Anda di halaman 1dari 41

USG DALAM KEHAMILAN

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1. Definisi USG............................................................................................5
2.2. Cara Kerja USG.......................................................................................5
2.3. Teknik pemeriksaan USG........................................................................5
2.4. Manfaat USG dalam Kehamilan..............................................................7
2.5. Indikasi pemeriksaan USG.................................................................... 9
2.6. Klasifikasi Pemeriksaan USG pada Kehamilan.....................................11
2.7. Parameter USG kehamilan trimester I...................................................12
2.8. Parameter USG kehamilan trimester II dan II.......................................13
2.8.1. Penilaian usia gestasi.....................................................................14
2.8.2. TBJ (Taksiran Berat Janin)............................................................15
2.8.3. Anatomi ibu...................................................................................15
2.8.4. Anatomi janin................................................................................15
2.9. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1..................................................16
2.9.1. Kantung Gestasi............................................................................16
2.9.2. Yolk sac.........................................................................................16
2.9.3. Mudigah dan Janin........................................................................17
2.9.4. Penentuan Usia Kehamilan...........................................................17
2.10. Mengukur Kantung Gestasi (Gestational Sac / GS)...............................20
2.11. Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown
Rump Length / CRL)..............................................................................21
2.12. Mengukur diameter Yolk Sac (YS)........................................................22
2.13. Kehamilan Kembar................................................................................22
2.14. Kelainan pada Kehamilan Trimester I....................................................24
2.14.1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum,anembryonic
pregnancy, empty amnion)........................................................24
2.14.2. Perdarahan pada kehamilan trimester I.......................................25
2.14.3. Kehamilan mola (Mola Hidatinosa)............................................25
2.14.4. Kehamilan ektopik......................................................................25
2.14.5. Tanda Kegagalan Kehamilan.......................................................26
2.15. Penapisan Kelainan Bawaan..................................................................26

2
2.15.1. Nuchal Translusensi....................................................................23
2.15.2. Nasal Bone..................................................................................27
2.15.3. Fokus echogenik intrakardiac......................................................29
2.15.4. Echogenik bowel.........................................................................29
2.16. Pemeriksaan USG Trimester II dan III..................................................29
2.16.1. Keadaan janin..............................................................................30
2.16.2. Usia gestasi..................................................................................30
2.17. Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin...............................................33
2.18. Pemeriksaan Cairan Amnion..................................................................35
2.19. Pemeriksaan Plasenta.............................................................................38
BAB III KESIMPULAN....................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................41

3
BAB I
PENDAHULUAN

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan suatu metode diagnostic


dengan menggunakan gelombang ultrasonic untuk mempelajari morfologi dan
fungsi suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang ultrasonic yang
dipantulkan oleh organ.(1)
Sejak diperkenalkan pertama kali dibidang obstetric oleh Ian Donald
sekitar 50 tahun yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat, baik dalam hal teknik maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini
telah membawa kemajuan yang sangat dramatis didalam hal diagnosis dan
penanganan kehamilan.(1)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostic) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat
mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan, serta hubungan dengan
jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non invasive tidak menimbulkan
rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang
diperoleh mempunyai nilai diagnostic yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya,
karena pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit penderita.(2)
Salah satu tujuan utama dari pemeriksaan USG dibidang obstetric adalah
untuk menentukan usia gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin
dan melakukan deteksi dini adanya kelainan janin pada masa antenatal. Oleh
karena itu pada setiap pemeriksaan USG obstetri, apapun indikasinya, biometri
janin dan struktur anatomi janin harus diperiksa dengan cermat dan sistematis.
(3)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi USG


Ultrasonografi atau sonografi (USG) adalah sebuah teknik yang
memvisualisasikan struktur superficial atau dalam pada tubuh dengan merekam
denyut dari gelombang ultrasonic yang direfleksikan dari jaringan. USG dalam
obstetric merupakan pemeriksaan ultrasound dalam kehamilan. Menurut WHO,
pemeriksaan USG untuk keperluan antenatal, sebaiknya dilakukan sesuai usia
gestasi, satu kali pada trimester pertama,satu kali pada trimester kedua,dan satu
kali pada trimester ketiga.(3) Dalam 20 tahun terakhir ini diagnostic ultrasonic
berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan yang
penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.(2)

2.2. Cara Kerja USG


Cara kerja USG adalah dengan memancarakan gelombang suara ke
jarungan yang hendak dicitrakan, lalu dipantulkan kembali oleh jaringan
tersebut dan ditangkap oleh transducer. Oleh transducer gelombang suara yang
dipantulkan tadi akan dikonversi menjadi energy listrik lalu ditayangkan di
layar monitor. Setiap jenis jaringan memiliki kemampuan memantulkan
gelombang yang berbeda. Jaringan padat seperti tulang memantulkan
gelombang dengan kecepatan tinggi sehingga memberkan gambaran putih
dilayar. Sedangkan cairan atau jaringan lunak hanya memantulkan lebih sedikit
gelombang sehingga memberikan gambaran hitam pada layar. Gambar yang
dihasilkan sangat cepat, dapat mencapai 40 frame/detik, sehingga dapat
menampilkan gambaran bergerak yang real-time.(1)

2.3. Teknik pemeriksaan USG


Pemeriksaan USG obstetric dapat dikerjakan melalui cara
transabdominal (USG-TA) atau transvaginal (USG-TV).(1)

a) Pemeriksaan USG Transabdominal


Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah
jenis linear atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan
5
pada saat ini karena dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih luas
dibandingkan jenis linear. Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada
trimester II dan III.
Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan
melalui kandung kemih yang terisi penuh (sehingga disebut juga pemeriksaan
USG transvesikal), gunanya untuk menyingkirkan usus keluar dari rongga
pelvic, sehingga tidak menghalangi pemeriksaan genitalia interna. Massa usus
yang berisi gas akan menghambat transmisi gelombang ultrasonic.
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri gel
untuk lubrikasi dan menghilangkan udara diantara permukaan transduser dan
dinding abdomen.
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih
yang penuh akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung
kemih yang terlampau penuh akan mendesak genitalia interna ke posterior,
sehingga letaknya diluar daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami
kontraksi, sehingga kantung gestasi di dalam uterus ikut tertekan dan
bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaan ini akan mempersulit
pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput dari
pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada trimester I
dapat dikerjakan dengan cukup memuaskan pada pasien yang kurus, dengan
dinding perut yang tipis dan uterus anteversi.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan
letaknya di luar rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak.
Pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung
kemih.

b) Pemeriksaan USG Transvaginal


Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam
keadaan kandung kemih yang kosong agar organ pelvic berada dekat dengan

6
permukaan transduser dan berada dalam area penetrasi transduser. Jika
dibandingkan USG-TA (yang harus dikerjakan dalam keadaan kandung kemih
penuh), pemeriksaan USG-TV pada kehamilan trimester I lebih dapat diterima
oleh pasien. Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ
pelvic berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam pemeriksaan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan
elemennya (untuk menghilangkan udara di permukaan transducer), kemudian
dibungkus dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat
pelindung). Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus
transduser diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan dan menghilangkan udara
diantara permukaan elemen transduser dan serviks uteri). Transduser
dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai daerah forniks. Mauver gerakan
transduser didalam vagina merupakan kombinasi gerakan maju-mundur,
gerakan maneuver (rotasi), dan gerakan angulasi ke samping kiri-kanan atau ke
atas-bawah.

2.4. Manfaat USG dalam Kehamilan

USG dalam kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:(4,5)


a. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
Dengan pemindaian USG, embrio dapat diamati dan diukur pada usia
lima setengah minggu. Apabila terjadi perdarahan di trimester I, USG
diperlukan untuk diagnosa awal kehamilan ektopik dan kehamilan mola.

b. Melihat posisi dan kondisi placenta


Placenta previa dapat terlihat melalui USG.

c. Memeriksa denyut jantung bayi


Denyut jsntung bayi dapat dilihat dan dideteksi pada umur kehamilan 6
minggu dan menjadi jelas pada 7 minggu. Denyut jantung pada 6

7
minggu sekitar 90-110 dpm dan pada 9 minggu menjadi 140-170 dpm.

d. Bayi kembar
Kehamilan kembar terdeteksi selama USG rutin di minggu 18-20 minggu,

e. Usia kehamilan dan berat janin


Dengan mengetahui usia kehamilan, hari perkiraan lahir juga dapat
dihitung lebih akurat. Pengukuran-pengukuran dapat dilakukan dengan
USG :
 Crown-rump Length (CRL) adalah untuk panjang antara bokong
dan ujung kepala janin. Pengukuran CRL dilakukan pada janin
berusia 7-12 minggu dan memberikan perkiraan yang sangat akurat
mengenai usia kehamilan. Setelah usia kehamilan 12 minggu, CRL
tidak lagi akurat mengukur usia janin, sehingga perlu dilakukan
pengukuran lain.
 Biparietal Diameter (BPD) merupakan diameter antara 2 sisi kepala
yang diukur setelah bayi berusia di atas 12 minggu. Diameter
kepala bayi meningkat dari sekitar 2,4cm di usia 13 minggu
menjadi sekitar 9,5cm pada saat kelahiran.
 Femur Length (FL) untuk mengukur panjang tulang paha yang
mencerminkan pertumbuhan memanjang janin. FL meningkat dari
sekitar 1,5cm di 14 minggu menjadi sekitar 7,8cm pada akhir
kehamilan.
 Abdominal Circumference (AC). AC memiliki variasi yang paling
besar dapat mengestimasi usia gestasi sampai 2-3 minggu. AC
diukur dari sekitar batas luar kulit. Ini adalah gambalan
transversal dari level lambung dan berkonfluensi dengan vena
umbilikus dengan sinus portal. Dari semua parameter biometrik, AC
adalah parameter yang paling terpengaruh dari pertumbuhan fetal.
AC yang kecil diapakai sebagai indikator awal dari restriksi pertumbuhan
fetal. AC, BPD dan FL digabungkan dalam rumus untuk memperkirakan
berat badan janin. MesinUSG langsung menghitung secara otomatis
perkiraan berat janin, yang formulanya antara lainadalah : 1,4 BPD
X FL X AC (semua dalam cm) – 200 = berat janin.
8
f. Kelainan janin
Banyak kelainan struktural janin seperti malformasi janin ansefali, spina
bifida, kelainan jantung, serta hidrosefalus yang dapat terdiagnosis
denga USG yang pada umumnya dilakukan sebelum usia kehamilan 20
minggu. Tidak semua masalah perkembangan bayi dapat dilihat
menggunakan USG. Beberapa masalah perkembangan bayi mungkin
baru berkembang setelah usia kehamilan 20 minggu dan beberapa
mungkin tidak terlihat melalui USG.

g. Jumlah cairan ketuban.


Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat dengan
jelas digambarkanoleh USG. Kedua kondisi ini dapat berdampak
merugikan pada janin, antara lain:
 Polihidramnion, dapat mengakibatkan sesak nafas berat pada ibu dan
persalinan prematur.
 Oligohidramnion, dapat menyebabkan kematian janin.

h. Jenis kelamin bayi


Determinasi jenis kelamin fetal sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia
gestasi 11 minggu. Antara 11 dan 12 minggu, determinasi jenis kelamin
fetal dapat tidak akurat pada 30-40% kasus, sebaliknya setelah 13
minggu, determinasi jenis kelamin akurat mencapai hampir 100% pada
kasus dengan struktur normal dari genitalia eksterna berdasarkan tanda
sagittal (sagittal sign).
Baik ultrasound transvaginal dan transabdominal dapat digunakan untuk
menentukan jenis kelamin fetal.Pada trimester kedua dan ketiga
determinasi jenis kelamin fetal berdasarkan visualisasi langsung dari
genitalia eksterna laki-laki dan perempuan. Determinasi fetus wanita
harusnya tidak berdasarkan inabilitas untuk visualisasi penis atau
skrotum. Tetapi berdasarkan visualisasi struktur labia.(6)

2.5. Indikasi pemeriksaan USG


I. Indikasi pemeriksaan USG pada trimester 1(5)
1. Konfirmasi kehamilan intrauterine
9
2. Konfirmasi aktivitas jantung
3. Estimasi usia kehamilan
4. Diagnosis dan evaluasi kehamilan ganda
5. Evaluasi kemungkinan kehamilan ektopik
6. Evaluasi penyebab perdarahan pervaginam
7. Evaluasi nyeri panggul
8. Evaluasi kemungkinan gestational trophoblastic disease
9. Penilaian adanya kelainan anomaly seperti anensefal
10. Pengukuran nuchal translucency
11. Membantu tindakan invasif seperti pengambilan sampel jaringan
villi koriales, transfer embrio, dan pengangkatan IUD
12. Evaluasi massa pada pelvis dan atau kelainan uterus

II. Indikasi pemeriksaan USG pada trimester 2 dan 3(5)


Pemeriksaan USG pada trimester 2 dan 3 bertujuan untuk
menilai anatomi dan biometri fetus. Selain itu USG pada trimester ini
juga diindikasikan untuk:
1. Screening anomali janin
2. Evaluasi anatomi janin
3. Estimasi usia kehamilan
4. Evaluasi kemungkinan kehamilan ganda
5. Evaluasi panjang serviks
6. Evaluasi pertumbuhan janin

7. Evaluasi perbedaan antara ukuran uterus dan usia kehamilan


klinis
8. Menentukan presentasi janin

9. Menilai kemungkinan abnormalitas cairan amnion


10. Evaluasi ketuban pecah dini dan kelahiran premature
11. Evaluasi perdarahan vagina
12. Evaluasi nyeri abdomen atau pelvic
13. Evaluasi kemungkinan abruption plasenta
14. Evaluasi kemungkinan kematian janin
15. Evaluasi kembali pada janin dengan anomaly

10
16. Evaluasi/menilai kembali plasenta beserta lokasinya, termasuk
kemungkinan plasenta previa, vasa previa, dan perlengketan
abnormal plasenta.
17. Membantu dalam tindakan invasif seperti amniosintesis
18. Membantu dalam tindakan versi luar
19. Evaluasi kemungkinan gestational trophoblastic disease
20. Evaluasi massa pelvis, dan
21. Menilai kemungkinan adanya anomaly uterus

2.6. Klasifikasi Pemeriksaan USG pada Kehamilan(4,5)


a.USG Kehamilan Trimester I
Standard pemeriksaan USG pada trimester I adalah evaluasi
adanya, lokasi, dan jumlah kantung gestasi. Pemeriksaan kantung
gestasional untuk melihat adanya yolk sac dan embrio atau fetus
(fetus umumnya terlihat pada usia kehamilan
≥10minggu). Pada embrio atau fetus yang terdeteksi, perlu dilakukan
pengukuran dan aktivitas jantung perlu direkam menggunakan video
clip 2 dimensi atau M-mode. Untuk pemeriksaan rutin aktivitas jantung
embrio/fetus dapat digunakan Doppler ultrasound. Uterus, cervix,
adnexa dan regio cul-de-sac perlu dilakukan pemeriksaan.

b. USG Kehamilan Trimester II dan III


Pemeriksaan USG dalam kehamilan trimester II atau III untuk
mengevaluasi jumlah fetus, aktivitas jantung, presentasi janin,
jumlahcairan amnion, letak plasenta, fetal biometri, dan menilai
anatomi. Serviks dan adnexa maternal perlu dilakukan pemeriksaan.

c.Pemeriksaan USG terbatas


Pemeriksaan USG terbatas atau limited ultrasound examination
dilakukan untuk mengetahui pertanyaan klinis yang spesifik. Sebagai
contoh termasik penilaian volume cairan amnion, lokasi plasenta, atau
evaluasi presentasi fetal atau viabilitasnya. Pada kebanyakan kasus,
pemeriksaan ultrasound terbatas dilakukan hanya ketika pemeriksaan

11
USG standard atau khusus telah sebelumnya dilakukan. Contoh lain
pemakaian pemeriksaan USG terbatas adalah untuk mengetahui aktifitas
jantung pada pasien yang mengalami perdarahan pada kasus emergensi.

d. Pemeriksaan USG khusus


Pemeriksaan anatomi mendetil ditujukan pada wanita dengan
risiko abnormalitas anatomi janin atau karyotypic (ibu dengan usia
lanjut dan ibu dengan komplikasi kehamilan) atau adanya kemungkinan
riwayat anomali. USG khusus dapat berupa fetal ecg, profil biofisikal,
dan fetal Doppler ultrasound atau pengukuran biometri lainnya seperti
nuchal translucency (NT) dan panjang serviks.

2.7. Parameter USG kehamilan trimester I


Scanning pada trimester I dapat dilakukan dengan transabdominal atau
transvaginal. Apabila dengan pemeriksaan transabdominal tidak pasti,
pemeriksaan dengan transvaginal atau transperineal dianjurkan. (4,5)
a. Uterus dan adneksa perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan adanya
kantung gestasi. Apabila kantung gestasional terlihat perlu
didokumentasikan, pada kantung gestasional dilakukan evaluasi ada atau
tidaknya yolk sac atau embiro/fetus dan CRL perlu dicatat jika
memungkinkan.
Diagnosis kehamilan intrauterine ditegakkan apabila didapatkan yolk sac
atau embrio/fetus dengan atau tanpa aktivitas jantung yang tervisualkan
dalam kantung gestasi. Kantung gestasi dapat tervisualisasi secara akurat
dengan USG transvaginal pada minggu ke 5 dan embryo dengan aktifitas
jantung pada minggu ke 6. Embryo harus dapat terlihat secara transvaginal
ketika diameter rata-rata mencapai 20 mm. Kalau tidak maka gestasi ini
anembryonik. Gerakan jantung biasanya dapat terlihat dengan imaging
transvaginal ketika panjang embrio mencapai 5 mm. Bila embrio kurang dari
7 mm tidak teridentifikasi memiliki aktifitas jantung, pemeriksaan tambahan
dianjurkan dalam 1 minggu. Pada penelitian di rumah sakit Parkland,
kematian trimester pertama didiagnosis bila embrio mencapai 10 mm tanpa
aktifitas dam gerakan jantung. Tidak terdapatnya tanda kehamilan ektopik,

12
pengumpulan cairan sangat mungkin untuk mewakili gestasional sac dalam
intrauterin.
b. Ada atau tidaknya aktivitas jantung perlu didokumentasikan dengan video
clip 2 dimensi atau M-mode. Dengan metode transvaginal, pergerakan
jantung dapat diamati saat embrio berukuran panjang ≥2mm, apabila panjang
embrio ≤7mm tanpa aktivitas jantung, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ulang dalam waktu 1minggu kemudian untuk memastikan
bahwa kehamilan tersebut nonviable.
c. Jumlah janin perlu didokumentaskan. Amnion dan korion perlu
didokumentasikan pada kehamilan multiple.
d. Anatomi janin yang sesuai dengan trimester pertama harus dinilai termasuk
calvarium, insersi tali pusat janin, dan anggota tubuh sesuai usia kehamilan.
e. Regio nuchal harus dicitrakan, kelainan seperti kistik hygroma harus
didokumentasikan. Pengukuran nuchal translucency perlu dilakukan untuk
menentukan risiko memiliki janin dengan aneuploid atau abnormalitas
lainnya.
f. Uterus termasuk serviks, struktur adnexa, dan cul-de-sac harus dievaluasi.
Adanya abnormalitas perlu didokumentasikan. Ada atau tidaknya, letak,
bentuk, dan ukuran massa pada adneksa perlu didokumentasikan. Evaluasi
cul-de-sac apakah terdapat cairan atau tidak. Kelainan pada uterus harus
didokumentasikan.

2.8. Parameter USG kehamilan trimester II dan II


Parameter pencitraan pada standard pemeriksaan janin trimester II dan III
adalah sebagai berikut: (5)
a.Aktivitas jantung, jumlah janin, dan presentasi janin harus
didokumentasikan. Kelainan pada denyut atau irama jantung perlu
didokumentasikan. Pada kehamilan multiple perlu dilakukan penilaian
korion, amnion, perbandingan ukuran janin, cairan ketuban pada
masing-masing gestasional sac, dan jenis kelamin janin.
b. Perkiraan kualitatif atau semikuantitatif volume cairan ketuban perlu
didokumentasikan, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui indeks
cairan amnion, the deepest single pocket, dan 2-diameter pocket. Dalam

13
penilaian oligohidramnion, the deepest vertical pocket (<2cm) is
preffered over ICA (≤5cm) karena menghasilkan lebih sedikit intervensi
obstetric tanpa perbedaan hasil perinatal, dan satu kantung terdalam hari
memiliki lebar 1cm. Pada polihidramnion (kedalam vertical kantung
≥8cm atau ICA ≥24cm) mungkin dapat berhubungan dengan
komplikasi pada kehamilan.
c.Letak plasenta, bentuk, dan hubungan terhadap bagian internal serviks
perlu didokumentasikan. Tali pusat dan jumlah pembuluh darah pada tali
pusat perlu didokumentasikan. Letak melekatnya plasenta perlu
didokumentasikan. Apabila sulit dinilai dapat dilakukan pemeriksaan
menggunakan transvaginal atau transperineal ultrasound. Insersi
placental cord yang melintasi bagian internal serviks dicurigai sebagai
vasa previa yang merupakan kondiri dengan risiko tinggi kematian janin
apabila tidak terdiagnosis sebelum persalinan. Penilaian warna dan
denyut menggunakan Doppler ultrasound harus dilakukan untuk menilai
vasa previa atau kelainan insersi placental cord.

2.8.1. Penilaian usia gestasi


Pada trimester I, pengukuran crown-rump sangat akurat pada perhitungan
usia kehamilan dengan USG. Saat ini, berbagai parameter sonografi seperti
biparietal diameter, abdominal circumference, dan femoral diaphysis length
dapat digunakan untuk mengestimasi usia kehamilan. Perlu diingat, abdominal
circumference merupakan parameter yang kurang dapat diandalkan dalam
pengukuran estimasi usia kehamilan. Perbedaan yang signifikan antara usia
kehamilan dengan pengukuran janin dapat mungkin menunjukan adanya
kelainan pertumbuhan pada janin. (4,5)

a. Biparietal diameter adalah pengukuran pada thalamus dan cavum septi


pellucid. Hemisfer serebelum tidak dapat terlihat pada scanning.
Pengukuran dilakukan dari tepi luar proximal tulang tengkorak sampai
tepi dalam distal tulang tengkorak. Bentuk kepala dapat elongasi
(dolichocephaly) atau bulat (brachycephaly) sebagai variasi normal.
Dalam kondisi tersebut, variasi tertentu dari perkembangan kepala
janin normal, pengukuran lingkar kepala lebih dapat diandalkan

14
daripada diameter biparietal dalam estimasi usia kehamilan.
b. Head circumferencediukur pada tingkat yang sama dengan biparietal
diameter, di tepi luar bony calvarium, tidak termasuk jaringan
subkutan dari tengkorak. Pengukuran ini tidak dipengaruhi oleh bentuk
kepala.
c. Femoral diaphysis length dapat diandalkan setelah usia kehamilan 14
minggu.
d. Abdominal circumference atau rata-rata diameter abdomen harus
ditentukan pada batas kulit transversal view pada tingkat persimpangan
antara vena umbilikalis, sinus portal, dan lambung janin apabila
terlihat.

2.8.2. TBJ (Taksiran Berat Janin)


Berat janin dapat diperkiran dengan pengukuran seperti biparietal
diameter, head circumference, abdominal circumference atau rata-rata diameter
abdomen, dan femoral diaphysis length. Hasil dari berbagai prediksi dapat dibandingkan
dengan persentil berat janin dari nomogram.

2.8.3. Anatomi ibu


Evaluasi uterus, struktur adneksa, dan serviks harus dinilai.
Terdapatnya, letak, dan ukuran massa pada adneksa. Pada serviks yang
tampak tidak normal (memendek atau funneled) tidak tervisualkan
dengan baik pada usg transabdominal, sehingga direkomendasikan
menggunakan usg transvaginal dan transperineal untuk mengevaluasi
serviks.
2.8.4. Anatomi janin
Anatomi janin dapat dinilai dengan ultrasound setelah usia
kehamilan 18 minggu. Struktur normal janin dapat memungkinkan
dinilai pada usia kurang dari 18 minggu, terkadang struktur janin sulit
tervisualkan karena ukuran janin, posisi janin, pergerakan janin, scar
abdomen, dan ketebalan dinding abdomen ibu.

15
2.9. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1
2.9.1. Kantung Gestasi(7,8)
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi
(KG) intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari
pascakonsepsi, atau sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan
endometrium). Pada saat itu diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG
intrauterine secara konsisten terlihat mulai kehamilan 5 minggu. Saat

diameternya mencapai ≥5 mm. Dengan USG-TA kehamilan intrauterine dapat


terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm; dan secara konsisten terlihat mulai

kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai ≥ 10mm.


Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk
budar atau oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letaknya eksentrik di
dalam lapisan endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari
kantung korion yang berisi cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding KG
berasal dari lapisan korion, jaringan trofoblas, dan desidua kapsularis.
Seringkali dinding KG terlihat sebagai 2 lapisan konsentrik (double decidual
sac), dimana lapisan sebelah dalam berasal dari chorion leave dan desidua
kapsularis, sedangkan lapisan sebelah luar berasal dari desidua parietalis atau
desidua vera.
Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya di dalam
kavum uteri, seperti hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis,
atau kantung gestasi palsu (pseudo-gestational sac) pada kehamilan ektopik.

2.9.2. Yolk sac


Suatu kehamilan intrauterine baru dapat dipastikan setelah terlihat
struktur yolk sac di dalam KG . Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang
letaknya didalam ruang korion. Dengan USG-TV yolk sac akan konsisten
terlihat mulai kehamilan 5,5 minggu, saat diameter
KG ≥ 10 mm; sedangkan dengan USG-TA yolk sac akan konsisten terlihat
mulai kehamilan 6 minggu setelah diameter KG ≥20mm.
Selama kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm.
Setelah itu yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya
tidak terlihat lagi.

16
Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang
diameternya >10mm (USG-TV) atau >20mm (USG-TA), maka kemungkinan
besar kehamilan tidak akan berkembang normal dan akan mengalami abortus.

2.9.3. Mudigah dan Janin


Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada
kehamilan 5,5 minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac.
Panjangnya sekitar 2-3mm dan belum memperlihatkan denyut jantung. Panjang
mudigah akan bertambah sekitar 1-2mm per hari. Panjang mudigah dinyatakan
dengan ukuran jarak kepala-bokong (JKB) atau crown- rump length (CRL),
meskipun sebelum kehamilan 8 minggu bagian kepala dan badan masih belum
dapat dibedakan. Mudigah mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung pada

usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah JKB mencapai 5mm dan diameter KG
sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah dan aktivitas denyut jantung akan
konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-TA struktur mudigah akan
konsisten terlihat setelah diameter KG≥25mm.Pengukuran denyut jantung
mudigah sebaiknya dilakukan melalui cara M-mode (Motion mode) dan tidak
dengan cara Doppler. Frekuensi denyut jantung(FDJ) mudigah pada kehamilan
6 minggu sekitar 110 denyut per menit (dpm), meningkat mencapai 175 dpm
pada kehamilan 9 minggu, kemudian menurun hingga 166 dpm pada kehamilan
12 minggu. Apabila FDJ <80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau <100 dpm
pada kehamilan ≥ 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa hari
kemudian.
Istilah mudigah (embrio) digunakan terhadap hasil konsepsi sampai usia
kehamilan 10 minggu, yaitu selama berlangsungnya proses organogenesis.
Mulai usia kehamilan 11 minggu hasil konsepsi disebut janin(fetus). Masa
transisi terjadi pada saat JKB mencapai 30– 35 mm.

2.9.4. Penentuan Usia Kehamilan


Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila
dilakukan pada kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan mudigah
paling cepat dan variasi biologiknya paling kecil. Sebelum struktur mudigah
dapat terlihat, penentuan usia kehamilan dilakukan melalui pengukuran
17
diameter rata-rata kantung gestasi (KG). Setelah struktur mudigah terlihat, maka
usia kehamilan ditentukan melalui pengukuran panjang mudigah (JKB). Mulai
trimester I pertumbuhan janin sudah cukup besar dan bagian-bagian spesifik
janin (seperti kepala dan ekstremitas) sudah dapat dilihat lebih jelas. Sejak saat
itu pengukuran JKB tidak akurat lagi, dan penentuan usia kehamilan sebaiknya
dilakukan melalui pengukuran bagian-bagian spesifik janin, seperti diameter
biparietal (BPD).
Penentuan usia kehamilan dilakukan berdasarkan tabel data atau
nomogram yang menggambarkan hubungan antara ukuran biometri janin
danusia kehamilan pada kehamilan normal. Akan lebih baik lagi bila data yang
digunakan berasal dari populasi setempat.
Pengukuran diameter KG untuk menentukan usia kehamilan hanya
akurat bila digunakan pada usia kehamilan 5-6,5 minggu. Selain menggunakan
nomogram perkembangan KG, usia kehamilan dapat juga dihitung dengan
menggunakan formula sederhana:
Usia kehamilan (hari) = diameter KG (mm) + 30
Pengukuran JKB dilakukan mulai kehamilan 6 minggu, saat struktur
mudigah secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG . Jarak-kepala-
bokong merupakan parameter yang paling baik digunakan untuk menentukan
usia kehamilan, dengan tingkat kesalahan ± 3- 5 hari.

1. Usia Kehamilan 4 minggu

Gambar 1. Pada kehamilan 4 minggu biasanya hanya akan terlihat


18
kantong gestasi berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium.
Yolk Sac biasanya belum dapat teridentifikasi.

2. Usia Kehamilan 5 minggu

Gambar 2. Kantong gestasi tampak dalam cavum uteri, dikelilingi


endometrium, dan berisi embrio yamg tampak seperti garis lurus menempel
pada yolk sac. Pada usia kehamilan ini kadang sudah dapat terlihat denyut
jantung janin (pulsasi).

3. Usia Kehamilan 6 minggu

Gambar 3. Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi.
Ductus vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac.
Panjang embrio berkisar 4-10 mm

4. Usia Kehamilan 8 minggu

19
Gambar 4. Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan
melalui ductus vitellinus, berbentuk seperti huruf “C” dengan bagian
kepala tampak dominan. Mulai terlihat tonjolan ekstremitas. CRL berkisar
11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan struktur kepala dari bagian
tubuh janin.

Setelah mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada kehamilan trimester


pertama diatas, kita dapat menyimpulkan kapankah kita mulai bisa mengukur
kantong gestasi, yaitu pada usia kehamilan, kapan kita mulai bisa mengukur CRL,
dan mengukur yolk sac.

2.10. Mengukur Kantung Gestasi (Gestational Sac / GS)


 Penentuan usia gestasi dengan mengukur kantong gestasi hanya
dilakukan bila echo janin belum tampak
 Dilakukan pada usia kehamilan 4-6 minggu
 Dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu via transvaginal dan 5-6
minggu via transabdominal
 Pertumbuhan normal = 1 mm/hari
 Perumbuhan abnormal ≤0,6 mm/hari
 Terlihat sebagai struktur kristik berbentuk bundar atau oval dengan
dinding hiperekoik, letaknya eksentrik dalam lapisan endometrium
yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantong korion yang
berisi cairan korion.

20
 Struktur kantong gestasi harus dibedakan dengan struktur anekoik
lainnya di kavum uteri seperti hematometra,hidrometra, kista
endometrial,endometritis, atau kantong gestasi palsu pada kehamilan
ektopik.
 Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam
 Kesalahan pengukuran sekitar 1-2 minggu
 Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh karena akan
mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran
 Gestational Sac masih relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan
6 minggu.

Gambar 5. Mengukur kantong gestasional

2.11. Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown Rump Length


/ CRL)
 Dapat diukur pada usia kehamilan 8-12 minggu, sebelum usia 8
minggu kepala dan badan tidak dapat dibedakan.
 Akurasi ± 4 hari untuk memperkirakan usia kehamilan (paling akurat)
 Setelah 12 minggu, akurasinya menurun karenan janin tidak akan
pernah sepenuhnya dalam posisi ekstensi
 Mudigah mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung setelah usia
kehamilan sekitar 6 minggu sehingga diperlukan konfirmasi aktivitas
DJJ
 Diukur pada posisi netral (mendatar)
 Pengukuran diukur dari puncak atas kepala sampai bokong atau ujung

tulang ekor
21
 Ekstremitas inferior dan yolk sac tidak boleh masuk dalam
pengukuran

Gambar 6. Mengukur kepala- bokong janin

2.12. Mengukur diameter Yolk Sac (YS)


 Satu kehamilan dapat dipastikan bila terlihat struktur Yolk Sac dalam
KG
 Normalnya berbentuk hampir bulat seperti cincin berdinding tipis
yang letaknya di dalam ruang korion
 Diameter sekitar 4-6 mm
 Dapat diidentifikasi pada usia gestasi 6 minggu setelah diameter KG
≥10 mm.
 Diameter maximal 6 mm pada usia kehamilan 10 minggu

Gambar 7. Diamaeter yolk sac


2.13. Kehamilan Kembar

Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat diketahui sejak usia


kehamilan 5 minggu, dengan melihat jumlah kantung gestasi di dalam kavum
uteri. Diagnosis definitif kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat
lebih dari satu mudigah yang menunjukkan aktivitas denyut jantung.
22
Kehamilan kembar bisa berasal dari 2 buah ovum yang dibuahi, disebut
kembar dizigotik (DZ) atau tidak-identik; atau dari sebuah ovum yang dibuahi
dan kemudian membelah menjadi 2 bagian yang masing-masing berkembang
menjadi mudigah, disebut kembar monozigotik (MZ) atau identik. Sekitar 70%
kehamilan kembar merupakan kembar DZ, sedangkan 30% lainnya merupakan
kembar MZ. Berdasarkan korionitas dan amnionitasnya, kembar DZ pasti
merupakan kembar dikorionik-diamniotik (DK-DA); sedangkan kembar MZ bisa
berupa DK-DA,
Monokorionik-diamniotik (MK-DA), atau monokorionik- monoamniotik
(MK-MA). Jenis korionitas dan amnionisitas kehamilan kembar akan sangat
berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas hasil konsepsi.
Jenis korionitas dan amnionisitas kehamilan kembar paling mudah
diketahui pada kehamilan trimester I. Sampai kehamilan 10 minggu, bila
terlihat 2 kantung gestasi yang masing-masing berisi mudigah hidup, maka
kehamilan kembar terlihat DK-DA. Bila hanya terlihat satu kantung gestasi yang
berisi 2 mudigah hidup, maka kehamilan kembar tergolong kehamilan MK. Bila
pada kembar MK terlihat 2 kantung amnion yang saling terpisah dan masing-
masing terisi 2 mudigah hidup, kehamilan kembar terlihat MK- MA.
Pemeriksaan yolk sac juga berguna untuk menentukan amnionisitas kembar MK.
Pada kembar MK-DA terlihat 2 yolk sac di dalam kantung gestasi; sedangkan
pada kembar MK-MA hanya terlihat terlihat 1 yolk sac.
Sedangkan khorionitas dapat dilihat dari batas / sekat antara kedua
amnion, apabila batasnya memiliki ketebalan >2mm (sering disebut (lambda
sign) maka kehamilan tersebut memiliki dua khorion, namun jika kurang dari 2
mm, (sering disebut T sign), maka kehamilan tersebut memiliki satu khorion .

Gambar 8. Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua
kantung gestasi.
23
Gambar 9. Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu
dengan dua yolk sac.

Gambar 10. Gambaran kehamilan kembar pada usia gestasi 10 minggu.


Pada gambar ini, terlihat bahwa kehamilan multiple nya terdiri dari dua
amnion, dan dua khorion.
2.14. Kelainan pada Kehamilan Trimester I

2.14.1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum, anembryonic pregnancy,


empty amnion)
Sering dijumpai pada kehamilan trimester I, akibat kegagalan
pembentukan mudigah. Mungkin terjadi karena perkambangan mudigah
terhenti sebelum dapat terdeteksi dengan USG, atau mudigah mati dan
mengalami resorpsi sehingga tidak terlihat dengan USG. Sekitar 50-90%
abortus yang terjadi pada kehamilan trimester 1 disebabkan oleh kehamilan
nirmudigah yang sering berhubungan dengan kelainan kromosom. Diagnosis
kehamilan nirmudigah ditegakkan bila :
 Struktur mudigah tidak terlihat dalam kantong gestasi (KG) yang
diameternya >25 mm dengan USG-trans abdominal
 Kantong amniomn tidak berisi mudigah

24
2.14.2. Perdarahan pada kehamilan trimester I
Abortus imminens pada kehamilan trimester 1 biasanya disebabkan oleh
pendarahan retrokorionik yang letaknya dibelakang korion frondosum dan
pendarahan subkorionik yang letaknya di belakang selaput korion dan mengisi
kavum uteri . Perdarahan terjadi karena terlepasnya sebagian korion frondosum
dari dinding uterus. Pendarahan retrokorionik dan subkorionik umunya terjadi
bersamaan. Perdarahan yang masih baru terlihat hiperekoik terhadap korion
sedangkan yang sudah berlangsung 1-2 minggu terlihat hipoekoik atau anekoik.
Gambaran USG pada abortus insipiens bervariasi tergantung pada
jumlah perdarahan, kondisi kantong gestasi, dan derajat pembukaan serviks.
Sering kali KG bentuknya irregular, letaknya turun ke bagian bawah kavum
uteri, atau mengisi kanalis servikalis yang terbuka.
Gambaran abortus inkompletus tidak spesifik tergantung pada usia
kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi yang tertinggal di kavum uteri.
Kavum uteri mungkin berisi KG yang bentuknya tidak utuh lagi. Mungkin juga
sisa konsepsi terlihat sebagai massa ekogenik yang tebal irregular dalam kavum
uteri.
Pada abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri. Missed abortion merupakan kematian hasil konsepsi sebelum
kehamilan 22 minggu dan tertahan di kavum uteri selama 8 minggu atau lebih.

2.14.3. Kehamilan mola (Mola Hidatinosa)


Merupakan penyakit trofoblas gestasional yang paling sering dijumpai
terutama pada awal dan akhir masa reproduksi. Bisa berupa komplit, yaitu
proliferasi jaringan trofoblas; inkomplit, yaitu proliferasi trofoblas disertai
elemen mudigah. Gambaran USG mola pada trimester I tidak spesifik. Bisa
terlihat menyerupai kehamilan nirmudigah dengan dinding yang menebal,
missed abortion, abortus inkompletus, mioma berdegenarasi kistik, atau
hiperpalsi endometrium. Dalam hal ini pemeriksaan β-HCG serum sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis.

2.14.4. Kehamilan ektopik


Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi blastosis
terjadi diluar kavum uteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap KE
25
adalah:
 Riwayat KE sebelumnya
 Kontrasepsi IUD
 Kegagalan sterilisasi
 Perdangan pelvic
 Bayi tabung (fertilisasi in vitro)
Diagnosis definitif KE ditegakkan bila terlihat KG terisi struktur
mudigah hidup yang letaknya di luar kavum uteri. Diagnosis KE sukar
ditegakkan pada hamil yang masih muda sehingga memerlukan pemeriksaan
serial. Gambaran spesifik kehamilan tuba berupa massa ekogenik berbentuk
sirkular dengan diameter 10-30 mm yang letaknya di adneksa. Di bagian
tengahnya terlihat struktur anekoik yang berasal dari kantong gestasi, sehingga
massa adneksa membentuk gambaran cincin.

2.14.5. Tanda Kegagalan Kehamilan


Tanda kegagalan kehamilan dapat kita ketahui dengan melihat berbagai
hal sebagai berikut:
 Kejadian penting dalam trimester I tidak ditemukan
 Diameter rata-rata kantong gestasi >10 mm tanpa yolk sac
 Diameter rata-rata kantong gestasi >18 mm tanpa embrio
 Panjang CRL > 5mm namun tak tampak denyut jantung

2.15. Pemapisan Kelainan Bawaan


Kelainan kongenital, sebenarnya sudah dapat diperkirakan mulai dari
pemeriksaan trimester pertama. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui
dalam mendiagnosis adanya kelainan kongenital mayor pada janin:
1. Nuchal Translusensi
2. Nasal Bone
3. Fokus echogenik intrakardiac
4. Echogenik bowels
Empat tanda di atas sudah dapat ditentukan pada penapisan trimester
pertama. Dengan menjumpai salah satu dari empat tanda di atas, kemungkinan
besar janin tersebut akan mengalami kelainan congenital pada saat lahirnya.

26
2.15.1. Nuchal Translusensi

1. Pengukuran ketebalan jaringan subkutan di belakang leher yang


berupa daerah hipoekoik, akibat akumulasi cairan dalam jaringan
lunak.
2. Sebagai deteksi dini kelainan kromosom (sindroma Down atau
sindroma Turner)
3. Usia gestasi 9-14 minggu
4. Pengukuran dilakukan tegak lurus terhadap kulit tengkuk ke arah
luar sampai daerah seperti pita tipis di atas kulit (inner to inner)

5. Ketebalan normal ≤3mm


Gambar 11. Menunjukkan nuchal translusensi yang masih dalam batas normal

Gambar 12. Menunjukkan penebalan nuchal yang mencapai 8.3cm, Hal ini
merupakan tanda bahwa adanya kelainan kromosom pada janin ini.

2.15.2. Nasal Bone

1. Dilakukan pada kehamilan 11-14 minggu dan panjang CRL 45-


84mm
27
2. Tampilan gambar diperbesar : tampak seluruh kepala dan bagian atas
thoraks
3. Potongan mid sagital
4. Pada daerah hidung harus tampak tiga buah garis hiperekhoik, garis
bagian atas adalah kulit hidung, di bawahnya garis tulang hidung, dan
yang ketiga adalah kelanjutan dari hidung yang berada di atas garis
hidung, letaknya harus lebih tinggi

Gambar 13. Gambaran hidung janin normal, di daerah hidung tampak


tiga buah garis hiperekhoik, garis bagian atas adalah kulit hidung,
dibawahnya garis tulang hidung, dan yang ketiga adalah kelanjutan dari
hidung yang berada diatas garis hidung, yang letaknya lebih tinggi.

Gambar 14. Gambaran janin yang tidak memiliki tulang hidung, dimana hanya
terlihat dua hiperekhoik saja.
2.15.3. Fokus echogenik intrakardiac
28
1. Tampak sebagai suatu struktur yang berwarna putih terang
2. Terletak pada ventrikel kiri
3. Dilakukan pada usia gestasi 10-14 minggu
4. Pertanda kelainan kromosom

Gambar 15.Pada gambaran potongan melintang jantung (four chamber view) di


atas, Nampak adanya suatu struktur yang hiperekhoik pada ruang jantung,
menunjukkan adanya kelainan pada janin ini.

2.15.4. Echogenik bowel

1. Tampak sebagai massa usus yang tampak lebih padat dan


ekhogenik (putih terang).
2. Pertanda kelainan kromosom

Gambar 16. tampak massa padat.

2.16. Pemeriksaan USG Trimester II dan III


Pada pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan
pemeriksaan trimester pertama, pada pemeriksaan ini, janin sudah terbentuk, di

29
mana hal-hal yang harus diperhatikan pada trimester II dan III adalah:
1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta

2.16.1. Keadaan janin


 Janin hidup atau mati, dengan cara kita mencari pulsasi jantung janin
 Jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel, jika lebih dari
1 janin, harus ditentukan khorionitas dan amnionitas
 Kelainan kongenital mayor
 Presentasi dan letak janin, jika usia gestasi sudah memasuki
trimester III, harus diperhatikan letak janin, apakah
memanjang/melintang, oblique, dan presentasi/bagian terbawahnya,
apakah presentasi kepala, atau presentasi bokong

2.16.2. Usia gestasi


Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan
trimester I, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
 Diameter biparietal (Biparietal Diameter/BPD)
 Diameter Oksipito Frontalis (Occipito Frontal Diameter/OFD)
 Lingkar kepala (Head Circumference/HC)
 Panjang humerus (Humerus Length/HL)
 Lingkar Perut (Abdominal Circumference/AC)
 Panjang Femur (Femur Length/FL)

Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III,
namun yang essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah:
 Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)
Sebelum mengukur diameter biparietal, kita harus mendapatkan
gambaran potongan melintang kepala, adapun syarat-syaratnya adalah:
 Diameter transversal terbesar dari kepala pada posisi tegak lurus
terhadap bagian tengah objek.
 Pengukuran mulai usia kehamilan 12 minggu hingga janin
dilahirkan
30
 Akurasi pengukuran paling baik pada usia kehamilan 14-20
minggu
 Pengukuran pada penampang transversal (aksial), tegak lurus
terhadap bagian tengah objek
 Pengukuran terpanjang dari tepi luar sisi yang terdekat
dengan probe ke tepi dalam tulang parietal (sisi kontralateral
dari kepala)
 Kepala harus terlihat simetris. Pengukuran memperhatikan orientasi
organ :
a. Falx cerebri (bagian tengah objek)
b. Thalamus
c. Pleksus choroid (pada ventrikel lateral)
d. Cavum septi pellucidum
e. Ventrikel III

 Lingkar Kepala (head circumference/ HC)


Dalam mengukur lingkar kepala, cara menampilkan kepala sama
dengan cara menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Lingkar kepala diukur
pada sisi luar tulang kepala (outer- outer). Kurang akurat bla dibandingkan
dengan BPD.
 Diameter Antero-Posterior (antero-posterior diameter)
Dalam mengukur diameter antero-posterior, cara menampilkan kepala
sama dengan cara menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Diameter antero-
posterior diukur dengan cara mengukur jarak dari os occipital ke os frontal,
diukur outer- outer.

31
Gambar 17. Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk
mengukur BPD, HC dan APD. Kepala berbentuk seperti bola
rugby, terlihat echo garis tengah dan septum pelusidum yang
memotong di sepertiga, dan terlihat thalamus.

 Lingkar Perut (Abdominal Circumference / AC)


Pengukuran ini digunakan untuk memperkirakan berat janin. Sebelum
mengukur lingkar perut, kita harus bisa menampilkan potongan melintang perut
yang benar, caranya adalah:
1. Ambil potongan longitudinal tubuh janin sehingga tampak
gambaran vertebra, dan jantung.
2. Setelah tampak jantung, putar transducer 90 derajat hingga
tampak gambaran transversal jantung,
3. Lalu gerakkan transducer beberapa milimeter ke inferior
hingga tampak gambaran vertebra, gaster, dan vena
umbilikal dalam satu bidang potong.
4. Setelah mendapatkan potongan melintang abdomen yang
baik, maka dapat diukur diameter abdomen, yang diukur
dari sisi luar kulit.

Gambar 18. Gambar diatas adalah gambaran potongan


melintangabdomen yang baik, dimana terlihat vertebrae, gaster dan
vena umbilical.

32
 Panjang Femur (femur length / FL)
Pertama tentukan letak kepala.
1. Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau
sacrum.
2. Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari
gambaran femur yang baik.
3. Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar
dengan femur dan terlihat seluruh panjang femur, serta latar
belakang akustik yang baik.
4. Panjang femur diukur dari trokhanter mayor sampai
kondilus.
5. Epifisis tidak termasuk dalam pengukuran.

Gambar 19. Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik,
panjang femur diukur dari ujung-ujung.

2.17. Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin


Pada pemeriksaan USG, penilaian pertumbuhan janin terutama
didasarkan atas penilaian ukuran anatomi dan perubahan fungsional janin selama
masa kehamilan. Penyimpangan pada prose pertumbuhan janin bisa dketahui
lebih mudah dengan ukuran anatomi janin.

33
 Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat terbagi menjadi simetrik dan
asimetrik. PJT simetrik terjadi disebabkan oleh faktor intrinsic (kelainan
genetic) dan ekstrinsik yaitu bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi
berat, dan sebagainya yang terjadi sejak kehamilan muda. PJT asimetrik
penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta, yang
umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT asimetrik
terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen
yang kecil dengan lingkar kepala.
Volume cairan amnion berkurang karena produksi urin berkurang.
Ukuran palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan
panjang janin yang berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal,
mikrosefalus. Kelainan kongenital sering ditemukan dn biasanya multiple dan
menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion (oligohidramnion atau
polihidramnion).
 Kehamilan kembar
Kehamilan kembar pada trimester I harus selalu dievaluasi untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya reduksi spontan (vanishing twin) atau
gangguan lain semasa kehamilan. Pada kehamilan trimester II korionisitas
kehamilan kembar dapat diketahui dengan memeriksa jenis kelamin kedua
janin, jumlah plasenta dan sekat pemisah kedua janin. Pada dikorion, sekat
pemisah terlihat tebal (terdiri daripada 2 lapisan amnion dan 2 lapisan korion)
sedangkan pada kembar monokorion diamnion seringkali sangat tipis sehingga
sulit diidentifikasi.
 Kelainan kongenital janin
Sebagian besar kelainan kongenital janin dapat diketahui sebelum usia
kehamilan 20 minggu yaitu sebelum memasuki perinatal. Beberapa petanda
kelainan kongenital yang dijumpai di USG adalah:
1. Volume cairan amnion yang abnormal
2. Pertumbuhan janin terhambat terutama sebelum usia
kehamilan 20 minggu

34
3. Kelainan morfologi bentuk tubuh dan struktur organ janin
4. Ukuran biometri janin yang abnormal
5. Ukuran plasenta yang abnormal

6. Arteri umbilical tunggal


7. Aktivita biofisik janin yang berkurang

2.18. Pemeriksaan Cairan Amnion


Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen
integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin.
Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan
gangguan aliran darah ginjal dari janin, menurunkan volume miksi dan
menyebabkan terjadinya oligohidroamnion. Kelainan jumlah amnion dapat
menimbulkan gangguan pada janin seperti hipolplasia paru, deformitas janin,
kompresi tali pusat, PJT, prematuritas, kelainan letak dan kematian janin.
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan
secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan dengan
metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.
 Secara Subjektif
Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin
melekat pada dinding uterus, dan sebagian lagi tidak menempel ,diantara tubuh
janin dan dinding uterus masih terdapat cairan amnion
 Secara Single Pocket
Penilaian dilakukan berdasarkan 1 kuadran. Pengukuran dilakukan pada
kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin. Tidak boleh
ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut

35
Gambar 20. Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara
single pocket, dimana yang diukur adalah jarak vertical terjauh
antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian janin
yang terletak dalam area pengukuran tersebut

Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket.


Hasil Pengukuran Interpretasi
>2cm - <8cm Volume cairan amnion normal
>8cm Polihidramnion
8 – 12 cm Polihidramnion ringan
12 – 16 cm Polihidramnion sedang
>16cm Polihidramnion berat
≥1cm - ≤2cm Borderline, evaluasi ulang
<1cm Oligohidramnion

 Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)


Abdomen dibagi atas 4 kuadran. Setiap kuadran diukur indeks cairan
amnionnya. Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak
boleh ada bagian janin diantaranya

36
Gambar 21.Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4
kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya

Gambar 22. di atas menunjukkan cara meletakkan probe yang benar pada perut
pasien.

Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI


Hasil Pengukuran Interpretasi
>2cm - <8cm Volume cairan amnion normal
>8cm Polihidramnion
8 – 12 cm Polihidramnion ringan
12 – 16 cm Polihidramnion sedang
>16cm Polihidramnion berat
≥1cm - ≤2cm Borderline, evaluasi ulang
<1cm Oligohidramnion

37
2.19. Pemeriksaan Plasenta
 Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta
normal (di fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/
plasenta marginal/ plasenta letak rendah
 Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah
kehamilan tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.
 Kelainan bentuk plasenta
Bentuk normal menyerupai cakram. Dalam perkembangannya,
plasenta dapat mengalami berbagai variasi kelainan bentuk. Kelainan
yang dapat diketahui melalui pemeriksaan USG adalah plasenta
membranesa, plasenta suksenturia, plasenta bilobata dan plasenta
sirkumvalata.
 Menentukan kelainan ukuran plasenta.
Sampai kehamilan 20 minggu, tebal plasenta tidak lebih dari 2-3 cm.
menjelang aterm ketebalanny mencapai 4-5 cm.
 Perlekatan abnormal plasenta
Dalam perkembangannya, plasenta melekat pada dinding uterus
melalui desidua basalis. Kadang-kadang desidua basalis tidak
terbentuk sempurna sehingga vili korionik melekat langsung pada
miometrium (plasenta akreta), menginvasi lapisan miometrium
(plasenta inkreta), bahkan menembus lapisan miometrium dan
serosum uterus (plasenta pankreta). Diagnosis plasenta akreta melalui
USG menjadi lebih mudah bila implantasi plasenta berada di segmen
bawah uterus bagian depan.
 Kalsifikasi plasenta
Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam kehamilan
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada
akehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada USG, deposisi kalsium terlihat
sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak memberikan bayangan
akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal dan septa

38
plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses
kalsifikasi plasenta seringkali lebih dini pada preeclampsia dan PJT.
Kalsifikasi lebih lambat pada ibu DM dan inkompabilitas rhesus.
 Solusio plasenta
Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari
dinding uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah
retroplasenta atau daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta
terjadi karena rupture arteri spiralis; sedangkan di marginal karena
rupture vena marginalis. Namun, solusio plasenta seringkali tidak
terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
 Tumor plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma. Pada
USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak
di daerah subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal
plasenta.

Gambar 21: adalah tingkat gradasi plasenta beserta ciri-cirinya.

39
BAB III
KESIMPULAN

Ultrasonografi atau sonografi (USG) adalah sebuah teknik yang


memvisualisasikan struktur superficial atau dalam pada tubuh dengan merekam
denyut dari gelombang ultrasonic yang direfleksikan dari jaringan. USG dalam
obstetric merupakan pemeriksaan ultrasound dalam kehamilan. Menurut WHO,
pemeriksaan USG untuk keperluan antenatal, sebaiknya dilakukan sesuai usia
gestasi, satu kali pada trimester pertama,satu kali pada trimester kedua,dan satu
kali pada trimester ketiga.(3) Dalam 20 tahun terakhir ini diagnostic ultrasonic
berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan yang
penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.(2)
USG dalam kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:(4,5)
1. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
2. Melihat posisi dan kondisi placenta
3. Memeriksa denyut jantung bayi
4. Kehamilan ganda
5. Usia kehamilan dan berat janin
6. Kelainan pada janin
7. Jumlah cairan ketuban.
8. Jenis kelamin b

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit


Prawirohardjo:Jakarta,2009

2. Pribadi A,et al. Ultrasonografi Obstetri dan Ginekologi. 1 st ed. Jakarta:


Sagung Seto,2011
3. Endjun JJ. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,2007

4. Cunningham FG, et al. Williams Obstetrics. 24th Ed. New York: McGraw-
Hill Education, 2014.
5. American Institute of Ultrasound in Medicine. AIUM-ACR-
ACOG- SMFM-SRU Practice Parameter for the Performance of
Standard Diagnostic Obstetric Ultrasound Examination. J
Ultrasound Med 2018;9999:1-12
6. Odeh M, Granin V, Kais M, Ophir E, Bornstein J. Sonographic Fetal Sex
Determination, CME, 2009;64(1):50-7

7. Chudleigh T, Thilaganathan B. Obstetric Ultrasound. 3rd ed. London: El


sevier,2004
8. Andonotopo W. Kristanto H, Dewantiningrum J. Pramono MBA, Bachnas
A. Ultrasonografi Obstetric dan Ginekologi Praktis. Jakarta:Sagung
Seto,2017

41

Anda mungkin juga menyukai