Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………... iii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………………. iv
BAB 1 PENDAHULUAN….................................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS…..............................................................................................3
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………. 9
3.1 Carcinoma of Unknown Primary Origin………………………………. …….. 9
3.1.1 Definisi Carcinoma of Unknown Primary Origin…..................................................9
3.1.2 Epidemiologi Carcinoma of Unknown Primary Origin…………………………. 9
3.1.3 Lokasi asal Carcinoma of Unknown Primary............................................................9
3.1.4 Pendekatan Diagnosis Carcinoma of Unknown Primary Origin……………… 9
3.1.5 Terapi Carcinoma of Unknown Primary Origin.......................................................11
3.1.6 Prognosis Carcinoma of Unknown Primary Origin..................................................13
3.2. Hepatocellular Carcinoma........................................................................................14
3.2.1 Definisi Hepatocellular Carcinoma..........................................................................14
3.2.2 Epidemiologi Hepatocellular Carcinoma..................................................................14
3.2.3 Etiologi dan Patogenesis Hepatocellular Carcinoma ………………………... 14
3.2.4 Gambaran klinis Hepatocellular Carcinoma ………………………………… 15
3.2.5 Pemeriksaan Histopatologi Hepatocellular Carcinoma............................................15
3.2.5.1 Gambaran Makroskopik Hepatocellular Carcinoma................................................15
3.2.5.2 Gambaran Mikroskopik Hepatocellular Carcinoma.................................................15
3.2.6 . Histological Grading Hepatocellular Carcinoma.....................................................18
3.2.7 Diagnosis Banding dan Pemeriksaan Imunohistokimia Hepatocellular carcinoma.18
3.2.8. Prognosis Hepatocellular Carcinoma........................................................................20
BAB 4 DISKUSI....................................................................................................................22
BAB 5 KESIMPULAN….....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26
i
DAFTAR ISI
Halaman
Gambar 2.1 Hasil pemeriksaan CT scan....................................................................3
Gambar 2.2 Hasil pemeriksaan makroskopik…........................................................5
Gambar 2.3.Hasil pemeriksaan mikroskopik….........................................................6
Gambar 2.4. Hasil pemeriksaan imunohistokimia.....................................................7
Gambar 3.1 Analisis imunohistokimia CUP berdasarkan status cytokeratin….........11
Gambar 3.2 Algoritma work-up diagnosis dan manajemen CUP…..........................13
Gambar 3.3 Gambar maksroskopik HCC..................................................................16
Gambar3.4. HCC tipe solid…....................................................................................17
Gambar 3.5. Pewarnaan CK19 (+) pada HCC poorly differentiated.........................19
Gambar 3.6. Tiga pola pewarnaan CD10 pada HCC.................................................20
ii
DAFTAR
Halaman
Tabel 3.1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan prognosis yang buruk pada CUP...............12
Tabel 3.2 Penanda jaringan diagnostik untuk diferensiasi hepatositik…..............................16
Tabel 3.3 System grading WHO untuk hepatocellular carcinoma.......................................18
iii
DAFTAR
AFP : Alpha-Fetoprotein
CDX-2 : Caudal related homeobox 2
CEA : Carcinoembryonic Antigen
COVID 19 : Corona Virus Disease 19
CK : Cytokeratin
CT SCAN : Computed Tomography Scan
CUP : Carcinoma of Unknown Primary Origin
DOG1 : Discovered On Gist 1
ER : Estrogen Receptor
GIST : Gastro Intestinal Stromal Tumour
HCC : Hepatocellular Carcinoma
Heppar1 : Hepatocyte Paraffin 1
PSA : Prostate Specific Antigen
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk diagnosis patologi molekuler karena aplikasinya yang luas, kemudahan kinerja serta
evaluasi, dan biaya yang wajar.8
Berikut dilaporkan satu kasus CUP pada pasien laki-laki usia 52 tahun dengan
gambaran histopatologi menyerupai Gastro Intestinal Stromal Tumour (GIST) namun
berdasarkan pemeriksaan imunohistokimia awal tidak mendukung untuk GIST. Pemeriksaan
imunohistokimia lanjutan mengkonfirmasi tumor dengan origin HCC.
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun berobat ke poli bedah digestif RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tanggal 31 Desember 2021 dengan keluhan utama benjolan di perut
sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan awalnya sebesar bola kasti
yang semakin lama semakin membesar sebesar kepala bayi. Pasien merasakan perutnya
begah terutama setelah makan, pasien sering merasakan mual namun tidak mengalami
muntah. Pasien juga mengeluhkan buang air besar yang tidak lancar sejak 2 bulan ini serta
memiliki riwayat buang air besar berdarah dan riwayat hemoroid yang baru diketahui sejak 4
bulan ini. Pasien mengalami penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. Riwayat penyakit
keluarga yaitu tidak ada keluarga yang menderita keganasan.
Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis,
hemodinamik stabil. Pemeriksaan fisik: paru dalam batas normal, jantung dalam batas
normal, abdomen teraba massa terfiksir di regio epigastrium, konsistensi kenyal padat ukuran
30x20 cm. Pasien didiagnosis dengan tumor intra abdomen.
Pada tanggal 24 Januari 2022 dilakukan pemeriksaan Computerized Tomography
(CT) scan abdomen didapatkan hasil tumor di epigastrium bentuk membulat, batas tegas, tepi
regular ukuran 17,7x12,6x17,5 cm, suspek GIST. Tidak tampak massa pada traktus
gastrointestinal, hepar, vesica felea, lien, ginjal, vesika urinaria dan prostat (gambar 3.1).
Pada tanggal 2 Februari 2022 dilakukan pemeriksaan radiologi thorax anterior posterior
- lateral dengan hasil cor dan pulmo dalam batas normal. Pada tanggal 10 Februari 2022
pasien dilakukan tindakan Esophagogastroduodenoscopy (EGD) untuk tujuan diagnostik
dengan diagnosis pra operasi tumor intra abdomen. Scape masuk hingga duodenum,
didapatkan kesan mukosa dalam batas normal, erosi tidak ada, massa tidak ada.
Pada tanggal 13 Februari 2022, pasien mengatakan keluhan begah dan mual.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tekanan
darah 116/74 mmHg,nadi 80x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,70C. Pasien
terkonfirmasi Corona virus Diasease 19 (COVID 19) dan dipindahkan ke ruangan pinere.
Pada tanggal 21 Februari hasil pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) COVID 19
menunjukkan hasil negatif. Hasil pemeriksaan laboratorium darah tanggal 22 Februari 2022
didapatkan hasil albumin 2,4 g/dL, globulin 3,8 g/dL, bilirubin total 1,6 mg/dl, bilirubin direk
1,2 mg/dL, bilirubin indirek 0,4 mg/dL, SGOT 183 U/L, SGPT 69 U/L, kalsium 9,5 mg/dL,
ureum darah 17 mg/dL, kreatinin darah 0,7 mg/dL, gula darah sewaktu 77 mg/dL.
Kesimpulan dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah total protein dan albumin menurun,
globulin meningkat, bilirubin total dan bilirubin direk meningkat, SGOT dan SGPT
meningkat.
Pada tanggal 25 Februari 2022 dilakukan tindakan laparatomi reseksi tumor dengan
diagnosis pra operasi yaitu tumor intraabdomen suspek GIST. Pada saat operasi ditemukan
massa tumor pada bagian atas gaster, hepar dan lien. Dilakukan pembebasan jaringan tumor
dari jaringan sekitar. Perdarahan intraoperasi sebanyak 800 cc. Diagnosis pascaoperasi adalah
tumor intraabdomen suspek GIST. Setelah dilakukan tindakan laparatomi reseksi tumor,
keadaan umum pasien sedang, kesadaran dibawah pengaruh obat, tekanan darah 110/70
mmHg,nadi 110x/menit, abdomen: luka tertutup perban, pasien disetujui untuk rawat di
ruangan Intensive Care Unit (ICU). Pada tanggal 26 Februari 2022 pukul 06.00 WIB,
kesadaran dibawah pengaruh obat, hemodinamik disupport inotropik, tekanan darah 85/75
mmHg, detak jantung 119 kali/menit, respirasi terpasang ventilator, kadar albumin darah 1,7
mg/dL, kadar hemoglobin 7,3 mg/dL, pasien direncanakan untuk transfusi darah 3 unit dan
albumin 25%. Pada tanggal 26 Februari 2022 pukul 18.00 WIB kesadaran dibawah pengaruh
obat, tekanan darah 107/54 mmHg, detak jantung 117x/menit, saturasi O2 100%, pasien
direncanakan untuk dilakukan transfusi darah sebanyak 2 unit. Pada tanggal 26 Februari 2022
pukul 22.30 kesadaran pasien coma, tekanan darah tidak terukur, detak jantung tidak terukur,
kemudian pasien dinyatakan meninggal dunia.
6
Pada tanggal 1 Maret 2022 jaringan diterima di laboratorium patologi anatomi. Hasil
pemeriksaan makroskopik didapatkan potongan-potongan jaringan putih kecoklatan, kenyal,
sebagian besar rapuh ukuran 24x22x6 cm. Penampang putih kecoklatan dan ada bagian yang
kuning, ada bagian nekrosis, penampang tidak jelas mukosa usus, cetak 6 coup dalam 6 kaset
(gambar 3.2).
Pada bagian lain tampak sel tumor tersusun membentuk gambaran menyerupai
papillary dengan fibrovascular stalk, mitosis atipik dapat dijumpai >5 per HPF. Sel-sel tumor
tampak ada didalam rongga vascular. Tampak juga area-area nekrosis luas, perdarahan dan
hiperemik. Pada bagian luar tampak adanya jaringan ikat. Pada satu potongan tampak sel-sel
tumor diantara lapisan otot (gambar 3.3). Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik, pasien
didiagnosis dengan Gastrointestinal stromal tumor (GIST), LVI (+), high risk. Anjuran
pemeriksaan imunohistokimia CD117 dan Discovered On Gist 1(DOG1) untuk konfirmasi
diagnosis.
7
A B
C D
E
F
Gambar 2.3.Hasil pemeriksaan mikroskopik. A.Proliferasi sel-sel dengan inti bulat oval, vesikuler, nukleoli
nyata, sitoplasma sebagian terang dan sebagian eosinofilik (HE, 400x), B. sel-sel tumor yang pleomorfik dengan
inti bizzare serta adanya giant cell tumor (HE,400x), C. Sel tumor tersusun berupa lembaran yang dipisahkan
oleh jaringan fibrovascular (HE, 40x), D. Sel tumor tersusun membentuk gambaran menyerupai papillary
dengan fibrovascular stalk, E. Jaringan ikat pada bagian luar sel-sel tumor (HE, 40x), F. Sel tumor tampak di
dalam rongga vascular(HE ,200x)
Pada tanggal 24 Mei 2022 dilakukan pemeriksaan imunohistokimia Cd117 dan DOG
1 untuk konfirmasi diagnosis GIST namun sel-sel tumor terpulas negatif oleh marker CD117
dan DOG1. Pada tanggal 17 Juni 2022 dilanjutkan dengan pemeriksaan panel
imunohistokimia CK7,CDX2 dan didapatkan hasil nya sel tumor terpulas negatif oleh marker
CK7 dan CDX2. Pada tanggal 1 Juli 2022 dilanjutkan pemeriksaan IHK hepPar1 dan
didapatkan sel tumor
8
terpulas negatif oleh marker HepPar1. Pada tanggal 19 Juli dilanjutkan lagi dengan
pemeriksaan IHK CK19,CD10 dan didapatkan hasil CK19 terpulas positif kuat di sebagian
kecil membran sel tumor <10%, CD10 terpulas positif kuat di seluruh membran sel tumor,
(gambar 3.4).
A B
C D
E F
G
Gambar 2.4. Hasil pemeriksaan imunohistokimia. A. CD 117 terpulas negatif pada sel tumor (IHK, 400x), B.
DOG 1 terpulas negatif pada sel tumor (IHK, 400x), C. CK7 terpulas negatif pada sel tumor, D. CDX2 terpulas
negatif pada sel tumor, E. HepPar1 terpulas negatif pada sel tumor, F. CD10 terpulas positif pada sel tumor, G.
CK 19 terpulas positif pada sel tumor
9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi asal yang paling sering diidentifikasi adalah paru-paru (20%), diikuti oleh
pankreas (17%). Saluran cerna lainnya diidentifikasi pada 15% kasus .9
Diagnosis CUP memerlukan evaluasi patologi dari sampel jaringan yang berkualitas
baik. Tumor ini dikategorikan berdasarkan patologi menjadi well-and moderately
differentiated adenocarcinomas, squamous cell carcinomas, carcinomas with neuroendocrine
1
Cytokeratin memiliki 20 subtipe yang semuanya memiliki berat molekul dan tingkat
ekspresi yang berbeda pada jenis sel dan kanker yang berbeda. Antibodi CK yang paling
sering digunakan pada kasus adenokarsinoma CUP adalah CK7 dan CK20. Antibodi CK7
diekspresikan pada tumor saluran cerna bagian atas, cholangiocarcinoma, karsinoma pada
pankreas, paru, ovarium, endometrium, dan payudara, sedangkan antibody CK20 biasanya
diekspresikan pada epitel gastrointestinal bagian bawah, sel urotelial, dan sel Merkel. Fenotip
CK 20+/CK7- menunjukkan lokasi tumor primer pada colon, sekitar 75% -95% tumor colon
menunjukkan pola pewarnaan ini. Pewarnaan imunohistokimia CK 20-/CK 7+ ditemukan
pada beberapa jenis karsinoma, seperti karsinoma pada paru-paru, payudara, ovarium, dan
endometrium. Cholangiocarcinoma dan karsinoma pada pankreas dapat berupa CK20-/CK
7+ atau CK 7+ dengan fokal positif untuk CK20 (gambar 3.1).1
diekspresikan pada karsinoma payudara yang ekspresinya terdeteksi pada 62%-72% kasus.
Imunohistokimia Uroplakin III yang merupakan sitokeratin dengan berat molekul tinggi,
trombomodulin, dan CK20 adalah penanda yang biasanya digunakan untuk diagnosis pada
kasus yang diduga memiliki asal urotelial. Faktor transkripsi nukleus Caudal Related
Homeobox2 (CDX-2), yang merupakan produk dari gen homeobox yang diperlukan untuk
organogenesis usus, diekspresikan dalam epitel kolon normal dan sebagian besar
adenocarsinoma kolorektal dan sering digunakan untuk membantu mendiagnosis
adenocarsinoma gastrointestinal.1
Salah satu kemajuan klinis yang paling signifikan adalah pasien CUP dapat
diklasifikasikan secara subset klinikopatologikal yaitu risiko favorable CUP (20% pasien)
dan
1
unfavorable CUP (80% pasien). Kriteria klasifikasi ini berdasarkan pada histopatologi,
pencitraan dan klinis. Pasien dengan risiko favorable CUP mempunyai karakteristik biologi
tumor dan keluaran yang sama dengan tumor metastasis dari lokasi primer yang diketahui dan
prognosis yang cukup baik dengan terapi spesifik tumor primer.13,14
Kriteria subset risiko favorable CUP meliputi: 1). Laki-laki yang menderita
adenokarsinoma yang disertai dengan metastasis tulang dan peningkatan prostate serum
antigen, 2) Perempuan yang menderita adenokarsinoma dengan peritoneal carcinomatosis, 3)
Perempuan yang menderita adenokarsinoma dengan metastasis kelenjar getah bening aksila,
4) Pasien dengan poorly diferentiated carcinoma yang tumbuh pada garis tengah tubuh, 5)
Pasien dengan tumor neuroendokrin berdiferensiasi baik atau karsinoma neuroendokrin
berdiferensiasi buruk, 6) Pasien dengan squamous cell carcinoma yang melibatkan kelenjar
getah bening servik 7) Pasien dengan profil adenokarsinoma kolon (CK 20, CK 7 dan
CDX2),
8) Pasien dengan squamous cell carcinoma yang ditemukan pada pembesaran kelenjar getah
bening inguinal.
Pasien yang tidak memiliki kriteria favorable CUP ditempatkan pada subset
unfavorable CUP. Kriteria ini juga meliputi pasien dengan metastasis visceral dari CUP (hati,
paru, tulang, otak dan peritoneum). Pasien dengan risiko unfavorable CUP mempunyai
prognosis yang buruk. Beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis yang buruk
ditunjukkan pada tabel 3.1.13,15
Tabel 3.1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan prognosis yang buruk pada CUP.16
Faktor Penjelasan
Jenis Kelamin Laki-laki lebih banyak dari perempuan
Jenis metastasis Metastasis otak yang multipel
Organ Keterlibatan pleura/paru, hati, dan
adrenal
Jenis histopatologis Adenokarsinoma
Tingkat respons di antara jenis kanker yang diketahui telah meningkat secara bertahap
selama dekade terakhir. Dengan panel imunohistokimia dengan pendekatan terarah dan
penggunaan data molekuler diharapkan dapat membuat algoritme pengobatan yang sesuai
untuk pasien CUP. Identifikasi target molekuler dan biokimia spesifik terkait CUP dapat
membantu mengidentifikasi agen target yang sesuai untuk masing-masing pasien dengan
penyakit ini.1
Pemberian terapi pada pasien CUP harus disesuaikan secara individual sesuai dengan
subset klinikopatologis dari prognosis yang dimiliki pasien. Penatalaksanaan pasien yang
1
dipastikan memiliki subset yang favorable atau jenis CUP yang dapat diobati setelah
pendekatan diagnostik bertahap harus mengikuti pedoman khusus yang didasarkan pada
terapi spesifik lokasi atau pedoman pengobatan kanker metastatik dengan tumor primer yang
diketahui. Prediktor prognostik yang akurat berpotensi bernilai dalam pengambilan keputusan
klinis, memungkinkan pengobatan optimal untuk digunakan pada mereka yang paling
mungkin mendapatkan manfaat terbesar, sambil menghindari toksisitas yang tidak perlu dari
pengobatan antikanker yang sia-sia pada mereka yang tidak mungkin mendapat manfaat.10
Pada pasien risiko unfavorable CUP, penerapan uji molekuler harus dilakukan untuk
mengidentifikasi asal tumor secara biologis atau untuk menentukan terapi target yang akan
diterapkan. Dalam kasus risiko unfavorable CUP, terapi yang dapat diberikan berupa
platinum- based doublet regimen yang bertujuan untuk memperpanjang survival dengan
gejala paliatif dan memperbaiki kualitas hidup semaksimal mungkin. Platinum yang
dikombinasikan dengan senyawa generasi baru misalnya tanaxes atau gemcitabine.
Penggunaan kemoterapi doublet lebih efektif dibandingkan monoterapi platinum. Sedangkan
penggunaan triplet dapat mengakibatkan toksisitas yang berlebihan. Beberapa tahun terakhir,
imunoterapi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Meskipun pembrolizumab antibodi
PD-1 telah disetujui untuk semua jenis kanker dengan microsatelit instability (MSI) tetapi
masih belum jelas apakah imunoterapi ini berpotensi dalam kasus CUP.13 Algoritma terapi
CUP ditunjukkan pada gambar 3.2.
Hepatocellular Carcinoma (HCC) adalah keganasan primer hati yang terdiri dari sel-
sel epitel yang menunjukkan diferensiasi hepatoseluler.12
Hepatocellular carcinoma adalah tumor ganas primer yang paling sering di hati yang
dapat terjadi di lokasi manapun di hati. Sekitar 85% kasus di Amerika Serikat, HCC terjadi
pada sirosis. Insiden HCC bervariasi menurut lokasi geografis, dengan insiden rendah di
Eropa dan Amerika Utara (2 hingga 7 kasus per 100.000 orang) dan insiden tinggi di Asia
timur dan Afrika selatan (30 kasus per 100.000 orang). Insiden HCC umumnya meningkat
seiring bertambahnya usia, tetapi usia rata-rata terjadinya tergantung pada lokasi geografis
tertentu. Di daerah dengan insiden rendah, HCC terjadi pada pria lanjut usia. Di daerah
dengan insiden yang lebih tinggi, HCC terjadi pada usia yang lebih muda (20-an hingga 30-
an) karena tingginya prevalensi hepatitis B yang didapat secara perinatal. Hepatocellular
carcinoma tiga kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, dan di seluruh dunia,
HCC merupakan keganasan kelima yang paling sering pada pria dan kedelapan yang paling
sering pada wanita.7,17
Hampir semua penyakit hati kronis dapat menjadi predisposisi HCC. Faktor
predisposisi yang paling sering adalah sirosis dengan berbagai penyebab yaitu hepatitis B,
hepatitis C, aflatoksin dan penyakit hati alkoholik yang merupakan penyebab paling sering.
Penyakit hati yang disebabkan oleh obesitas semakin diakui sebagai faktor risiko HCC,
hemokromatosis herediter dan penyakit hati kronis terkait kekebalan tubuh seperti sirosis
bilier primer dan hepatitis autoimun juga memiliki risiko yang sangat tinggi untuk terjadinya
HCC. Risiko tahunan untuk HCC yang berkembang pada sirosis hati diperkirakan 1% sampai
6%. Hepatocellular carcinoma biasanya terjadi rata-rata 10 tahun setelah perkembangan
sirosis hati, dengan kejadian tahunan 1% sampai 3%, tergantung pada penyakit yang
mendasarinya.
17,18
memberikan risiko HCC sendiri, faktor-faktor yang tidak terkait dengan sirosis, seperti
penuaan melalui proses penuaan replikasi, jenis kelamin laki-laki, dan berbagai agen etiologi,
memainkan peran tambahan dan signifikan dalam karsinogenesis hati.18
Pasien dapat datang dengan tanda dan gejala klinis yang berhubungan dengan tumor
atau penyakit hati kronis yang mendasarinya. Manifestasi klinis HCC meliputi nyeri perut
atau rasa tidak nyaman, massa perut yang teraba, hepatomegali, atau gejala nonspesifik
seperti penurunan berat badan, anoreksia, dan malaise yang terkait sebagian dengan penyakit
hati kronis yang mendasarinya. Tanda-tanda klinis lainnya yang sering adalah splenomegali,
ikterus, dan peningkatan asites yang cepat. Tes fungsi hati rutin bervariasi abnormal,
seringkali mencerminkan sirosis yang mendasarinya tanpa pola perubahan yang konsisten.12,18
Beberapa pola makroskopis HCC telah dilaporkan (gambar 3.3). HCC yang timbul
pada hati nonsirosis biasanya tumbuh sebagai satu massa besar, dengan atau tanpa nodul
satelit namun pola ini dapat juga ditemukan pada keadaan sirosis. Tumor yang timbul pada
sirosis seringkali tumbuh sebagai multipel nodul yang lebih kecil (tipe difus) yang mungkin
sulit dibedakan dari latar belakang jaringan hati. Nodul tumor lunak, terwarnai cairan
empedu, atau kuning hingga cokelat, sering tampak beraneka ragam karena fokus perdarahan
dan nekrosis. Nodul tumor yang terpisah dapat mewakili pertumbuhan multisentrik atau dapat
mewakili penyebaran tumor melalui jalur vaskular intrahepatik. Invasi pada vena portal, vena
hepatik, dan saluran empedu dapat ditemukan pada beberapa kasus. Keterlibatan vena kava
inferior, terkadang dengan perluasan ke atrium kanan, dapat ditemukan.17
Gambar 3.3 Gambar makroskopik HCC.A. Gambaran yang bervariasi dan warna kehijauan (karena
adanya empedu) merupakan karakteristik HCC. Nodul satelit sering tampak, B. Pada sirosis hati, nodul HCC
sulit dibedakan dari sirosis, C. Invasi pembuluh darah besar sering terjadi, D. Nodul makroregeneratif pada
sirosis hati dapat dibedakan dari latar belakang sirosis hanya dengan ukurannya yang lebih besar. Nodul
beraneka ragam dengan ukuran yang sama adalah HCC kecil17
Pola pseudoglandular HCC lebih jarang dibandingkan pola trabekular. Varian ini
ditentukan oleh adanya lumen yang mirip kelenjar yaitu, acinar yang dilapisi oleh sel tumor
hepatositik. Struktur acinar dibentuk oleh dilatasi atau perluasan kanalikuli empedu, dan
seringkali mengandung material empedu atau protein. Pola pseudoglandular sering
digabungkan sebagai komponen minor dengan pola trabekula. Pola solid HCC merupakan
varian yang relatif jarang yang ditandai dengan agregat padat sel tumor yang tidak memiliki
trabekula berlapis sel endotel atau cell plate, dan lebih sering terjadi pada poorly
differentiated HCC (gambar 3.4).7
Gambar3.4. Pada HCC tipe solid, sel tumor tersusun dalam lembaran tanpa cell plate atau trabekula.7
Pola macrotrabekular telah dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk, tetapi tidak
ada korelasi klinis lain yang relevan untuk pola pertumbuhan histologis. Pola pertumbuhan
histologis penting untuk dikenali sebagai bagian dari spektrum HCC, tetapi tidak perlu
dijelaskan dalam laporan patologi. Salah satu dari empat pola pertumbuhan dapat dilihat
dalam subtipe HCC tertentu.12
1
Subset dari HCC dapat menunjukkan perubahan seluler yang khas yaitu produksi
empedu, deposit lipofuscin, akumulasi glikogen yang menyebabkan clear cell change, dan
fatty change. Beberapa HCC memiliki dua atau lebih morfologi yang berbeda, yang dapat
memiliki perbedaan dalam pola arsitektur, subtipe morfologi, dan/atau grade tumor.12
Pulasan imunohistokimia dapat membantu membedakan HCC dari tumor lain di hati.
Sebagian besar masalah diagnostik adalah membedakan adenoma dari HCC yang well
differentiated, adenokarsinoma yang poorly differentiated (metastasis atau primer) dari HCC,
dan HCC dari neoplasma primer atau metastasis lainnya. Alpha Fetoprotein (AFP)
merupakan penanda yang cukup spesifik untuk HCC, namun cenderung patchy atau negatif
pada 50% HCC. Pewarnaan AFP biasanya negatif pada HCC kecil yang well
differentiated. Antibodi
2
Antibodi CD10 memiliki tiga pola pewarnaan yaitu hanya kanalikuli, campuran
kanalikuli dan membran sitoplasma, dan hanya membran-sitoplasma. Antibodi CD10
menunjukkan pola pewarnaan kanalikuli yang spesifik pada HCC. Pewarnaan kanalikuli
selalu terletak di antara dua sel dan bukan di dalam sel (gambar 3.7). Sekitar 50-70% kasus
HCC telah dilaporkan positif untuk CD10.19,20
A B
Gambar 3.5. Pulasan CK19 (+) pada HCC (A. IHK 100x, B. IHK 400x).21
bipotensial ini berdiferensiasi menjadi hepatosit atau sel epitel bilier. Namun, ekspresi CK19
hilang dalam hepatosit matur sedangkan pada sel epitel bilier ekspresi CK19 tetap positif.22
Antibodi CK19 adalah penanda vital subtipe proliferatif yang menunjukkan prognosis
buruk pada pasien HCC. Sekitar 10-30% pasien HCC menunjukkan ekspresi CK19.
Hepatocellular carcinoma positif CK19 juga dikenal sebagai HCC bifenotipik yaitu,
memiliki gambaran patologis HCC dan kolangiokarsinoma. Pasien HCC CK19 positif ini
sering menunjukkan outcome yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien HCC CK19-
negatif.22
Gambar 3.6. Tiga pola pewarnaan CD10 pada HCC: pola kanalikuli murni (A), pola membran-
sitoplasma (B), dan pola kanalikuli dan sitoplasma campuran (tidak diperlihatkan). Hanya pola kanalikuli
(murni atau campuran dengan sitoplasma) yang spesifik untuk HCC dan dengan demikian dianggap positif.19
Prognosis pasien dengan HCC terutama terkait dengan beberapa faktor yaitu 1)
Stadium patologis, termasuk terdapat atau tidaknya infiltrasi ke kelenjar getah bening dan
metastasis jauh, 2) Gambaran histologis tertentu, seperti invasi vaskular, adekuasi margin
reseksi bedah (minimal 1 cm), jumlah dan lokasi lesi tumor, terdapat atau tidaknya sirosis,
dan ukuran tumor. Hubungan grade tumor secara histooatologis, atau subtipe histopatologi
HCC dengan prognosis tidak terlalu bermakna.7
Prognosis pasien dengan HCC umumnya buruk, terutama pada HCC stadium lanjut.
Sebagian besar penelitian melaporkan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun <5% pada pasien
HCC simptomatik yang tidak dapat direseksi. Kelangsungan hidup jangka panjang
kemungkinan hanya pada pasien dengan HCC kecil yang tanpa gejala dan dapat diobati
dengan reseksi lengkap, dengan transplantasi hati, atau dengan pengobatan lokoregional yang
memadai termasuk percutaneous radiofrequency ablation atau transarterial
chemoembolization (TACE).12
2
BAB 4
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun yang didiagnosis
histopatologis dengan suspek Gastrointestinal stromal tumor (GIST), LVI (+), high risk.
Anjuran pemeriksaan imunohistokimia C-KIT dan DOG1 untuk konfirmasi diagnosis.
Berdasarkan kepustakaan, GIST dapat terjadi pada usia berapapun namun dengan
insiden puncak GIST terjadi pada dekade ke 6 kehidupan dan dapat terjadi di semua lokasi
saluran gastrointestinal, namun sekitar 54% GIST terjadi pada gaster, 30% di usus halus
(terutama duodenum), 5% di kolon dan rektum, dan sekitar 1% di esofagus. Gastrointestinal
stromal tumor ekstragastrointestinal terjadi terutama di mesenterium, omentum, dan
retroperitoneum yang dapat merupakan metastasis dari primer yang tidak diketahui atau
massa yang bermetastasis dari saluran cerna.12 Pada kasus ini pasien berusia 52 tahun dan
berdasarkan pemeriksaan fisik teraba massa pada regio epigastrium. Pemeriksaan EGD tidak
ditemukan massa pada saluran gastrointestinal dan pada pemeriksaan CT scan didapatkan
bahwa lokasi tumor berada pada epigastrium yang dicurigai sebagai suatu GIST. Pada
pemeriksaan CT scan juga tidak ditemukan massa pada saluran gastrointestinal,hepar, vesica
velea, lien, ginjal, vesika urinaria dan prostat. Pada intraoperasi ditemukan massa tumor pada
bagian atas gaster, hepar dan lien. Jadi, pada pasien ini berdasarkan usia dan lokasi tumor
sesuai untuk GIST dan berdasarkan pemeriksaan CT scan dapat menyingkirkan massa tumor
dari berbagai organ sehingga menyokong diagnosis GIST yang ektragastrointestinal yang
dapat merupakan metastasis dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologi didapatkan proliferasi sel-sel tumor dengan
inti bulat-oval, vesikuler dengan nukleoli ada yang nyata, sitoplasma sebagian eosinofilik,
sebagian terang (clear) yang tersusun membentuk struktur lembaran dan sarang-sarang.
Tampak juga sel-sel tumor yang pleomorfik dengan inti bizzare, adanya giant cell tumor serta
tampak adanya sel tumor yang tersusun membentuk gambaran pseudopapillary. Hal ini sesuai
dengan tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa GIST epitelioid sebagian besar terdiri dari
sel-sel dengan sitoplasma eosinofilik atau jernih yang melimpah, biasanya tersusun dalam
sarang dan lembaran. Inti sel tumor berbentuk bulat dengan kromatin vesikular dan nukleolus
yang bervariasi. Multinucleated giant cells, binucleated cells, atau sel dengan bizarre nuclei
dapat ditemukan.7 Gastrointestinal stromal tumor epitelioid dapat menunjukkan jaringan
tumor yang
2
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan IHK CK7 dan CDX2 yang negatif.
Berdasarkan kepustakaan, jika CK 7 dan CDX2 negatif, maka kemungkinan tumor yang
mungkin adalah hepatocellular carcinoma, karsinoma ginjal, prostat dan squamous cell
carcinoma.1 Pada kasus ini dilanjutkan lagi dengan pemeriksaan HepPar 1 karena sesuai teori
yang menyatakan bahwa jika tumor dengan CK7 dan CDX2 negatif, kemudian dilanjutkan
lagi dengan pemeriksaan IHK HepPar1 dan Prostate Specific Antigen (PSA). Pada kasus ini
tidak dilakukan pemeriksaan IHK PSA karena secara klinik dan radiologi tidak ada mengarah
pada keganasan saluran kemih. Hasil pemeriksaan IHK HepPar1 pada pasien ini adalah
negatif, dan dilanjutkan lagi dengan pemeriksaan IHK CK19 dan CD10 didapatkan hasil
CK19 dan CD10 yang positif, sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan IHK didapatkan
kesimpulan diagnosis lebih mengarah pada Hepatocellular carcinoma, poorly differentiated.
Jaringan ectopic hepar didefinisikan sebagai jaringan hepar yang berada di luar
“mother hepar” tanpa adanya komunikasi dengan“mother hepar”. Ectopic hepar dapat terjadi
di berbagai lokasi baik di abdomen maupun thorax, ectopic hepar ini lebih sering terjadi di
daerah sekitar hepar. Ectopic hepar lebih rentan terhadap hepatokarsinogenesis. Tinjauan
literatur menunjukkan bahwa sekitar 100 kasus ectopic hepar telah dilaporkan dan HCC
terdeteksi pada 28 dari 100 kasus hingga tahun 2011.23
Pasien ini memiliki prognosis yang buruk karena positif terhadap penanda CK19.
Sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pasien HCC CK19 positif sering
menunjukkan outcome yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien HCC CK19 negatif.
Selama perkembangan embrionik, CK19 terdeteksi pada sel progenitor hati primitif pada usia
kehamilan 4-10 minggu. Seiring dengan perkembangan hati janin, sel-sel progenitor
bipotensial ini berdiferensiasi menjadi hepatosit atau sel epitel bilier. Namun, ekspresi CK19
hilang dalam hepatosit hati yang matur dan tetap positif pada sel epitel bilier. Pada hepatosit
matur yang mengalami karsinogenesis menjadi hepatocellular carcinoma, ekspresi CK19 nya
negatif namun jika HCC CK19- mengalami hipoksia maka CK19 akan teraktivasi kembali
sehingga menjadi HCC CK19 positif. Namun sampai saat ini, regulasi ekspresi CK19 pada
HCC masih belum diketahui dengan jelas.22
Perdarahan intraoperasi sebanyak 800 cc dan sebelum masuk ICU, keadaan umum
pasien sedang, kesadaran dibawah pengaruh obat, tekanan darah 110/70 mmHg,nadi
110x/menit, pada pagi hari sehari setelah operasi keadaan pasien memburuk dan mengalami
hypoalbuminemia dan hipovolemi lalu masih pasien direncanakan untuk transfusi darah 3
unit dan albumin 25% dan pada pukul 22.30 sehari setelah operasi kesadaran pasien coma,
tekanan darah tidak terukur, detak jantung tidak terukur, kemudian pasien dinyatakan
meninggal dunia.
2
BAB 5
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan keluhan utama
benjolan di perut sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan radiologi didiagnosis sebagai GIST. Berdasarkan pemeriksaan
histopatologi, pasien didiagnosis dengan GIST. Berdasarkan pemeriksaan IHK pasien
didiagnosis sebagai hepatocellular carcinoma, poorly differentiated.
Hepatocellular carcinoma pada pasien ini diasumsikan berasal dari ectopic hepar.
Pemeriksaan panel IHK sangat penting untuk menentukan origin pada kasus CUP.
2
DAFTAR PUSTAKA
7. Odze RD,Goldblum JR. Surgical Pathology of The GI Tract, Liver, Billiary Tract and
Pnacreas 3th ed.Elsevier.2009.China
10. Editors S, Bomanji JB, Gnanasegaran G, Fanti S, Macapinlac HA. PET / CT in Cancer
of Unknown Primary.
11. Novelli M, Rossi S, Rodriguez-Justo M, et al. DOG1 and CD117 are the antibodies
of choice in the diagnosis of gastrointestinal stromal tumours. Histopathology.
2010;57(2):259-270.
26
12. Misdraji J, Carr NJ PR. WHO Classification of Digestive system tumours. WHO Classif
Tumours Editor Board. Published online 2019:307-309.
16. Alshareeda AT, Al-Sowayan BS, Alkharji RR, Aldosari SM, Al subayyil AM,
Alghuwainem A. Cancer of unknown primary site: Real entity or misdiagnosed
disease? J Cancer. 2020;11(13):3919-3931.
21. Xin-RongYang, Xu Y, Shi GM, et al. Cytokeratin 10 and cytokeratin 19: Predictive
markers for poor prognosis in hepatocellular carcinoma patients after curative
resection. Clin Cancer Res. 2008;14(12):3850-3859.
22. Zhuo JY, Lu D, Tan WY, Zheng S Sen, Shen YQ, Xu X. CK19-positive hepatocellular
carcinoma is a characteristic subtype. J Cancer. 2020;11(17):5069-5077.
27
28