Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No. Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1. Motivasi 1. Minat belajar Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara
belajar peserta peserta didik Kajian Literatur dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
didik rendah rendah Motivasi belajar peserta didik rendah
2. Tidak adanya Menurut Endang Sri Astuti, (2010 : 67) Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, yakni:
reward 1. Guru harus kreatif dalam memilih
(penghargaan) menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar
model pembelajaran yang akan
yang diberikan diterapkan, sehingga perhatian
guru dan orang Sumber : https://eprints.uny.ac.id/8469/3/bab%202%20-08502244024.pdf siswa dalam belajar akan lebih
tua fokus dan kosentrasi mereka akan
3. Model Menurut Sardiman A. M (2007: 92-95), ada beberapa cara untuk menumbuhkan lebih meningkat dalam mengikuti
pembelajaran motivasi belajar siswa, antara lain: pembelajaran.
yang digunakan 1. Memberi angka 2. Guru harus sering memberikan
guru masih motivasi, reword kepada siswa saat
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka
konvensional pelaksanaan pembelajaran, sehingga
yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik akan mendorong
siswa semangat mengikuti
motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka pembelajaran.
kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar 3. Guru harus memahami
belajar lebih baik. Dengan pemberian angka-angka yang baik untuk siswa, bisa karakteristik siswa, minat siswa,
menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk siswa yang bersangkutan. sehingga memudahkan bagi
1. Hadiah guru untuk menangani setiap
Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu misalnya pemberian masalah yang dihadapi peserta
hadiah kepada siswa yang mendapat atau menunjukan hasil belajar yang baik. didik.
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu demikian, karena 4. Guru harus memanfatkan media
hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang pembelajaran yang menarik.
tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut, sehingga hadiah
tidak selalu bisa menimbulkan motivasi.
2. Saingan/ kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang
tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antar kelompok belajar.
3. Ego-involvement
Sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting karena menumbuhkan
kesadaran kepada peserta didik betapa pentingnya tugas-tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga mereka bekerja keras dengan mempertaruhkan harga
diri. Mereka akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya, karena penyelesaian tugas dengan baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri.
4. Memberi ulangan
Peserta didik akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan.
Maka, memberi ulangan adalah salah satu upaya sarana memotivasi siswa dalam
belajar. Tetapi yang harus diingat adalah guru jangan terlalu sering memberikan
ulangan karena dapat membuat siswa bosan karena terlalu sering dan bersifat
rutinitas. Guru juga harus terbuka, maksudnya jika akan diadakan ulangan harus
diberitahukan kepada siswanya.
5. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika mengalami kemajuan/
peningkatan, akan mendorong siswa untuk terus belajar dan lebih giat lagi semakin
mengetahui bahwa hasil belajar selalu mengalami kemajuan, maka aka nada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya selalu
meningkat.
6. Pujian
Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, dengan pemberian pujian akan
menimbulkan rasa senang dan puas.
7. Hukuman
Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan
hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif apabila diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
8. Hasrat untuk belajar
Adanya hasrat untuk belajar, berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hasrat untuk belajar berati pada diri anak tersebut memang terdapat
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
9. Minat
Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi
yang pokok.
10. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, dirasa sangat berguna dan menguntungkan bagi siswa, maka akan timbul
gairah untuk terus belajar.
Sumber : A.M. Sadirman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Press
Menurut Syamsu Yusuf (2009: 23), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
yaitu:
1. Faktor Internal :
a) Faktor Fisik meliputi nutrisi (gisi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca
indera).
b) Faktor Psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa.
2. Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)
a) Faktor Non-Sosial, meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi,
siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan
prasarana atau fasilitas belajar.
b) Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir
secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan
berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seprti
bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian
orang tua, baik material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna
membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.
Sumber : Syamsu Yusuf. 2009. Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Bandung: Rizki Perss.
Hasil Wawancara :
Yang menjadi Kekuatan Motivasi Belajar Siswa rendah Dari Hasil Wawancara :
1. Guru mengubah cara/metode mengajar lebih kreatif dan inofatif dalam menciptakan
suasa belajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
2. Guru harus sering memberikan reword adanya reward (penghargaan) sehingga siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
3. Guru harus memahami karakteritik dan latar belakang keluarga dari peserta didik.
2. Solusi yang harus dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
yakni dimana guru harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar , kemudian menciptakan metode
pembelajaran yang beragam yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
1. Faktor yang menyababkan motivasi belajar siswa rendah dikarenakan masalah internal
siswa maupun eksternal yang ada pada siswa itu sendri.
2. Solusi yang harus dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
yakni guru harus memahami terlebih dahulu masalah dan kebutuhan belajar siswa,
kemudian guru dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dalam menangani
masalah siswa tersebut.
Yang menjadi Kelemahan Motivasi Belajar Siswa rendah Dari Hasil Wawancara :
Siswa merasa bosan terhadap materi yang diajarkan oleh guru karena metode pembelajaran
guru yang konvensional, minat belajar siswa pada mata pelajaran itu sendri, dan siswa
mengalami masalah internal maupun extenal.
Yang menjadi Kelebihan Motivasi Belajar Siswa rendah Dari Hasil Wawancara :
Guru harus melakukan perubahan dimana guru harus membangun suasana belajar yang
menyenangkan dengan cara mengubah metode pembelajaran, dan yakni guru harus memahami
terlabih dahulu masalah dan kebutuhan belajar siswa, kemudian guru dapat menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan dalam menangani masalah siswa tersebut.
Sumber :https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/pembelajaran-inovatif/
Menurut Joyce, 1992 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termaksud
didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan sebagainya, setiap model pembelajaran
mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikan rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai
Sumber : Joyce, Bruce % Marsha Weil. 1992. Models Of Teaching. USA : Allyn and Bacon
Siswa belum 1.Siswa belum terbiasa Kajian Literatur Berdasarkan Kajian literatur dan wawancara
3. mampu dalam menyelesaikan Rapih & Sutaryadi (2018) dalam penerapan pembelajaran HOTS tersebut ada tiga dilapangan, dapat ditarik alternatif solusinya
mengerjakan soal berbasis HOTS tahapan yang harus dilaksanakan oleh guru. Tahap tersebut yaitu tahap persiapan, Siswa belum mampu mengerjakan soal
soal HOTS ( Higher Order pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Pembelajaran berbasis HOTS didesain HOTS ( Higher Order Thinking
( Higher Order Thinking Skills) dengan pembelajaran yang aktif, berpusat pada peserta didik, pembentukan rasa ingin Skills)
Thinking Skills) 2.Siswa tidak terbiasa tahu (keinginan bertanya), dan penilaian berbasis HOTS yakni:
berfikir kritis Sumber: Rapih & Sutaryadi; 2018 ,Boaler & Staples, 2008; Franco, Sztajn, & Ortigao, 1. Guru harus membiasakan siswa
2007). untuk berfikir kritis.
2. Guru harus menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut . (R Arifin Nugroho, 2018: 9) Soal-soal HOTS pada konteks penilaian yang terintegrasi dengan HOTS
3. Siswa harus dibiasakan dalam
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menjawab soal-soal HOTS
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) 4. Guru harus memahami penggunaan
kata kerja operasional dalam
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan menentukan evaluasi berbasis pada
informasi secara kritis. C4, C5, dan C6
5. Guru harus selalu melakukan
Sumber : Nugroho, R Arifin. (2018). Higher Order Thingking Skills (HOTS). Surabaya: analisis saat memberikan latihan-
PT Gramedia Asri Media. latihan soal, sehingga dapat
mengevaluasi kembali soal yang
Berdasarkan dengan kurikulum 2013 penilaian yang digunakan dalam mengukur sulit dijawab oleh siswa.
kemampuan siswa hendaknya berorientasi pada Higher Order Thingking Skill (HOTS).
Butir soal yang berbasis HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang
bukan hanya sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan (recite)
Faktor rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal berbasis HOTS
0dalah guru sangat jarang melatih siswa dengan soal-soal yang membutuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga saat siswa diminta untuk mengerjakan
soal berbasis HOTS mereka sulit untuk menyelesaikannya. Guru sangat jarang
memberikan soal berbasis HOTS dikarenakan kurangnya kemampuan guru dalam
menyusun butir soal HOTS, bahkan masih ada guru yang belum mengenal apa itu
HOTS.
“Suatu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimulai dari tingkatan C4
hingga C6 sesuai dengan taksonomi Bloom revisi Anderson, pembelajaran
berbasis HOTS merupakan sarana bagi guru untuk membiasakan dan
melatih siswa memiliki pola pikir yang kritis, sedangkan untuk penilaian
berbasis HOTS adalah penilaian yang butir soalnya dirancang untuk
menilai kemampuan kritis, tingkat tinggi siswa”
Sumber::https://repository.unsri.ac.id/70931/56/
RAMA_87205_06051281823067_0005026703_01_front_ref.pd
Yang menjadi Kelemahan Siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS ( Higher Order
Thinking Skills) :
1. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal HOTS, serta siswa belum memahami konsep dari
sistematika penyelesaian soal.
2. bagaimana menyesuaikan materi ajar dengan model pembelajaran yang akan diterapkan,
karena siswa terbiasa pembelajaran konvensional
3. Kesulitan menumbuhkan resposn siswa dalam berfikir tingkat tinggi yang memuat siswa berfikir
kritis
Yang menjadi Kekuatan Siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS ( Higher Order
Thinking Skills) :
1. Guru harus mensyusun Rancangan Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang terintegarasi
dengan HOTS
2. Pemberian soal HOTS kepada siswa guru harus menyeseuaikan dengan materi ajar
yang diberikan
3. Guru harus memahami penggunaan kata kerja operasional dalam menentukan evalausi
berbasis pada C4,C5, dan C6
Hasil wawancara Pengawas Bina dan Pakar
Pengawas Bina Hilda Deu, M.Pd
1. Faktor penyebab siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS karena Hal ini
disebabkan olen kurangnya daya nalar peserta didik yang di akibatkan oleh kurangnya
minat untuk membaca. Siswa tidak dibiasakan dalam menyelesaikan soal HOTS, kemudian
metode pembelajaran guru yang konvensional.
2. Solusi yang harus dilakukan oleh guru siswa belum mampu mengerjakan soal HOTS yakni
guru harus membangkitkan minat untuk membaca disetiap pertemuan di kelas pada
saat kegiatan Belajar mengajar. tentunya guru harus mengawali dengan penyusunan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terintegrasi dengan HOTS, sehingga siswa
terbiasa berfikir tinggi. Kemudian guru harus membiasakan soal yang diberikan berbasis HOTS
yang disesuaikan materi ajar. Guru harus melakukan analisis dari hasil kerja siswa, sehingga
dapat mengetahui bagian soal yang sulit dijawab, kemudian melakukan evaluasi kembali
mengenai soal yang sulit dijawab oleh siswa.
1. Kurangnya daya nalar peserta didik yang di akibatkan oleh kurangnya minat untuk
membaca
2. Siswa belum terlatih dalam pengerjaan soal HOTS itu sendiri
3. Siswa tidak memahami materi yg diberikan guru, sehingga siswa sulit menjawab soal
yang diberikan oleh guru.
Yang menjadi Kekuatan Siswa Belum Mampu Menjawab Soal HOTS Dari Hasil
Wawancara :
1. Guru harus membangkitkan minat untuk membaca disetiap pertemuan di kelas pada
saat kegiatan Belajar mengajar
2. Guru harus mengawali dengan penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
terintegrasi dengan HOTS, sehingga siswa terbiasa berfikir tinggi
3. Guru harus membiasakan siswa untuk mengerjakan soal HOTS
3. Guru harus memahami terlebih dahulu letak permasalahan atau kendala siswa, dan
selanjutnya menentukan tindakan apa yg harus dilakukan dalam menangangi siswa
yang sulit menjawab soal-soal HOTS
Eksplorasi Alternatif Sosilusi Siswa Belum Mampu Menjawab Soal HOTS Berdasarkan
dari hasil Wawancara Pengawas Bina, Kepala Sekolah, Pakar, dan Rekan sejawat :
Ada beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi minat guru dalam
menggunakan media berbasis TIK :
1. Faktor pemahaman menjadi salah satu penyebab kurangnya guru dalam
menggunakan media berbasis TIK
2. Faktor fasilitas juga menjadi penyebab dalam kurangnya penggunaan
media berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
3. Faktor kurangnya pelatihan-pelatihan pembelajaran dengan
menggunakan TIK
4. Faktor usia guru juga menjadi penyebab kurannya penggunaan media
pembelajaran berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
5. Faktor minat juga menjadi penyebab kurangnya penggunaaan media
berbasis TIK dalam proses belajar mengajar
6. Penggunaan media berbasi TIK dalam suatu proses pembelajaran
diharapkan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kemandrian
belajar sering dijumpai
Sumber : https://123dok.com/document/yr8vegjz-faktor-faktor-mempengaruhi-minat-
guru-menggunakan-media-berbasis.html