Anda di halaman 1dari 27

TRESNI WIDYAWATI, S.

Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1 Terdapat peserta didik yang Kajian literatur : Penyebab motivasi belajar
menunjukkan motivasi [Jurnal Ilmiah] rendah
belajar yang rendah Prosiding Seminar Nasional Pendidikan “Merdeka 1. faktor-faktor yang
Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0 mempengaruhi motivasi
Gejala : Sunarti Rahman. Pentingnya Motivasi Belajar belajar siswa yaitu: Cita-
 Terdapat peserta Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Pascasarjana Cita Atau Aspirasi,
didik yang terlihat Universitas Negeri Gorontalo.2021 Kondisi Siswa,
kurang bersemangat https://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/PSNPD/a Kemampuan Siswa ,
dalam proses KBM rticle/view/1076 Kondisi Lingkungan
 Peserta didik tidak Siswa, Unsur- Unsur
merespon ketika  Motivasi sebagai faktor utama dalam Dinamis Dalam Belajar
pertanyaan apersespi, belajar yakni berfungsi menimbulkan, dan Upaya Guru Dalam
 Beberapa peserta mendasari, dan menggerakkan perbuatan Membelajarkan Siswa
didik mudah belajar. 2. Guru tidak memfasilitasi
menyerah ketika  Menurut hasil penelitian melalui proses pembelajaran
bertemu soal dengan observasi langsung, bahwa kebanyakan sesuai dengan
level analisist siswa yang besar motivasinya akan giat kebutuhan belajar anak
 terlihat mengantuk berusaha, tampak gagah, tidak mau 3. Kualitas Pembelajaran
dan cenderung pasif menyerah, serta giat membaca untuk yang tidak efektif
selam proses KBM meningkatkan hasil belajar serta 4. Cara Mengajar yang
memecahkan masalah yang dihadapinya. monoton
 Sebaliknya mereka yang memiliki 5. Tujuan Belajar tidak
motivasi rendah, tampak acuh tak acuh, tersampaikan kepada
mudah putus asa, perhatiannya tidak peserta didik
tertuju pada pembelajaran yang 6. Metode mengajar yang
akibatnya siswa akan mengalami terpusat pada guru
kesulitan belajar.

[Jurnal Ilmiah]
Vol 4 No 2 (2021): JURNAL MathEdu (Mathematic
Education Journal) vol. 4 No. 2 Juli 2021
Sri Wahyuni Naibaho1), Rahmatika Elindra2), Eva
Yanti Siregar3). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR
SISWA MTs NEGERI 1 TAPANULI Fakultas MIPA,
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan. 2021
https://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/art
icle/view/2596

Penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:
a. Cita-Cita Atau Aspirasi.
b. Kondisi Siswa.
c. Kemampuan Siswa
d. Kondisi Lingkungan Siswa.
e. Unsur- Unsur Dinamis Dalam Belajar.
f. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

[Jurnal Ilmiah]
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.
6, No. 2
Muhammad C. Moslem1, Mumu Komaro2, Yayat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
MATA PELAJARAN AIRCRAFT DRAWING DI SMK.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2019
https://ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article/
view/21803
 Pada Penelitian ini disimpulkan secara
umum bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa
SMK kelas X pada mata pelajaran aircraft
drawing. Faktor tesebut yaitu yang terdiri
atas dari cita-cita/aspirasi siswa, kondisi
ligkungan dan unsur-unsur dinamis
dalam belajar dan pembelajaran (faktor
A), dan
 faktor B yang terdiri atas kondisi siswa,
upaya guru dalam mengelola kelas dan
kondisi siswa.
 Faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran aircraft drawing
adalah faktor A yang mempunyai nilai
cukup tinggi dan mampu memberikan
kontribusi sebesar 38% terhadap
motivasi belajar siswa kelas X.

[Jurnal Ilmiah]
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor
1, Juni 2018
Sari, Widha Sunarno, Sarwanto, Analisis Motivasi
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Sekolah
Menengah Atas. Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2018
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/
jpnk/article/view/591

 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh


hasil bahwa rata-rata tingkat motivasi
belajar siswa untuk mata pelajaran
Fisika berada dalam kategori sedang dan
rendah. Jika dilihat dari aspek ARCS yang
digunakan untuk mengukur motivasi
belajar, maka urutan aspek tersebut dari
persentase tertinggi yaitu satisfaction
,attention, relevance, dan confidence.
Rata-rata motivasi belajar siswa berada
dalam kategori sedang dan rendah
disebabkan oleh kurang adanya
ketertarikan dalam diri siswa untuk
belajar Fisika. Selain itu, faktor luar yang
mempengaruhi adalah lingkungan belajar
siswa.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
Penyebab rendahnya motivasi belajar siswa :
(Ervyna. S.Pd, Guru Biologi)
 Motivasi dari siswa sendiri kurang serta
pelajarannya kurang diminati siswa
 Metode mengajar yang terpusat pada
guru

(Aruna Pradipta, S.Pd, Guru Kimia)


 Pembelajaran yang Monoton dan kurang
interaktif
 Lingkungan Keluarga:. Anak yang tumbuh
dalam keluarga yang memperhatikan dan
memberikan dukungan pada proses
belajar akan cenderung lebih termotivasi
untuk belajar.
 Interaksi Sosial: Interaksi sosial dengan
teman sebaya dan guru juga dapat
mempengaruhi motivasi belajar anak.
Anak yang merasa nyaman dan diterima
oleh lingkungan sosialnya akan
cenderung lebih termotivasi untuk
belajar.
 Kondisi Kesehatan: Kondisi kesehatan
fisik dan mental anak juga dapat
mempengaruhi motivasi belajar. Anak
yang merasa tidak sehat atau mengalami
masalah kesehatan akan cenderung sulit
termotivasi untuk belajar.

[Pakar]
(Lia Windari, Instruktur Nasional Fisika)
 Guru tidak memfasilitasi proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
belajar anak. Setiap anak memiliki gaya
belajar yang berbeda – beda sehingga
penting bagi guru menganalisis gaya
belajar anak seperti tes diagnostik
sehingga guru dapat memilah kegiatan
belajar yang tepat untuk meningkatnya
motivasi belajar mereka
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kualitas Pembelajaran: Kualitas
pembelajaran yang diterima anak juga
dapat mempengaruhi motivasi
belajarnya. Pembelajaran yang menarik,
relevan dengan kebutuhan dan minat
anak, serta memberikan tantangan yang
memadai akan cenderung meningkatkan
motivasi belajar anak.
 Cara Mengajar: Cara mengajar guru juga
dapat mempengaruhi motivasi belajar
anak. Guru yang mampu memberikan
pengajaran dengan cara yang
menyenangkan, interaktif, dan
memotivasi akan cenderung
meningkatkan motivasi belajar anak.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

 Tujuan Belajar yang Jelas: Anak yang


memiliki tujuan belajar yang jelas dan
dapat diukur akan cenderung lebih
termotivasi untuk belajar. Tujuan belajar
yang jelas dapat membantu anak fokus
dan bersemangat dalam mencapai hasil
yang diinginkan.

2 Beberapa peserta didik Kajian literatur : Penyebab peserta didik


kesulitan memahami soal [Jurnal Ilmiah] kesulitan memahami soal
dengan stimulus berupa Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Volume 5 Nomor dengan stimulus berupa
narasi (Teks) [literasi] 2 November 2022 narasi (Teks) :
Husnul Fuadi*, Annisa Zikri Robbia, Jamaluddin, 1. Terbatasnya sarana dan
Gejala : Abdul Wahab Jufri. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB prasarana membaca
 Dari beberapa analisis RENDAHNYA KEMAMPUAN LITERASI SAINS 2. Faktor lainnya ialah
butir soal yang telah PESERTA DIDIK . Program Studi Magister situasi belajar yang
dilakukan, peserta didik Pendidikan IPA, Pascasarjana Universitas kurang memotivasi para
mengalami kesulitan Mataram siswa berliterasi
memahami soal dengan https://www.researchgate.net/publication/3491 3. Jarangnya kegiatan
stimulus berupa teks 91202_Analisis_Faktor_Penyebab_Rendahnya_Ke diskusi atau pemberian
(literasi sains) mampuan_Literasi_Sains_Peserta_Didik suatu permasalahan
dikarenakan kurang nya tentang materi
minat membaca dan Literasi sains merupakan kemampuan seseorang 4. Kebiasaan membaca
pemahaman terhadap menerapkan pengetahuannya untuk yang kurang
teks bacaan mengidentifikasi pertanyaan, mengkonstruksi 5. Keterbatasan
 Saat mengerjakan soal pengetahuan baru, memberikan penjelasan secara Pengetahuan
latihan, peserta didik ilmiah, mengambil kesimpulan berdasarkan 6. Keterampilan membaca
sering meminta buktibukti ilmiah, dan kemampuan yang kurang baik
konfirmasi ulang kepada mengembangkan pola pikir reflektif sehingga 7. Keterampilan berbahasa
guru tentang mampu berpartisipasi dalam mengatasi isu-isu yang kurang baik
pemahaman nya dan gagasan-gagasan terkait sains (OECD, 8. Keterbatasan kosa kata
terhadap soal 2019)Ada beberapa faktor penyebab rendahnya atau kosakata yang tidak
kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia dimengerti oleh peserta
yang dikemukakan oleh para peneliti berkaitan didik
dengan hasil PISA Indonesia. Diantaranya 9. Kurangnya latihan
a Pemilihan buku ajar, dalam memahami teks
b Miskonsepsi, atau soal
c Pembelajaran tidak kontekstual, 10. Faktor fisik dan
d Rendahnya kemampuan membaca, dan psikologis seperti
e Lingkungan dan iklim belajar yang tidak gangguan penglihatan,
kondusif. gangguan pendengaran,
kelelahan, atau stres
[Jurnal Ilmiah]
Current Research in Education: Conference Series
Journal Vol. 01 No. 01 Tahun 2021Paper 006
Azmi Rizky Anisa, dkk. Pengaruh Kurangnya
Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis
yang Masih Rendah.. Universitas Pendidikan
Indonesia. 2021
https://ejournal.upi.edu/index.php/crecs/article/
view/32685
Menurut Witanto menyatakan Faktor dari
penyebab kurangnya literasi
1. Permasalahan di Dalam Lingkungan Sekolah.
 Terbatasnya sarana dan prasarana
membaca seperti ketersediaan
perpustakaan juga buku-buku bacaan
yang bervariasi menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya budaya literasi di
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Indonesia. Masih banyak sekolah-sekolah


di Indonesia yang masih mengandalkan
ketersediaan buku paket saja untuk
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Padahal ketersediaan buku-buku bacaan
penunjang yang tidak hanya menarik tapi
juga bermutu dan bukan jugaberupa buku
paket akan sangat memotivasi para siswa
dalam memperluas pengetahuannya.
 Faktor lainnya ialah situasi belajar yang
kurang memotivasi para siswa untuk
mempelajari buku-buku tertentu di luar
buku-buku paket. Biasanya, pembelajaran
di kelas juga lebih sering berpusat pada
guru (teacher-centered) atau bahkan
hanya sekedar kegiatan untuk
mentransfer ilmu saja di mana para siswa
hanya dijejali oleh
informasi/pengetahuan yang dimiliki
oleh guru.
 Jarangnya kegiatan diskusi atau
pemberian suatu permasalahan tentang
materi yang sedang dibahas untuk
kemudian diselesaikan bersama-sama
juga dapat membuat siswa tidak
termotivasi untuk mencari informasi dari
sumber yang lain dan tidak terlatih untuk
menambah pengetahuan dengan
membaca serta membuat pengetahuan
yang dimiliki para siswa menjadi terbatas.
 Kurangnya role model (dari kalangan
guru) bagi siswa dalam hal membaca.

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peserta
didik kesulitan memahami soal dengan stimulus
berupa narasi (teks) adalah sebagai berikut:
Karena kemampuan literasi peserta didik kurang
(Ervyna, S,Pd, Guru Biologi)
 Kebiasaan membaca yang kurang
 Karena masih rendahnya motivasi siswa
dalam membaca dan kurangnya
kemampuan siswa dalam menganalisis
soal yang berbentuk narasi panjang.

(Aruna Pradipta, Guru Kimia)


 Kurangnya literasi siswa. Perlu
pembiasaan dan pemahaman literasi
membaca teks serta pemahaman
terhadap materi.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

[Pakar]
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB
 Keterbatasan Pengetahuan: Keterbatasan
pengetahuan atau kurangnya pemahaman
terhadap konten teks juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam
memahami soal dengan stimulus narasi.
Peserta didik perlu memiliki pengetahuan
yang cukup tentang topik atau materi
yang dibahas dalam teks agar dapat
menjawab soal dengan benar.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Keterampilan Membaca: Keterampilan
membaca yang kurang baik dapat
menjadi penyebab utama peserta didik
kesulitan memahami soal dengan
stimulus berupa narasi. Keterampilan
membaca yang baik meliputi kemampuan
memahami makna kata, kalimat, serta
hubungan antarkalimat dalam teks.
 Keterampilan Berbahasa: Keterampilan
berbahasa yang kurang baik juga dapat
menjadi faktor penyebab peserta didik
kesulitan memahami soal dengan
stimulus berupa narasi. Keterampilan
berbahasa yang baik meliputi
kemampuan dalam memahami makna
kata, menjaga kesesuaian antara tata
bahasa dan kaidah-kaidah ejaan yang
benar.
 Keterbatasan Kosa Kata: Keterbatasan
kosa kata atau kosakata yang tidak
dimengerti oleh peserta didik juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam
memahami soal dengan stimulus narasi.
Peserta didik perlu memahami makna
kata-kata kunci dalam teks agar dapat
menjawab soal dengan benar.
 Kurangnya Latihan: Kurangnya latihan
dalam memahami teks atau soal dengan
stimulus narasi juga dapat menjadi faktor
penyebab peserta didik kesulitan. Peserta
didik perlu dilatih untuk membaca dan
memahami teks secara teratur agar
keterampilan membaca dan pemahaman
mereka semakin meningkat.
 Faktor Fisik dan Psikologis: Faktor fisik
dan psikologis seperti gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran,
kelelahan, atau stres juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam
memahami soal dengan stimulus narasi.
Peserta didik perlu menjaga kondisi fisik
dan psikologis mereka agar dapat fokus
dan konsentrasi dalam memahami teks."
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

3 Kemampuan olah Kajian literatur : Penyebab rendahnya


matematika yang perlu [Jurnal Ilmiah] kemampuan olah
ditingkatkan [numerasi] matematika :
Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika P-ISSN 1. proses pembelajaran
Gejala : 2655-2752, E-ISSN 2655-2345 Volume 4 No. 2 Hal. kurang diintegerasikan
49-61 soal-soal literasi
 Beberapa peserta didik Seruni Rahmatul Nasoha,dkk. Kemampuan matematis
mengalami kesulitan Numerasi Siswa Melalui Implementasi Bahan Ajar 2. kurangnya pembiasaan
melakukan perhitungan Matematika Berbasis Problem Based Learning . dari guru untuk
operasi dasar Universitas Sriwijaya. 2022 menyelesaikan masalah
matematika https://jurnal.univpgri- yang berkaitan dengan
 Beberapa peserta didik palembang.ac.id/index.php/indiktika/article/vie soal literasi numerasi
mengalami kesulitan w/7903 3. Rendahnya pemahaman
pada operasi matematika
matematika terutama  Salah satu penyebab rendahnya kemampuan 4. Pemahaman konsep
trigonometri dan literasi matematis siswa adalah proses dasar matematis siswa
akar/pangkat misalnya pembelajaran kurang diintegerasikan soal-soal yang masih rendah
pada analisis gerak literasi matematis, serta soal koneksi dengan 5. Kurangnya minat dan
pemecahan masalah matematis (Salim & bakat siswa dalam
Prajono, 2018). belajar matematika
6. Bahasa matematika yang
khas dan unik juga dapat
[Proceeding] menyebabkan kesulitan
Nayla Ziva Salvia1dkk. KEMAMPUAN LITERASI dalam memahami dan
NUMERASI PESERTA DIDIK DITINJAU DARI mengerjakan soal
KECEMASAN MATEMATIKA. Universitas matematika
Pekalongan. 2022 7. Kurangnya Keterampilan
https://proceeding.unikal.ac.id// Berhitung
 Indonesia memperoleh skor 395 dari skor 8. Latihan yang kurang juga
rata-rata 500. Skor tertinggi didapatkan dapat menyebabkan
Singapura dengan skor 618 yaitu 50% lebih peserta didik sulit
tinggi daripada Indonesia (Han, dkk. 2017). memecahkan masalah
Hal ini menunjukan bahwa tingkat literasi matematika.
numerasi Indonesia masih sangat rendah 9. Faktor lingkungan
 Rendahnya kemampuan literasi numerasi seperti keadaan sosial
tersebut disebabkan oleh banyak hal, seperti ekonomi, pola asuh, dan
kurangnya pembiasaan dari guru untuk pendidikan orang tua
menyelesaikan masalah yang berkaitan juga dapat
dengan soal literasi numerasi. Kenyataan mempengaruhi
tersebut membuat peserta didik kesulitan kemampuan olah
dalam menyelesaikan soal literasi numerasi. matematika peserta didi
 Rendahnya pemahaman matematika peserta
didik ini tentunya akan berpengaruh pada
kemampuan literasi numerasi itu sendiri.
Ketika peserta didik kurang memahami
konsep dasar dari matematika maka
kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik juga menjadi menjadikurang.

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, Guru Biologi)
 Karena kurangnya latihan dan tugas mandiri
sejak dari sekolah dasar.
 Karena siswa tidak terbiasa melatih diri
sendiri
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

(Aruna Pradipta, S.Pd, Guru Kimia)


 Pemahaman konsep dasar matematis siswa
yang masih rendah.
 Kurangnya minat dan bakat siswa dalam
belajar matematika. Kurangnya kemampuan
dasar dalam berhitung, Pembelajaran yang
monoton, latihan yang kurang, tidak percaya
diri.

[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
kemampuan olah matematika pada peserta didik
tergolong rendah antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar:
Pemahaman konsep dasar matematika yang
kurang baik dapat menjadi penyebab peserta
didik kesulitan dalam memecahkan masalah
matematika yang lebih kompleks. Konsep-
konsep seperti bilangan, operasi
matematika, geometri, dan aljabar harus
dipahami dengan baik agar peserta didik
dapat memahami materi-materi matematika
yang lebih tinggi.
 Kurangnya Pemahaman Bahasa: Bahasa
matematika yang khas dan unik juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam memahami
dan mengerjakan soal matematika. Peserta
didik perlu memahami istilah-istilah
matematika yang digunakan dalam soal
matematika, seperti variabel, koefisien, dan
lain sebagainya.
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
 Kurangnya Keterampilan Berhitung:
Keterampilan berhitung yang kurang baik
dapat menjadi penyebab peserta didik
kesulitan dalam memahami dan
menyelesaikan soal matematika.
Keterampilan berhitung meliputi
kemampuan dalam operasi hitung dasar
seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
 Kurangnya Latihan: Latihan yang kurang
juga dapat menyebabkan peserta didik sulit
memecahkan masalah matematika. Peserta
didik perlu dilatih secara teratur agar
keterampilan berhitung dan kemampuan
memecahkan masalah matematika mereka
semakin meningkat.
 Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan
seperti keadaan sosial ekonomi, pola asuh,
dan pendidikan orang tua juga dapat
mempengaruhi kemampuan olah
matematika peserta didik. Faktor-faktor ini
dapat mempengaruhi motivasi dan minat
peserta didik dalam belajar matematika.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

4 Beberapa peserta didik Kajian literatur :


mengalami kesulitan dalam [Jurnal Ilmiah]
memahami materi terutama JEP | Volume 6 | Nomor 2| November 2022, e-ISSN
penggunaan rumus 2579-860X p-ISSN 2614-1221
[pemahaman konsep] Nur Ifani Rizkit a,dkk.Analisis Pemahaman Konsep
dan Sikap Siswa Terhadap Belajar Fisika Pada
Gejala : Materi Hukum Newton Tentang Gerak. Program
 Hasil evaluasi Penilaian Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Harian beberapa peserta Padang
didik masih belum https://jep.ppj.unp.ac.id/index.php/jep/article/vi
mencapai KKM ew/599
 Beberapa peserta didik
kesulitan menentukan  Pemahaman konsep siswa yang rendah
rumus yang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
digunakan untuk satunya adalah metode belajar yang
menyelesaikan diterapkan oleh guru di sekolah. Metode
persoalan fisika belajar tidak sesuai dengan tuntutan
terutama jika dikaitkan kurikulum 2013 revisi 2017 yaitu student-
dengan fenomena center ternyata masih dilaksanakan dengan
tertentu metode konvensional atau ceramah oleh guru,
sehingga siswa hanya sebagai pendengar.

[Jurnal Ilmiah]
JPPF, Vol. 8 No. 1 Tahun 2018
p-ISSN : 2599-2554 (Print), e-ISSN : 2599-2562
(online)
Ni Kd. Aristawati, dkk. PENGARUH MODEL
PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR FISIKA SISWA
SMA. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
2018
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPF/a
rticle/view/20573
 Widyastuti (2015) mengungkapkan
bahwa ada banyak faktor yang
menyebabkan masih rendahnya
kemampuan pemahaman konsep siswa.
Peninjauan dari berbagai aspek
diantaranya: siswa, guru, pendekatan
pembelajaran yang diterapkan dan
penilaian (assessment), dan kebijakan
pemerintah dalam dunia pendidikan.
 Proses pembelajaran secara biasa dan
masih saja berpusat pada guru menjadi
penyebab rendahnya pemahaman konsep
siswa.
 Siswa tidak banyak terlibat dalam
mengonstruksi pengetahuannya, hanya
menerima saja informasi yang
disampaikan oleh guru.
 Siswa menjadi tidak mampu menjawab
soal yang berbeda dari contoh yang
diberikan guru. Siswa mencontoh dan
mengerjakan latihan mengikuti pola yang
diberikan guru, bukan dikarenakan siswa
memahami konsepnya.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, Guru Biologi)
 Karena kemampuan matematika juga
rendah
(Vitri Juliani, Guru Biologi)
 Kurangnya pemahaman logika
matematika siswa sehingga
mempengaruhi kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal fisika
(Aruna Pradipta, guru kimia)
 Siswa hanya menghafal rumus yang
diberikan guru tanpa memahami konsep
dasar perhitungannya dengan baik
 Siswa tidak memahami konsep dasar.

[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
peserta didik kesulitan menjawab soal-soal fisika
terutama terkait penggunaan rumus antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar:
Pemahaman konsep dasar fisika yang kurang
baik dapat menyebabkan peserta didik
kesulitan dalam memahami prinsip-prinsip
dan konsep-konsep fisika yang diterapkan
dalam soal. Peserta didik perlu memahami
prinsip-prinsip fisika seperti hukum Newton,
energi, gerak, gaya, dan sebagainya, serta
memahami cara penerapan konsep-konsep
tersebut dalam soal.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Kurangnya Pemahaman Matematika: Fisika
merupakan ilmu yang sangat terkait dengan
matematika. Peserta didik yang kesulitan
dalam matematika, seperti kesulitan dalam
pemahaman rumus, kesulitan dalam
mengerjakan perhitungan, atau kesulitan
dalam mengaplikasikan rumus matematika
pada soal fisika, akan kesulitan dalam
menjawab soal fisika.
 Kurangnya Latihan: Latihan yang kurang
dapat menyebabkan peserta didik kesulitan
dalam menerapkan rumus-rumus fisika pada
soal. Peserta didik perlu dilatih secara teratur
dalam menerapkan rumus-rumus fisika pada
berbagai macam soal agar kemampuan
mereka semakin meningkat.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

(Lia Windari, Instruktur Nasional)


 Kesulitan dalam Menemukan Hubungan
Antara Konsep dan Rumus: Kadangkala
peserta didik mengalami kesulitan dalam
menemukan hubungan antara konsep fisika
dengan rumus-rumus yang harus diterapkan
pada soal. Peserta didik perlu dilatih untuk
memahami hubungan antara konsep fisika
dengan rumus-rumus yang diterapkan pada
soal fisika.
 Kurangnya Keterampilan dalam
Menyelesaikan Soal: Keterampilan dalam
menyelesaikan soal fisika juga sangat penting.
Peserta didik perlu dilatih dalam memahami
soal secara menyeluruh, menentukan rumus
yang akan digunakan, mengaplikasikan rumus,
dan memberikan jawaban yang tepat.
5 Guru kurang menjalin Kajian literatur : Penyebab Guru kurang
komunikasi secara intensif [Jurnal Ilmiah] menjalin komunikasi secara
dengan peserta didik Jurnal of Education Policy and Elementary intensif dengan peserta
Education Issues Vol.1, No.2, Desember2020, pp. didik :
Gejala : 90-97
 Terdapat peserta didik Qomsiatun Munawaroh, Moh. Bisri. HUBUNGAN 1. Kurangnya keterikatan
yang selalu memilih duduk KUALITAS KOMUNIKASI GURU DAN SISWA moral peserta didik dan
paling belakang dan DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA guru sejak pertemuan
cenderung pasif ketika http://ukitoraja.ac.id/journals/index.php/jkip/ar pertama
berada didalam kelas, ticle/download/1374/1047/4405 2. Cara pendekatan yang
ketika dikonfirmasi 1. Kompetensi sosial dianggap penting dan tidak tepat
peserta didik tidak harus dimiliki oleh seorang guru karena 3. Faktor komunikasi yang
terbuka guru harus memiliki kemampuan untuk kurang efektif, empati,
 Terdapat peserta didik berkomunikasi secara efektif dengan selera humor,
yang cenderung takut dan peserta didik, sesama pendidik, tenaga penguatan positif,
menutup diri terhadap kependidikan, orang tua/wali peserta keakraban, sikap
guru didik, dan masyarakat sekitar. menerima, dan
2. Guru diharapkan memiliki ketrampilan pendekatan yang kurang
menciptakan suasana komunikasi yang tepat
baik, sehingga membuat siswa dapat 4. Kurangnya Empati
berpartisipasi secara aktif untuk 5. Kurangnya Konsistensi
mengeluarkan pendapat serta dalam perilaku guru
mengembangkan imajinasi dan 6. Perbedaan Sifat dan
kreaktifitas. (Ardi Setyanto, 2017: 10). Karakter
3. Menurut (Urea, 2013; Sucia, 2017) gaya 7. Kesalahpahaman atau
komunikasi guru mempengaruhi gaya persepsi yang salah
belajar dari siswa. Urea (2013) tentang guru
menjelaskan gaya komunikasi, guru yang 8. Kurangnya Waktu
cenderung assertive (disiplin) akan
memicu siswa untuk termotivasi dalam
belajar dan mendekatkan guru dengan
siswa, sedangkan non assertive
merupakan kecenderungan guru untuk
berdiam apabia terdapat suatu masalah,
sedangkan gaya komunikasi agresive
akan mendekatkan diri disetiap
kesempatan pada siswa.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, Guru Biologi)
 Kurangnya keterikatan moral peserta
didik dan guru sejak pertemuan pertama.
(Vitri Juliani, S.Pd, Guru biologi )
 Sempitnya waktu guru untuk berinteraksi
dengan siswa di luar kelas.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru Kimia)
 Cara pendekatan yang tidak tepat dan
suasana belajar yang kurang merangkul
seluruh peserta didik.

[Pakar]

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan guru


kesulitan membangun relasi yang baik dengan
peserta didik antara lain:

(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul


PKB)
 Faktor komunikasi yang kurang efektif,
empati, selera humor, penguatan positif,
keakraban, sikap menerima, dan
pendekatan yang kurang tepat.
 Kurangnya Empati: Empati merupakan
kemampuan untuk memahami perasaan
dan pandangan peserta didik. Jika
seorang guru kurang empati terhadap
peserta didiknya, maka peserta didik
akan merasa bahwa guru tidak
memperhatikan mereka dan tidak peduli
dengan keadaan mereka, sehingga terjalin
hubungan yang kurang harmonis.
 Komunikasi yang Tidak Efektif:
Komunikasi yang buruk antara guru dan
peserta didik dapat menghambat
terjalinnya hubungan yang baik. Guru
perlu menggunakan komunikasi yang
efektif dan jelas agar peserta didik dapat
memahami apa yang diharapkan dari
mereka.
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
 Kurangnya Konsistensi: Konsistensi
dalam perilaku guru juga sangat penting
dalam membangun hubungan yang baik
dengan peserta didik. Jika seorang guru
sering berubah-ubah dalam perilakunya
atau sikapnya, maka peserta didik akan
kesulitan untuk memahami dan
mengikuti apa yang diharapkan dari
mereka.
 Perbedaan Sifat dan Karakter: Perbedaan
sifat dan karakter antara guru dan
peserta didik dapat menyebabkan
kesulitan dalam membangun relasi yang
baik.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Kesalahpahaman: Kesalahpahaman atau
persepsi yang salah tentang guru dapat
mempengaruhi hubungan antara guru
dan peserta didik. Jika peserta didik
memiliki persepsi yang salah tentang
guru, mereka mungkin tidak merasa
nyaman untuk membuka diri dan
berinteraksi dengan guru.
 Kurangnya Waktu: Guru yang memiliki
beban kerja yang terlalu banyak atau
kurangnya waktu untuk berinteraksi
dengan peserta didik dapat menghambat
terjalinnya hubungan yang baik. Guru
perlu menyempatkan waktu untuk
berinteraksi dan berbicara dengan
peserta didik agar mereka merasa
dihargai dan dianggap penting.

6 Guru kurang menjalin Kajian literatur : Penyebab Guru kurang


komunikasi secara intensif [Jurnal Ilmiah] menjalin komunikasi secara
dengan orangtua mengenai Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 8, No. 1, Juni intensif dengan orangtua
perkembangan akademis 2020, hlm. 99-113, Published: June 2020ISSN: mengenai perkembangan
Gejala : 2303-2006 (print), ISSN: 2477-5606 (online). akademis :
Triwardhani, dkk. Strategi Guru dalam 1. Ketidaksesuaian waktu
 Dikarenakan sistem membangun komunikasi dengan Orang Tua Siswa yang dimiliki karena
Madrasah yang asrama di Sekolah. Universitas Islam Bandung, Bandung, aktivitas masing-masing
terdapat keterbatasan Indonesia pihak
guru berkomunikasi https://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/2362 2. Sebagian besar
dengan orangtua peserta 0/13417 orangtua hanya peduli
didik untuk menggali latar 1. Salah satu hambatan yang sering ditemui terhadap hasil akhir
belakang peserta didik dalam komunikasi antara orang tua dan akademik tanpa peduli
yang sedang bermasalah guru adalah masalah waktu. dengan proses yg
 Terdapat orangtua yang Ketidaksesuaian waktu yang dimiliki pembelajaran yg dialami
ketika dihubungi oleh karena aktivitas masing-masing pihak siswa
guru via wa/telepon tidak yang padat membuat guru harus 3. Komunikasi yang tidak
merespon menyesuaikan waktu menyampaikan efektif dapat membuat
pesan agar dapat diterima dengan baik guru dan orangtua
oleh orang tua. Kesalahan waktu dalam kesulitan untuk
pengiriman pesan akan mempengaruhi berkomunikasi.
respons yang diberikan dan sulit Misalnya, jika guru
memperoleh persepsi yang positif. menggunakan bahasa
2. Tingkat pendidikan yang dimiliki juga 4. Orangtua dan guru
akan mempengaruhi seseorang dalam memiliki latar belakang,
berkomunikasi. Bahasa yang digunakan pengalaman, dan
oleh guru untuk berkomunikasi dengan persepsi yang berbeda-
orang tua siswa juga harus disesuaikan beda. Perbedaan ini
3. Dalam berkomunikasi yang harus dapat menyebabkan
dihindari adalah menggunakan kesulitan dalam
stereotype, menyinggung masalah yang berkomunikasi dan
ada pada keluarga masing-masing. memahami satu sama
Menggunakan cara pandang sendiri yang lain.
sering tidak layak untuk disampaikan 5. Tidak adanya saluran
karena akan menyinggung lawan bicara. komunikasi yang jelas
Mengedepankan sikap positif sangat 6. Tidak merasa penting
penting dalam berkomunikasi
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S,Pd, guru biologi)
 Sebagian besar orangtua hanya peduli
terhadap hasil akhir akademik tanpa
peduli dengan proses yg pembelajaran yg
dialami siswa
 Kesibukan guru dalam mengurus
administratif dan kurangnya wadah dari
pihak sekolah untuk menghubungkan
guru dengan wali murid.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
 Hal ini disebabkan salah satunya karena
sibuk bekerja sehingga minim waktu
untuk berkomunikasi.

[Pakar]
beberapa faktor yang dapat menyebabkan guru
kurang menjalin komunikasi intensif dengan
orangtua terkait perkembangan akademik peserta
didik antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kurangnya waktu: Guru seringkali
memiliki beban kerja yang cukup padat,
seperti mengajar, menilai tugas,
mengurus administrasi, dan sebagainya.
Keterbatasan waktu ini membuat guru
sulit untuk menyempatkan waktu untuk
berkomunikasi dengan orangtua.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
 Kurangnya komunikasi yang efektif:
Komunikasi yang tidak efektif dapat
membuat guru dan orangtua kesulitan
untuk berkomunikasi. Misalnya, jika guru
menggunakan bahasa yang sulit dipahami
oleh orangtua atau tidak merespon pesan
dari orangtua, maka orangtua akan
merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi dengan guru.
 Perbedaan persepsi: Orangtua dan guru
memiliki latar belakang, pengalaman, dan
persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan
ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi dan memahami satu sama
lain.
 Tidak adanya saluran komunikasi yang
jelas: Kurangnya saluran komunikasi
yang jelas antara guru dan orangtua dapat
membuat komunikasi menjadi terputus-
putus atau tidak ada sama sekali.
 Tidak merasa penting: Beberapa guru
mungkin merasa bahwa berkomunikasi
dengan orangtua tidaklah penting atau
terlalu memakan waktu. Hal ini dapat
menyebabkan guru enggan untuk
berkomunikasi dengan orangtua.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

7 Guru belum Kajian literatur :


mengoptimalkan model [Jurnal Ilmiah]
pembelajaran yang inovatif Jurnal Teknodik Vol. 16 No. 3, September 2012
dan variatif sesuai dengan Nyayu Khodijah PROFESIONALISME GURU
karakteristik materi DALAM PENERAPAN MODEL-
MODELPEMBELAJARAN INOVATIF PADA
Gejala : RINTISAN SEKOLAHBER TARAF
 Pembelajaran yang INTERNASIONAL. Fakultas Tarbiyah-IAIN Raden
dilakukan monoton Fatah. 2012
 Model pembelajaran yang https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.ph
digunakan terkadang tidak p/jurnalteknodik/article/view/27/27
tepat sasaran
 Peserta didik terlihat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
kurang bersemangat Profesionalisme Guru dalam Penerapan Model-
mengikuti proses KBM model PembelajaranInovatif :
1. Rendahnya pemahaman sebagian guru
tentang model-model pembelajaran
inovatif
2. Rendahnya kualitas pelatihan/workshop
yang diikuti
3. Rendahnya komitmen dan motivasi
sebagian guru

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna,S,Pd, Guru Biologi)
 Kurangnya fasilitas,
 kurangnya kemampuan guru dalam
memanfaatkan fasilitas penunjang
pembelajaran,
(Vitri Juliani, S.Pd , guru biologi)
 guru terfokus pada penyelesaian materi
 Materi yang begitu padat dalam 1
semester sehingga tidak sesuai dengan
waktu yang ada. Kesediaan media
pendukung
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
 Kemampuan guru yang masih terbatas
dan kurangnya mengikuti pelatihan untuk
pengembangan media ajar.

[Pakar]
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kurangnya pemahaman tentang model
pembelajaran inovatif dan variatif: Guru
mungkin belum memahami betul tentang
model pembelajaran inovatif dan variatif
yang sesuai dengan karakteristik materi
yang mereka ajarkan. Hal ini dapat
menyebabkan mereka merasa tidak
nyaman atau tidak percaya diri untuk
menerapkannya.
 Secara umum kesulitan yang dialami guru
dalam menerapkan pembelajaran inovatif
adalah kekurangan dan keterbatasan
sarana dan prasarana, dalam
menggunakan media pembelajaran
seperti infokus, guru harus bergantian
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

dengan guru lain, sehingga waktu yang


tersedia sangat terbatas serta kurangnya
kreativitas guru dalam mengembangkan
media pembelajaran.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
 Kurangnya pelatihan dan pembekalan:
Beberapa guru mungkin belum
mendapatkan pelatihan dan pembekalan
yang memadai tentang model
pembelajaran inovatif dan variatif. Hal ini
dapat menyebabkan mereka kesulitan
untuk menerapkannya di dalam kelas.
 Keterbatasan sumber daya: Beberapa
sekolah mungkin memiliki keterbatasan
sumber daya yang dapat mempengaruhi
kemampuan guru dalam menerapkan
model pembelajaran inovatif dan variatif.
 Kendala waktu: Guru mungkin merasa
terlalu sibuk dengan tugas-tugas lainnya
sehingga tidak memiliki waktu yang
cukup untuk mempersiapkan model
pembelajaran inovatif dan variatif yang
sesuai dengan karakteristik materi.
 Ketidakmampuan untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan siswa: Beberapa guru
mungkin kesulitan untuk menyesuaikan
model pembelajaran inovatif dan variatif
dengan kebutuhan siswa mereka. Ini
dapat terjadi karena mereka kurang
memahami karakteristik siswa atau
karena mereka terlalu terikat pada model
pembelajaran yang telah terbiasa
digunakan.
8 Guru belum optimal Kajian literatur : Penyebab Guru belum
melakukan pratikum di [Jurnal Ilmiah] optimal melakukan
kelas Jurnal Madaniyah, Volume 8 Nomor 2 Edisi Agustus pratikum di kelas :
Gejala : 2018 ISSN (printed) : 2086-3462, dalam ISSN 1. Keterbatasan waktu
 Kemampuan peserta (online): 2548-6993 Materi pelajaran sains
didik dalam Sarjono, PENTINGNYA LABORATORIUM FISIKA DI cukup padat sehingga
melakukan SMA/MA DALAM MENUNJANG PEMBELAJARAN guru lebih memilih
pratikum FISIKA metode ceramah
seperti pengambilan https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/mad 2. Dibutuhkan waktu
data dan kesimpulan aniyah/article/download/72/54/ khusus untuk melakukan
masih kurang praktikum
 Dilihat dari Laporan Pentingnya laboratorium fisika di sma/ma dalam 3. Keterbatasan sumber
pratikum masih menunjang pembelajaran fisika : daya
banyak yang keliru  Pelajaran fisika merupakan pelajaran 4. Waktu yang terbatas
dalam pengambilan yang membutuhkan verifikasi, 5. Ketidakpercayaan
data dan pengambilan terhadap keamanan dan
pembuktian melalui praktikum.Hal ini
kesimpulan kesehatan
menunjukkan betapa pentingnya peranan
laboratorium untuk mencapai tujuan 6. Kurangnya keterampilan
pendidikan fisika.. praktikum
 Sesuai dengan karakteristik pembelajaran 7. Kurangnya kesiapan
fisika di sekolah yang mengutamakan guru dalam
kerja ilmiah sehingga siswa dapat memfasilitasi pratikum
bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep 8. Kurangnya pengetahuan
yang telah dikuasai kanditerapkan dalam tentang manfaat
usaha pemenuhan kebutuhan hidup. praktikum
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

 Tuntutan pembelajaran fisika tidak


mungkin dapat terpenuhi apabila tidak
didukung oleh kemampuan guru dalam
menyelenggarakan kegiatan praktikum di
aboratorium sebagai kunci keberhasilan
pembelajaran fisika
[Jurnal Ilmiah]
Jurnal Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol XI,
No. 2, Oktober 2020 ISSN 1411-3570 eISSN 2579-
9525
Masruri, S.Pd. IDENTIFIKASI HAMBATAN
PELAKSANAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DAN SMA
Negeri 1 Moga Kabupaten Pemalang Jawa Tengah

https://journal.uir.ac.id/index.php/Perspektif/art
icle/view/5259/2766

Identifikasi hambatan-hambatan pelaksanaan


kegiatan praktikum berdasarkan survey:
 Alat-alat praktikum tidak tersedia secara
keseluruhan.
 Bahan-bahan penunjang kegiatan/bahan
belum tersedia secara keseluruhan.
 Alokasi waktu tidak cukup.
 Kesulitan mempersiapkan kegiatan
praktikum karena sekolah tidak memiliki
laboran.

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, guru biologi)
 Keterbatasan waktu dan kurangnya alat
dan bahan yang tersedia.
 Intensitas guru dalam mengikuti
pelatihan laboratorium masih rendah.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
 Ketersediaan alat dan bahan praktikum
masih kurang.
 Materi pelajaran sains cukup padat
sehingga guru lebih memilih metode
ceramah.
 Dibutuhkan waktu khusus untuk
melakukan praktikum.

[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan guru
jarang melakukan praktikum di kelas antara lain:

(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul


PKB)
 Keterbatasan sumber daya: Guru
mungkin mengalami keterbatasan
sumber daya, seperti kurangnya fasilitas
laboratorium atau bahan-bahan yang
diperlukan untuk melakukan praktikum.
Hal ini dapat membuat guru enggan atau
sulit untuk melakukan praktikum di kelas.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

 Waktu yang terbatas: Guru mungkin


merasa kesulitan untuk menyisihkan
waktu yang cukup untuk melakukan
praktikum di kelas karena waktu
pembelajaran yang terbatas dan padat.
Selain itu, persiapan dan pengaturan
praktikum juga membutuhkan waktu
yang cukup banyak.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Ketidakpercayaan terhadap keamanan
dan kesehatan: Beberapa guru mungkin
merasa khawatir tentang keselamatan
dan kesehatan siswa saat melakukan
praktikum di kelas. Hal ini dapat
membuat mereka enggan untuk
melakukan praktikum.
 Kurangnya keterampilan praktikum:
Beberapa guru mungkin tidak memiliki
keterampilan atau pengalaman yang
cukup dalam melakukan praktikum,
seperti mempersiapkan alat atau
mengatur kelompok siswa. Hal ini dapat
membuat guru merasa tidak nyaman
untuk melakukan praktikum di kelas.
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
 Kurangnya kesiapan guru dalam
memfasilitasi pratikum
 Kurangnya pengetahuan tentang manfaat
praktikum: Beberapa guru mungkin
kurang memahami manfaat dari
melakukan praktikum di kelas, seperti
memberikan pengalaman langsung dan
membantu siswa memahami konsep
secara lebih mendalam.
9 Beberapa peserta didik Kajian literatur : Penyebab Beberapa peserta
mengalami miskonsepsi [Jurnal Ilmiah] didik mengalami
Gejala : Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 11 No. 3, September miskonsepsi :
 Ketika kegiatan 2022, 32-43 ISSN 2830-3881 (media 0nline) 1. Interaksi antara siswa
apersepsi, maupun Christhina Rizki, Woro Setyarsih. Identifikasi dan guru kurang
proses KBM, guru Miskonsepsi Siswa dan Penyebabnya pada Materi maksimal
masih menemukan Elastisitas Menggunakan Three–Tier Diagnostic 2. Siswa yang malas
peserta didik yang Test. Universitas Negeri Surabaya, Indonesia bertanya
memiliki miskonsepsi https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi- 3. guru yang tidak
terhadap materi pendidikan-fisika/article/view/48552 mengoreksi
 Saat presentasi /mengkonfirmasi hasil
kelompok masih Kesalahan paham siswa tidak dapat dihilangkan tugas siswa sehingga
ditemukan tetapi dapat diminimalkan (Mellu & Baok, 2020). siswa menganggap apa
miskonsepsi Penyebab miskonsepsi yang dikerjakan dan
 Siswa kesulitan
 dapat berasal dari pemikiran asosiatif, dipahaminya sudah
menjawab soal
prakonsepsi, humanistik, intuisi yang benar.
konsep
salah,serta minat belajar siswa 4. konsep awal yang salah
 selain itu penyebab miskonsepsi bisa juga 5. pengalaman sebelumnya
dari siswa itu sendiri, konsep awal yang yang salah atau kurang
salah, penalaran siwa, proses tepat
perkembangan kognitif yang salah, 6. Peserta didik mungkin
konsep awal yang salah, buku acuan memiliki pengetahuan
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

untuk belajar serta guru dalam awal yang terbatas atau


menyampaikan materi kurang mendalam
 Selain penyebab tersebut dalam tentang suatu topik
pembelajaran online jugadapat
menyebabkan terjadinya kesalahan
paham
 Interaksi antara siswa dan guru kurang
maksimal
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, guru biologi)
 Tidak adanya evaluasi dari guru seberapa
pemahaman peserta didik, dan guru
mengira konsep peserta didik sudah
benar
 Konsep yang tidak disampaikan secara
faktual
(Aruna Pradipta, guru kimia)
 Siswa yang malas bertanya dan guru yang
tidak mengoreksi /mengkonfirmasi hasil
tugas siswa sehingga siswa menganggap
apa yang dikerjakan dan dipahaminya
sudah benar.

[Pakar]

(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul


PKB)
 Faktor-faktor yang menyebabkan
miskonsepsi siswa, antara lain konsep
awal yang salah, tahap perkembangan
kognitif tidak sesuai dengan konsep yang
dipelajari, penalaran siswa yang terbatas
dan salah, kemampuan siswa menangkap
dan memahami konsep yang dipelajari,
penggunaan istilah sehari-hari yang salah,
dan minat siswa yang kurang.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Pengalaman sebelumnya: Miskonsepsi
dapat terjadi karena pengalaman
sebelumnya yang salah atau kurang tepat.
Jika peserta didik memiliki pengalaman
yang salah tentang suatu konsep atau
topik, hal itu dapat mengganggu
pemahaman mereka di masa depan dan
menyebabkan miskonsepsi.
 Keterbatasan pengetahuan awal: Peserta
didik mungkin memiliki pengetahuan
awal yang terbatas atau kurang
mendalam tentang suatu topik, sehingga
mereka dapat mengalami kesulitan dalam
memahami konsep yang lebih kompleks.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

 Cara belajar yang salah: Cara belajar yang


salah juga dapat menyebabkan
miskonsepsi pada peserta didik. Jika
peserta didik belajar dengan hanya
menghafal tanpa memahami konsep yang
mendasar, mereka dapat memiliki
pemahaman yang salah tentang suatu
topik atau konsep.

 Bahasa yang digunakan: Bahasa atau


istilah yang digunakan dalam pengajaran
juga dapat menyebabkan miskonsepsi
pada peserta didik. Misalnya, jika istilah
yang digunakan tidak sesuai dengan
bahasa sehari-hari atau istilah yang
digunakan berasal dari bahasa asing, hal
itu dapat menyebabkan kebingungan
pada peserta didik dan menyebabkan
miskonsepsi.

 Cara pengajaran: Cara pengajaran yang


tidak tepat atau tidak cocok dengan gaya
belajar peserta didik juga dapat
menyebabkan miskonsepsi. Jika guru
menggunakan metode pengajaran yang
kurang efektif atau tidak cocok dengan
gaya belajar peserta didik, hal itu dapat
menyebabkan peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami konsep atau
topik tertentu."
10 Peserta didik kesulitan Kajian literatur : Penyebab Peserta didik
ketika dihadapkan dengan [Jurnal Ilmiah] kesulitan ketika dihadapkan
soal level HOTS https://jurnal.untan.ac.id/ dengan soal level HOTS
Rizki Amalia, Stepanus Sahala Sitompul, M. Musa 1. Kesulitan
 Saat evaluasi butir Syarif H.ANALISIS KESULITAN PESERTA DIDIK memvisualisasikan
soal, butir soal DALAM PENYELESAIAN SOAL HOTS TENTANG masalah
yang paling sering DINAMIKA ROTASI PADA KELAS XI. Program 2. Kesulitan deskripsi fisika
dijawab salah Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak karena kurang
adalah butir soal memahami soal
dengan level HOTS Faktor penyebab kesulitan peserta didik dalam 3. Kesulitan rencana solusi
 Beberapa siswa menyesaikan soal HOTS antara lain: siswa yang tidak
tidak mencapai (a) Kesulitan memvisualisasikan masalah memahami materi
KKM disebabkan karena peserta didik tidak siswa yang tidak
tahu menggambarkan sketsa pada tiap mengerti perintah soal
soal. yang terlihat dari hasil
(b) Kesulitan deskripsi fisika disebabkan wawancara dan
karena kurang memahami masalah observasi.
yang diberikan pada soal. 4. Penyebab guru yang
(c) Kesulitan rencana solusi disebabkan tidak membiasakan
karena kurangmemahami konsep yang pembelajaran HOTS
digunakan pada soal. 5. kurangnya pelatihan
(d) Kesulitan menjalankan rencana karena tentang HOTS yang
salah dalam menuliskan diketahui dan diberikan kepada guru
ditanya, tidak mengetahui konsep yang 6. Karena tidak terbiasa
digunakan pada soal dan kurang mengerjakan soal HOTS
menguasaI operasi hitung. 7. Tingkat kemampuan
analisis siswa yang
masih rendah dan
konsep dasar yang
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

(e) Kesulitan memeriksa dan mengevaluasi belum dipahami dengan


disebabkan karena kurang teliti dalam baik.
memeriksa jawaban dan tergesa-gesa 8. Guru tidak membiasakan
dalam menyelesaikan jawaban soal. keterampilan proses
berpikir tingkat tinggi
[Jurnal Ilmiah] (HOTS) dalam
Naradidik: Journal of Education & Pedagogy pembelajaran sehingga
Volume 1 Nomor 1 2022, pp 103-112 tentu saja peserta didik
ISSN: 2827-864X (Online) – 2827-9670 (Print) kesulitan dalam
Rizki Pratama Dalman. Penyebab Sulitnya Siswa menjawab soal HOTS
Menjawab Soal HOTS dalam Pembelajaran saat evealuasi
Sosiologi di Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas 9. Kurangnya latihan
Pesisir Selatan 10. Kurangnya pemahaman
1,2Universitas Negeri Padang konsep
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/nara/a 11. Kurangnya keterampilan
rticle/view/12 berpikir kritis:
Sumber lain menyatakan Faktor penyebab 12. Bahasa yang sulit
kesulitan peserta didik dalam menyesaikan soal dipahami
HOTS antara lain: 13. Kurangnya motivasi
 siswa yang tidak memahami materi
 siswa yang tidak mengerti perintah soal
yang terlihat dari hasil wawancara dan
observasi.
 Masalah tidak hanya terjadi dari siswanya
tetapi juga disebabkan oleh guru yang
tidak menjelaskan dan tidak
membiasakan siswa dalam mengerjakan
soal HOTS.
 Penyebab guru yang tidak membiasakan
pembelajarn dan soal HOTS kepada siswa
disebabkan oleh kurangnya pelatihan
tentang HOTS yang diberikan kepada
guru

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, guru biologi)
 Karena tidak terbiasa mengerjakan soal
HOTS
(Vitri Juliani, S.Pd, guru biologi)
 Kemampuan berpikir kritis yangg masih
belum terasah, dan masih terbiasa dengan
konsep menghafal

(Aruna Pradipta, Guru kimia)


 Tingkat kemampuan analisis siswa yang
masih rendah dan konsep dasar yang
belum dipahami dengan baik.
 Penyebab utama siswa mengalami
kesulitan dalam menjawab soal HOTS
adalah karena mereka tidak memahami
materi yang sudah diajarkan oleh guru.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

[Pakar]

Peserta didik mungkin mengalami kesulitan


ketika dihadapkan dengan soal level HOTS
(Higher Order Thinking Skills) karena beberapa
faktor, di antaranya:

(Lia Windari, Instruktur Nasional)


 Guru tidak membiasakan keterampilan
proses berpikir tingkat tinggi (HOTS)
dalam pembelajaran sehingga tentu saja
peserta didik kesulitan dalam menjawab
soal HOTS saat evealuasi
 Kurangnya latihan: Soal level HOTS
memerlukan latihan yang cukup untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Jika peserta didik tidak
cukup terlatih dalam mengerjakan soal
level HOTS, mereka akan kesulitan ketika
dihadapkan dengan soal tersebut

(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul


PKB)
 Kurangnya pemahaman konsep: Peserta
didik mungkin kesulitan ketika
dihadapkan dengan soal level HOTS
karena kurangnya pemahaman konsep
yang mendasar. Soal level HOTS biasanya
memerlukan pemahaman yang lebih
mendalam dan luas tentang konsep-
konsep yang terkait. Jika peserta didik
kurang memahami konsep-konsep
tersebut, mereka akan kesulitan dalam
menjawab soal tersebut.
 Kurangnya keterampilan berpikir kritis:
Soal level HOTS memerlukan
keterampilan berpikir kritis yang lebih
tinggi, seperti kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat kesimpulan.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Bahasa yang sulit dipahami: Soal level
HOTS seringkali menggunakan bahasa
yang lebih kompleks atau sulit dipahami
oleh peserta didik. Jika peserta didik
kesulitan memahami bahasa yang
digunakan dalam soal tersebut, mereka
akan kesulitan dalam menjawab soal
tersebut.
 Kurangnya motivasi: Soal level HOTS
memerlukan motivasi dan kepercayaan
diri yang tinggi untuk dihadapi. Jika
peserta didik kurang termotivasi atau
kurang percaya diri, mereka akan
kesulitan dalam menjawab soal tersebut.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

11 Beberapa peserta didik Kajian literatur : Penyebab kemampuan


perlu meningkatkan [Jurnal Ilmiah] keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 6 No. rendah :
1. p-ISSN 2338 3240/e-ISSN 2580 5924 53 1. Metode konvensional
Gejala Rian Priyadi, dkk. Analisis Kemampuan Berpikir dan ceramah tidak apat
kritis Siswa SMA Kelas X MIPA dalam melatih siswa dalam
 Pada saat diberi LKPD Pembelajaran Fisika. Pendidikan Fisika- berpikir kritis
beberapa peserta Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2. siswa mengalami
didik kesulitan dalam http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EPFT/ kesulitan ketika
membangun
article/view/10020 mengaitkan suatu
argument ketika
1. Metode konvensional dan ceramah tidak konsep satu sama lain
diberikan stimulus, Tidak mampumengungkapkan pendapat sendiri
apat melatih siswa dalam berpikir kritis 3. Kebiasaan belajar siswa
 Ketika dipancing sehingga menyebabkan berpikir siswa juga menyebabkan
dengan stimulus, rendah kemampuan berpikir
hanya sedikit siswa 2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis kritis tidak berkembang,
yang mengajukan pada siswa dapat disebabkan oleh siswa lebih cenderung
pertanyaan beberapa faktor. Salah satunya, ketika sudah merasa nyaman
siswa datang dalam suatu kelas dengan penjelasan dari
sebenarnya tidak membawa pengetahuan guru tanpa
yang kosong atau pikiran yang kosong, mempertanyaakan lebih
namun mereka memiliki pengetahuan dalam.
yang terpotong- potong, sehingga siswa 4. siswa tidak terbiasa
mengalami kesulitan ketika mengaitkan dengan soal-soal dengan
suatu konsep satu sama lain indikator kemampuan
3. Kebiasaan belajar siswa juga berpikir kritis
menyebabkan kemampuan berpikir kritis 5. kondisi fisik, motivasi,
tidak berkembang, siswa lebih cenderung kecemasan,
sudah merasa nyaman dengan penjelasan perkembangan
dari guru tanpa mempertanyaakan lebih intelektual, dan interaksi
dalam. antar pendidik dengan
peserta didi
[Jurnal Ilmiah] 6. Metode pembelajaran
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 18, yang digunakan belum
No 2, Agustusi 2022 Hal. 140-151 mendukung
Asniar, dkk. ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR 7. Siswa malu bertanya
KRITIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PESERTA 8. belum terlatih untuk
DIDIK DI SMAN 11 MAKASSAR menganalisis suatu
https://ojs.unm.ac.id/JSdPF/article/download/31 permasalahan serta fakta
622/16970 yang ditemukan
1. siswa tidak terbiasa dengan soal-soal 9. Keterampilan berpikir
dengan indikator kemampuan berpikir kritis membutuhkan
kritis sehingga siswa enggan latihan yang terus-
menyelesaikan soal ketika menemukan menerus untuk
suatu hambatan mengembangkan
2. siswa tidak memiliki pengetahuan awal kemampuan berpikir
tentang suatu konsep, sehingga sulit secara kritis
mengaitkan pengetahuan konsep satu 10. Kurangnya kesempatan
dengan yang lain untuk berpikir kritis:
3. kondisi fisik, motivasi, kecemasan, 11. Kurangnya pemahaman
perkembangan intelektual, dan interaksi konsep
antar pendidik dengan peserta didik 12. lingkungan
dapat memengaruhi keterampilan pembelajaran yang
berpikir kritis peserta didik bersifat otoriter,
4. berpikir kritis yang rendah juga bisa
diatasi dengan menerapkan model
pembelajaran yang dapat melatihkan
keterampilan berpikir kritis seperti
pembelajaran berbasis masalah memiliki
peranan
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd , guu biologi)
 Metode pembelajaran yang digunakan
belum mendukung
(Vitri Juliani, guru biologi)
 Jika dihadapkan dengan studi kasus,
belum semua siswa dapat memberikan
solusi terhada masalah yang dihadirkan
dikelas
(Aruna Pradipta. Guru kimia)
 Siswa malu bertanya dan kesulitan dalam
menjawab soal hots yang diberikan.
 Penyebab rendahnya kemampuan
berpikir kritis peserta didik adalah siswa
belum terlatih untuk menganalisis suatu
permasalahan serta fakta yang ditemukan
sehingga akibatnya produktivitas yang
diperoleh siswa di sekolah tersebut
sangat sedikit
[Pakar]
Beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik
belum menunjukkan keterampilan berpikir kritis
selama proses KBM antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
 Kurangnya latihan: Keterampilan berpikir
kritis membutuhkan latihan yang terus-
menerus untuk mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis. Jika
peserta didik jarang dilatih untuk berpikir
secara kritis, maka mereka belum dapat
menunjukkan keterampilan berpikir
kritis dengan baik.

(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator


Provinsi)
 Kurangnya kesempatan untuk berpikir
kritis: Peserta didik harus diberi
kesempatan untuk berpikir kritis dalam
konteks pembelajaran yang beragam. Jika
peserta didik hanya mengikuti
pembelajaran yang bersifat pasif atau
hanya menerima pengetahuan dari guru,
mereka tidak akan terlatih dalam
keterampilan berpikir kritis.
 Kurangnya pemahaman konsep:
Keterampilan berpikir kritis terkait erat
dengan pemahaman konsep. Jika peserta
didik belum memiliki pemahaman yang
kuat tentang konsep yang terkait, mereka
akan kesulitan dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.
 lingkungan pembelajaran yang bersifat
otoriter, atau adanya tekanan dari
lingkungan sekitar, dapat membuat
peserta didik enggan untuk berpikir
secara kritis.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

12 Beberapa Guru masih belum Kajian literatur : Pemyebab Beberapa Guru


terbiasa mengintegrasikan [Jurnal Ilmiah] masih belum terbiasa
TIK dalam penggunaan Jurnal Kwangsan, Vol. 3 No. 2, Edisi Desember 2015 mengintegrasikan TIK dalam
dalam proses pembelajaran Sri Lestari. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI penggunaan dalam proses
PEMANFAATAN TIK OLEH GURU. Balai pembelajaran :
Gejala : Pengembangan Media Televisi Pendidikan. 2015 1. tidak adanya akses,
 guru kurang optimal https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.p tidak adaanya
memanfaatkan TIK di hp/jurnalkwangsan/article/view/29/28 sarana TIK,
kelas 2. guru tidak memiliki
 Beberapa Peserta Kendala pemanfaatan TIK oleh guru adalah: pengetahuan
didik tidak terbiasa 1. tidak adanya akses, tidak adaanya sarana tentang TIK, dan
menggunakan TIK TIK, tidak adanya
terutama dalam hal 2. guru tidak memiliki pengetahuan tentang kemauan guru
mengeksplorasi TIK, dan tidak adanya kemauan guru untuk
materi untuk memanfaatkan TIK. memanfaatkan TIK
 Ketika guru 3. Sehingga solusi dari kendala 3. guru merasa tidak
menggunakan pemanfaaatan TIK adalah: dilakukan yakin atas
multimedia dalam sosialisasi yang terusmenerus tentang kebermanfaatan
KBM, beberapa potensi, manfaat, dan pentingnya TIK di menggunakan TIK
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga 4. Pemanfaatan
kesulitan dalam ada dukungan kebijakan, tidak hanya dari teknologi atau
menggunakan TIK pemerintah pusat, pemerintah daerah, inovasi dalam
 Beberapa Peserta instansi swasta tetapi juga dari kepala pembelajaran
didik membutuhkan sekolah, mungkin
durasi waktu yang 4. dilaksanakan pelatihan yang lebih intensif memerlukan biaya
lama ketika diminta dengan waktu yang lebih longgar atau tambahan, seperti
mengakses memadai sehingga dimungkinkan bagi membeli perangkat
pembelajaran via guru untuk mempraktekkan hasil atau membayar
aplikasi ataupun pelatihan di dalam kelas, para guru akses internet
platform digital merespons kemajuan TIK secara positif
seperti liveworksheet, dengan tindakan nyata melalui
quizizz, sehingga pemanfaatan TIK di dalam kegiatan
berdampak pembelajaran yang menjadi tugas
manajemen waktu profesionalnya, dan
5. dilaksanakan pengadaan perangkat TIK di
sekolah secara bertahap dan
berkelajutan, baik melalui pemerintah,
pihak swasta maupun masyarakat
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Vitri Juliani, S.Pd )
 Kurangnya kemampuan guru untuk
menggunakan fasilitas dan malas untuk
berinovasi
 Sarana dan prasarana yg belum memadai,
contohnya pada saat guru ingin
memberikan kuis secara online, siswa
tidak bisa ikut dengan tertib karena
masalah jaringan internet
(Aruna Pradipta, guru kimia)
 Kemampuan guru yang masih terbatas
dan kurangnya agenda pelatihan yang
diberikan kepada guru.
 tidak adanya akses, tidak adanya sarana
TIK, pembelajaran tidak
mengintegrasikan TIK, guru tidak
memiliki pengetahuan tentang TIK, dan
tidak adanya kemauan guru untuk
memanfaatkan TIK.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108

[Pakar]
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru
belum memanfaatkan teknologi atau inovasi
dalam pembelajaran, antara lain:
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
 Keterbatasan akses: Guru mungkin tidak
memiliki akses yang memadai ke
perangkat teknologi atau koneksi internet
yang stabil, terutama jika mereka bekerja
di daerah yang terpencil atau kurang
berkembang.
 Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan: Guru mungkin merasa
tidak nyaman dengan teknologi atau tidak
memahami bagaimana memanfaatkannya
dalam pembelajaran. Mereka mungkin
tidak mendapatkan pelatihan yang
memadai tentang cara menggunakan
teknologi atau inovasi dalam
pembelajaran.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
 Ketidakpastian terhadap manfaat: Guru
mungkin belum yakin tentang manfaat
teknologi atau inovasi dalam
pembelajaran. Mereka mungkin merasa
bahwa cara tradisional pembelajaran
yang telah digunakan selama ini sudah
cukup efektif.
 Faktor budaya: Beberapa guru mungkin
lebih memilih cara pembelajaran yang
sudah mapan dalam budaya mereka dan
tidak terlalu terbuka terhadap perubahan
atau inovasi.
 Biaya: Pemanfaatan teknologi atau
inovasi dalam pembelajaran mungkin
memerlukan biaya tambahan, seperti
membeli perangkat atau membayar akses
internet, dan tidak semua sekolah atau
lembaga pendidikan mampu menanggung
biaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai