1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1. Definisi USG............................................................................................5
2.2. Cara Kerja USG.......................................................................................5
2.3. Teknik pemeriksaan USG........................................................................5
2.4. Manfaat USG dalam Kehamilan..............................................................7
2.5. Indikasi pemeriksaan USG.................................................................... 9
2.6. Klasifikasi Pemeriksaan USG pada Kehamilan.....................................11
2.7. Parameter USG kehamilan trimester I...................................................12
2.8. Parameter USG kehamilan trimester II dan II.......................................13
2.8.1. Penilaian usia gestasi.....................................................................14
2.8.2. TBJ (Taksiran Berat Janin)............................................................15
2.8.3. Anatomi ibu...................................................................................15
2.8.4. Anatomi janin................................................................................15
2.9. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1..................................................16
2.9.1. Kantung Gestasi............................................................................16
2.9.2. Yolk sac.........................................................................................16
2.9.3. Mudigah dan Janin........................................................................17
2.9.4. Penentuan Usia Kehamilan...........................................................17
2.10. Mengukur Kantung Gestasi (Gestational Sac / GS)...............................20
2.11. Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown
Rump Length / CRL)..............................................................................21
2.12. Mengukur diameter Yolk Sac (YS)........................................................22
2.13. Kehamilan Kembar................................................................................22
2.14. Kelainan pada Kehamilan Trimester I....................................................24
2.14.1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum,anembryonic
pregnancy, empty amnion)........................................................24
2.14.2. Perdarahan pada kehamilan trimester I.......................................25
2.14.3. Kehamilan mola (Mola Hidatinosa)............................................25
2.14.4. Kehamilan ektopik......................................................................25
2.14.5. Tanda Kegagalan Kehamilan.......................................................26
2.15. Penapisan Kelainan Bawaan..................................................................26
2
2.15.1. Nuchal Translusensi....................................................................23
2.15.2. Nasal Bone..................................................................................27
2.15.3. Fokus echogenik intrakardiac......................................................29
2.15.4. Echogenik bowel.........................................................................29
2.16. Pemeriksaan USG Trimester II dan III..................................................29
2.16.1. Keadaan janin..............................................................................30
2.16.2. Usia gestasi..................................................................................30
2.17. Penentuan Pertumbuhan dan Besar Janin...............................................33
2.18. Pemeriksaan Cairan Amnion..................................................................35
2.19. Pemeriksaan Plasenta.............................................................................38
BAB III KESIMPULAN....................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................41
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
permukaan transduser dan berada dalam area penetrasi transduser. Jika
dibandingkan USG-TA (yang harus dikerjakan dalam keadaan kandung kemih
penuh), pemeriksaan USG-TV pada kehamilan trimester I lebih dapat diterima
oleh pasien. Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ
pelvic berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam pemeriksaan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan
elemennya (untuk menghilangkan udara di permukaan transducer), kemudian
dibungkus dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat
pelindung). Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus
transduser diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan dan menghilangkan udara
diantara permukaan elemen transduser dan serviks uteri). Transduser
dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai daerah forniks. Mauver gerakan
transduser didalam vagina merupakan kombinasi gerakan maju-mundur,
gerakan maneuver (rotasi), dan gerakan angulasi ke samping kiri-kanan atau ke
atas-bawah.
7
minggu sekitar 90-110 dpm dan pada 9 minggu menjadi 140-170 dpm.
d. Bayi kembar
Kehamilan kembar terdeteksi selama USG rutin di minggu 18-20 minggu,
10
16. Evaluasi/menilai kembali plasenta beserta lokasinya, termasuk
kemungkinan plasenta previa, vasa previa, dan perlengketan
abnormal plasenta.
17. Membantu dalam tindakan invasif seperti amniosintesis
18. Membantu dalam tindakan versi luar
19. Evaluasi kemungkinan gestational trophoblastic disease
20. Evaluasi massa pelvis, dan
21. Menilai kemungkinan adanya anomaly uterus
11
USG standard atau khusus telah sebelumnya dilakukan. Contoh lain
pemakaian pemeriksaan USG terbatas adalah untuk mengetahui aktifitas
jantung pada pasien yang mengalami perdarahan pada kasus emergensi.
12
pengumpulan cairan sangat mungkin untuk mewakili gestasional sac dalam
intrauterin.
b. Ada atau tidaknya aktivitas jantung perlu didokumentasikan dengan video
clip 2 dimensi atau M-mode. Dengan metode transvaginal, pergerakan
jantung dapat diamati saat embrio berukuran panjang ≥2mm, apabila panjang
embrio ≤7mm tanpa aktivitas jantung, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan ulang dalam waktu 1minggu kemudian untuk memastikan
bahwa kehamilan tersebut nonviable.
c. Jumlah janin perlu didokumentaskan. Amnion dan korion perlu
didokumentasikan pada kehamilan multiple.
d. Anatomi janin yang sesuai dengan trimester pertama harus dinilai termasuk
calvarium, insersi tali pusat janin, dan anggota tubuh sesuai usia kehamilan.
e. Regio nuchal harus dicitrakan, kelainan seperti kistik hygroma harus
didokumentasikan. Pengukuran nuchal translucency perlu dilakukan untuk
menentukan risiko memiliki janin dengan aneuploid atau abnormalitas
lainnya.
f. Uterus termasuk serviks, struktur adnexa, dan cul-de-sac harus dievaluasi.
Adanya abnormalitas perlu didokumentasikan. Ada atau tidaknya, letak,
bentuk, dan ukuran massa pada adneksa perlu didokumentasikan. Evaluasi
cul-de-sac apakah terdapat cairan atau tidak. Kelainan pada uterus harus
didokumentasikan.
13
penilaian oligohidramnion, the deepest vertical pocket (<2cm) is
preffered over ICA (≤5cm) karena menghasilkan lebih sedikit intervensi
obstetric tanpa perbedaan hasil perinatal, dan satu kantung terdalam hari
memiliki lebar 1cm. Pada polihidramnion (kedalam vertical kantung
≥8cm atau ICA ≥24cm) mungkin dapat berhubungan dengan
komplikasi pada kehamilan.
c.Letak plasenta, bentuk, dan hubungan terhadap bagian internal serviks
perlu didokumentasikan. Tali pusat dan jumlah pembuluh darah pada tali
pusat perlu didokumentasikan. Letak melekatnya plasenta perlu
didokumentasikan. Apabila sulit dinilai dapat dilakukan pemeriksaan
menggunakan transvaginal atau transperineal ultrasound. Insersi
placental cord yang melintasi bagian internal serviks dicurigai sebagai
vasa previa yang merupakan kondiri dengan risiko tinggi kematian janin
apabila tidak terdiagnosis sebelum persalinan. Penilaian warna dan
denyut menggunakan Doppler ultrasound harus dilakukan untuk menilai
vasa previa atau kelainan insersi placental cord.
14
daripada diameter biparietal dalam estimasi usia kehamilan.
b. Head circumferencediukur pada tingkat yang sama dengan biparietal
diameter, di tepi luar bony calvarium, tidak termasuk jaringan
subkutan dari tengkorak. Pengukuran ini tidak dipengaruhi oleh bentuk
kepala.
c. Femoral diaphysis length dapat diandalkan setelah usia kehamilan 14
minggu.
d. Abdominal circumference atau rata-rata diameter abdomen harus
ditentukan pada batas kulit transversal view pada tingkat persimpangan
antara vena umbilikalis, sinus portal, dan lambung janin apabila
terlihat.
15
2.9. Ultrasonografi Kehamilan Trimester 1
2.9.1. Kantung Gestasi(7,8)
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi
(KG) intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari
pascakonsepsi, atau sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan
endometrium). Pada saat itu diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG
intrauterine secara konsisten terlihat mulai kehamilan 5 minggu. Saat
16
Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang
diameternya >10mm (USG-TV) atau >20mm (USG-TA), maka kemungkinan
besar kehamilan tidak akan berkembang normal dan akan mengalami abortus.
usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah JKB mencapai 5mm dan diameter KG
sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah dan aktivitas denyut jantung akan
konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-TA struktur mudigah akan
konsisten terlihat setelah diameter KG≥25mm.Pengukuran denyut jantung
mudigah sebaiknya dilakukan melalui cara M-mode (Motion mode) dan tidak
dengan cara Doppler. Frekuensi denyut jantung(FDJ) mudigah pada kehamilan
6 minggu sekitar 110 denyut per menit (dpm), meningkat mencapai 175 dpm
pada kehamilan 9 minggu, kemudian menurun hingga 166 dpm pada kehamilan
12 minggu. Apabila FDJ <80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau <100 dpm
pada kehamilan ≥ 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa hari
kemudian.
Istilah mudigah (embrio) digunakan terhadap hasil konsepsi sampai usia
kehamilan 10 minggu, yaitu selama berlangsungnya proses organogenesis.
Mulai usia kehamilan 11 minggu hasil konsepsi disebut janin(fetus). Masa
transisi terjadi pada saat JKB mencapai 30– 35 mm.
Gambar 3. Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi.
Ductus vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac.
Panjang embrio berkisar 4-10 mm
19
Gambar 4. Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan
melalui ductus vitellinus, berbentuk seperti huruf “C” dengan bagian
kepala tampak dominan. Mulai terlihat tonjolan ekstremitas. CRL berkisar
11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan struktur kepala dari bagian
tubuh janin.
20
Struktur kantong gestasi harus dibedakan dengan struktur anekoik
lainnya di kavum uteri seperti hematometra,hidrometra, kista
endometrial,endometritis, atau kantong gestasi palsu pada kehamilan
ektopik.
Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam
Kesalahan pengukuran sekitar 1-2 minggu
Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh karena akan
mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran
Gestational Sac masih relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan
6 minggu.
tulang ekor
21
Ekstremitas inferior dan yolk sac tidak boleh masuk dalam
pengukuran
Gambar 8. Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu dengan dua
kantung gestasi.
23
Gambar 9. Gambaran USG hamil kembar pada usia gestasi 5 minggu
dengan dua yolk sac.
24
2.14.2. Perdarahan pada kehamilan trimester I
Abortus imminens pada kehamilan trimester 1 biasanya disebabkan oleh
pendarahan retrokorionik yang letaknya dibelakang korion frondosum dan
pendarahan subkorionik yang letaknya di belakang selaput korion dan mengisi
kavum uteri . Perdarahan terjadi karena terlepasnya sebagian korion frondosum
dari dinding uterus. Pendarahan retrokorionik dan subkorionik umunya terjadi
bersamaan. Perdarahan yang masih baru terlihat hiperekoik terhadap korion
sedangkan yang sudah berlangsung 1-2 minggu terlihat hipoekoik atau anekoik.
Gambaran USG pada abortus insipiens bervariasi tergantung pada
jumlah perdarahan, kondisi kantong gestasi, dan derajat pembukaan serviks.
Sering kali KG bentuknya irregular, letaknya turun ke bagian bawah kavum
uteri, atau mengisi kanalis servikalis yang terbuka.
Gambaran abortus inkompletus tidak spesifik tergantung pada usia
kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi yang tertinggal di kavum uteri.
Kavum uteri mungkin berisi KG yang bentuknya tidak utuh lagi. Mungkin juga
sisa konsepsi terlihat sebagai massa ekogenik yang tebal irregular dalam kavum
uteri.
Pada abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri. Missed abortion merupakan kematian hasil konsepsi sebelum
kehamilan 22 minggu dan tertahan di kavum uteri selama 8 minggu atau lebih.
26
2.15.1. Nuchal Translusensi
Gambar 12. Menunjukkan penebalan nuchal yang mencapai 8.3cm, Hal ini
merupakan tanda bahwa adanya kelainan kromosom pada janin ini.
Gambar 14. Gambaran janin yang tidak memiliki tulang hidung, dimana hanya
terlihat dua hiperekhoik saja.
2.15.3. Fokus echogenik intrakardiac
28
1. Tampak sebagai suatu struktur yang berwarna putih terang
2. Terletak pada ventrikel kiri
3. Dilakukan pada usia gestasi 10-14 minggu
4. Pertanda kelainan kromosom
29
mana hal-hal yang harus diperhatikan pada trimester II dan III adalah:
1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III,
namun yang essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah:
Diameter Biparietal (Biparietal Diameter/ BPD)
Sebelum mengukur diameter biparietal, kita harus mendapatkan
gambaran potongan melintang kepala, adapun syarat-syaratnya adalah:
Diameter transversal terbesar dari kepala pada posisi tegak lurus
terhadap bagian tengah objek.
Pengukuran mulai usia kehamilan 12 minggu hingga janin
dilahirkan
30
Akurasi pengukuran paling baik pada usia kehamilan 14-20
minggu
Pengukuran pada penampang transversal (aksial), tegak lurus
terhadap bagian tengah objek
Pengukuran terpanjang dari tepi luar sisi yang terdekat
dengan probe ke tepi dalam tulang parietal (sisi kontralateral
dari kepala)
Kepala harus terlihat simetris. Pengukuran memperhatikan orientasi
organ :
a. Falx cerebri (bagian tengah objek)
b. Thalamus
c. Pleksus choroid (pada ventrikel lateral)
d. Cavum septi pellucidum
e. Ventrikel III
31
Gambar 17. Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk
mengukur BPD, HC dan APD. Kepala berbentuk seperti bola
rugby, terlihat echo garis tengah dan septum pelusidum yang
memotong di sepertiga, dan terlihat thalamus.
32
Panjang Femur (femur length / FL)
Pertama tentukan letak kepala.
1. Lakukan rotasi sampai tampak vertebra sampai daerah lumbal atau
sacrum.
2. Lakukan rotasi 45 derajat ke kiri atau ke kanan untuk mencari
gambaran femur yang baik.
3. Untuk mendapatkan femur yg baik, transduser harus sejajar
dengan femur dan terlihat seluruh panjang femur, serta latar
belakang akustik yang baik.
4. Panjang femur diukur dari trokhanter mayor sampai
kondilus.
5. Epifisis tidak termasuk dalam pengukuran.
Gambar 19. Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik,
panjang femur diukur dari ujung-ujung.
33
Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat terbagi menjadi simetrik dan
asimetrik. PJT simetrik terjadi disebabkan oleh faktor intrinsic (kelainan
genetic) dan ekstrinsik yaitu bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi
berat, dan sebagainya yang terjadi sejak kehamilan muda. PJT asimetrik
penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta, yang
umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT asimetrik
terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen
yang kecil dengan lingkar kepala.
Volume cairan amnion berkurang karena produksi urin berkurang.
Ukuran palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan
panjang janin yang berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal,
mikrosefalus. Kelainan kongenital sering ditemukan dn biasanya multiple dan
menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion (oligohidramnion atau
polihidramnion).
Kehamilan kembar
Kehamilan kembar pada trimester I harus selalu dievaluasi untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya reduksi spontan (vanishing twin) atau
gangguan lain semasa kehamilan. Pada kehamilan trimester II korionisitas
kehamilan kembar dapat diketahui dengan memeriksa jenis kelamin kedua
janin, jumlah plasenta dan sekat pemisah kedua janin. Pada dikorion, sekat
pemisah terlihat tebal (terdiri daripada 2 lapisan amnion dan 2 lapisan korion)
sedangkan pada kembar monokorion diamnion seringkali sangat tipis sehingga
sulit diidentifikasi.
Kelainan kongenital janin
Sebagian besar kelainan kongenital janin dapat diketahui sebelum usia
kehamilan 20 minggu yaitu sebelum memasuki perinatal. Beberapa petanda
kelainan kongenital yang dijumpai di USG adalah:
1. Volume cairan amnion yang abnormal
2. Pertumbuhan janin terhambat terutama sebelum usia
kehamilan 20 minggu
34
3. Kelainan morfologi bentuk tubuh dan struktur organ janin
4. Ukuran biometri janin yang abnormal
5. Ukuran plasenta yang abnormal
35
Gambar 20. Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara
single pocket, dimana yang diukur adalah jarak vertical terjauh
antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian janin
yang terletak dalam area pengukuran tersebut
36
Gambar 21.Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4
kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Gambar 22. di atas menunjukkan cara meletakkan probe yang benar pada perut
pasien.
37
2.19. Pemeriksaan Plasenta
Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta
normal (di fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/
plasenta marginal/ plasenta letak rendah
Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah
kehamilan tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.
Kelainan bentuk plasenta
Bentuk normal menyerupai cakram. Dalam perkembangannya,
plasenta dapat mengalami berbagai variasi kelainan bentuk. Kelainan
yang dapat diketahui melalui pemeriksaan USG adalah plasenta
membranesa, plasenta suksenturia, plasenta bilobata dan plasenta
sirkumvalata.
Menentukan kelainan ukuran plasenta.
Sampai kehamilan 20 minggu, tebal plasenta tidak lebih dari 2-3 cm.
menjelang aterm ketebalanny mencapai 4-5 cm.
Perlekatan abnormal plasenta
Dalam perkembangannya, plasenta melekat pada dinding uterus
melalui desidua basalis. Kadang-kadang desidua basalis tidak
terbentuk sempurna sehingga vili korionik melekat langsung pada
miometrium (plasenta akreta), menginvasi lapisan miometrium
(plasenta inkreta), bahkan menembus lapisan miometrium dan
serosum uterus (plasenta pankreta). Diagnosis plasenta akreta melalui
USG menjadi lebih mudah bila implantasi plasenta berada di segmen
bawah uterus bagian depan.
Kalsifikasi plasenta
Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam kehamilan
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada
akehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada USG, deposisi kalsium terlihat
sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak memberikan bayangan
akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal dan septa
38
plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses
kalsifikasi plasenta seringkali lebih dini pada preeclampsia dan PJT.
Kalsifikasi lebih lambat pada ibu DM dan inkompabilitas rhesus.
Solusio plasenta
Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari
dinding uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah
retroplasenta atau daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta
terjadi karena rupture arteri spiralis; sedangkan di marginal karena
rupture vena marginalis. Namun, solusio plasenta seringkali tidak
terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
Tumor plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma. Pada
USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak
di daerah subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal
plasenta.
39
BAB III
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
4. Cunningham FG, et al. Williams Obstetrics. 24th Ed. New York: McGraw-
Hill Education, 2014.
5. American Institute of Ultrasound in Medicine. AIUM-ACR-
ACOG- SMFM-SRU Practice Parameter for the Performance of
Standard Diagnostic Obstetric Ultrasound Examination. J
Ultrasound Med 2018;9999:1-12
6. Odeh M, Granin V, Kais M, Ophir E, Bornstein J. Sonographic Fetal Sex
Determination, CME, 2009;64(1):50-7
41