Anda di halaman 1dari 15

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No. Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1. Motivasi 1. Minat belajar Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara
belajar peserta peserta didik Kajian Literatur dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
didik rendah rendah Motivasi belajar peserta didik rendah
2. Tidak adanya Menurut Endang Sri Astuti, (2010 : 67) Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, yakni:
reward 1. Guru harus kreatif dalam memilih
(penghargaan) menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar
model pembelajaran yang akan
yang diberikan diterapkan, sehingga perhatian
guru dan orang Sumber : https://eprints.uny.ac.id/8469/3/bab%202%20-08502244024.pdf siswa dalam belajar akan lebih
tua fokus dan kosentrasi mereka akan
3. Model Menurut Sardiman A. M (2007: 92-95), ada beberapa cara untuk menumbuhkan lebih meningkat dalam mengikuti
pembelajaran motivasi belajar siswa, antara lain: pembelajaran.
yang digunakan 1. Memberi angka 2. Guru harus sering memberikan
guru masih motivasi, reword kepada siswa saat
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka
konvensional pelaksanaan pembelajaran, sehingga
yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik akan mendorong
siswa semangat mengikuti
motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka pembelajaran.
kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar 3. Guru harus memahami
belajar lebih baik. Dengan pemberian angka-angka yang baik untuk siswa, bisa karakteristik siswa, minat siswa,
menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk siswa yang bersangkutan. sehingga memudahkan bagi
1. Hadiah guru untuk menangani setiap
Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu misalnya pemberian masalah yang dihadapi peserta
hadiah kepada siswa yang mendapat atau menunjukan hasil belajar yang baik. didik.
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu demikian, karena 4. Guru harus memanfatkan media
hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang pembelajaran yang menarik.
tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut, sehingga hadiah
tidak selalu bisa menimbulkan motivasi.
2. Saingan/ kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang
tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antar kelompok belajar.
3. Ego-involvement
Sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting karena menumbuhkan
kesadaran kepada peserta didik betapa pentingnya tugas-tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga mereka bekerja keras dengan mempertaruhkan harga
diri. Mereka akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya, karena penyelesaian tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri.
4. Memberi ulangan
Peserta didik akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan.
Maka, memberi ulangan adalah salah satu upaya sarana memotivasi siswa dalam
belajar. Tetapi yang harus diingat adalah guru jangan terlalu sering memberikan
ulangan karena dapat membuat siswa bosan karena terlalu sering dan bersifat
rutinitas. Guru juga harus terbuka, maksudnya jika akan diadakan ulangan harus
diberitahukan kepada siswanya.
5. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika mengalami kemajuan/
peningkatan, akan mendorong siswa untuk terus belajar dan lebih giat lagi semakin
mengetahui bahwa hasil belajar selalu mengalami kemajuan, maka aka nada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya selalu
meningkat.
6. Pujian
Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, dengan pemberian pujian akan
menimbulkan rasa senang dan puas.
7. Hukuman
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan
hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif apabila diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
8. Hasrat untuk belajar
Adanya hasrat untuk belajar, berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hasrat untuk belajar berati pada diri anak tersebut memang terdapat
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
9. Minat
Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi
yang pokok.
10. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, dirasa sangat berguna dan menguntungkan bagi siswa, maka akan timbul
gairah untuk terus belajar.

Sumber : A.M. Sadirman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Press
Menurut Syamsu Yusuf (2009: 23), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
yaitu:
1. Faktor Internal :
a) Faktor Fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca
indera).
b) Faktor Psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa.
2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)
a) Faktor Non-Sosial, meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi,
siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan
prasarana atau fasilitas belajar.
b) Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir
secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan
berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seprti
bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian
orang tua, baik material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna
membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.
Sumber : Syamsu Yusuf. 2009. Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Perss.

Hasil Wawancara :

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa Lisna Nalole, M.Pd


1. Faktor penyebabnya motivasi belajar siswa rendah yakni metode yang digunakan
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kurang menarik, lingkungan luar
sekolah yang membawa pengaruh buruk, serta keadaan lingkungan keluarga siswa
yang mengalami masalah broken home, kurang perhatian orang tua terhadap
anaknya.
2. Solusi harus dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa rendah
yakni hendaknya guru mengubah cara/metode mengajar lebih kreatif dan inofatif
dalam menciptakan suasa belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu
guru harus memahami karakteritik dan latar belakang dari peserta didik.
 Guru Sejawat Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa
Rostin Abdullah, S.Pd,
1. Motivasi belajar siswa dikelas masih rendah, hal ini disebabkan karena beberapa
faktor : latar belakang kelurga (broken home), masalah ekonomi, siswa kecanduan
bermain game online, kurangnya perhatian orang tua di rumah, dan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya memanfaatkan buku cetak.
2. Faktor yang saya hadapi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yakni :
menimbulkan hasrat atau minat belajar siswa saat proses pembelajaran, terutama
siswa yang mengalami masalah keluarga dan kecanduan dalam bermain game.
3. Solusi yang harus guru lakukan yakni : sebelum melaksanakan pembelajaran guru
harus memahami karakteristik dari setiap peserta didik, memahami latar belakang
keluarga siswa, dan memperbaiki metode pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran yang inovatif dan memanfatkan media pembelajaran yang ada.

Ansar Pakaya S.Pd


1. Motivasi belajar siswa dikelas masih rendah, hal ini disebabkan karena beberapa
faktor : pembelajaran yang kurang menarik, pembawaan materi yang bersifat
menoton, tidak adanya reward (penghargaan) yang diberikan guru/ orang tua dan serta
lingkungan pergaulan siswa ataupun latar belakang keluarga siswa.
2. Faktor yang saya hadapi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa : sikap siswa
yang tidak menyukai mata pelajaran yang diajar dan ketidak ingin tahuan siswa
didalam menerima materi yang diajarkan
3. Solusi yang harus dilakukan yakni : meningkatkan kualitas dalam pembelajaran,
memanfaatkan media pembelajaran, guru harus sering memberikan reword adanya
reward (penghargaan) sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan
melakukan evaluasi pembelajaran
Kesimpulan Hasil wawancara :

Yang menjadi Kelemahan Motivasi Belajar Siswa rendah Dari Hasil Wawancara :
1. Metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kurang
menarik
2. Tidak adanya reward (penghargaan) yang diberikan guru/ orang tua
3. Keadaan lingkungan keluarga siswa yang mengalami masalah broken home
4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.

Yang menjadi Kekuatan Motivasi Belajar Siswa rendah Dari Hasil Wawancara :
1. Guru mengubah cara/metode mengajar lebih kreatif dan inofatif dalam menciptakan
suasa belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
2. Guru harus sering memberikan reword adanya reward (penghargaan) sehingga siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
3. Guru harus memahami karakteritik dan latar belakang keluarga dari peserta didik.

2. Guru belum 1. Guru belum Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara


menggunakan memahami Kajian Literatur : dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
model model-model Menurut Suyatno (2009: 06) pembelajaran inovatif mengemukakan bahwa pembelajaran Guru belum menggunakan model
pembelajaran pembelajara yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar pembelajaran inovatif Problem Based
inovatif n inovatif dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Learning (PBL) yakni:
Problem Based 2. Sintaks Sumber : Suyatno. 2009. Menjelajah pembelajaran Inovatif. (Sidiarjo:Masmedia Buana 1. Guru harus memahami model-
Learning model Pusataka) model pembelajaran inovatif
(PBL) pembelajara Problem Based Learning (PBL)
n tidak Manfaat Pembelajaran Inovatif Manfaat yang di dapatkan dalam pembelajaran inovatif 2. Guru harus kreatif dan inovatif
sesuai atau adalah sebagai berikut : dalam pemilihan model
pembelajaran serta memahami
tidak
a. Dapat menumbuh kembangkan pilar-pilar pembelajaran pada siswa, antara setiap sintaks dari model
berurutan
lain: learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar pembelajaran yang diterapkan
berbuat), learning to gether (belajar hidup bersama), dan learning to be 3. Guru harus mampu membuat
(belajar menjadi seseorang). rencana pembelajaran dengan
b. Mampu mendorong siswa untuk mengembangkan semua potensi dirinya baik dan menetapkan waktu
secara maksimal, dengan ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif, berdasarkan fase sehingga
kreatif dan inovatif selama proses pembelajaran di sekolah materi yang di ajarkan bisa
c. Mampu mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran atau tujuan tersistematis dan tercapai
pendidikan. kompetensinya.
d. Mampu mendorong siswa untuk melakukan perubahan perilaku secara 4. Guru harus selalu ikut serta
positif dalam berbagai aspek kehidupan (baik secara pribadi atau dalam mengikuti kegiatan
kelompok). wokshop, IHT, dan MGMP yang
bertujuan meningkatkan
Solusi dalam menghadapi kendala yang dihadapi dalam menerapkan Pembelajaran Inovatif kompensi guru

 Guru harus selalu mengupdate perkembangan zaman terkait model


pembelajaran inovasi dan terus ,mencoba untuk melakukan hal yang baru
berdasarkan zaman.
 Guru harus mampu membuat rencana pembelajaran dengan baik dan
menetapkan waktu berdasarkan fase sehingga materi yang di ajarkan bisa
tersistematis dan tercapai kompetensinya.
 Guru harus lebih kreatif merancang dengan menggunakan fitur atau
aplikasi pembelajaran yang terintegrasi dengan internet sehingga
memudahkan proses pembelajaran.
 Membiasakan peserta didik menemukan masalah dan menguji masalah
tersebut secara tim serta memecahkan masalah tersebut secara tim
 Sekolah memberikan pembekalan dan evaluasi mengenai pembelajaran
inovatif setiap tahun ajaran baru.

Sumber :https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pembelajaran-inovatif/

Menurut Joyce, 1992 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termaksud
didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan sebagainya, setiap model pembelajaran
mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikan rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai
Sumber : Joyce, Bruce % Marsha Weil. 1992. Models Of Teaching. USA : Allyn and Bacon

Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa


model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran berbasis masalah yang bercirikan
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan
Sumber : Aris Shoiman. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum
2013. Yokyakarta: AR-ruz-media

Menurut Arends (2008) Sintaks problem based  yang terdiri beberapa tahapan.


1. guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik dalam terlibat
mengatasi masalah.
2. guru membantu peserta didik untuk mengorganisasi tugas terkait dengan
permasalahan.
3. guru membantu peserta didik dalam mencari informasi dari permasalahan.
4. guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil.
5. guru membantu peserta didik untuk mencari solusi yang tepat.
Sumber :Arens, Richard. (2008). Learning to Teach. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa Lisna Nalole, M.Pd
1. Sebagai Kepala sekolah SMA Negeri 1 Suwawa, yang yang saya akan lakukan ketika
menemukan guru yang belum menerapkan model pembelajaran inovatif Problem Based
Learning (PBL) yakni berupaya agar semua guru menerapkan model pembelajaran
inovatif dengan cara memberikan pembinaan dan mengikut sertakan guru pada kegiatan
wokshop, IHT, dan MGMP yang bertujuan meningkatkan kompensi guru.
2. Faktor penyebab guru Guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif
Problem Based Learning (PBL) hal ini dikarenkan guru belum memahami model-
model pembelajaran inovatif, kemudian guru sering mengalami kesulitan dalam
sintaks setiap pembelajaran, misalnya sintak dalam PBL model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yakni siswa menemukan pengetahuan baru, melatih
siswa untuk berfikir kritis, karena siswa terbiasa dengan pembelajaran konfesional.
3. Solusi yang harus dilakukan guru yakni sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus
memperhatikan kesiapan terutama dalam merancang Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus inovatif. Guru harus memperhatikan setiap Kompetensi
Dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), dan bahan ajar apakah cocok
dengn dengan model pembelajaran inovatif yang akan digunakan Problem Based
Learning (PBL), kemudian penggunaan media pembelajaran tentunya dapat
membantu menumbhkan semangat belajar siswa dalam pelaksaan proses
pembelajaran. Setiap sintaks dalam model pembelajaran yang digunakan harus
terarah atau berurutan sesuai dengan langkah-langkahnya. Sehingga pembelajaran
dapat terarah dan menghasilkan hasil yang diinginkan.
Guru Sejawat Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa

1. Faktor-faktor penyebab guru belum memanfaatkan model pembeljaran inovatif yakni


dalam rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) guru kurang memahami langkah langkah
pembelajaran sesuai sintaks, sehingga guru kurang mampu dalam menstimulus siswa untuk
menemukan sendiri masalah yang ada pada mata pelajaran. Misalnya sintaks dalam model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), sulit diterapkan yakni bagaimana
menumbuhkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis, karena siswa terbiasa dalam model
pembelajaran yang konvensional
2. Solusi yang saya lakukan, berusaha memanfatkan model pembelajaran menjadi inovatif,
selain itu melalui MGM saya akan melakukan kerja sama dalam Perencanaa Pelaksaan
Pembelajaran (RPP) yang inovatif dan memperhatikan dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat dengan materi ajar, dan saling memberikan motivasi dan bekerja
sama terhadap kendala yang dihadapi.
1. Faktor-faktor penyebab guru belum memanfaatkan model pembeljaran inovatif yakni guru
belum mampu mengidentifikasi materi sesuai dengan model pemblajaran yang ingin diterapkan.
Sintaks yang sulit saya terapkan yakni bagaimana menimbulkan semangat dan partisipasi siswa
dalam berfikri kritis. Pengelolaan dan pengawasan kelas guru kurang mampu mengarahkan
siswa yang kurang pintar untuk terlibat aktif dengan bekerjasama dengan kelompok, dan guru
kurang mensiati waktu yang tersedia
2. Solusi yang saya lakukan yakni guru harus memanfatkan model-model pembelajaran inovatif
dan media pembelajaran, serta membangun kerja sama dan saling memotivasi dan melakukan
diskusi mengenai model pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan diajarkan melalui
MGMP.

Kesimpulan Hasil wawancara :

Yang menjadi Kelemahan Guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif


Problem Based Learning (PBL Dari Hasil Wawancara :
1. guru belum memahami model-model pembelajaran inovatif
2. guru sering mengalami kesulitan dalam sintaks setiap pembelajaran
3. Pengelolaan dan pengawasan kelas guru kurang mampu mengarahkan siswa yang kurang pintar
untuk terlibat aktif dengan bekerjasama dengan kelompok, dan guru kurang mensiati waktu
yang tersedia
Yang menjadi Kekuatan Guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif
Problem Based Learning (PBL Dari Hasil Wawancara :
1. Guru memanfatkan model pembelajaran menjadi inovatif
2. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus memperhatikan kesiapan misalnya setiap
sintaks dalam model pembelajaran yang digunakan harus terarah atau berurutan sesuai
dengan langkah-langkahnya. Sehingga pembelajaran dapat terarah dan menghasilkan
hasil yang diinginkan
3. Guru harus memperhatikan kesiapan terutama dalam merancang Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus inovatif
4. Guru harus selalu ikut serta dalam mengikuti kegiatan wokshop, IHT, dan MGMP
yang bertujuan meningkatkan kompensi guru

Siswa belum 1.Siswa belum terbiasa Kajian Literatur Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara
3. mampu dalam menyelesaikan  Rapih & Sutaryadi (2018) dalam penerapan pembelajaran HOTS tersebut ada tiga dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
mengerjakan soal berbasis HOTS tahapan yang harus dilaksanakan oleh guru. Tahap tersebut yaitu tahap persiapan, Siswa belum mampu mengerjakan soal
soal HOTS ( Higher Order pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Pembelajaran berbasis HOTS didesain HOTS ( Higher Order Thinking
( Higher Order Thinking Skills) dengan pembelajaran yang aktif, berpusat pada peserta didik, pembentukan rasa ingin Skills)
Thinking Skills) 2.Siswa tidak terbiasa tahu (keinginan bertanya), dan penilaian berbasis HOTS yakni:
berfikir kritis Sumber: Rapih & Sutaryadi; 2018 ,Boaler & Staples, 2008; Franco, Sztajn, & Ortigao, 1. Guru harus membiasakan siswa
2007). untuk berfikir kritis.
2. Guru harus menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
 Menurut . (R Arifin Nugroho, 2018: 9) Soal-soal HOTS pada konteks penilaian yang terintegrasi dengan HOTS
3. Siswa harus dibiasakan dalam
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menjawab soal-soal HOTS
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) 4. Guru harus memahami penggunaan
kata kerja operasional dalam
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan menentukan evaluasi berbasis pada
informasi secara kritis. C4, C5, dan C6
5. Guru harus selalu melakukan
Sumber : Nugroho, R Arifin. (2018). Higher Order Thingking Skills (HOTS). Surabaya: analisis saat memberikan latihan-
PT Gramedia Asri Media. latihan soal, sehingga dapat
mengevaluasi kembali soal yang
 Berdasarkan dengan kurikulum 2013 penilaian yang digunakan dalam mengukur sulit dijawab oleh siswa.
kemampuan siswa hendaknya berorientasi pada Higher Order Thingking Skill (HOTS).
Butir soal yang berbasis HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang
bukan hanya sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan (recite)

 Faktor rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal berbasis HOTS
0dalah guru sangat jarang melatih siswa dengan soal-soal yang membutuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga saat siswa diminta untuk mengerjakan
soal berbasis HOTS mereka sulit untuk menyelesaikannya. Guru sangat jarang
memberikan soal berbasis HOTS dikarenakan kurangnya kemampuan guru dalam
menyusun butir soal HOTS, bahkan masih ada guru yang belum mengenal apa itu
HOTS.
“Suatu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimulai dari tingkatan C4
hingga C6 sesuai dengan taksonomi Bloom revisi Anderson, pembelajaran
berbasis HOTS merupakan sarana bagi guru untuk membiasakan dan
melatih siswa memiliki pola pikir yang kritis, sedangkan untuk penilaian
berbasis HOTS adalah penilaian yang butir soalnya dirancang untuk
menilai kemampuan kritis, tingkat tinggi siswa”

Sumber::https://repository.unsri.ac.id/70931/56/
RAMA_87205_06051281823067_0005026703_01_front_ref.pd

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa Lisna Nalole, M.Pd


1. Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal HOTS karena
siswa tidak terbiasa mengerjakan soal HOTS, serta siswa belum memahami konsep dari
sistematika penyelesaian soal.
2. Solusi yang harus dilakukan guru yakni guru sebagai tombak dari setiap pelaksaan
pembelajaran. Oleh karena itu guru harus menyusun Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang terintegrasi dengan HOTS. Hal ini yang dapat menjadi awal
siswa akan terbiasa siswa berfikir tinggi. Siswa akan terbiasa
menjawab soal-soal HOTS, karena siswa dibiasakan dengan pembelajaran berbasis HOTS.
Pemberian Soal HOTS kepada siswa tentunya guru harus menyesuaikan dengan materi
yang dijarkan, dan guru harus selalu melaksanakan evaluasi untuk membahas soal-soal
yang sulit di pahami siswa.

Guru Sejawat Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa


Rostin Abdullah, S.Pd,
1. Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal HOTS yakni
bagaimana menyesuaikan materi ajar dengan model pembelajaran yang akan
diterapkan, karena siswa terbiasa pembelajaran konvensional
2. Solusi yang saya akan lakukan yakni guru harus malakukan refleksi kembali
pembelajaran dengan siswa dan menganaliss kembali soal yang sulit dijawab oleh
siswa, kemudian guru harus melatih siswa untuk berfikir tinggi,dan guru harus
harus memahami penggunaan kata kerja operasional dalam menentukan evaluasi berbasis
pada C4, C5, dan C6 sehingga mempermudah guru untuk membuat soal level HOTS

1. Faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal HOTS
karena yakni menumbuhkan resposn siswa dalam berfikir tingkat tinggi yang memuat
siswa berfikir kritis
2. Solusi yang akan saya lakukan, dengan menganalis hasil pekerjaan siswa, kemudian
membahas bersama bagian soal yang sulit dipahami oleh sisw, kemudian saya akan
lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkan pembelajaran yang berbasis HOTS

Kesimpulan Hasil wawancara :

Yang menjadi Kelemahan Siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS ( Higher Order
Thinking Skills) :
1. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal HOTS, serta siswa belum memahami konsep dari
sistematika penyelesaian soal.
2. bagaimana menyesuaikan materi ajar dengan model pembelajaran yang akan diterapkan,
karena siswa terbiasa pembelajaran konvensional
3. Kesulitan menumbuhkan resposn siswa dalam berfikir tingkat tinggi yang memuat siswa berfikir
kritis
Yang menjadi Kekuatan Siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS ( Higher Order
Thinking Skills) :
1. Guru harus mensyusun Rancangan Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang terintegarasi
dengan HOTS
2. Pemberian soal HOTS kepada siswa guru harus menyeseuaikan dengan materi ajar
yang diberikan
3. Guru harus memahami penggunaan kata kerja operasional dalam menentukan evalausi
berbasis pada C4,C5, dan C6

4. Pemanfaatan Guru tidak Kajian Literatur Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara
Media mengembangkan media dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
pembelajaran pembelajaran  Menurut Hamalik (2008) media pembelajaran yaitu: Pemanfaatan Media pembelajaran tidak
tidak inovatif 1. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif inovatif
2. Penggunaan media merupakan bagian internal dalam system pembelajaran. yakni:
3. Media pembelajaran penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 1. Guru harus memanfaatkan
4. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat proses semaksimal mungkin terhadap
pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami materi yang disajikan media pembelajaran yang ada
oleh Guru dalam kelas. dengan pembelajaran yang efektif
5. Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu dan menyenangkan,
pendidikan 2. Guru harus merancang media
 Menurut (Azhar Arsyad: 2009) manfaat dari media pembelajaran adalah: pembelajaran yang menarik,
a.Penyampaian pelajaran lebih aktif. sehingga dapat menarik perhatian
siswa dalam mengikuti
b.Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
pembelajaran
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan 3. Guru harus melakukan inovasi
memperhatikannya. media pembelajaran .
c.Pembelajaran lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,
umpan balik dan penguatan.
d.Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap siswa.
Sumber : Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

 Menurut (Asnawir dan M. Basyiruddin Usman: 2002) beberapa


pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media antara lain:
a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini
merupakan komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam
memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional,
spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media. Sesuai atau tidaknya anatara materi dengan media yang
digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa
c. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius
bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.
Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan
lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam
memilih media pengajaran
d. Karakteristik media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu menjadi pertimbangan seorang guru
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata
lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal
f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.
Sumber : Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002

 Ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi minat guru dalam
menggunakan media berbasis TIK :
1. Faktor pemahaman menjadi salah satu penyebab kurangnya guru dalam
menggunakan media berbasis TIK
2. Faktor fasilitas juga menjadi penyebab dalam kurangnya penggunaan
media berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
3. Faktor kurangnya pelatihan-pelatihan pembelajaran dengan
menggunakan TIK
4. Faktor usia guru juga menjadi penyebab kurannya penggunaan media
pembelajaran berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
5. Faktor minat juga menjadi penyebab kurangnya penggunaaan media
berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
6. Penggunaan media berbasi TIK dalam suatu proses pembelajaran
diharapkan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kemandrian
belajar sering dijumpai
Sumber : https://123dok.com/document/yr8vegjz-faktor-faktor-mempengaruhi-minat-
guru-menggunakan-media-berbasis.html

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa Lisna Nalole, M.Pd


1. Disekolah saya belum semua guru memanfaatkan media pembelajaran yang
inovatif
2. Faktor yang menyebabkan guru belum memanfatkan media pembelajaran yang
inovatif yakni karena guru kurangnya pemahaman guru dalam memanfatkan media
pembelajaran yang inovatif, karena faktor umur. Di sekolah saya kebanyakan guru
yang menghampiri masa purnabakti
3. Solusi yang harus dilakukan guru yakni guru selalu melakukan perubahan dengan
menyesuiakan keadaan perkembangan zaman saat ini, dimana guru harus
memanfatkkan media pembelajaran yang ada dan membuat media pembelajaran
yang menarik

 Guru Sejawat Sekolah SMA Negeri 1 Suwawa


Rostin Abdullah, S.Pd,
1. Media pembelajaran yang saya gunakan yakni : LCD, Foto, Gambar
2. Faktor penyebab yang dihadapi dalam memanfaatkan media pembelajaran yakni keterbatasan
pembelajaran atau fasilitas media pembelajaran
3. Solusi yang saya lakukan yakni memilih media yang tepat dalam pembelajaran dan disesuaikan
dengan keadaan atau ketersidiaan fasilitas pembelajaran
Ansar Pakaya S.Pd
1. Media pembelajaran yang saya gunakan yakni : Foto atau vidio
2. Faktor penyebab yang dihadapi dalam memanfaatkan media pembelajaran yakni guru yang
belum mampu merancang media pembelajaran yang menarik dan inovatif
3. Solusi yang saya lakukan yakni menyiapkan media pembelajaran 1 hari sebelum menerapkan
media pembelajaran, dan guru harus merancang media pembelajaran yang menarik, sehingga
dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran

Kesimpulan Hasil wawancara :

Yang menjadi Kelemahan Pemanfaatan Media pembelajaran tidak inovatif


1. Kurangnya pemahaman guru dalam memanfatkan media pembelajaran yang inovatif,
karena faktor umur
2. Media pembelajaran yakni keterbatasan pembelajaran atau fasilitas media pembelajaran
3. Guru yang belum mampu merancang media pembelajaran yang menarik dan inovatif

Yang menjadi Kekuatan Pemanfaatan Media pembelajaran tidak inovatif


1. Guru harus memanfatkan media pembelajaran yang inovatif
2. Guru merancang media pembelajaran yang menarik sehingga dapat menarik perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai