak atau terlambat bayar, keterlambatan
4

bayar ini biasanya terdapat denda. Nah, denda inilah yang biasanya di hapuskan

untuk mendorong masyarakat untuk membayar pajak kendraannya.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan melakukan

penelitian dalam bentuk laporan dengan judul “PROSES PEMBAYARAN

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DALAM MASA PEMUTIHAN

TAHUN 2020 YANG DI TENTUKAN DI UPTD PPD SAMSAT KOTA

JAMBI ” .

1.2. Masalah Pokok Laporan

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara perhitungan pajak kendaraan bermotor dalam masa

pemutihan?

2. Bagaimana tata cara melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor dalam

masa pemutihan?

3. Apa saja keuntungan melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor

dimasa pemutihan tahun 2020?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Laporan

1.3.1. Tujuan Penulisan Laporan

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui cara perhitungan pajak kendaraan bermotor dalam masa


pemutihan.

2. Untuk mengetahui tata cara melakukan pembayaran pajak kendraan bermotor


dalam masa pemutihan.
5

3. Untuk mengetahui keuntungan melakukan pembayaran pajak kendaraan


bermotor dimasa pemutihan tahun 2020.

1.3.2. Manfaat Penulisan Laporan

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemilih Materi Laporan Tugas Akhir

a. Sebagai informasi dan bahan masukan serta menambah wawasan,

pengetahuan dalam bidang Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Diploma III Perpajakan.

2. Bagi Instansi

a. Sebagai bahan masukan dalam upaya kebijakan pemungutan pajak daerah.

b. Untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang


dunia kerja

1.4. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penulisan

ini,menggunakan beberapa cara sebagai berikut :

1.4.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner, kelompok fiskus, dan panel, atau juga data hasil wawancara

dengan narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini perlu

diolah lagi dan merupakan data langsung kepada pengumpul data.


6

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data didapat dari catatan, buku, dan majalah

berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah,

artikel, buku-buku sebagai teori dan sebagainya. Data yang diperoleh

dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi dan merupakan data tidak

langsung kepada pengumpul data.

1.4.2. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara tanya jawab langsung kepada pegawai Kantor Dinas

Pendapatan Daerah Provinsi Jambi.

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan secara langsung mengenai data-data

yang berkaitan dengan laporan ini.

3. StudiPustaka

Studi Pustaka yaitu metode kepustakaan yang diperoleh dengan

cara mencari referensi melalui perpustakaan maupun media internet.

1.5. Waktu dan Lokasi Magang

Pelaksanaan magang dilakukan selama 2 bulan yaitu dari tanggal 04

Februari s/d 06 April 2020 dan tempat lokasi magang terdapat pada instansi Dinas

UPTD PPD Samsat Kota Jambi.


7

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan ini maka

akan dipaparkan sistematika penulisan yang terdiri dari IV bab dengan uraian

sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang atau pokok

bahasan, masalah pokok laporan, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

Metode penulisan, waktu dan lokasi magang dan sistematika

penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Pada bab ini dijelaskan tentang konsep yang berkaitan dengan judul

dan pokok bahasan dengan data yang berhubungan maupun berkaitan

dengan laporan ini.

Bab III : Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum kantor samsat, visi dan

misi kantor samsat,struktur organisasi kantor samsat,tugas dan fungsi

struktur orgnanisasi dan juga membahas masalah pokok yang diangkat

menjadi topik pembahasan.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menguraikan kesimpulan dan saran yang mungkin

berguna bagi pembaca dan bagi Instansi.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pajak

2.1.1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Pajak adalah kontribusi

wajib kepada Negara yang terutang oleh oprang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan menurut Waluyo (2012:2) Pajak adalah potensi yang

dipaksakan sepihak dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang

ditetapkan secara umum) tanpa adanya kontaprestasi dan semata-mata digunakan

untuk menutup pengeluaran-pengeluaran.

Sementara S.I Djajadiningrat mengatakan pajak sebagai dari kekayaan kas

Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah sertadapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa

timbal balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara

umum. (Resmi, 2018:1)

2.1.2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

8
9

Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2. Fungsi Regulared (Pengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan

tertentu di luar bidang keuangan.

2.1.3. Jenis Pajak

Menurut Resmi (2018:7) terdapat bebrbagai jenis pajak yang dapat

dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1. Menurut Golongannya Pajak dikelompokan menjadi dua:

a. Pajak langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak

lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPH)

b. Pajak tidak langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika

terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau pembuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya penyerahan barang atau jasa.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi

wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan


10

subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPH) dalam PPH terdapat subjek

pajak (wajib pajak) orang pribadi. Pengenaan PPH untuk orang pribadi

tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (status perkawinan,

banyaknya anak, dan tanggungan lainnya). Keadaan pribadi wajib pajak

tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan

tidak kena pajak.

b. Pajak Objektif, pajak yang pengenaanya memperhatikan objeknya, baik

berupa benda, keadaan, perbuatan, tanpa memperhatikan keadaan pribadi

subjek pajak (wajib pajak) dan tempat tinggal.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) serta Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB)

3. Menurut Lembaga Pemungutnya Pajak dikelompokan menjadi dua:

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh: PPH, PPN, dan PPnBM.

b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah

tingkat I (Pajak Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak

Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah

masing-masing. Pajak daerah diatur dalam Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009.

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan, Pajak Air Permukaan, Pajak

Rokok, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,


11

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak

Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dsan Perkotaan Serta Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan.

2.1.4. Hukum Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku

pemungut pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak,Ada 2 macam hukum pajak

yaitu :

1. Hukum Pajak Materil

Hukum pajak materil, memuat norma-norma yang menerangkan antara

lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak) siapa

yang dikenakan (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala

sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara

pemerintah dan wajib pajak.

Contoh : Undang-undang pajak penghasilan

2. Hukum Pajak Formil

Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum

materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini

memuat antara lain :

 Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

 Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak

mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.


12

 Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan,

dan hak- hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2.1.5. Teori Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2018:5) berikut ini disajikan beberapa teori yang

menjelaskan memberikan pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak

antara lain:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya

oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu

premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan

seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak yang

harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur

daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu:

a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang

dimiliki oleh seseorang.

b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuh materil yang

harus dipenuhi.
13

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan

negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari

bahwa pembayaran pajak adalah sebagai sumber suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk

rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke

masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat dengan

demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

2.1.6. Tata Cara Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu :

a. Stelsel Nyata (rill)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

objek yang sesungguhnya terjadi (untuk PPn maka objeknya adalah

penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknyabaru dapat

dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan

yang sesungguhnya dalam satu tahun pajak diketahui.

Kekurangan stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui

pada akhir periode, sehingga :


14

1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yag tinggi

pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu

tersedia jumlah kas yang memadai.

2) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun

sehingga jumlah uang beredar secara makro akan terpengaruh.

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada

suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Kelebihan stelsel

fiktif adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus

menunggu sampai akhir tahun. Kekurangan stelsel fiktif adalah pajak

yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya,

sehingga penentuan pajak menjadi tidak akurat.

2. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat dua asas pemungutan pajak, yaitu :

a) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan Negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,

baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas

ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b) Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber

di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c) Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.


15

2.2. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:7) ada beberapa sistem pemungutan pajak yang

terdiri sebagai berikut:

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib

pajak sendiri.

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menhitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)

untuk menentukn besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:
16

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.3. Penggolongan Pajak

Dalam hukum pajak terdapat pembagian jenis-jenis pajak yang dibagi

dalam berbagai kelompok pajak. Cara pengelompokan pajak didasarkan atas sifat-

sifat tertentu yang terdapat dalam masing-masing pajak atau didasrkan pada ciri-

ciri tertentu pada setiap pajak dimasukkan dalam suatu kelompok sehingga

terjadilah pengelompokkan atau pembagian. (Mardiasmo, 2011:5)

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh:

pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: pajak pertambahan nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarka pada

subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak. Contoh: pajak

penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai

atas barang mewah

3. Menurut Lembaga Pemungutannya

a. Pajak Pusat adalah pajak yang penggolongannya dilakukan oleh

pemerintah pusat untuk membiayai rumah tangga negara. Yang termasuk


17

pajak pusat yang penggolongannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pajak, Meliputi:

1) Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan atas

penghasilannya yang diterima oleh wajib pajak.

2) PPN dan PPnBM adalah pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak dan

Jasa Kena Pajak didalam daerah pabean.

3) Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen-dokumen

b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah terdiri

atas:

1) Pajak Provinsi. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor.

2) Pajak Kabupaten/Kota. Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Parkir, dll.

2.4. Pendapatan Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah mengharuskan pemerintah pusat

melimpahkan sumber- sumber pendapatan daerah kepada pemerintah daerah

sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, dimana pemerintah

daerah mempunyai hak dan wewenang dalam menggali dan mengelola sumber-

sumber pendapatan daerah tersebut. Berdasarkan Undang- undang Nomor 32

tahun 2004 yang sebagimana telah diperbaharui menjadi Undang-undang 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak

yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
18

anggaran yang berlaku. Pendapatan daerah dalam struktur Anggran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) merupakan elemen yang cukup penting peranannya, baik

untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan maupun pemberian layanan

kepada publik. Pendapatan daerah berasal dari penerimaan daerah itu sendiri yang

meliputi pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional demokratis, transparan dan

bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi

dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran

penyelenggaraan dekonstralisai dan tugas pembantuan (Undang-undang Nomor

23 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah).

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang- undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah menetapkan bahwa pemerintah daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daeraah dan pembiayaan.

Sumber pendapatan daerah terdiri atas tiga kelompok, yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari

sumber- umber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

meliputi:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum

(BLU) daerah.
19

c. Hasil pengelolaan kekayaan antara lain bagian laba dari badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) hasil kerjasama pihak ketiga, dan

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Dana perimbangan berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 Ayat 19

yaitu “ Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksnaan desentralisasi”. Tujuan dari dana perimbangan yaitu

untuk mengurangi kesenjangan pada bagian fiskal yang terjadi antara

pemerintah pusat dan pemmerintah daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 10

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa dan

perimbangan terdiri atas:

a. Dana Bagi Hasil, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi

hasilkan kepada daerah berdasarkan angka presentase tertentu dengan

memperhatikan potensi daerah penghasil Dana Bagi Hasil, bersumber dari

hasil pajak dan sumber daya alam.

b. Dana Alokasi Umum, yaitu sejumlah dana yang dialokasikan kepada

daerah otonom setiap tahunnya yang diprioritaskan untuk pembangunan

daerah. Dana Alokasi Umum dialokasikan dengan tujuan pemerataan

dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi,

jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan di daerah, sehingga perbedaan

antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat

diperkecil.
20

c. Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang maju

sesuai dengan prioritas nasional.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 Pasal 295 Ayat 1 menjelaskan bahwa pendapatan daerah yang sah

merupakan seluruh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dan

pendapatan transfer yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-

lain.pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hibah adalah pemberian dari pihak ketiga tanpa adanya ikatan apapun.

Sedangkan, dana darurat adalah dana yang bersifat mendesak. Disebut

mendesak karena dana tersebut harus ada dalam waktu singkat atau

secepatnya karena hendak dipakai untuk menanggulangi kejadian, peristiwa

atau keadaan diluar dugaan seperti bencana alam, kerusuhan, dan lain-lain.

Daerah yang mengalami kejadian, peristiwa dan keadaan yang bersifat darurat

dari APBN. Disamping dana hibah dan dana darurat juga bisa mendapatkan

dana lainnya seperti hadiah, komisi, atau fee.

2.5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah.

Oleh karena itu kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya

kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Semakin besar kontribusi yang dapat

diberikan terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah


21

daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah yang luas,

nyata dan bertanggung jawab dapat terwujud.

Menurut Mardiasmo (2008:132) Pendapatan Asli Daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil penglolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa

Pendapatan Asli Daerah adalah sumber keuangan daaerah yang digali dari

wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil Pajak Daerah, hasil

Retribusi Daerah, hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan keuangan daerah yang

bersumber dari potensi-potensi pendapatan dalam daerah yang bersangkutan yang

dikelola sendiri oleh pemerintah daerah tersebut dan digunakan untuk

pembangunan daerah itu sendiri, baik pembangunan dalam rangka mengejar

kemajuan daerah maupun membangun aspek kehidupan masyarakat agar

menciptakan masyrakat yang adil dan makmur yang merata.

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang sebagaimana tercantum

didalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, meliputi:

1. Hasil Pajak Daerah, adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk

dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik


22

2. Hasil Retribusi Daerah, merupakan pungutan daerah sebagai wujud

pembayaran atau jasa pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau

diberikan oleh pemrintah daerah untuk suatu kepentingan.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan, merupakan hasil pendapatan daerah dari keuntungan yang didapat

dari perusahaan daerah yang dapat berupa pembangunan daerah dan

merupakan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah.

Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

yang dipisahkan antara lain: bagian laba, dividen, dan penjualan saham milik

daerah.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah berupa jasa giro, penjualan aset

tetap daerah, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata

uang asing, komisi potongan, dan bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

2.6. Pajak Daerah

Pajak Daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah

kontribusi wajib kepada daerahyang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Menurut Marihot Pahala Siahaan (2013:7) jenis Pajak Daerah yang diatur

dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah sebagi berikut:

1. Pajak Provinsi terdiri atas:


23

a. Pajak Kendaraan Bermotor,

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,

d. Pajak Air Permukaan,

e. Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel,

b. Pajak Restoran,

c. Pajak Hiburan,

d. Pajak Reklame,

e. Pajak Penerangan Jalan,

f. Pajak Minerel Bukan Logam dan Batuan,

g. Pajak Parkir,

h. Pajak Air Tanah,

i. Pajak Sarang Burung Walet,

2.7. Pajak Pemutihan Kendaraan Bermotor

2.7.1. Pengertian Pemutihan Kendaraan Bermotor

Masa pemutihan pajak kendaraan bermotor ialah salah satu masa yang

paling ditunggu oleh banyak orang yang berurusan dengan pajak kendaraannya.

Pemutihan pajak kendaraan bermotor merupakan suatu tindakan yang dilakukan

oleh Negara yang bertujuan untuk mendorong para wajib pajak yang telah

menunggak atau tidak membayarkan pajaknya selama bertahun-tahun. Pada masa


24

demikian ini tidak ada biaya atau denda keterlambatan sama sekali yang sehingga

uang yang kalian bayarkan itu murni pajak yang tertera di STNK.

2.7.2. Objek Pajak Pemutihan kendaraan Bermotor

Objek Pajak Pemutihan kendaraan bermotor adalah penyerahan

kepemilikan Kendaraan Bermotor. Termasuk dalam pengertian Kendaraan

Bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang

dioprasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioprasikan

di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (Lima Gross Tonnage) samai GT 7 (Tujuh

Gross Tonnage). Pengertian kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan

bermotor dapat ditentukan meliputi kepemilikan dan atau penguasan kendaraan

bermotor yang terdaftar di daerah provinsi yang bersangkutan serta kepemilikan

dan atau penguasaan kendaraan bermotor yang terdaftar di daerah provinsi selama

jangka waktu tertentu.

2.7.3. Subjek Pajak Pemutihan Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak pemutihan Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau

Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Sementara itu,

yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki

kendaraan bermotor .
25

2.7.4. Dasar Pemutihan Kendaraan bermotor

Dasar pemutihan pajak kendaraan bermotor yaitu di ajukan oleh Gubernur

jambi tahun 2020 tentang penghapusan sanksi administrasi atau denda pajak

kendaraan bermotor.

2.7.5. Tarif Pemutihan Kendaraan Bermotor

Tarif Pajak pemutihan Kendaraan Bermotor ditetapkan selama masa

Pemutihan.

1. Bebas Bea Balik Nama

Kendaraan bermotor atas penyerahan kedua dan seterusnya

2. Bebas Sanksi Administratif

Pajak kendaraan bermotor & BBN kendaraan bermotor.

2.7.6. Syarat-syarat Pemutihan Kendaraan Bermotor

Syarat-syarat untuk Pemutihan Kendaraan Bermotor.

1. STNK (asli dan fotokopi)

2. KTP (atas nama pemilik kendraan asli dan fotokopi)

3. BPKB (asli dan foto kopi)

4. Map kuning (sepeda motor)

5. Map merah (mobil)

6. Uang pembayaran pajak kendaraan bermotor.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Instansi SAMSAT Kota Jambi

3.1.1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya

Bersama Kapolri dirjen pemerintahan umum dan otonomi daerah dan

direktur utama PT. Jasa Raharja (Persero) Nomor SKEP/06/X/1999 No.973-1220

dan Nomor SKEP/02/X/1999 tanggal 15 Oktober 1999 tentang pedoman tata

laksana SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), bergerak

dibidang pelayanan/pengurusan BPKB dan mutasi kendaraan bermotor dari

daerah satu ke daerah lainnya, kantor ini sudah bergerak dan berjalan lebih kurang

15 tahun .

Kantor ini tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kantor SAMSAT

(Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) pembantu. PKB (Pajak Kendaraan

Bermotor) di Provinsi Jambi SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap) adalah kantor yang umumnya bergerak dibidang sistem pelayanan

perpajakan kendaraan bermotor dari satu daerah kewilayah daerah lainnya.

Dimana setiap masyarakat harus wajib membayar pajak kendaraan

bermotor mereka setiap tahunnya dan selama setiap 5 (lima) tahun mereka harus

ganti STNK (Surat Tanda Kendaraan Bermotor) . Mutasi masuk adalah dimana

suatu kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat dari wilayah/daerah lainnya

masuk ke daerah kita, begitu pula sebaliknya nutasi keluar.

Kantor ini salah satu bentuk telegram Kapolri No.pol: T/673/1993 tanggal

17 Juni 1993 tentang mutasi kendaraan bermotor, sesuai dengan tata yang

26
27

diperlukan, dan terhadap RANMOR (Kendaraan Bermotor) tersebut sesuai

dengan persyaratan guna menghindari kendaraan tersebut apakah asli atau ilegal

(kendaraan curian) . Untuk dapat dilaksanakan, diperlukan dukungan penuh

masyarakat dan karyawan serta anggota yang bersangkutan, dan menegakkan

pelaksanaan program sistem pelayanan ini sebagai salah satu tanggung jawab

utamanya yang bertujuan menerapkan kenyamanan.

3.1.2. Visi dan Misi

 Visi

Terwujudnya pelayanan yang Profesional, Modern, dan Terpercaya bagi

masyarakat dalam memberikan pelayanan Prima bidang Registrasi dan

Identifikasi Kepemilikan Kendaraan Bermotor.

 Misi

1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan yang Profesional, Transparan, dan

Akuntabel.

2. Mewujudkan Kepuasan dan Kepercayaan Masyarakat Terhadap

Pelayanan Penerbitan BPKB.

3. Mewujudkan Pelayanan dan Sistem Informasi yang Lebih Terbuka

dengan Berbasis Teknologi Informasi.

4. Memberikan Pelayanan yang Sesuai dengan Prosedur dan Tidak

Mempersulit Masyarakat.
28

3.1.3. Struktur Organisasi dan Tugasnya

1. Struktur organisasi pada Kantor Samsat Kota Jambi terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Staf Tu (Tata Usaha)

d. Staf Dinas Luar

e. Staf Samsat

2. Tugas-tugas pada Kantor Samsat Kota Jambi

a. Kepala Dinas

 Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sekretariat,

bidang, UPTD dan kelompok jabatan fungsional .

b. Sub Bagian Tata Usaha (TU)

 Menyiapkan pengelolaan bagian surat menyurat, pengetikan,

pengadaan, tata usaha, kearsipan, kepustakaan, dan

perlengkapan.

 Mengurus administrasi.

 Melaksanakan urusan kantor dan penyelenggara rapat dinas.

 Menyiapkan badan pelaksanaan analisis jabatan dan

kelembagaan atau struktur organisasi.

c. Staf Tu

 Mengolah administrasi.

 Melaksanakan pelayanan administrasi di lingkungan samsat.

 Mengkordinasikan seluruh kegiatan dibidang pajak.


29

d. Staf Dinas Luar

 Merancang dan memimpin seluruh kegiatan dibidang pajak.

 Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan unit kerja

lainnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

e. Staf Fiskal

 Merencanakan dan memimpin seluruh kegiatan dibidang fiskal.

 Melaksanakan segala usaha tentang fiskal dan kegiatan dalam

rangka pemasukan pajak.

 Menata, mengelola data subjek dan objek tentang fiskal.

f. Staf Samsat.

 Merencanakan dan memimpin seluruh kegiatan dibidang pajak

kendaraan bermotor.

 Melaksanakan kegiatan unit-unit kerja lingkup samsat.

 Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan unit kerja lain

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

3.1.4. Jumlah Pegawai SAMSAT Kota Jambi

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, samsat kota jambi

mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai berikut :

1. PNS = 36 orang

2. PTT = 22 orang

Jumlah = 58 orang

Jika dilihat dari struktur pendidikan formal pegawai samsat kota Jambi

adalah sebagai berikut :


30

Tabel 3.1.

Jumlah Pendidikan Formal Samsat Kota Jambi 2020

NO PENDIDIKAN JUMLAH

1 SD -

2 SLTP -

3 SLTA 17

4 D1 2

5 S1 31

6 S2 8

JUMLAH 58

sumber : SAMSAT

Dari tabel diatas dapat dilihat dari pendidikan formal yang telah dimiliki

yaitu: pendidikan S2 sebanyak 8 orang, S1 sebanyak 31 orang, Sarjana Muda/D1

sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 17 orang, sedangkan SLTP dan SD tidak ada.

Sedangkat dilihat dari golongan atau pangkat dikantor SAMSAT Kota Jambi

tahun 2020 :

Tabel 3.2.

Golongan atau Pangkat di kantor SAMSAT Kota Jambi

NO PANGKAT/GOLONGAN JUMLAH

1. II/a -

2. II/b 2
31

NO PANGKAT/GOLONGAN JUMLAH

3. II/c -

4. II/d 2

5. III/a 7

6. III/b 8

7. III/c 6

8. III/d 9

9. IV/a 1

10. IV/b 1

11. IV/c -

12. IV/d -

JUMLAH 36

sumber : SAMSAT

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang

pangkat/golongan IV sebanyak 2 orang, golongan III sebanyak 30 orang, dan

golongan II sebanyak 4 orang.


32

3.2. Mekanisme Penghitungan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dan

proses pembayaran termasuk keuntungan dalam masa pemutihan

3.2.1. Penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor dimasa pemutihan

Menurut peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor.610 Keputusan

Gubernur Provinsi Jambi 28 juli 2020, selama bulan Agustus hingga 30

November 2020, seluruh masyarakat jambi di beri keringanan dan pembebasan

sanksi administrasi. Dalam peraturan Gubernur tersebut di terangkan bahwa

pemberian keringanan dan pembebasan sanksi administrasi hanya di berikan pada:

1. Pembebasan pokok dan sanksi administrasi kenaikan dan/atau bunga bea Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) atas penyerahan kedua dan

seterusnya (BBN II) untuk kendaraan roda dua (dua) dan roda 3 (tiga);

2. Pembebasan sanksi administrasi kenaikan dan/atau Bunga Pajak Kendaraan

Bermotor untuk kendaraan roda dua 2 (dua) dan roda 3 (tiga);

3. Pembebasan pokok dan sanksi kenaikan dan/atau bunga Bea Balik Nama

Kerndaraan Bermotor (BBNKB) atas penyerahan kedua dan seterusnya (BBN

II) untuk kendaraan bermotor angkutan umum dan plat dasar kuning;

Sesuai dengan peraturan tersebut, maka yang mendapat keringanan dan

pembebasan sanksi administrasi adalah pokok dan sanksi denda dan/atau bunga

BBN II bagi kendaraan roda 2 (dua), roda 3 (tiga) dan angkutan umum dan plat

dasar kuning.

Untuk contoh perhitungan sebagai berikut:

Contoh:

Tn. Nurjanih memiliki sepeda motor Honda beat tahun 2013, Sepeda motor

miliknya ini telah habis masa pajaknya pada tanggal 13 maret 2018 , Namun
33

karena saat itu dia mulai tidak menerus pembayaran pajak motornya, maka ada

pemutihan inilah dia mau membayar pajak motornya, dan masa pemutihan ini dia

sangat terbantu dengan pajak motornya yang keterlambatan bayar yang penuh

denda, maka perhitungan untuk Tn. Nurjanih adalah:

TARIF : 1,5%×Rp10.600.000,-×1,×100%

DASAR:

PKB : Rp318.000,-

SWDKLJ : Rp175.000,-

PNBP STNK : Rp100.000,-

PNBP TNKB : Rp60.000,-

TOTAL : Rp1.374.800,- (SEBELUM PEMUTIHAN)

TOTAL : Rp653.000,- (SESUDAH PEMUTIHAN)

3.2.2. Hambatan yang Timbul dalam Penghitungan Pajak Kendaraan

Bermotor dimasa Pemutihan

Dalam suatu pekerjaan tidak akan luput dari yang namanya masalah-

masalah yang dapat menghambat kelancaran pelaksanaan kerja perusahaan secara

maksimal. Hambatan-hambatan itu terjadi di Samsat Kota Jambi khususnya

dalam:

1. Sumber Daya Manusia

a. Kurang mengerti atau memahami peraturan dalam penghitungan PKB.

b. Kurang informasi terhadap peraturan-peraturan baru yang diberikan.

c. Dari kesalahan yang disebabkan sumber daya manusia diatas dapat

mengakibatkan kesalahan dalam penghitungan dan penerimaan pajak


34

kendaraan bermotor, sehingga akan terjadi perbedaan jumlah penerimaan

terhadap pajak kendaraan bermotor.

2. Sarana (Fasilitas)

a. Gangguan teknis pada komputer yang kadang terjadi pada saat pemasukan

data yang akan mengakibatkan kekacauan sehingga pekerjaan terhambat.

b. Adanya gangguan pemadaman listrik menjadikan semua pekerjaan lumpuh

total dan tidak bisa melakukan penghitungan Pajak Kendaraan Bermotor.

3.2.3. Tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Dalam masa

Pemutihan

Syarat administratif untuk mengikuti Pemutihan ini sama seperti standar

pengurusan pajak kendaraan biasa, perbedaanya hanya di hapuskan yang

menunggak pajak (keterlambatan membayar PKB), misalnya tunggakan

pajak dua tahun menjadi cukup bayar satu tahun dan denda PKB.

Untuk memproses Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) syarat yang

harus di persiapkan cukup Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor (BPKB),Selanjutnya, tingal ke kantor Samsat.

Berikut ini langkah-langkah yang harus di tempuh adalah:

 Siapkan dokumen asli dan fotokopi untuk STNK,KTP,BPKB dan

kuitansi pembelian motor yang di tandatangani di atas materai.

 Datangi kantor Samsat sambil membawa ketiga dokumen asli dan

fotokopi tersebut (KTP,STNK dan BPKB).

Untuk BPKB asli dan kuitansi pembelian kendaraan harus di masukkan

dalam map terpisah.


35

Apabila terdapat perbedaan wilayah domisili antara pemohon Pemutihan

BBNKB dengan wilayah dalam dokumen Kendaraan, maka pemohon

harus menjalani proses cabut berkas dulu.

Dan harus di jalani juga adalah Cek Fisik Kendaraan yang akan balik

nama dan membawa ke tempat cek fisik, setelah pemeriksaan cek fisik

selsai, berikut ini langkah langkah untuk selanjutnya:

 pemohon akan diberi lembaran hasil cek fisik untuk di lampirkan

bersama dokumen lainya.

 Setelah dokumen tersebut di periksa, pemohon diberi formulir

oleh petugas untuk diisi.

 Langkah selanjutnya, tunggu panggilan, yang akan

menginformasikan berkas sedang di proses dan dokumen asli

(BPKB dan KTP) di kembalikan.

 Lakukan pembayaran biaya pendaftaran balik nama.

 Pemohon akan di berikan bukti tanda terima dan biasanya

pemohon akan diminta kembali lagi seitar 1-2 hari.

 Lalu datang sesuai jadwal yang sudah di tentukan ke kantor

Samsat dengan membawa lembaran tanda terima dan BPKB asli.

 Serahkan dokumen itu ke loket pendaftaran balik nama bersama

fotokopi kuintansi pembelian dan hasil pemeriksaan cek fisik

kepada petugas.

 Setelah data di cocokkan oleh petugas , BPKB akan di serahkan

tanpa harus membayar biaya lagi.


36

3.2.4. Keuntungan membayar Pajak dalam maa Pemutihan Pajak kendaraan

Bermotor

Masa pemutihan pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu masa

yang ditunggu oleh banyak orang yang berurusan dengan pajak kendaraannya

yang melampaui batas masa yang di tentukan, Pemutihan pajak kendaraan

Bermotor adalah suatu tindakan oleh Negara yang bertujuan untuk mendorong

para wajip pajak yang telah menunggak atau tidak membayarkan pajaknya selama

bertahun tahun, Pada masa ini tidak ada biaya atau denda keterlambatan sama

sekali. Sehingga uang yang anda bayarkan itu murni pajak yang tertara di STNK.

Tujuannya tentu agar sama-sama memperoleh keuntungan baik dari

Negara maupun para wajip pajak, Bagi wajip pajak di masa Pemutihan ini akan

meringankan beban pajak karena yang dibayarkan hanya pokoknya saja, Sehingga

yang awalnya punya motor mati pajak, sekarang sudah kembali aktif.

Untuk Negara, masa pemutihan ini akan menambah pendapatan daerah

dari sisi pajak kendaraan bermotor, Kaerena kalau masa pemutihan ini, pasti

kantor Samsat akan sangat ramai sepanjang hari, jadi dipastikan pendapatan dari

sektor pajakpun mengalami peningkatan.


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Penerimaan PKB dan BBN-KB yang realisasinya selalu naik tiap tahun ini

tidak lepas dari kesadaran wajip pajak akan pentingnya membayar PKB mereka,

karena merekalah yang nantinya akan menggunakan fasilitas-fasilitas jalan.

Serta kebijakan-kebijakan pemerintah Provinsi Jambi juga tidak dapat

dikesampingkan didalam tercapainya realisasi ini yaitu seperti di keluarkannya

peraturan gubernur tentang Pemutihan Pajak kendaraan bermotor.

1. Perhitungan pajak Kendaraan Bermotor dalam masa Pemutihan adalah di beri

keringanan yaitu pembebasan dari denda yang disebabkan oleh telat

membayar atau tunggakan pajak kendaraan tersebut, dan hanya membayar

pokoknya saja.

2. Tata cara pembayaran pajak kendaraan Bermotor di Masa Pemutihan tahun

2020 ialah para Wajib Pajak harus melangkapi syarat-syarat seperti

STNK,KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan juga langkah-langkah yang harus di

lakukan Di SAMSAT KOTA JAMBI.

3. Keuntungan melakukan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Di masa

Pemutihan tahun 2020 adalah keringanan pembayaran pajak kendaraan

bermotor hanya di pungut 2 tahun keatas dan 1 tahun berjalan sesuai dengan

jatuh tempo pajak kendaraannya.

37
38

4.2. Saran

Berdasarkan pembahasan & penulisan, Maka hal-hal yang dapat

disarankan kepada pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan penghitungan pajak

kendaraan bermotor :

1. Sumber daya manusia merupakan faktor penggerak yang sangat penting dalam

seluruh kegiatan khususnya dalam penghitungan pajak kendaraan bermotor Di

UPTD PPD SAMSAT KOTA JAMBI..

2. Kantor SAMSAT Kota Jambi dituntut untuk selalu peka dan tanggap dengan

menunjukan kinerja yang baik, agar tujuan dan sasaran dapat terwujud dan

dapat dipertanggung jawabkan.

3. Kantor SAMSAT Kota Jambi dapat meningkatkan lagi aktivitas dalam bentuk

mensosialisasikan kepada wajib pajak betapa pentingnya membayar pajak

tepat waktu agar tidak terjadinya denda (penambahan dana) dalam

pembayaran pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Des, Nimas Aristanti, 2020. “Cara Cek dan Bayar Pajak Kendaraan Bermotor
(Mobil & Motor) 2020”. https://koinworks.com/blog/pajak-kendaraan-
bermotor/, diakses pada 26 Maret 2020 pukul 20.30
Dispenda Prov Jambi, Perda Prov Jambi No.6 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah.

Mardiasmo, 2016, Perpajakan, Andi : Yogyakarta.

Mardiasmo, 2018, Perpajakan, Andi : Yogyakarta.

Mekari, Klik Pajak, 2020. “Pengertian Pajak Negara dan Pajak Daerah”,
https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/pajak-negara-dan-pajak-pemerintah/,
diakses pada 26 Maret2020 pukul 20.05.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 2011 Tentang Penghitungan Dasar
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor.

Peraturan Gubernur Jambi No.19 Tahun 2016 Tentang Penghitungan Dasar


Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor.

Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Jenis-jenis


Pajak Daerah. Sekretariat Negara: Jakarta.

Resmi, Siti, 2014, Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat : Jakarta.

Suhartono, Rudy dan Wirawan B. Ilyas, 2010, Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), Salemba Empat : Jakarta.

Sujarweni, V. Wiratna, 2015, Metodologi Penelitian Bisnis&Ekonomi, Pustaka


Baru Press : Yogyakarta.

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Buku 2, Edisi 10, Salemba Empat : Jakarta.

39
LAMPIRAN

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai