Anda di halaman 1dari 10

Nama : I Komang Cahya Trianandika

Rombel : 002
LK. 2.2 Menentukan Solusi No. PPG : 201800291536

Eksplorasi alternatif Solusi yang


No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
1 Berdasarkan hasil a. Penerapan ice a. Hasil Kajian Literatur: Penerapan Ice Breaker dan
kajian literatur dan breaker; 1) Karakteristik Ice Breaker adalah menciptakan suasana Powerpoint Interaktif untuk
hasil wawancara b. Penggunaan belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi mengatasi kejenuhan belajar.
diperoleh analisis Powerpoint santai. Ice Breaker digunakan untuk penciptaan Kekuatan:
alternatif solusi Interaktif. suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi a. Powerpoint Interaktif dapat
mengatasi kejenuhan gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar) memuat Ice Breaker yang
belajar sebagai berikut: (Wulandari, 2017) disertai dengan panduan bunyi
a. Penerapan ice 2) Karakteristik PPT Interaktif adalah media dirancang dan gerakan yang dapat
breaker; untuk pembelajaran yang interaktif. Pada presentasi ditirukan oleh siswa;
b. Pengaturan tempat dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat b. Powerpoint Interaktif dan Ice
duduk; dan dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna Breaker dapat mengurangi
c. Penggunaan dapat memilih apa yang dikehendaki untuk verbalisme karena mendorong
Powerpoint petunjuk penggunaan, materi, dan soal latihan. Materi kemandirian siswa menemukan
Interaktif. disajikan interaktif, melalui gambar, animasi, grafik, informasi;
dan tabel agar siswa dapat melihat secara konkret c. Powerpoint Interaktif memuat
materi pembelajaran yang masih bersifat abstrak. informasi yang disajikan secara
Penggunaan bahasa juga disesuaikan dengan menarik dan Ice Breaker sebagai
karakteristik siswa (Dewi dan Manuaba, 2021). pendukung pengembalian fokus
3) Arta, dkk (2020) menyatakan secara garis besar siswa apabila terjadi kejenuhan
pengimplementasian model PBL berbantuan Ice menggunakan Powerpoint
Breaker membuat siswa menjadi lebih antusias dalam Interaktif;
mengikuti pembelajaran. Rasa antusias ini timbul d. Mendukung berbagai gaya
akibat adanya perbedaan proses pembelajaran yang belajar siswa; dan
diikuti siswa dengan biasanya. Perbedaan yang e. Powerpoint Interaktif mampu
dimaksud, yaitu adanya aktivitas penyegaran membuat menampilkan benda-benda
siswa menjadi lebih bergairah dan pembelajaran yang yang tidak bisa dihadirkan
dilakukan dalam bentuk kelompok membuat siswa secara langsung di kelas.
dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya.
Siswa terlihat lebih leluasa ketika berdiskusi dengan Kelemahan:
anggota kelompoknya dibandingkan langsung bertanya a. Apabila guru keliru
kepada guru. menempatkan Ice Breaker pada
4) Hasil Penelitian Badri, dkk (2017) menyatakan bahwa Powerpoint Interaktif maka
Powerpoint Interaktif dan Ice Breaker dapat diterapkan merusak keterpaduan isi
sebagai strategi alternatif yang tepat dalam mengatasi Powerpoint Interaktif;
kejenuhan. b. Apabila guru keliru
menempatkan Ice Breaker pada
Powerpoint Interaktif maka
siswa cenderung fokus pada
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
b. Hasil Wawancara: keseruan Ice Breaker ketimbang
1) Teman Sejawat konten pada Powerpoint
(Ni Komang Anik Rustiani Dewi, S.Pd.SD.-Guru Kelas Intraktif; dan
III) c. Manajemen waktu penggunaan
Ice breaker dan Powerpoint Interaktif cocok diterapkan Ice Breaker yang tidak baik,
dalam pembelajaran untuk mengatasi kejenuhan dapat mengurangi efektivitas
belajar. Ice breaker diterapkan pada awal pembelajaran penyampaian materi pada
untuk menggugah semangat siswa dan pada saat siswa Powerpoint Interaktif.
menunjukkan tanda kejenuhan belajar.

2) Kepala Sekolah
(Luh Putu Karang Parwati, S.Pd.SD.)
Solusi yang paling relevan adalah memadukan ice
breaker dan Powerpoint interaktif untuk mengatasi
kejenuhan belajar. Media Powerpoint Interaktif dapat
mengatasi kejenuhan dengan tampilan materi yang
tidak membosankan, kemudian Ice Breaker diberikan
apabila terdapat siswa yang terlihan jenuh belajar.

3) Pengawas
(I Komang Suparsawan, S.Pd.SD.)
Penerapan Ice Breaker dan Powerpoint Interaktif cocok
untuk mengatasi kejenuhan belajar. Powerpoint
interaktif selain memuat materi pelajaran juga memuat
intruksi Ice Breaker yang digunakan. Ice Breaker
diberikan di awal pembelajaran sebagai pemberi
semangat dan pada saat peralihan sintaksis model
pembelajaran yang berpotensi terjadinya kejenuhan
belajar.

4) Pakar
(I Putu Sanditha Prayoga, S.Pd.M.Pd.-Guru Penggerak
dan Google Master Trainer)
Solusi yang relevan untuk mengatasi kejenuhan belajar
adalah penggunaan Powerpoint Interaktif dan Ice
Breaker. Powerpoint Inteaktif selain membantu
menyajikan materi pelajaran juga dapat menampilkan
Ice Breaker yang dilakukan siswa. Ice Breaker diberikan
pada awal pembelajaran, inti pembelajaran maupun
akhir pembelajaran. Ice Breaker Pada awal
pembelajaran untuk menggugah keyakinan siswa
bahwa pembelajaran yang akan dilalui pasti
menyenangkan dan menantang. Ice Breaker pada inti
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
pembelajaran diberikan pada tahapan model
pembelajaran yang memiliki kemungkinan
menimbulkan kejenuhan belajar. Ice Breaker pada
akhir pembelajaran diberikan sebagai pemberi kesan
pembelajaran yang dilalui tetap menyenangkan dari
awal hingga akhir dan sebagai perayaan atas
keberhasilan mengikuti pembelajaran sesuai tujuan
pembelajaran.

2 Berdasarkan hasil a. Penerapan a. Hasil Kajian Literatur: Penerapan Model Project Based
kajian literatur dan Model Project 1) Sintaksis model PjBL, yaitu (1) Pertanyaan mendasar, Learning berbantuan Peta
hasil wawancara Based Learning (2) Mendesain perencanaan produk, (3) menyusun Pikiran untuk meningkatkan
diperoleh analisis (PjBL) jadwal pembuatan, (4) Memonitoring keaktifan dan kemampuan kolaborasi peserta
alternatif solusi b. Penerapan perkembangan proyek, (5) Menguji hasil, dan (6) didik.
meningkatkan Metode Peta Evaluasi pengalaman belajar (Setiawati, dkk., 2018) Kekuatan:
kemampuan kolaborasi Pikiran 2) Kemendikbud (2013) menyatakan karakteristik model a. Membuat peserta didik menjadi
peserta didik sebagai (Mindmapp) PjBL meliputi (1) Siswa membuat kerangka kerja, (2) lebih aktif dan berhasil
berikut: Memberikan tantangan atau permasalahan kepada memecahkan problem-problem
a. Variasi siswa, (3) Siswa merencanakan solusi dari kompleks;
Pembentukan permasalahan yang diberikan, (4) Siswa secara b. Peta Pikiran mebantu peserta
Kelompok; kelompok bertanggung jawab mengakses dan didik mengorganisasi ide-ide
b. Penerapan model mengelola informasi untuk memecahkan masalah, (5) kelompok untuk meningkatkan
Discovery Learning; Proses evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, kemampuan pemecahan
c. Penerapan Model (6) Siswa melakukan refleksi secara berkala terhadap masalah;
Problem Based kegiatan yang sudah dilakukan, (7) Produk di evalusi c. Meningkatkan kemampuan
Learning (PBL); dan secara kualitatif, dan (8) Keadaan pembelajaran kolaborasi;
d. Penerapan Project memberikan toleransi terhadap perubahan dan d. Mendorong peserta didik untuk
Based Learning. kesalahan. mengembangkan dan
e. Penerapan Metode 3) Peta Pikiran merupakan salah satu cara mempraktikkan keterampilan
Peta Pikiran mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide atau komunikasi;
(Mindmapp) informasi dalam bentuk diagram radial-hierarki non- e. Memberikan pengalaman
linear yang melibatkan bentuk pencatatan kepada peserta didik dalam
menggunakan struktur dua dimensi sehingga dapat mengorganisasi proyek, dalam
mengakomodasi bentuk keseluruhan topik, berbagai disiplin materi
kepentingan serta hubungan relatif masing-masing pelajaran; dan
komponen dan mekanisme penghubungnya (Yunita f. Menyediakan pengalaman
dan Untari, 2018). belajar yang melibatkan peserta
1) Hasil penelitian Rahayu, dkk. (2020) menunjukkan didik secara kompleks dan
bahwa Model Project Based Learning efektif untuk dirancang untuk berkembang
meningkatkan sikap kerjasama siswa sekolah dasar. sesuai dengan dunia nyata.
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
b. Hasil Wawancara:
1) Teman Sejawat Kelemahan:
(Ni Komang Anik Rustiani Dewi, S.Pd.SD.-Guru Kelas a. Memerlukan banyak waktu,
III) biaya, media, dan sumber
Model PjBL cocok dijadikan solusi yang relevan untuk belajar;
meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa. Model b. Apabila topik yang diberikan
PjBL mendorong siswa untuk mengkreasi produk pada masing-masing kelompok
secara kolaboratif untuk memecahkan masalah. berbeda, terdapat kemungkinan
peserta didik tidak memahami
2) Kepala Sekolah topik secara keseluruhan; dan
(Luh Putu Karang Parwati, S.Pd.SD.) c. Tidak semua mata pelajaran
Model PjBL memiliki kekuatan dalam mengorganisasi dapat dibuat menjadi proyek.
peserta didik untuk berkolaborasi memecahkan
masalah melalui produk yang dihasilkan. Dengan
demikian, Model PjBL sangat cocok dijadikan solusi
yang relevan untuk meningkatkan kemampuan
kolaborasi peserta didik.

3) Pengawas
(I Komang Suparsawan, S.Pd.SD.)
Kemampuan kolaboratif peserta didik dapat terbentuk
apabila dibiasakan bekerja dalam kelompok untuk
memecahkan masalah. Solusi yang relevan adalah
menerapkan model PjBL dalam pembelajaran. PjBL
mendorong peserta didik berkolaborasi menghasilkan
produk sebagai upaya pemecahan masalah.

4) Pakar
(Dewa Ayu Sri Pudjiastuti, S.Pd.SD.,M.Pd.-Guru
Penggerak dan Tutor PGSD Universitas Terbuka)
Model PjBL cocok diterapkan sebagai solusi yang
relevan meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa.
Model PjBL mendorong siswa aktif mengonstruksi
pengetahuan secara berkelompok untuk menghasilkan
produk sebagai upaya pemecahan masalah. Guru
harus jeli dalam mengarahkan peserta didik mengikuti
sintaksis pembelajaran agar dapat menghasilkan
produk yang sesuai, dan harus memastikan setiap
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pemecahan
masalah. Peta Pikiran dapat membantu siswa
mengorganisir ide-ide teman kelompoknya sehingga
cocok untuk mendukung model PjBL.
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
3 Berdasarkan hasil a. Penerapan a. Hasil Kajian Literatur: Penerapan Model Problem
kajian literatur dan Model Problem 1) Karakteristik pembelajaran PBL antara lain: (1) siswa Based Learning berbantuan
hasil wawancara Based Learning harus peka terhadap lingkungan belajarnya, (2) Media Audio Visual untuk
diperoleh analisis (PBL) simulasi problem yang digunakan hendaknya meningkatkan keterampilan
alternatif solusi b. Media Audio berbentuk ill-structured, dan memancing penemuan
berpikir tingkat tinggi peserta
meningkatkan Visual bebas (free for inquiry), (3) pembelajaran diintegrasikan
keterampilan berpikir dalam berbagai subjek, (4) pentingnya kolaborasi, (5) didik.
tingkat tinggi peserta pembelajaran hendaknya menumbuhkan kemandirian Kekuatan:
didik sebagai berikut: siswa dalam memecahkan masalah, (6) aktivitas a. Model PBL mampu mendorong
a. Pemberian Latihan pemecahan masalah hendaknya mewakili pada situasi siswa berpikir tingkat tinggi
Soal-soal HOTS; nyata, (7) penilaian hendaknya mengungkap kemajuan melalui pemecahan masalah
b. Penerapan Model siswa dalam mencapai tujuan dalam pemecahan autentik;
Problem Based masalah, (8) PBL hendaknya merupakan dasar dari b. Media Audio Visual dapat
Learning; kurikulum bukan hanya pembelajaran (Sofyan & membantu menyajikan masalah
c. Media Audio Visual; Komariah, 2016). autentik sehingga lebih mudah
dan 2) Karakteristik Media Audio Visual adalah memiliki dipahami oleh peserta didik;
d. Penggunaan LKPD unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini dan
Berbasis Kearifan mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena c. Media Audio Visual dapat
Lokal. mendukung lebih banyak gaya belajar siswa (Purwono, membantu pelaksanaan
dkk., 2014). sintaksis model PBL.
3) Model PBL dapat dibantu oleh Media Audio Visual.
Media Audio Visual dapat digunakan pada sintaksis Kelemahan:
tahap 1, yaitu orientasi siswa terhadap masalah. Siswa a. Media Audio Visual
disajikan masalah autentik kemudian siswa melakukan membutuhkan waktu
literasi terkait pemecahan masalah melalui Media pengerjaan yang kebih banyak
Audio Visual. (Cahyo, dkk., 2018) ketimbang menggunakan media
4) Hasil penelitian Cahyo, dkk. (2018) menunjukkan konkret; dan
bahwa pembelajaran dengan Model Problem Based b. Sangat bergantung pada listrik
Learning (PBL) dalam pembelajaran mampu dan ketersediaan perangkat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan berbantuan Proyektor dan speaker. Apabila
media audio visual. listrik mati, maka Media Audio
Visual tidak bisa digunakan.
b. Hasil Wawancara:
1) Teman Sejawat
(Ni Komang Anik Rustiani Dewi, S.Pd.SD.-Guru Kelas
III)
Model PBL cocok diterapkan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Model PBL
mendorong siswa belajar memecahkan masalah yang
merangsang peserta didik berpikir HOTS.
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
2) Kepala Sekolah
(Luh Putu Karang Parwati, S.Pd.SD.)
Pembelajaran berorientasi HOTS dapat diterapkan
melalui model PBL. Model PBL secara sistematis
mendorong siswa berpikir kritis untuk memecahkan
masalah.

3) Pengawas
(I Komang Suparsawan, S.Pd.SD.)
Peserta didik agar mampu berpikir tingkat tinggi harus
dibiasakan melalui pembelajaran yang berbasis
masalah. Model PBL berbasis masalah autentik
sehingga sesuai dengan karakteristik HOTS.

4) Pakar
(I Putu Sanditha Prayoga, S.Pd.M.Pd.-Guru Penggerak
dan Google Master Trainer)
Model PBL memiliki kekuatan pada masalah autentik.
Masalah autentik mampu mendorong kemampuan
siswa berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan
masalah secara kolaborasi. Masalah autentik membuat
siswa merasa pembelajaran yang dilakukan bermanfaat
bagi hidupnya (pembelajaran bermakna) sehingga
tertantang untuk memecahkan masalah tersebut.

4 Berdasarkan hasil a. Penerapan a. Hasil Kajian Literatur: Penerapan Model Problem


kajian literatur dan Model Problem 1) Karakteristik pembelajaran PBL sebagai berikut: (1) Based Learning berbantuan
hasil wawancara Based Learning; siswa harus peka terhadap lingkungan belajarnya, (2) Powerpoint Interaktif untuk
diperoleh analisis b. Penggunaan simulasi problem yang digunakan hendaknya meningkatkan minat belajar
alternatif solusi untuk Power Point berbentuk ill-structured, dan memancing penemuan
peserta didik.
meningkatkan minat Interaktif bebas (free for inquiry), (3) pembelajaran diintegrasikan
Kekuatan:
belajar peserta didik dalam berbagai subjek, (4) pentingnya kolaborasi, (5)
a. Menggunakan masalah
sebagai berikut: pembelajaran hendaknya menumbuhkan kemandirian
autentik sehingga merangsang
a. Penerapan Model siswa dalam memecahkan masalah, (6) aktivitas
siswa untuk memecahkan
Problem Based pemecahan masalah hendaknya mewakili pada situasi
masalah;
Learning; nyata, (7) penilaian hendaknya mengungkap kemajuan
b. Penggunaan Power siswa dalam mencapai tujuan dalam pemecahan b. Powerpoint interaktif
membantu menyajikan
Point Interaktif; dan masalah, (8) PBL hendaknya merupakan dasar dari
masalah autentik lebih
c. Penggunaan Media kurikulum bukan hanya pembelajaran (Sofyan &
Konkret. Komariah, 2016). konkret dengan bantuan
gambar, animasi, tabel, grafik,
2) Karakteristik PPT Interaktif adalah media dirancang
video, bunyi dan teks naratif;
untuk pembelajaran yang interaktif. Pada presentasi
dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna c. Mendukung berbagai gaya
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk belajar siswa; dan
petunjuk penggunaan, materi, dan soal latihan. Materi d. Memudahkan siswa
disajikan interaktif, melalui gambar, animasi, grafik, menemukan informasi secara
dan tabel agar siswa dapat melihat secara konkret menarik dan mendukung
materi pembelajaran yang masih bersifat abstrak. proses pemecahan masalah
Penggunaan bahasa juga disesuaikan dengan autentik.
karakteristik siswa (Dewi dan Manuaba, 2021).
3) Powerpoint Interaktif digunakan pada beberapa bagian Kelemahan:
sintaksis PBL. Pada sintaksis pertama (orientasi siswa a. Membutuhkan waktu untuk
terhadap masalah), siswa disajikan masalah autentik meyiapkan media Powerpoint
melalui Powerpoint Interaktif. Sintaksis kedua interaktif dan sarana
(mengorganisasi siswa untuk belajar), siswa prasarana agar sesuai tujuan
mengonstruksi pengetahuan dengan menggunkan pembelajaran.
Powerpoint Interaktif (Alwardah, 2021)
4) Berdasarkan hasil penelitian Alwardah (2021) diperoleh
kesimpulan bahwa adanya peningkatan hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan model PBL dan
menggunakan media pembelajaran Power point
interaktif pada materi pencemaran lingkungan pada
mata pelajaran IPA di SMP N 1 Kualuh Selatan.

b. Hasil Wawancara:
1) Teman Sejawat
(Ni Komang Anik Rustiani Dewi, S.Pd.SD.-Guru Kelas
III)
Solusi yang relevan untuk meningkatkan minat belajar
peserta didik adalah menerapkan model PBL
berbantuan Powerpoint Interaktif. Model PBL
mendorong siswa aktif memecahkan masalah dan
Powerpoint interaktif sebagai media menampilkan
masalah autentik dan memberikan pengetahuan pada
siswa.

2) Kepala Sekolah
(Luh Putu Karang Parwati, S.Pd.SD.)
Model PBL dan Powerpoint Interaktif cocok untuk
meningkatkan minat belajar siswa. Model PBL
memecahkan masalah autentik sehingga siswa
mengalami pembelajaran bermakna dan Powerpoint
interaktif membuat penyajian materi pembelajaran
menjadi menarik.
Eksplorasi alternatif Solusi yang
No. Analisis penentuan solusi Analisis alternatif solusi
solusi relevan
3) Pengawas
(I Komang Suparsawan, S.Pd.SD.)
Minat belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan
menerapkan model PBL berbantuan Powerpoint
Interaktif. Model PBL mampu mengaktifkan peserta
didik memecahkan masalah autentik dan Powerpoint
Interaktif dapat dijadikan media penyampaian masalah
autentik dan materi pelajaran. Minat belajar dapat
didorong oleh rasa penasaran dan kenyamanan belajar.
Model PBL mampu mendorong rasa penasaran peserta
didik menemukan solusi masalah autentik dan media
Powerpoint Interaktif memberikan kenyamanan dengan
tampilan yang menarik dan berkesan.

4) Pakar
(Dewa Ayu Sri Pudjiastuti, S.Pd.SD.,M.Pd.-Guru
Penggerak dan Tutor PGSD Universitas Terbuka)
Solusi yang relevan untuk meningkatkan minat belajar
peserta didik adalah penerapan model PBL berbantuan
Powerpoint Interaktif. Powerpoint Interaktif apabila
dibuat dengan baik maka, dapat membantu penyajian
masalah autentik dan menyajikan materi pemecahan
masalah autentik secara menarik. Model PBL
menggunakan masalah autentik sehingga mendorong
keingintahuan dan upaya peserta didik untuk
memecahkan masalah tersebut. Peserta didik secara
kolaborasi memecahkan masalah dengan menggali
berbagai solusi sehingga terjadi pembelajaran yang
bermakna.

Daftar Rujukan

Alwardah. 2021. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Menggunakan Media Power Point Interaktif
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik” tersedia pada https://ojs.unm.ac.id/ipaterpadu/article/view/18927/10592
(diakses tanggal 18 September 2022).

Badri, dkk. 2017. “Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Pada Smk Negeri Tiga Jepara dengan Materi Power Point 2007”.
Tersedia pada http://speed.web.id/ejournal/index.php/Speed/article/view/257 (diakses tanggal 18 September 2022).
Cahyo, dkk. 2018. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Berbantuan Media Audio
Visual pada Siswa Kelas 4 SD” Tersedia pada https://www.neliti.com/publications/278067/upaya-meningkatkan-hasil-
belajar-ips-melalui-model-problem-based-learning-pbl-be (diakses tanggal 20 September 2022).

Dewi dan Manuaba. 2021. “Pengembangan Media Pembelajaran Powerpoint Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VI
SD” tersedia pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJL/article/view/32760/18331 (diakses tanggal 17
September 2022).

Kemdikbud. 2014. Implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Rahayu, dkk. 2020. “Keefektifan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Sikap Kerjasama Siswa Sekolah Dasar”.
Tersedia pada https://journal.uniku.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/3626/2239 (diakses tanggal 18 September
2022).

Setiawati, dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Dirjen Guru
dan Kependidikan, Kemdikbud.

Sofyan, H. & K. Komariah. 2016. “Pembelajaran problem based learning dalam implementasi kurikulum 2013 di SMK”. Tersedia
pada https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/11275 (diakses tanggal 17 September 2022).

Wulandari. 2017. “Pengaruh Penerapan Ice Breaker Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas Iv Sdn 4
Cakranegara Tahun Pelajaran 2017/2018”. Tersedia pada http://eprints.unram.ac.id/8318/1/JURNAL%20-
%20VINDA%20UTAMI%20WULANDARI.pdf (diakses tanggal 17 September 2022).

Yunita dan Untari. 2018. “Pengembangan Modul Berbasis Mind Map dengan Menggunakan Model Project Based Learning (PjBL)
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Siswa Program Keahlian Teknik Komputer dan Informatika X Multimedia di
SMK”. Tesedia pada https://journal.stkipsubang.ac.id/index.php/didaktik/article/view/321 (diakses tanggal 17
September 2022).
Lampiran 1. Dokumentasi Wawancara

Gambar 1. Wawancara dengan Pakar (Dewa Ayu Sri Pudjiastuti, Gambar 2. Wawancara dengan Pakar (I Putu Sanditha Prayoga,
S.Pd.SD.,M.Pd.- Tutor PGSD Universitas Terbuka) S.Pd.M.Pd.- Google Master Trainer)

Gambar 3. Wawancara dengan Pengawas (I Komang Gambar 4. Wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 4
Suparsawan, S.Pd.SD.) Rendang (Luh Putu Karang Parwati, S.Pd.SD.)

Gambar 3. Wawancara dengan Teman Sejawat (Ni


Komang Anik Rustiani Dewi, S.Pd.SD.)

Anda mungkin juga menyukai