Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
[Jurnal Ilmiah]
Vol 4 No 2 (2021): JURNAL MathEdu (Mathematic
Education Journal) vol. 4 No. 2 Juli 2021
Sri Wahyuni Naibaho1), Rahmatika Elindra2), Eva
Yanti Siregar3). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR
SISWA MTs NEGERI 1 TAPANULI Fakultas MIPA,
Institut Pendidikan Tapanuli Selatan. 2021
https://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/art
icle/view/2596
[Jurnal Ilmiah]
Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.
6, No. 2
Muhammad C. Moslem1, Mumu Komaro2, Yayat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
RENDAHNYA MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
MATA PELAJARAN AIRCRAFT DRAWING DI SMK.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2019
https://ejournal.upi.edu/index.php/jmee/article/
view/21803
Pada Penelitian ini disimpulkan secara
umum bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa
SMK kelas X pada mata pelajaran aircraft
drawing. Faktor tesebut yaitu yang terdiri
atas dari cita-cita/aspirasi siswa, kondisi
ligkungan dan unsur-unsur dinamis
dalam belajar dan pembelajaran (faktor
A), dan
faktor B yang terdiri atas kondisi siswa,
upaya guru dalam mengelola kelas dan
kondisi siswa.
Faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran aircraft drawing
adalah faktor A yang mempunyai nilai
cukup tinggi dan mampu memberikan
kontribusi sebesar 38% terhadap
motivasi belajar siswa kelas X.
[Jurnal Ilmiah]
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 3, Nomor
1, Juni 2018
Sari, Widha Sunarno, Sarwanto, Analisis Motivasi
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Sekolah
Menengah Atas. Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2018
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/
jpnk/article/view/591
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
Penyebab rendahnya motivasi belajar siswa :
(Ervyna. S.Pd, Guru Biologi)
Motivasi dari siswa sendiri kurang serta
pelajarannya kurang diminati siswa
Metode mengajar yang terpusat pada
guru
[Pakar]
(Lia Windari, Instruktur Nasional Fisika)
Guru tidak memfasilitasi proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
belajar anak. Setiap anak memiliki gaya
belajar yang berbeda – beda sehingga
penting bagi guru menganalisis gaya
belajar anak seperti tes diagnostik
sehingga guru dapat memilah kegiatan
belajar yang tepat untuk meningkatnya
motivasi belajar mereka
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kualitas Pembelajaran: Kualitas
pembelajaran yang diterima anak juga
dapat mempengaruhi motivasi
belajarnya. Pembelajaran yang menarik,
relevan dengan kebutuhan dan minat
anak, serta memberikan tantangan yang
memadai akan cenderung meningkatkan
motivasi belajar anak.
Cara Mengajar: Cara mengajar guru juga
dapat mempengaruhi motivasi belajar
anak. Guru yang mampu memberikan
pengajaran dengan cara yang
menyenangkan, interaktif, dan
memotivasi akan cenderung
meningkatkan motivasi belajar anak.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peserta
didik kesulitan memahami soal dengan stimulus
berupa narasi (teks) adalah sebagai berikut:
Karena kemampuan literasi peserta didik kurang
(Ervyna, S,Pd, Guru Biologi)
Kebiasaan membaca yang kurang
Karena masih rendahnya motivasi siswa
dalam membaca dan kurangnya
kemampuan siswa dalam menganalisis
soal yang berbentuk narasi panjang.
[Pakar]
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB
Keterbatasan Pengetahuan: Keterbatasan
pengetahuan atau kurangnya pemahaman
terhadap konten teks juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam
memahami soal dengan stimulus narasi.
Peserta didik perlu memiliki pengetahuan
yang cukup tentang topik atau materi
yang dibahas dalam teks agar dapat
menjawab soal dengan benar.
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, Guru Biologi)
Karena kurangnya latihan dan tugas mandiri
sejak dari sekolah dasar.
Karena siswa tidak terbiasa melatih diri
sendiri
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
kemampuan olah matematika pada peserta didik
tergolong rendah antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar:
Pemahaman konsep dasar matematika yang
kurang baik dapat menjadi penyebab peserta
didik kesulitan dalam memecahkan masalah
matematika yang lebih kompleks. Konsep-
konsep seperti bilangan, operasi
matematika, geometri, dan aljabar harus
dipahami dengan baik agar peserta didik
dapat memahami materi-materi matematika
yang lebih tinggi.
Kurangnya Pemahaman Bahasa: Bahasa
matematika yang khas dan unik juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam memahami
dan mengerjakan soal matematika. Peserta
didik perlu memahami istilah-istilah
matematika yang digunakan dalam soal
matematika, seperti variabel, koefisien, dan
lain sebagainya.
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
Kurangnya Keterampilan Berhitung:
Keterampilan berhitung yang kurang baik
dapat menjadi penyebab peserta didik
kesulitan dalam memahami dan
menyelesaikan soal matematika.
Keterampilan berhitung meliputi
kemampuan dalam operasi hitung dasar
seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
Kurangnya Latihan: Latihan yang kurang
juga dapat menyebabkan peserta didik sulit
memecahkan masalah matematika. Peserta
didik perlu dilatih secara teratur agar
keterampilan berhitung dan kemampuan
memecahkan masalah matematika mereka
semakin meningkat.
Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan
seperti keadaan sosial ekonomi, pola asuh,
dan pendidikan orang tua juga dapat
mempengaruhi kemampuan olah
matematika peserta didik. Faktor-faktor ini
dapat mempengaruhi motivasi dan minat
peserta didik dalam belajar matematika.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
[Jurnal Ilmiah]
JPPF, Vol. 8 No. 1 Tahun 2018
p-ISSN : 2599-2554 (Print), e-ISSN : 2599-2562
(online)
Ni Kd. Aristawati, dkk. PENGARUH MODEL
PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR FISIKA SISWA
SMA. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
2018
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPF/a
rticle/view/20573
Widyastuti (2015) mengungkapkan
bahwa ada banyak faktor yang
menyebabkan masih rendahnya
kemampuan pemahaman konsep siswa.
Peninjauan dari berbagai aspek
diantaranya: siswa, guru, pendekatan
pembelajaran yang diterapkan dan
penilaian (assessment), dan kebijakan
pemerintah dalam dunia pendidikan.
Proses pembelajaran secara biasa dan
masih saja berpusat pada guru menjadi
penyebab rendahnya pemahaman konsep
siswa.
Siswa tidak banyak terlibat dalam
mengonstruksi pengetahuannya, hanya
menerima saja informasi yang
disampaikan oleh guru.
Siswa menjadi tidak mampu menjawab
soal yang berbeda dari contoh yang
diberikan guru. Siswa mencontoh dan
mengerjakan latihan mengikuti pola yang
diberikan guru, bukan dikarenakan siswa
memahami konsepnya.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, Guru Biologi)
Karena kemampuan matematika juga
rendah
(Vitri Juliani, Guru Biologi)
Kurangnya pemahaman logika
matematika siswa sehingga
mempengaruhi kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal fisika
(Aruna Pradipta, guru kimia)
Siswa hanya menghafal rumus yang
diberikan guru tanpa memahami konsep
dasar perhitungannya dengan baik
Siswa tidak memahami konsep dasar.
[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
peserta didik kesulitan menjawab soal-soal fisika
terutama terkait penggunaan rumus antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kurangnya Pemahaman Konsep Dasar:
Pemahaman konsep dasar fisika yang kurang
baik dapat menyebabkan peserta didik
kesulitan dalam memahami prinsip-prinsip
dan konsep-konsep fisika yang diterapkan
dalam soal. Peserta didik perlu memahami
prinsip-prinsip fisika seperti hukum Newton,
energi, gerak, gaya, dan sebagainya, serta
memahami cara penerapan konsep-konsep
tersebut dalam soal.
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, Guru Biologi)
Kurangnya keterikatan moral peserta
didik dan guru sejak pertemuan pertama.
(Vitri Juliani, S.Pd, Guru biologi )
Sempitnya waktu guru untuk berinteraksi
dengan siswa di luar kelas.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru Kimia)
Cara pendekatan yang tidak tepat dan
suasana belajar yang kurang merangkul
seluruh peserta didik.
[Pakar]
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S,Pd, guru biologi)
Sebagian besar orangtua hanya peduli
terhadap hasil akhir akademik tanpa
peduli dengan proses yg pembelajaran yg
dialami siswa
Kesibukan guru dalam mengurus
administratif dan kurangnya wadah dari
pihak sekolah untuk menghubungkan
guru dengan wali murid.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
Hal ini disebabkan salah satunya karena
sibuk bekerja sehingga minim waktu
untuk berkomunikasi.
[Pakar]
beberapa faktor yang dapat menyebabkan guru
kurang menjalin komunikasi intensif dengan
orangtua terkait perkembangan akademik peserta
didik antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kurangnya waktu: Guru seringkali
memiliki beban kerja yang cukup padat,
seperti mengajar, menilai tugas,
mengurus administrasi, dan sebagainya.
Keterbatasan waktu ini membuat guru
sulit untuk menyempatkan waktu untuk
berkomunikasi dengan orangtua.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
Kurangnya komunikasi yang efektif:
Komunikasi yang tidak efektif dapat
membuat guru dan orangtua kesulitan
untuk berkomunikasi. Misalnya, jika guru
menggunakan bahasa yang sulit dipahami
oleh orangtua atau tidak merespon pesan
dari orangtua, maka orangtua akan
merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi dengan guru.
Perbedaan persepsi: Orangtua dan guru
memiliki latar belakang, pengalaman, dan
persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan
ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi dan memahami satu sama
lain.
Tidak adanya saluran komunikasi yang
jelas: Kurangnya saluran komunikasi
yang jelas antara guru dan orangtua dapat
membuat komunikasi menjadi terputus-
putus atau tidak ada sama sekali.
Tidak merasa penting: Beberapa guru
mungkin merasa bahwa berkomunikasi
dengan orangtua tidaklah penting atau
terlalu memakan waktu. Hal ini dapat
menyebabkan guru enggan untuk
berkomunikasi dengan orangtua.
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna,S,Pd, Guru Biologi)
Kurangnya fasilitas,
kurangnya kemampuan guru dalam
memanfaatkan fasilitas penunjang
pembelajaran,
(Vitri Juliani, S.Pd , guru biologi)
guru terfokus pada penyelesaian materi
Materi yang begitu padat dalam 1
semester sehingga tidak sesuai dengan
waktu yang ada. Kesediaan media
pendukung
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
Kemampuan guru yang masih terbatas
dan kurangnya mengikuti pelatihan untuk
pengembangan media ajar.
[Pakar]
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kurangnya pemahaman tentang model
pembelajaran inovatif dan variatif: Guru
mungkin belum memahami betul tentang
model pembelajaran inovatif dan variatif
yang sesuai dengan karakteristik materi
yang mereka ajarkan. Hal ini dapat
menyebabkan mereka merasa tidak
nyaman atau tidak percaya diri untuk
menerapkannya.
Secara umum kesulitan yang dialami guru
dalam menerapkan pembelajaran inovatif
adalah kekurangan dan keterbatasan
sarana dan prasarana, dalam
menggunakan media pembelajaran
seperti infokus, guru harus bergantian
TRESNI WIDYAWATI, S.Pd
MAN INSAN CENDEKIA SIAK
PPG DALJAB GURU MADRASAH MAPEL FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI
082385872108
https://journal.uir.ac.id/index.php/Perspektif/art
icle/view/5259/2766
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, guru biologi)
Keterbatasan waktu dan kurangnya alat
dan bahan yang tersedia.
Intensitas guru dalam mengikuti
pelatihan laboratorium masih rendah.
(Aruna Pradipta, S.Pd, guru kimia)
Ketersediaan alat dan bahan praktikum
masih kurang.
Materi pelajaran sains cukup padat
sehingga guru lebih memilih metode
ceramah.
Dibutuhkan waktu khusus untuk
melakukan praktikum.
[Pakar]
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan guru
jarang melakukan praktikum di kelas antara lain:
[Pakar]
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd, guru biologi)
Karena tidak terbiasa mengerjakan soal
HOTS
(Vitri Juliani, S.Pd, guru biologi)
Kemampuan berpikir kritis yangg masih
belum terasah, dan masih terbiasa dengan
konsep menghafal
[Pakar]
Wawancara
[Teman sejawat/Rekan]
(Ervyna, S.Pd , guu biologi)
Metode pembelajaran yang digunakan
belum mendukung
(Vitri Juliani, guru biologi)
Jika dihadapkan dengan studi kasus,
belum semua siswa dapat memberikan
solusi terhada masalah yang dihadirkan
dikelas
(Aruna Pradipta. Guru kimia)
Siswa malu bertanya dan kesulitan dalam
menjawab soal hots yang diberikan.
Penyebab rendahnya kemampuan
berpikir kritis peserta didik adalah siswa
belum terlatih untuk menganalisis suatu
permasalahan serta fakta yang ditemukan
sehingga akibatnya produktivitas yang
diperoleh siswa di sekolah tersebut
sangat sedikit
[Pakar]
Beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik
belum menunjukkan keterampilan berpikir kritis
selama proses KBM antara lain:
(Alfianri, Instruktur Nasional dan penulis Modul
PKB)
Kurangnya latihan: Keterampilan berpikir
kritis membutuhkan latihan yang terus-
menerus untuk mengembangkan
kemampuan berpikir secara kritis. Jika
peserta didik jarang dilatih untuk berpikir
secara kritis, maka mereka belum dapat
menunjukkan keterampilan berpikir
kritis dengan baik.
[Pakar]
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru
belum memanfaatkan teknologi atau inovasi
dalam pembelajaran, antara lain:
(Lia Windari, Instruktur Nasional)
Keterbatasan akses: Guru mungkin tidak
memiliki akses yang memadai ke
perangkat teknologi atau koneksi internet
yang stabil, terutama jika mereka bekerja
di daerah yang terpencil atau kurang
berkembang.
Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan: Guru mungkin merasa
tidak nyaman dengan teknologi atau tidak
memahami bagaimana memanfaatkannya
dalam pembelajaran. Mereka mungkin
tidak mendapatkan pelatihan yang
memadai tentang cara menggunakan
teknologi atau inovasi dalam
pembelajaran.
(S. Ratih Uswatun Hasanahm S.Pd, Fasilitator
Provinsi)
Ketidakpastian terhadap manfaat: Guru
mungkin belum yakin tentang manfaat
teknologi atau inovasi dalam
pembelajaran. Mereka mungkin merasa
bahwa cara tradisional pembelajaran
yang telah digunakan selama ini sudah
cukup efektif.
Faktor budaya: Beberapa guru mungkin
lebih memilih cara pembelajaran yang
sudah mapan dalam budaya mereka dan
tidak terlalu terbuka terhadap perubahan
atau inovasi.
Biaya: Pemanfaatan teknologi atau
inovasi dalam pembelajaran mungkin
memerlukan biaya tambahan, seperti
membeli perangkat atau membayar akses
internet, dan tidak semua sekolah atau
lembaga pendidikan mampu menanggung
biaya tersebut.