GAMBARAN RADIOLOGI
TB ABDOMEN PADA ANAK
Oleh
Devi Astri Kusumawardani
NPM : 131521180501
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….i
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA……………………………………………………...3
2.1 Definisi………………………………………………………………………..3
2.2 Anatomi Organ-organ Pencernaan……………………………………………3
2.3 Anatomi Peritoneum………………………………………………………….8
2.4 Vaskularisasi organ-organ pencernaan………………………………………
10
2.5 Saluran limfatik organ-organ pencernaan……………………………………
10
2.5.1 Histologi kelenjar getah
bening……………………………………………...13
2.6 Tuberkulosis…………………………………………………………………14
2.6.1 Etiologi………………………………………………………………………15
2.6.2 Diagnosis…………………………………………………………………….17
2.6.3 Patogenesis dan
Patofisiologi………………………………………………..17
2.6.4 Diagnosis Banding…………………………………………………………..22
2.7 Gambaran radiologi TB Abdomen…………………………………………..22
2.7.1 Gambaran TB Abdomen Pada Foto X-ray…………………………………..23
2.7.2 Gambaran TB Abdomen Pada USG…………………………………………
27
i
ii
PENDAHULUAN
Setiap tahunnya 500.000 anak di dunia terinfeksi TB. Indonesia termasuk dalam 5
3% dari seluruh TB anak dan 12% dari seluruh TB ekstra paru pada anak. Hal ini
dikarenakan gejala dari TB abdomen yang non spesifik dan menyerupai kondisi lain,
selain itu pemeriksaan penunjang seperti USG dan imajing lainnya, invasive
sampling dan konfirmasi kultur mikrobiologis seringnya sulit dijumpai pada daerah
melalui beberapa mekanisme. Pada awalnya anak dapat menderita TB paru terlebih
cara lainnya adalah melalui sputum yang tertelan, atau bisa melalui konsumsi susu
yaitu peritoneal, saluran gastrointestinal, kelenjar getah bening pada abdomen, dan
organ visera. Gambaran radiologi pada TB abdomen pada anak yang sesuai dengan
1
2
proses patologis tadi dapat terlihat melalui berbagai modalitas imajing, mulai dari X-
Pada X-ray dapat ditemukan gambaran granuloma berkalsifikasi pada organ visera
terlihat sebagai nodul opak. Pada X-ray dengan kontras dapat ditemukan penyempitan
pada ileocecal junction. Pada USG dapat ditemukan asites dengan atau tanpa septa,
paraaorta, serta granuloma pada organ visera terlihat sebagai nodul hipoekoik
omentum, dan pembesaran kelenjar getah bening intraabdomen. Pada MRI juga
ditemukan granuloma pada organ visera disertai kelenjar getah bening dengan bagian
nekrosis di tengahnya.2
Pada referat ini akan dibahas secara singkat anatomi organ pencernaan, patogenesis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
esofagus hingga rektum, peritoneum, organ intraperitoneal (liver dan lien), bagian
retroperitoneal dari duodenum dan pancreas. Organ yang tidak dilibatkan adalah
Rongga abdomen membentuk bagian superior dan mengisi sebagian besar rongga
Rongga abdomen tidak memiliki bagian dasar karena menyambung dengan rongga
pelvis. Pintu atas panggul memisahkan rongga perut dan panggul. Rongga perut
meluas ke superior sampai ke interkostal ke-4. Oleh karena itu terdapat beberapa
organ-organ perut yang dilindungi oleh rongga dada, seperti limpa, hati dan sebagian
ginjal. Pelvis mayor menyangga dan melindungi bagian bawah dari rongga abdomen
yaitu bagian dari ileum, sekum, apendiks dan kolon sigmoid. Rongga abdomen
merupakan tempat dari sebagian besar organ-organ pencernaan dan sebagian organ
urogenital.3
3
4
oleh empat bidang : dua bidang sagital (vertikal) dan dua bidang melintang
(horizontal).3
Lambung adalah organ saluran gastrointestinal yang berada diantara esofagus dan
Lambung yang kosong berukuran sebesar kolon, namun saat terisi dapat menampung
Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum dan ileum. Merupakan organ utama
dalam absorpsi nutrisi dari makanan. Usus halus memanjang dari pilorus hingga
ileocecal junction, yang merupakan tempat ileum bergabung dengan sekum (bagian
5
awal dari kolon). Bagian pilorus dari lambung bertugas mengatur masuknya makanan
ke duodenum.3
Duodenum merupakan bagian awal dan bagian terpendek dari usus halus, dengan
panjang sekitar 25 cm pada manusia dewasa, juga merupakan bagian yang terlebar
dan terfiksasi. Duodenum membentuk huruf C pada sekitar pankreas. Sebagian besar
secara anatomi terbagi atas 4 bagian. Bagian superior (yang pertama) dengan panjang
sekitar 5 cm dan berada pada anterolateral dari korpus vertebra L1. Descending
6
(bagian kedua) dengan panjang sekitar 7-10 cm, berada pada lateral kanan dari korpus
vertebra L1-L3. Bagian inferior (bagian ke-3) sepanjang 6-8 cm dan melintas pada
korpus verterbra L3. Bagian ke-4 sepanjang 5 cm, berawal dari sisi kiri korpus
vertebra L3 dan naik ke arah superior hingga bagian superior dari korpus vertebra L2.
3
Bagian kedua dari usus halus adalah jejunum yang bermula dari duodenojejunal
intraperitoneal. Bagian ketiga dari usus halus adalah ileum, yang berakhir pada
ileocecal junction, tempat bertemunya ileum terminalis dengan sekum. Jejunum dan
Kolon merupakan saluran gastrointestinal yang menyerap air dari sisa pencernaan
sampai akhirnya defekasi. Kolon terdiri atas sekum, apendiks, bagian asenden,
transversus, desenden, sigmoid, rektum dan anus. Kolon dapat dibedakan dari usus
halus karena adanya omental appendices, teniae coli, haustra dan diameter colon
yang lebih besar dari usus halus. Omental apendices adalah penonjolan kecil yang
berlemak. Teniae coli adalah tiga pita longitudinal yang berbeda yaitu tenia
mesocolic yang melekat pada mesokolon tranversum dan sigmoid, tenia omentum
yang melekat pada apendiks omentalis, tenia bebas yang tidak melekat pada
(visceral peritoneum). Bagian dari peritoneum yang membentuk dua lipatan yaitu
mesenteri dan omentum, dan subdivisinya yang disebut ligamen, membawa struktur
neurovaskuler dan saluran dari organ-organ menuju dan dari visera. Bagian yang
dengan lapisan kapiler darah dan limfatik yang melimpah terutama di bagian
subdiafragma.3
ujung bawah dari esofagus, lambung, usus, lien, pankreas, liver, kandung empedu,
ginjal dan kelenjar suprarenal. Liver, lambung dan lien hampir seluruhnya memenuhi
kubah diafragma.3
Mesenterium adalah lapisan ganda peritoneum yang terjadi sebagai akibat dari
inveginasi peritoneum oleh suatu organ dan merupakan kelanjutan dari peritoneum
viseral dan parietal. Mesentrium merupakan sarana komunikasi antara organ dan
tubuh (biasanya dinding posterior abdomen). Mesenterium usus halus disebut sebagai
jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik, saraf,
berdekatan di rongga perut. Omentum mayor adalah lipatan peritoneum empat lapis
yang menonjol dan menggantung ke bawah seperti celemek dari kurvatura mayor
lambung dan bagian proksimal duodenum. Setelah turun, omentum mayor melipat ke
belakang dan menempel pada permukaan anterior kolon tranversum dan mesenterium
lainnya. Omentum minor adalah lipatan peritoneum berlapis ganda yang jauh lebih
Vena porta dibentuk dari gabungan vena mesenterika superior dan vena lienalis.
Saluran utama. Vena porta merupakan saluran utama yang mengumpulkan darah dari
saluran gastrointestinal, pancreas, limpa dan sebagian besar kantung empedu dan
membawanya ke liver.3
preaorta, paraaorta, iliaka komunis, kumpulan internal dan eksternal iliac nodul
limfatik.
Drainase limfatik dari lambung berawal menuju hepatik, bagian kiri dari lambung,
Usus adalah tempat yang paling potensial terkena paparan mikroorganisme. Oleh
limfosit yang tersebar baik di seluruh mukosa. Hal ini dikenal sebagai gut associated
13
lymphoid tissue (GALT), yang terlihat lebih jelas di esofagus, usus halus dan
teragregasi untuk membentuk nodul limfoid yang dikenal sebagai Peyer’s patches.3
Gambar 2. 7. Drainase limfatik dan innervasi dari lambung dan usus halus
Dikutip dari : Moore K.3
14
Kelenjar getah bening adalah struktur kecil yang berkapsul yang terdapat pada
sepanjang pembuluh limfa yang berguna untuk memfilter cairan limfa dan
memfasilitasi produksi antibodi. Katup pada pembuluh limfe memastikan aliran satu
arah dari cairan limfa. Tiga regio utama dari kelenjar getah bening adalah korteks
bagian luar yang menerima cairan limfe dari afferent lymphatics, parakorteks bagian
yang lebih dalam yang merupakan tempat masuknya limfosit dari high endothelial
venules (HEV) dan medula yang terdapat pada bagian tengah yang berisi sinuses
2.6 Tuberkulosis
Insidensi tuberkulosis per tahunnya di dunia mencapai 10.1 juta, termasuk sekitar 1
dari 15 tahun di seluruh dunia, meninggal karena tuberkulosis setiap tahunnya. Dari
semua jenis TB, TB abdomen merupakan kasus ke-6 yang paling sering diantara
jarang, hanya terlihat pada 0,3 % dari TB anak. TB Abdomen dapat melibatkan
saluran pencernaan, peritoneum, nodul limfatik atau organ padat di dalam abdomen.
Gejala awal biasanya tidak spesifik dengan konfirmasi mikrobiologis sangat sulit
sehingga mengandalkan gejala klinis, imejing dan penemuan histopatologis dan atau
dalam mendiagnosisnya. Gejala yang terlihat berupa nyeri perut, demam dan
2.6.1 Etiologi
membentuk spora. Walau pada saat pewarnaan tidak langsung terwarnai, namun saat
dilakukan pelunturan warna oleh zat asam atau alkohol, warnanya tidak pudar, oleh
anaerob dan mendapatkan energi dari oksidasi berbagai pembakaran karbon simpel.
Doubling time dari tuberkel basili adalah sekitar 18 jam. Mycobacteria cenderung
lebih kuat terhadap agen kimia dibanding dengan bakteri lainnya, karena sifat dari
permukaan sel yang hidrofobik. Tuberkel basili juga resisten terhadap pengeringan
dan bertahan pada jangka waktu yang lama pada sputum yang mengering.7
17
yang aktif
2.6.2 Diagnosis
1. tes tuberculin (Mantoux), hasil dinyatakan positif apabila terdapat indurasi >
10 mm
dari sputum
Kuman TB masuk ke paru-paru melalui percik renik yang terhirup. Pada sebagian
nonspesifik. Pada sebagian lainnya kuman itu tidak dapat dihancurkan. Pada individu
yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit
kuman TB yang tidak dapat dihancurkan. Sebagian kuman TB yang tidak dapat
dihancurkan oleh makrofag akan berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya
tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. Dari fokus primer Ghon, kuman TB
19
menyebar melalui saluran limfe, menuju kelenjar limfe regional. Penyebaran ini
(limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah,
kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler),
sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
primer secara lengkap disebut masa inkubasi. Masa inkubasi bervariasi selama 2-12
minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Selama masa tersebut, kuman TB
berkembang biak hingga mencapai 103-104, jumlah yang cukup untuk merangsang
yaitu uji tuberkulin positif. Uji tuberkulin akan negatif saat masa inkubasi. Pada
sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem
imun selular berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil
kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk,
kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli segera dimusnahkan oleh imunitas
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru akan mengalami
resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi nekrosis
20
perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan
jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus
mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi di
segmental kolaps-konsolidasi.1,9
kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi
21
penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan
gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh,
bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru,
limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain
seperti otak, hati, tulang, ginjal dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang
tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses
patologisnya. Sarang di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian
hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa.1,9
generalisata akut ( acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah
besar kuman TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini
disebut TB diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan
setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi
diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam
mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita terutama di bawah dua tahun.1,9
22
Bentuk penyebaran ini terjadi apabila suatu fokus perkijuan di dinding vaskuler pecah
dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman TB akan masuk dan
beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB aklibat penyebaran tipe ini tidak dapat
Gambar 2. 11. Tahapan proses infeksi pada TB paru primer, dimulai dari
inhalasi Mycobacterium tuberculosis yang virulen dan berpuncak pada
perkembangan imunitas yang dimediasi sel terhadap tuberkulosis.
Dikutip dari : Kumar V.9
23
histologi
dan/atau histologi.5
Manifestasi klinis TB pada anak berbeda dengan orang dewasa, karena beberapa
faktor seperti usia dan kondisi imunitas. Resiko tertinggi komplikasi adalah pada
neonatus, karena kurang maturnya status imunitas. Pada masa bayi, keterlibatan
meningens dan TB milier sangat umum terjadi, sedangkan pada dewasa lebih sering
berupa TB primer yang progresif atau kavitasi. Manifestasi klinis ekstrapulmo pada
Area yang paling sering terlibat dalam TB abdomen adalah regio ileocecal,
kemudian diikuti jejunum dan colon. Hal ini dikarenakan daerah ini merupakan
25
Pada stadium awal di daerah ini bisa terdapat spasme, hipermotilitas kemudian
diikuti dengan terjadinya penebalan ileocecal valve, pada saat ini juga dapat
ditemukan aphthous ulcer pada ileum, sedangkan pada area sekum dapat terjadi
mural yang hiperplastik dan menebal, striktur pada ileum dan atau adhesi. 11
khususnya ileocecal :
terminal
3. String sign : stenosis Ileum terminal disertai dilatasi bagian ileum yang lebih
proksimal.11
Pada TB abdomen dengan keterlibatan organ visera pada foto polos abdomen dapat
terlihat hepatomegali dengan atau tanpa kalsifikasi. Pada foto xray dapat terlihat lesi
makronodular berukuran 1-3 cm, lesi makronodular ini dapat berupa tuberkuloma,
pseudotumoral tuberkulosis atau abses tuberkulosis yang dipercaya sebagai hasil dari
Gambar 2. 13. Anak laki-laki 13 tahun dengan duodenal dan ileal tuberculosis,
pada pemeriksaan barium menunjukkan adanya gambaran mukosa duodenum
yang iregular.
Dikutip dari : Kritsaneepaibon S.11
Gambar 2. 17. Anak perempuan 15 tahun dengan tuberculosis ileum, pada foto
barium enema menunjukkan adanya ujung dari ileum yang menyempit dan
daerah yang lebih proximal yang berdilatasi.
Dikutip dari : Kritsaneepaibon S.11
karena tidak ada radiasi pengion dan relatif lebih murah. Ciri yang paling penting
terlihat dalam 55-56% kasus TB. Kelenjar getah bening yang terlibat biasanya terlihat
Kelenjar getah bening juga dapat membentuk konglomerasi dan menginfiltrasi lemak
Kelenjar getah bening yang paling sering terlibat dalam TB abdomen adalah regio
Ultrasonografi juga dapat mendeteksi ascites lebih baik dibanding dengan CT scan.
Cairan ascites dapat bersifat jernih, atau berisi benang-benang fibrin, lokulasi dan
debris. Ciri ini adalah ciri khas dari TB karena dihasilkan dari cell-mediated
immunity. Diagnosis banding dari asites yang bersepta adalah limfoma, jenis
pada organ solid pada liver atau lien (biasanya berbentuk nodul abses). 2
Gambar 2. 18. Gambaran mikro abses pada spleen, pada pasien anak laki-laki
12 tahun dengan HIV dan TB13
Dikutip dari : Belard S.13
30
Gambar 2. 19. Multipel pembesaran nodul limfatik di area peri pankreas pada
anak perempuan 10 tahun dengan TB.
Dikutip dari : Belard S.13
Gambar 2. 20. USG abdomen menunjukkan adanya ascites yang disertai septa2
Dikutip dari : Sartoris G.2
31
Gambar 2. 21. Multiple granuloma pada liver yang terlihat sebgai lesi
hiperechoic milimetric (panah putih)
Dikutip dari : Sartoris G.2
paraaaorta dan mesenterika dibanding dengan USG, dan tidak dipengaruhi oleh
adanya gas dalam perut. Pembesaran nodul limfatik yang non spesifik harus
Pembesaran nodul limfatik yang disertai kalsifikasi atau dengan gambaran tipikal
yaitu low-density centers akibat liquefaksi dan adanya peripheral ring enhancement
merupakan ciri khas pada TB. Kalsifikasi juga dapat ditemukan pada parenkim dari
organ solid, terutama liver dan lien. Massa inflamatori yang terdiri atas bowel loops,
omentum, dan nodul limfatik yang mudah terlihat pada CT scan adalah omental
cakes.2
32
MRI memiliki manfaat yang lebih besar dari CT scan, karena tidak adanya radiasi
pengion dan memiliki peranan penting dalam mendiagnosa secara aawal pada TB
abdomen anak. MRI tidak dilakukan secara rutin di daerah endemis karena jumlah
alat yang kurang dan perlunya sedasi pada anak saat dilakukan MRI.
dengan CT scan yaitu rim enhancement yang predominan pada kelenjar getah
bening, dengan atau tanpa gambaran multilocular, dengan adanya bagian tengah yang
pada liver yang bersifat hipointense dan enhance minimal berbentuk mirip
dengan ciri kurang intens pada bagian rim dibandingkan dengan area parenkim.
Gambar 2. 24. A). splenic granuloma yang hipointens pada T2. B). splenic
granumoma hipointense pada T2.
Dikutip dari : Sartoris G.2
34
dikarenakan pasien datang dengan gejala dan keluhan yang tidak spesifik, seperti
gejala abdomen yang tidak jelas, demam dengan suhu subfebris, penurunan berat
badan, oleh karena itu Sartoris et al, menyarankan sebuah algoritma untuk
tuberkulosis abdomen.2
Hingga saat ini terapi antituberkulosis sangat efektif dalam mengobati kasus
HIV bisa ditambahkan jangka waktu pemberian obat hingga 9 bulan, untuk dosis obat
RINGKASAN
TB abdomen pada anak-anak dapat menjadi kasus yang fatal, terutama dengan
mengobati TB abdomen pada anak, oleh karena itu mendapatkan diagnosis di awal
sangat krusial. Kita harus mencurigai pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri
perut yang sulit dijelaskan dan gejala yang menyertainya. Memberikan diagnosa tepat
dan cepat memang sangat sulit, oleh karena itu disarankan untuk mengkombinasikan
pemeriksaan fisik dengan USG abdomen pada anak dengan kecurigaan TB abdomen.
36
DAFTAR PUSTAKA
2. Sartoris G, Seddon JA, Rabie H, Nel ED, Schaaf HS. Abdominal Tuberculosis
in Children: Challenges, Uncertainty, and Confusion. J Pediatr Infect Dis Soc
[Internet]. 2020 Apr 30 [cited 2020 Oct 14];9(2):218–27. Available from:
https://academic.oup.com/jpids/article/9/2/218/5697911
3. Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. Eighth edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2018. 1153 p.
4. Mescher AL, Junqueira LCU. Junqueira’s basic histology: text and atlas
[Internet]. 2016 [cited 2020 Dec 18]. Available from:
http://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookid=1687
5. Lal SB, Bolia R, Menon JV, Venkatesh V, Bhatia A, Vaipei K, et al. Abdominal
tuberculosis in children : A real-world experience of 218 cases from an endemic
region. JGH Open Open Access J Gastroenterol Hepatol. 2019 Jul 28;215–20.
6. Joshi AR, Basantani AS, Patel TC. Role of CT and MRI in Abdominal
Tuberculosis. Curr Radiol Rep [Internet]. 2014 Oct [cited 2020 Oct
14];2(10):66. Available from: http://link.springer.com/10.1007/s40134-014-
0066-8
7. Brooks G, Carroll KC, Butel J, Morse S. Jawetz Melnick & Adelbergs Medical
Microbiology 26/E. [Internet]. Blacklick: McGraw-Hill Publishing; 2012 [cited
2020 Nov 7]. Available from:
https://public.ebookcentral.proquest.com/choice/publicfullrecord.aspx?
p=4958514
9. Kumar V, Abbas AK, Aster JC, editors. Robbins and Cotran pathologic basis of
disease. Ninth edition. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2015. 1391 p.
37
38
11. Kritsaneepaiboon S, Andres MM, Tatco VR, Lim CCQ, Concepcion NDP.
Extrapulmonary involvement in pediatric tuberculosis. Pediatr Radiol [Internet].
2017 Sep [cited 2021 Jul 25];47(10):1249–59. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s00247-017-3867-0
12. Tinsa F, Essaddam L, Fitouri Z, Brini I, Douira W, Becher SB, et al. Abdominal
Tuberculosis in Children: J Pediatr Gastroenterol Nutr [Internet]. 2010 Jun
[cited 2020 Oct 14];50(6):634–8. Available from:
http://journals.lww.com/00005176-201006000-00011