Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH KOMPRES ES PADA PASIEN NYERI AKUT YANG

TERPASANG WATER SEAL DRAINAGE DI RUANG RAJAWALI


1 B DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)

Oleh :

A. Arif Budianto

NIM : G3A021241

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul :

Pengaruh Kompres Es Pada Pasien Nyeri Akut Yang Terpasang Water Seal Drainage
di Ruang Rajawali 1 B di Rsup Dr. Kariadi Semarang adalah hasil karya sendiri, dan
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : A. Arif Budianto

NIM : G3A021241

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Semarang, 25 November 2022


Penulis

A. Arif Budianto
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul :


Pengaruh Kompres Es Pada Pasien Nyeri Akut yang Terpasang Water Seal Drainage
di Ruang Rajawali 1 B di Rsup Dr. Kariadi Semarang Yang disusun oleh :
Nama : A. Arif Budiyanto

NIM : G3A021241

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Telah dinyatakan layak untuk diseminarkan dihadapan Dewan Penguji Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN) Program Studi Pendidikan Profesi Ners.

Semarang, 25 November 2022


Pembimbing

Ns. Desi Ariyana R, M.Kep, Sp.Kep.Ji.


NIK : 28.6.1026.126
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul :


Pengaruh Kompres Es Pada Pasien Nyeri Akut yang terpasang Water Seal Drainage
di Ruang Rajawali 1 B di Rsup Dr. Kariadi Semarang Yang disusun oleh :

Nama : A. Arif Budiyanto


NIM : G3A021241
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal dan


diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar NERS
pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Penguji 1: Ns. Desi Ariyani R, M.Kep :..............................................

Penguji 2: Dr.Ns. M. Fatkhul Mubin, M.Kep, Sp.Kep.Jiw..............................................

Penguji 3: Ns. Desi Ariyani R, M.Kep : ..............................................

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Ns. Mariyam, M.Kep, Sp.Kep.An


NIK: 28.6.1026.127
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai aktivitas akademik Universitas Muhammadiyah Semarang, saya yang


bertanda tangan di bawah ini :
Nama : A. Arif Budianto
NIM : G3A021241
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Semarang Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh
Kompres Es Pada Pasien Nyeri Akut yang Terpasang Water Seal Drainage Di
Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi Semarang beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas
Muhammadiyah Semarang berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Semarang, 25 November 2022


Penulis

A. Arif Budianto
PENGARUH KOMPRES ES PADA PASIEN NYERI AKUT YANG TERPASANG WATER
SEAL DRAINAGE DI RUANG RAJAWALI 1 B DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

A. Arif Budianto1, Ns. Desi Ariyani R, M.Kep2


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Dosen Program Studi Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Semarang

Email : ners@unimus.ac.id

Abstrak

Latar belakang : Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura untuk mencegah penumpukan kembali
cairan, menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea. Jika torakosentesis tidak berhasil maka
dilakukan Water Seal Drainage (WSD). Tindakan pemasangan Water seal Drainage sering
menimbulkan rasa nyeri. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional
yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Tujuan :
Mengetahui Aplikasi hasil penelitian tentang Pengaruh Kompres Es Pada Pasien Nyeri Akut Yang
Terpasang Water Seal Drainage di Ruang Rajawali 1 B di Rsup Dr. Kariadi Semarang Metode :
Metode yang digunakan studi kasus ini yaitu deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan.
Studi kasus ini dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah, membuat perencanaan, melakukan
implementasi dan evaluasi. Penerapan studi kasus ini dengan menggunakan kompres dingin pada
pasien nyeri akut yang terpasang Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi
Semarang dan dievaluasi dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Kesimpulan Terapi non
farmakologi kompres dingin dilakukan selama 3 hari selama durasi waktu 15 menit diperoleh hasil
adanya penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin selama 3 hari dengan
durasi 15 menit dengan pasien 1 dan 2 hari pertama skala 4, hari ke kedua skala 3 dan hari ke ketiga
skala 2 & 3. Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan pemberian kompres dingin pada pasien yang
mengalami nyeri akut. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada kedua responden dapat
disimpulkan bahwa terapi pemberian kompres dingin efektif dalam menurunkan nyeri. Rekomendasi :
kompres dingin efektif dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) pada pasien nyeri
akut

Kata kunci : kompres dingin, nyeri akut, Water Seal Drainage


EFFECT OF ICE COMPRESSES ON ACUTE PAIN PATIENTS WITH WATER
DRAINAGE SEALS IN ROOM RAJAWALI 1 B AT DR. KARIADI SEMARANG
A. Arif Budianto1, Ns. Desi Ariyani R, M.Kep2
1
Student of the Nursing Professional Study Program, Muhammadiyah University Semarang
2
Lecturer in the Nursing Study Program, Muhammadiyah University of Semarang
Email : ners@unimus.ac.id

Abstract
Background : The management of pleural effusion is to prevent fluid accumulation, relieve discomfort
and dyspnea. If thoracentesis is not successful, a Water Seal Drainage (WSD) is performed. The
installation of a Drainage Water seal often causes pain. Pain is a form of discomfort, both sensory and
emotional, associated with the risk or actual damage to body tissues, arising when the tissues are
damaged and causing the individual to react to relieve pain. Objective: To find out the application of
research results on the Effect of Ice Compresses on Acute Pain Patients Installed with Water Seal
Drainage in Rajawali 1 B Room at Rsup Dr. Kariadi Semarang Method: The method used in this case
study is descriptive with a nursing care process approach. This case study starts from assessing,
formulating problems, making plans, implementing and evaluating. Application of this case study using
cold compresses on acute pain patients who have Water Seal Drainage installed in Rajawali 1 B Room
at Dr. Kariadi Semarang and evaluated using the Visual Analog Scale (VAS). Conclusion Non-
pharmacological therapy of cold compresses carried out for 3 days for a duration of 15 minutes
obtained the results of a decrease in pain scale before and after being given cold compresses for 3
days with a duration of 15 minutes with patients 1 and 2 first day scale 4, second day scale 3 and third
day of scale 2 & 3. Nurses are expected to be able to apply cold compresses to patients who experience
acute pain. Based on the actions taken on the two respondents, it can be concluded that cold compress
therapy is effective in reducing pain. Recommendation: cold compresses are effective according to
standard operating procedures (SOP) in acute pain patients

Keywords: cold compress, acute pain, Water Seal Drainage


PENDAHULUAN
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada pleura terjadi apabila
produksi meningkat minimal 30 kali normal atau adanya gangguan pada absorbsinya
(Harjanto, Nurdin, and Rahmanoe 2018). Cairan pleura berupa eksudat, transudat dan
chylus. Pada cairan pleura eksudat protein rasionya >0,60. Sedangkan chylus
warnanya putih seperti susu dan mengandung lemak. Eksudat disebabkan oleh karena
adanya kerusakan pada capillary bed di paru, pleura dan jaringan sekitarnya.
Transudat disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat atau tekanan osmotik
yang menurun. Sedangkan pada absorbsi terhambat disebabkan adanya gangguan
kemampuan kontraksi saluran lymphe, infiltrasi pada kelenjar getah bening dan
kenaikan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran lymphe (Jasaputra, Widjaja,
and Liliana 2019).
Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura untuk mencegah penumpukan
kembali cairan, menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea. Jika torakosentesis
tidak berhasil maka dilakukan Water Seal Drainage (WSD) (Bahrudin 2018).
Tindakan pemasangan Water seal Drainage sering menimbulkan rasa
nyeri. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional
yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri (Adam 2017).
Salah satu metode pengobatan non-farmakologis digunakan untuk manajemen
nyeri adalah kompres es. Kompres es merupakan salah satu metode non-farmakologi
tertua yang diketahui. Ini diterapkan untuk menghilangkan rasa sakit dengan
memberikan efek lokal atau sistemik pada tubuh, Efek tidak langsung dari terapi
dingin pada rasa sakit adalah mengurangi edema, kejang otot, dan peradangan dengan
mengurangi tekanan pada ujung saraf (Kÿya, Demirayb, and Borana 2022). Kompres
es digunakan untuk mengurangi penggunaan analgesik dan meningkatkan kualitas
hidup pasien dengan membantu mereka mengatasi rasa sakit. Aplikasi kompres es
pada area insisi setelah operasi hernia inguinalis, dan pasien episiotomi mengurangi
rasa sakit (Ceklik and Ozer 2020). Aplikasi kompres es merupakan metode
nonfarmakologis yang sederhana, efektif, aman, dan murah yang digunakan untuk
pengendalian nyeri baik dalam perawatan bedah maupun medis. Aplikasi dingin
meningkatkan ambang nyeri, mengurangi penggunaan obat analgesik dan anti
inflamasi, meredakan kejang, meningkatkan mobilitas, dan mempersingkat masa
tinggal di rumah sakit (Ozkan and Cavdar 2021).
Aplikasi kompres dingin menciptakan efek anestesi setelah menit ke-12
dan mengurangi edema dan nyeri dengan meningkatkan metabolisme dan
vasodilatasi refleks di jaringan dalam antara 12 dan 15 menit. Pasien dapat
ditanya bagaimana perasaan mereka tentang aplikasi ini 5 menit setelah CGP
diterapkan. Studi sebelumnya telah menekankan bahwa interval harus minimal 2
jam untuk memastikan bahwa data tidak dipengaruhi oleh faktor selain aplikasi
dingin (Kÿya et al. 2022). Penelitian yang dilakukan oleh (Kÿya et al. 2022) kompres
es saat didinginkan, mereka tidak mengeras atau kehilangan kemampuannya untuk
terbentuk. Mereka dapat didinginkan hingga 0°C.Paket dingin dapat diterapkan untuk
sementara waktu sebelum kehilangan rasa dinginnya, tetapi peningkatan suhu di area
yang diterapkan diamati mulai dari menit kelima belas aplikasi. Aplikasi dingin
dengan metode kompres dingin harus dilakukan selama minimal 12-15 menit.Pada
penelitian ini, terapi dingin dilakukan selama 15 menit. Penelitian yang dilakukan
(Ozkan and Cavdar 2021) Terapi dingin diterapkan selama 20 menit, karena
aplikasi yang lebih lama dengan bahan pembalut tipis akan meningkatkan risiko
komplikasi. Terapi dingin diterapkan pada jam pertama, kedua, dan kedelapan
pasca operasi. Aplikasi pertama (seperti yang diterapkan dalam satu jam
pertama setelah operasi selesai, itu disebut aplikasi jam pertama) diterapkan di
ruang operasi dan unit perawatan pasca anestesi, sedangkan aplikasi jam kedua
dan kedelapan terjadi di ruang operasi. klinik bedah. Sebelum dan sesudah
terapi dingin, tanda-tanda vital diukur, dan VAS digunakan untuk mengukur
tingkat nyeri. Metode, bahan, dan alat yang sama (cold gel pack, sphygomanometer,
stetoskop, dan termometer) digunakan oleh peneliti untuk mengevaluasi nyeri dan
tanda-tanda vital pada pasien dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Semua luka
dibalut dengan kain kasa dan selotip dua lapis standar. Penilaian pasca operasi Setelah
hari pertama pasca operasi, aplikasi terapi dingin terjadi atas permintaan pasien.
Pasien diminta untuk mengulangi aplikasi segera setelah mereka merasa sakit,
dan untuk memberi tahu peneliti tentang waktu dan interval terapi dingin. Protokol
penerapan terapi dingin termasuk terapi dingin selama 3 hari pertama setelah operasi.
Pasien yang dipulangkan di dalam periode ini diminta untuk menghubungi peneliti
dengan perincian penggunaan terapi dingin setelah keluar dari rumah sakit. Tidak ada
intervensi yang dilakukan pada kelompok kontrol. Dan penelitian yang dilakukan
(Ceklik and Ozer 2020). Penelitian ini mengevaluasi efek penerapan dingin pada
lokasi sayatan pada karakteristik sensorik, emosional, dan nyeri total, tingkat
keparahan nyeri saat ini, dan tingkat keparahan nyeri secara keseluruhan melalui
pengukuran berulang yang dilakukan pada titik waktu yang berbeda pada pasien yang
menjalani operasi CABG Para pasien juga menerima oksigen melalui kanula hidung.
CGP dan kelompok kontrol terdiri dari pasien yang memiliki karakteristik serupa
terkait perawatan medis, dan efek perawatan medis pada temuan penelitian
diminimalkan sebanyak mungkin. Memastikan kesamaan karakteristik sampel antara
CGP dan kelompok kontrol juga penting dalam meminimalkan pengaruhnya terhadap
hasil. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa aplikasi dingin menurunkan nyeri insisi
sensorik dan afektif serta tingkat keparahan nyeri insisional setelah operasi CABG
(Elvira 2018). Setelah dilakukan intervensi kompres dingin pada pasien nyeri aku
yang terpasang water seal drainage dilakukan pengukuran mengunakan Visual
Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) merupakan cara menghitung skala nyeri yang
paling banyak digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan
memvisualisasikan gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien. Pada metode
VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di mana pada
ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi
mengindikasikan rasa atau intensitas nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua
indicator tersebut, VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri. VAS adalah
prosedur penghitungan yang mudah untuk digunakan (Manurung and Nuraeni 2020).
Kompres dingin membantu menurunkan suhu di bagian tubuh tertentu
sekaligus mengurangi rasa sakit dan bengkak. Menerapkan es pada cedera akan
membatasi aliran darah ke area tersebut, yang bisa menyebabkan memperlambat atau
menghentikan pendarahan, mengurangi pembengkakan dan peradangan mencegah
atau membatasi memar meredakan nyeri (Seingo, Sudiwati, and Dewi 2019).
Studi kasus ini menggunakan kompres dingin selama 3 hari dengan durasi
waktu 15 menit. Alasan pentignya asuhan keperawatan dengan menerapkan EBNP
menggunakan kompres dingin untuk menurunkan nyeri.
METODE
Metode yang digunakan studi kasus ini yaitu deskriptif dengan pendekatan proses
asuhan keperawatan. Studi kasus ini dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah,
membuat perencanaan, melakukan implementasi dan evaluasi. Penerapan studi kasus
ini dengan menggunakan kompres dingin pada pasien nyeri akut yang terpasang
Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi Semarang dan
dievaluasi dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Subjek studi kasus ini
yaitu pasien nyeri akut yang terpasang Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B
Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Subjek studi kasus ini berjumlah 2 pasien yang
didapatkan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Studi kasus ini dilakukan
selama 3 hari dimulai tanggal 20 – 22 Des & 23 -25 Des 2022. Subjek pada kasus ini
berjumlah 2 responden dengan kriteria inklusi responden mengalami nyeri akut yang
terpasang penderita Water Seal Drainage, yang bersedia menjadi responden di Ruang
Rajawali 1 B Di Rsup Dr. Kariadi, pasien yang mengalami nyeri akut sedang dengan
skala 4-6. Kriteria eksklusi pasien yang tidak mengalami nyeri akut di Rsup Dr.
Kariadi Semarang. Pasien yang mengalami nyeri berat.
Pengukuran nyeri akut di ukur menggunakan Visual Analog Scale (VAS).
dilakukan pengukuran sebelum intervensi hari 1, pada klien 1 dengan skala nyeri 4
dan klien 2 dengan skala nyeri 4. Intervensi dilakukan dengan meminta persetujuan
subjek studi untuk di berikan kompres dingin selama 3 hari dengan durasi 15 menit.
Keluarga juga di jelaskan dan di ajarkan melakukan kompres dingin agar ketika klien
mengalami nyeri bisa melakukan kompres dingin secara mandiri.
Pada hari pertama dilakukan pengakajian nyeri menggunakan VAS pada klien 1
dan 2 dan didapatkan hasil skala nyeri 4. di lanjut hari ke 2 melakukan terapi kompres
dingin selama 15 menit dan di ukur menggunakan VAS didapatkan hasil nyeri
berkurang skala nyeri 3. hari ketiga di lanjtkan lagi terapi kompres dingin karena klien
merasa nyeri berkurang setelah di kompres dan dilakukan pengukuran didapatkan
hasil skala nyeri 2 & 3
Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini yaitu Visual Analog Scale (VAS).
Pada hari pertama di lakukan pengkajian skala nyeri, dan dilanjutkan hari ke dua dan
ke tiga di lakukan terapi kompres dingin dan di lakukan pengukuran menggunakan
VAS. Intervensi pemberian kompres dingin dilakukan selama 3 hari dengan durasi
waktu 15 menit. Sebelum melakukan intervensi perawat menjelaskan kepada
responden mengenai tujuan, manfaat, indikasi dan tindakan yang akan dilakukan.
Lalu, mempersiapkan alat yang digunakan. Klien diberikan kompres dingin dan akan
di ukur pre dan post menggunakan VAS.
Penerapan terapi ini dilakukan atas persetujuan kedua subjek studi kasus dengan
mengisi lembar persetujuan (informed consent) setelah diberikan penjelasan mengenai
tujuan, manfaat, Pengolahan dan penyajian data pada kedua subjek studi kasus
dilakukan dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi serta evaluasi keperawatan. Evaluasi
keperawatan terdiri dari evaluasi formatif (proses) dan evaluasi sumatif (hasil).
Evaluasi formatif (proses) dilihat berdasarkan dari Subjektif, Objektif, Assesment dan
Plan (SOAP). Evaluasi sumatif (hasil) dilihat berdasarkan perubahan perilaku atau
status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan.
Subyek I adalah laki-laki berusia 47 tahun, berprofesi sebagai wiraswasta, dengan
diagnosa medis hidropnemotoraks kiri pasca pemasangan WSD. Peneliti melakukan
pengukuran skala nyeri dan didapatkan hasil skala nyeri 4. Subyek I Klien
mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri. Pengkajian nyeri PQRST didapatkan hasil :
P : Nyeri bertambah jika digerakan dan duduk. Q : Nyeri seperti tertusuk – tusuk R :
dada bagian kiri S : 4 T : Kadang-kadang, Tampak meringis menahan sakit saat
bergerak, Bersikap protektif, Terpasang chesh tube dada sebelah kiri.
Subyek II adalah laki-laki berusia 19 tahun, berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa,
dengan diagnosa medis efusi pleura kanan pasca pemasangan WSD. Peneliti
melakukan pengukuran skala nyeri dan didapatkan hasil skala nyeri 3. Subyek II
mengatakan mengeluh Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan Pengkajian
nyeri PQRST didapatkan hasil : P : Nyeri bertambah jika beraktifitas, Q : Nyeri
seperti tusukan dan mencengkram, R : dada sebelah kanan, S : 4, T : Hilang timbul,
Tampak meringis menahan sakit saat bergerak, Bersikap protektif, Terpasang chesh
tube dada sebelah kanan.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut. Hal ini dibuktikan dengan
adanya tanda dan gejala pada kedua subjek studi kasus seperti nyeri. Subjek studi
kasus 1 dilakukan pengukuran menggunakan instrumen VAS didapatkan skala nyeri
4. Sementara itu pada subjek studi kasus 2 didapatkan skala nyeri 4. Nyeri akut jika
tidak segera di tangani dapat mengakibatkan ansietas.
Intervensi yang diberikan adalah kompres dingin Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat (kemasan gel beku), Pilih lokasi kompres, Balut alat
kompres dingin dengan kain pelindung, Lakukan kompres dingin pada daerah yang
cedera, Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radiasi.
Intervensi keperawatan pada kedua studi kasus kompres dingin untuk menurunkan
skala nyeri dan mengurangi ansietas.
Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari selama 15 menit. Tindakan
keperawatan pada subjek studi kasus 1 & 2 dilakukan durasi 15 menit. Pada
pertemuan pertama dilakukan tanggal 20 & 23 Des 2022 dilakukan pengkajian skala
nyeri mengguanakan VAS didapatkan hasil skala nyeri 4. Dan dilanjut hari ke dua
tanggal 21 & 24 Des 2022 dilakukan terapi kompres dingin selama 15 menit dan di
lanjutkan pengukuran skala nyeri didapatkan hasil skala nyeri 3. Kemudian pasien
mengatakan nyeri berkurang setelah di berikan kompres dingin dan dilanjutkan hari
ke tiga tanggal 22 & 25 Des 2022 dilakukan kompres dingin selama 15 menit dan
dilakukan pengukuran skala nyeri menggunakan VAS dan didapatkan hasil skala
nyeri 2 & 3.
Setelah dilakukan implementasi kompres dingin selama 3 hari dengan durasi
waktu 15 menit. terdapat penurunan skala nyeri pada kedua subjek studi kasus.
Perubahan skala nyeri pada kedua subjek studi dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Analisis Perubahan Nyeri Akut


4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post

Responden 1 Responden 2

Berdasarkan hasil evaluasi selama 3 hari dan dilakukan kompres dingin


selama 15 menit, sebelum dan sesudah dilakukan kompres dingin di ukur
menggunakan instrumen VAS dan didapatkan analisis pada grafik 1.1, subjek studi
kasus 1 dan 2 nyeri akut hari pertama skala 4, dan nyeri akut hari kedua didapatkan
skala nyeri 3 dan hari ketiga didapatkan skala nyeri 2 & 3.

PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian didapatkan kedua responden berjenis kelamin laki-
laki. Sejalan dengan penelitian (Indriyani, Hayati, and Chodidjah 2019). Di Indonesia
berdasarkan hasil pengolahan data Susenas (2010) bahwa persentase laki-laki usia
mempunyai keluhan kesehatan dan terganggu dalam aktivitas sehari harinya lebih
banyak yaitu sebesar 17,54% dari pada perempuan yang sebesar 17,13%. Fenomena
ini mendukung bahwa pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Penelitian (Kartika, Erwin, and
Lestari 2020) Jenis kelamin responden yang terbanyak yang dirawat di ruang bedah
Cendrawasih I yaitu jenis kelamin laki-laki berjumlah 26 responden (59,1%). Menurut
Rustika (2000) angka harapan hidup waktu lahir perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
Namun pada laki-laki peranan hormon estrogen sangat sedikit dan juga laki-laki
mempunyai beban kerja fisik yang lebih berat, selain itu perilaku merokok dan
kebiasaan makan yang kurang berimbang menyebabkan laki-laki lebih mudah
terserang penyakit. Dan juga penelitian Hasil (Yuningsih 2019). penelitian ini
menunjukkan jenis kelamin laki-laki sebesar 80% dan perempuan 20%. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Alsagaff, 2010) penderita efusi pleura lebih sering terjadi pada laki-
laki daripada wanita. Hal ini dikarenakan gaya hidup seperti sering merokok
tembakau dan minum alkohol. Sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh,
sehingga mudah terpapar dengan agent efusi pleura.
Dari pengkajian yang telah di dapatkan, maka diagnosa keperawatan pada kedua
studi kasus ini adalah nyeri akut. Hal ini dibuktikan dengan adanya tanda dan gejala
pada kedua subjek studi kasus seperti nyeri. Subjek studi kasus 1 dilakukan
pengukuran menggunakan instrumen VAS didapatkan skala nyeri 4. Sementara itu
pada subjek studi kasus 2 didapatkan skala nyeri 4. Nyeri akut jika tidak segera di
tangani dapat mengakibatkan ansietas.
Intervensi yang diberikan adalah kompres dingin Pilih metode kompres yang
nyaman dan mudah didapat (kemasan gel beku), Pilih lokasi kompres, Balut alat
kompres dingin dengan kain pelindung, Lakukan kompres dingin pada daerah yang
cedera, Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radiasi.
Intervensi keperawatan pada kedua studi kasus kompres dingin untuk menurunkan
skala nyeri dan mengurangi ansietas. Penyebab nyeri akut disebabkan karena agen
pencedera fisik. Sejalan dengan penelitian (Syamsiah and Muslihat 2022). Penyebab
paling umum dari nyeri akut adalah kerusakan jaringan tubuh. Terdapat tiga macam
rangsangan pemicu kerusakan jaringan, yakni fisik, biologi, dan kimia. Nyeri akut
juga mungkin terkait dengan penyebab psikologis atau kondisi medis yang sedang
dialami pasien. Rangsangan biologis: bakteri, virus, dan jamur yang membahayakan
tubuh dan menyebabkan rasa sakit. Rangsangan kimia: biasanya bersifat kaustik atau
terjadi karena peristiwa kimiawi pada tubuh. Rangsangan fisik: rasa nyeri yang terjadi
saat seseorang terluka atau menjalani prosedur/tindakan medis, misalnya operasi
(Kurniyawan 2020).
Pasien pasca operasi sering mengalami nyeri akibat diskontinuitas jaringan atau
luka operasi serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur pasca operasi
sendiri. Dari segi penderita, timbulnya dan beratnya rasa nyeri pasca operasi dapat
dipengaruhi oleh fisik, psikis atau emosi, karakter individu dan sosial kultural
maupun pengalaman masa lalu terhadap rasa nyeri. Nyeri akut adalah rasa nyeri
normal yang memperingatkan bahwa Anda telah terluka. Misalnya saat Anda terkena
luka bakar, atau ibu jari yang terpukul palu secara tidak sengaja. Nyeri akut biasanya
datang secara tiba-tiba atau mendadak, dan berlangsung dalam waktu yang relatif
singkat (Tanra 2020). Kompres dingin memiliki manfaat sebagai berikut Meringankan
rasa sakit dengan membuat mati rasa pada area yang diberi kompres dingin Mampu
mengurangi bengkak Mengurangi perdarahan Kompres dingin bisa menolong luka
atau rasa sakit akut karena bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah. Proses
ini bisa membantu mengurangi rasa sakit dan meminimalisir radang dan nyeri,
terutama pada kasus akut. Contoh kasus yang baik digunakan kompres dingin adalah
serangan asam urat dan sakit kepala.
Kompres dingin memiliki manfaat sebagai berikut: Meringankan rasa sakit
dengan membuat mati rasa pada area yang diberi kompres dingin Mampu mengurangi
bengkak Mengurangi perdarahan Kompres dingin bisa menolong luka atau rasa sakit
akut karena bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah (Saputri 2021).
Kompres dingin bekerja dengan cara mempersempit diameter pembuluh darah
sehingga aliran darah yang menuju lokasi cedera menjadi lambat. Pada saat cedera
terjadi proses peradangan dan kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan
pendarahan, sebaiknya kita lakukan kompres dengan es atau air dingin untuk
menurunkan resiko perdarahan. Selain itu, suhu dingin yang menyebabkan penurunan
aliran darah berefek terhadap penurunan jumlah zat perangsang radang yang bergerak
menuju lokasi cedera sehingga dapat mengurangi bengkak dan nyeri (Saleng and M
2020).
Evaluasi yang di dapatkan setelah dilakukan kompres dingin Pada Pasien Nyeri
Akut yang Terpasang Water Seal Drainage Di Ruang Rajawali 1 B Di Rsup Dr.
Kariadi Semarang. diperoleh hasil adanya penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan kompres dingin selama 3 hari dengan durasi 15 menit dengan pasien 1 dan 2
hari pertama skala 4, hari ke kedua skala 3 dan hari ke ketiga skala 2 & 3.
SIMPULAN
Terapi non farmakologi kompres dingin dilakukan selama 3 dengan durasi
waktu 15 menit diperoleh hasil adanya penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan kompres dingin selama 3 hari dengan durasi 15 menit dengan pasien 1 dan 2
hari pertama skala 4, hari ke kedua skala 3 dan hari ke ketiga skala 2 & 3 . Perawat
diharapkan dapat mengaplikasikan pemberian kompres dingin pada pasien yang
mengalami nyeri akut. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada kedua
responden dapat disimpulkan bahwa terapi pemberian kompres dingin efektif dalam
menurunkan nyeri.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan untuk semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaiakan karya ilmiah akhir ners terkhusus untuk
pembimbing, penguji dan rekan-rekan satu profesi serta pihak Rsup Dr. Kariadi
Semarang yang sudah memberikan kesempatan untuk belajar dan terus belajar
sehingga penyusunan karya ilmiah ini berhasil sesuai dengan target yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Naufal. 2017. “Penilaian Nyeri.” Academia 133–63.
Anugerah, Amanda Putri, Retno Purwandari, and Mulia Hakam. 2020. “Pengaruh
Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF ( Open Reduction
Internal Fixation ) Pada Pasien Fraktur Di RSD Dr . H . Koesnadi Bondowoso
Pain in Patients ORIF Fracture in RSD Dr . H . Koesnadi.” 5(2):247–52.
Asnidar. 2019. “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumothorax Dengan
Intervensi Positioning Dan Monitoring Water Seal Drainage (WSD) Di RSUP
Fatmawati Jakarta.”
Bahrudin, Mochamad. 2018. “Patofisiologi Nyeri (Pain).” Saintika Medika 13(1):7.
Ceklik, Gulden Kucukakca and Nadiye Ozer. 2020. “Keperawatan Manajemen Nyeri
Artikel Asli Pengaruh Aplikasi Dingin Terhadap Nyeri Sayatan Dada Karena
Dalam Machine.” (xxxx).
Elvira, Mariza. 2018. “Pengaruh Pijat Endorphine Terhadap Skala Nyeri Pada Siswi
SMA Yang Mengalami DIsminore.” Jurnal Ipteks Terapan 12(2):155.
Felina, Mutia and Detty Iryani. 2019. “Pengaruh Kompres Panas Dan Dingin
Terhadap Penurunan Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Fisiologis Ibu
Primipara.” 4(78):58–64.
Harjanto, Andhika Razannur, Firdinan Nurdin, and Murdoyo Rahmanoe. 2018. “Efusi
Pleura Sinistra Masif Et Causa TB Pada Anak.” Majority 7(3):152–57.
Herliana, Lia, Dessie Wanda, and Sutanto Priyo Hastono. 2021. “Penurunan Respon
Nyeri Akut Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Prosedur Invasif Melalui
Developmental Care.” Jurnal Keperawatan Indonesia 14(3):199–206.
Indriyani, Puji, Happy Hayati, and Siti Chodidjah. 2019. “Kompres Dingin Dapat
Menurunkan Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Pemasangan Infus.” Jurnal
Keperawatan Indonesia 16(2):93–100.
Jasaputra, Diana Krisanti, Jahja Teguh Widjaja, and Teresa Liliana. 2019. “Deteksi
Mycobacterium Tuberculosis Dengan Teknik PCR Pada Cairan Efusi Pleura
Penderita Tuberkulosis Paru.” Jkm (August 2016):86–92.
Kartika, Dewi, Erwin, and Widia Lestari. 2020. “Analisa Jam Perawatan Langsung
Pada Pasien Bedah Di Ruang Cendrawasih I.” 1–8.
Kurniyawan, Hadi Enggal. 2020. “Terapi Komplementer Alternatif Akupresur Dalam
Menurunkan Tingkat Nyeri.” NurseLine Journal 1(2):246–56.
Kÿya, Beyza Levent, Ayse Demirayb, and Mertay Borana. 2022. “Efek Penerapan
Dingin Pada Nyeri Pada Pasien Dengan Selang Dada Sebelum Latihan
Pernapasan Dalam Dan Batuk : Sebuah Studi Terkontrol Acak.” 55.
Leniwia, Hasian, Dewi Prabawati, and Wihelmus Hary Susilo. 2021. “Pengaruh
Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke.”
EjournalKEperawatan (e-Kp) 1(2):1–7.
Manurung, Suryani and Ani Nuraeni. 2020. “Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres
Hangat Terhadap Perubahan Skala Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida.”
Journal Health Quality 4(1):1–76.
Mufida, Nurlela. 2019. “Pengaruh Pengetahuan Dengan Dukungan Keluarga Dalam
Pelaksanaan Range of Motion (Rom) Pada Klien Post Stroke Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mutiara Barat Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie.” Jurnal Biology
Education 7(2):127–35.
Murjani, Hamzah, and Muhsinin. 2020. “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kepatuhan
Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatanwater Seal Drainage Sesuai Standar
Prosedur Operasional.” Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi) 5(1):20–35.
Niken Ayu Merna Eka Sari. 2022. “Analisis Kesulitan Mahasiswa Stikes Wira
Medika Dengan Penerapan Audio Tutorial Method Pada Pembelajaran
Praktikum Di Masa Pandemi Covid-19.”
Nur, Dea Oktaria and Suci Khasanah. 2022. “Implementasi Relaksasi Genggam Jari
Dalam Menurunkan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Hemoroid.” 3(4):5875–82.
Nurhayati, Nung Ati, Septian Andriyani, and Novi Malisa. 2021. “Relaksasi
Autogenik Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Ibu Post Operasi Sectio
Saecarea.” Jurnal Skolastik Keperawatan 1(2):52–61.
Ozkan, Burcu and Ikbal Cavdar. 2021. “Keperawatan Manajemen Nyeri Riset Asli
Pengaruh Terapi Dingin Yang Diterapkan Pada Area Sayatan Setelah Bedah
Perut Pada Nyeri Pasca Operasi Dan Penggunaan Analgesik.” 22:775–82.
Putri, Evita Muslima Isnanda. 2020. Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana
Berbasis Caring. Vol. 53.
Safitri, Radita Dwi. 2022. “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny . S Dengan
Cephalgia Di Rs . Universitas Tanjungpura Pontianak.” 55.
Saleng, Hasriani and Suhra Ahmi M. 2020. “Kompres Dingin Terhadap Pengurangan
Nyeri Luka Perineum Ibu Post Partun Di RSKDIA Pertiwi.” Madu : Jurnal
Kesehatan 9(1):1.
Saputri, Ika Nur. 2021. “Sosialisasi Kompres Dingin Daun Kubis Dalam Menurunkan
Intensitas Nyeri Payudara.” 1(2):399–402.
Seingo, Fransiska, Ni Luh Putu Eka Sudiwati, and Novita Dewi. 2019. “Pengaruh
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Wanita Yang
Mengalami Dismenore Di Rayon Ikabe Tlogomas.” Nursing News 3(1):153–63.
Sinaga, T. A. and F. A. Makkiyyah. 2021. “Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Punggung Bawah Pada Usia Dewasa Madya Di Jakarta Dan Sekitarnya Tahun
2020.” UPN Vet Jkt (Sensorik Ii):44–52.
Syamsiah, Nita and Endang Muslihat. 2022. “Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik
Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain Di IGD RSUD
Karawang.” Australian Family Physician 17(6):467.
Tanra, A. Husni. 2020. “Nyeri Akut Summary.” Kesehatan 6.
Tetti Seriati Situmorang1, Lilis Junita2, Ernamari3. 2022. “Penerapan Terapi
Kompres Dingin Guna Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi
Di Puskesmas Plus Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.” JOONG-KI :
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.1, No.(3):485–90.
Waryantini and Astri. 2020. “Efektifitas Penggunaan Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Terhadap Nyeri Otot (Myalgia Kaki) Pada Usia Lanjut.” Healthy Journal
8(2):48–57.
Widiawati and Ahmad Badaruddin. 2020. “Sistem Informasi Dalam Proses
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Ak Gani Palembang.”
Jurnal Kesehatan 9(2).
Wijaya, I. Putu Artha. 2022. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri
Pasien Pasca Bedah Abdomen Dalam Konteks Asuhan Keperawatan.” Jurnal
Dunia Kesehatan 5(1):1–14.
Yuningsih. 2019. “Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Peningkatan Saturasi
Oksigen Pada Klien Terpasang Water Seal Drainage (Wsd) Di Rsud Kabupaten
Tangerang.” Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing
Journal) 3(2):72–77.

Anda mungkin juga menyukai