Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

PERBAIKAN TANAH DASAR MENGGUNAKAN


MATERIAL LOKAL ALAM (DOMATO) DARI
QUARRY TALAUD

Disusun oleh:
DECY RAHMADILA HIPPY
NIM: 17 013 044

POLITEKNIK NEGERI MANADO


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D-IV
TEKNIK KONSTRUKSI JALAN & JEMBATAN
MANADO
2021
i

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perbaikan Tanah dasar Menggunakan
Domato dari Quarry Talaud” dengan lancar.
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknik Konstruksi Jalan dan
Jembatan Politeknik Negeri Manado.
Sehubungan dengan penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari
dukungan, motivasi, arahan dan bimbingan dari semua pihak secara moril maupun
materil, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Maryke Alelo, MBA selaku Direktur Politeknik Negeri Manado
2. Seska Nicolaas, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Manado.
3. Dr.Reiner W. Tampi, SST., MT selaku Ketua Program Studi Teknik
Konstruksi Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Manado.
4. Sudarno, ST. MT selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Teknik Konstruksi
Jalan dan Jembatan
5. Dr. Reiner W. Tampi, SST., MT Selaku Dosen Pembimbing I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi arahan dan masukan
selama penyusunan skripsi.
6. Dr. Don R.G Kabo, SST., MT Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan
selama penyusunan skripsi.
7. Ferry Sondakh, ST., MT Selaku Kepala Laboratorium Tanah
Politeknik Negeri Manado.
8. Bapak Sutikno Selaku Staf Laboratorium Tanah Politeknik Negeri
Manado yang selalu memberikan saya arahan di Laboratorium.
9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Manado.
10. Mama, Papa, adik nazar yang selalu memberikan topangan Doa dan
serta dana serta semangat dalam penulisan menyelesaikan Skripsi ini.
11. Terima kasih juga kepada yang terkasih Rizaldy Aditya Manoppo yang
selalu memberikan dukungan serta membantu saya dalam penyusunan
skripsi ini.
12. Teman-teman yang menjadi tempat bertukar ide dan saling membantu
serta memberikan semangat : Nuriah, Novita, Tasya, Ros, Hosea,
Retla, Febri.
13. Angkatan 2017 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado,
Khususnya Program Studi Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan (D4)
ii

14. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan Skripsi ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan. Tentunya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakan tugas akhir ini.

Manado, July 2021


Penulis

Decy R Hippy
Nim. 17 013 044
iii

ABSTRAK
Decy Rahmadila Hippy. 2021. Perbaikan Tanah Dasar
Menggunakan Material Alam Lokal (Domato) dari Quarry Talaud –
dibimbing oleh Dr.Reiner Tampi,SST., MT & DR. Don.R.G Kabo, SST.,
MT

Jalan yang rusak dan berlubang sering di akibatkan oleh kondisi


tanah dasar yang tidak baik, jenis tanah dasar lempung tidak mampu
menahan berat beban yang bekerja di atasnya, menyebabkan struktur jalan
perkerasan jalan menjadi rusak. Stabilisasi tanah adalah salah satu cara
untuk menangani subgrade yang kurang baik stabilisasi dapat di lakukan
dengan cara di padatkan atau mencampurkan bahan lain yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pencampuran domato terhadap tanah TPA Pandu
yang bersifat lempung di lihat dari peningkatan nilai CBR ( California
Bearing Ratio) tanah lempung setelah di stabilisasi dengan domato.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium uji tanah Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado dan menggunakan metode
eksperimental dengan cara menstabilisasi tanah yang ada dengan bahan
tambah pasir dengan variasi penambahan 10%, 15%,20% serta pengujian
yang mengacu pada standard ASTM (American Society For Testing and
Materials), AASHTO (American Association Of State Highway and
Transporting Officials). Sampel tanah pengujian berasal dari sampel tanah
TPA Pandu dan Domato berasal dari Kepulauan Talaud Sulawesi Utara.
Setelah dilakukan pengujian didapat nilai CBR tanah asli sebesar
3,70% tanpa dicampur dengan domato. Kemudian setelah di stabilisasi
menggunakan domato dengan variasi campuran 10% didapat nilai CBR
5,20% dan variasi campuran domato 15% didapat nilai CBR sebesar
11,80%, dan yang terakhir variasi 20% didapat nilai CBR sebesar 15,50%.
iv

Setelah dilihat dari hasil pengujian dapat diketahui domato berpengaruh


besar terhadap peningkatan nilai CBR.
Kata kunci: Stabilisasi Tanah, Domato, Nilai CBR
ABSTRACT
Decy Rahmadila Hippy. 2021. Subgrade Improvement Using Local Material
Domato from Quarry Talaud – supervised by Dr.Reiner W Tampi,SST., MT &
DR. Don.R.G Kabo, SST., MT

Damaged roads and potholes are often caused by poor subgrade conditions, the
type of clay subgrade is not able to withstand the weight of the load acting on it,
causing the structure of the road pavement to be damaged. Soil stabilization is one
way to deal with subgrades that are not good, stabilization can be done by
compacting or mixing other materials that can improve soil properties.
This study aims to see and find out how the effect of mixing domato on the soil of
Pandu TPA which is clay based on the increase in the CBR (California Bearing
Ratio) value of clay after stabilization with domato.
This research was carried out in the soil testing laboratory of the Civil
Engineering Department of the Manado State Polytechnic and used an
experimental method by stabilizing the existing soil with sand added with
variations of 10%, 15%, 20% addition and testing that refers to the ASTM
(American Society For Testing) standard. and Materials), AASHTO (American
Association Of State Highway and Transporting Officials). The soil samples for
the test were taken from the Pandu and Domato TPA soil samples from the Talaud
Islands, North Sulawesi.
After testing, the original soil CBR value was 3.70% without being mixed with
domato. Then after being stabilized using domato with a mixed variation of 10%,
the CBR value of 5.20% was obtained and the mixed variation of 15% of domato
obtained a CBR value of 11.80%, and the last variation of 20% obtained a CBR
value of 15.50%. After being seen from the test results, it can be seen that domato
has a major effect on increasing the CBR value.

Keywords: Soil Stabilization, Domato, CBR . Value


v
vi

DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR ISTILAH.................................................................................................x
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian............................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................3
1.5 Batasan masalah.............................................................................................4
1.6 Sistematika penulisan.....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1 Landasan Teori..........................................................................................6
2.2 Klasifikasi tanah........................................................................................6
2.2.1 Klasifikasi Tanah Sistem USCS (Unified Soil Classification
System) 7
2.2.2 Klasifikasi Tanah AASHTO.............................................................8
2.3 Tanah Lempung.......................................................................................10
2.4 Domato....................................................................................................10
2.5 Stabilitas tanah........................................................................................11
2.6 Pengujian Lab..........................................................................................12
2.6.1 Uji kadar air.....................................................................................12
2.6.2 Pemeriksaan berat isi.......................................................................12
2.6.3 Penentuan berat jenis tanah (Spesific Gravitty – GS)......................13
2.6.4 Pemeriksaan batas-batas atterberg...................................................15
2.6.5 Analisa ayakan ( sieve analysis)......................................................16
2.6.6 Geser langsung (direct shear)..........................................................16
2.6.7 Analisa hydrometer (hydrometer analysis)......................................17
vii

2.6.8 Pengujian pemadatan tanah..............................................................18


2.6.9 Pemeriksaan batas – batas Atterberg...............................................18
2.6.10 Pengujian kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strenght). . .19
2.6.11 Pemadatan tanah (soil compaction)................................................19
2.6.12 California Bearing Ratio (CBR)......................................................21
2.7 Peneltian Relevan.........................................................................................22
BAB III..................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................23
3.1 Metode Dan Jenis Penelitian...................................................................23
3.2 Metode Penelitian....................................................................................23
3.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................................23
3.6 Perencanaan Campuran...........................................................................27
3.7 Pengujian Laboratorium..........................................................................27
3.7.1 Kadar air...........................................................................................27
3.7.2 Berat isi tanah...................................................................................30
3.7.3 Berat Jenis Tanah (specific Gravity –Gs)........................................32
3.7.4 Analisa Ayakan................................................................................37
3.7.5 Pengujian Hidrometer......................................................................39
3.7.6 Batas-batas Atterberg.......................................................................44
3.7.7 Geser langsung (Direct Shear).........................................................47
3.7.8 Percobaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strenght)50
3.7. 9 Pemadatan (Compaction)..................................................................53
3.7. 10 CBR (California Bearing Ratio).....................................................57
BAB IV..................................................................................................................63
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................63
4.1 Lokasi Pengambilan Sampel...................................................................63
4.2 Karakteristik Tanah TPA Pandu..............................................................63
BAB V....................................................................................................................72
PENUTUP..............................................................................................................72
5.1 Kesimpulan...................................................................................................72
5.2 Saran.............................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii

DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir................................................7
Tabel 2 Klasifikasi tanah menurut unified system (Bowles, 1991)........................8
Tabel 3 Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO Sumber: AASHTO, 1929...............9
Tabel 4 jenis-jenis tanah lempung........................................................................10
Tabel 5 Faktor koreksi terhadap suhu...................................................................15
Tabel 6 Berat jenis tanah.......................................................................................15
Tabel 7 Alternatif pengujian di Laboratorium......................................................21
Tabel 8 Hasil pengujian tanah...............................................................................63
Tabel 9 pemadatan tiap variasi campuran.............................................................65
ix

DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 Bagan Flow Chart Penelitian Eksperimental.......................................24
Gambar 2 pengambilan tanah TPA (pandu).........................................................25
Gambar 3 proses penjemuran material..................................................................25
Gambar 4 proses penyaringan material menggunakan ayakan no.4.....................25
Gambar 5 pengambilan domato............................................................................26
Gambar 6 proses penjemuran domato...................................................................26
Gambar 7 penyaringan material domato menggunakan ayakan no 4...................26
Gambar 8 cawan dan benda uji di timbang...........................................................28
Gambar 9 benda uji di dalam oven.......................................................................28
Gambar 10 benda uji kering yang di timbang.......................................................29
Gambar 11 oven....................................................................................................29
Gambar 12 timbangan...........................................................................................30
Gambar 13 jangka sorong.....................................................................................30
Gambar 14 peralatan uji berat isi..........................................................................31
Gambar 15 pengujian berat isi..............................................................................31
Gambar 16 timbangan ring + tanah.......................................................................32
Gambar 17 piknometer di isi air suling.................................................................32
Gambar 18 benda uji di vakum.............................................................................33
Gambar 19 peralatan berat jenis............................................................................34
Gambar 20 piknometer yang di timbang...............................................................35
Gambar 21 sampel + air suling + tanah................................................................36
Gambar 22 piknometer di isi air suling.................................................................36
Gambar 23 1 set saringan No 4 sampai No 200....................................................37
Gambar 24 pengujian analisa saringan.................................................................38
Gambar 25 saringan No 10 sampai No 200..........................................................39
Gambar 26 proses menghaluskan sodium hexametaphosphate............................40
Gambar 27 alat mixer............................................................................................40
Gambar 28 soil hidrometer...................................................................................41
Gambar 29 benda uji di campur menggunakan mixer..........................................42
Gambar 30 benda uji di masukan dan di kocok dalam tabung kaca.....................42
x

Gambar 31 perendaman hidrometer dalam tabung kaca.......................................43


Gambar 32 peralatan pengujian atterberg.............................................................44
Gambar 33 meratakan tanah.................................................................................46
Gambar 34 pengujian batas-batas atterberg..........................................................47
Gambar 35 alat-alat geser langsung......................................................................48
Gambar 36 geser langsung....................................................................................48
Gambar 37 pengujian geser langsung...................................................................50
Gambar 38 alat pengujian kuat tekan bebas..........................................................51
Gambar 39 pengujian kuat tekan bebas................................................................52
Gambar 40 pembacaan kuat tekan........................................................................53
Gambar 41 peralatan pemadatan...........................................................................54
Gambar 42 tumbukkan compaction......................................................................55
Gambar 43 pemadatan tanah modified.................................................................56
Gambar 44 peralatan pengujian CBR...................................................................57
Gambar 45 pemadatan CBR.................................................................................60
Gambar 46 Pengujian CBR Laboratorium............................................................62
Gambar 47 Peta Lokasi Pengambilan Sampel......................................................63
Gambar 48 grafik analisa ukuran butir.................................................................64
Gambar 49 Analisa Hidrometer............................................................................65
Gambar 50 Grafik hubungan berat isi kering........................................................66
Gambar 51 Grafik hubungan kadar air optimum..................................................66
Gambar 52 Grafik hubungan CBR 15x tumbukan................................................67
Gambar 53 Grafik hubungan CBR 35x tumbukan di tiap variasi.........................68
Gambar 54 Grafik hubungan CBR 56x tumbukan di tiap variasi.........................68
Gambar 55 Grafik CBR desain tanah asli.............................................................69
Gambar 56 Grafik desain CBR Tanah + 10% campuran......................................69
Gambar 57 Grafik desain CBR Tanah + 15% campuran......................................70
Gambar 58 desain CBR tanah + 20% campuran...................................................70
Gambar 59 CBR design penambahan dumato 15% dan 20%...............................70
xi

DAFTAR ISTILAH
% Persen
AASHTO american association of state highway and transportation officiall
ASTM american standard testing material
CDH California Division of Highway
USCS unified soil classification system
BI British Standart
SNI Standar Nasional Indonesia
Quarry Tempat Pengambilan Material
CBR Californian bearing ratio
Gs Berat Jenis Tanah
ω Kadar Air
γwet Berat isi tanah basah
γdry Berat isi tanah kering
PL (plastic limit)
LL (liquid limit)
IP Indeks Plastis
ZAVC (zero air voids curve)
Zc Koreksi terhadap nol hydrometer
CaCO3 Mineral kalsit
CaMg Dolomit
MGCO3 Magnesit
FeCO3 Sediret
TPA Tempat Pembuangan Akhir
ODR Oven Drying Method
Undisturb Tidak Terganggu
UCS Unconfined Compressive Strength
Caliper Jangka Sorong
Casagrande Alat Penguji Batas Cair
Ekstruder Alat pengeluar benda uji tanah
Mould Cetakan Tanah
Spacer Disk Piringan Pemisah
xii

Load Ring Cincin Bermuatan


Direct Shear Geser Langsung
Sieve Shaker Mesin Penggetar Ayakan
Grooving Tool Alat Pembuat Alur
Proving Ring Cincin Beban
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang di


buat oleh manusia dengan bentuk, ukuran dan jenis konstruksi tertentu,
sehingga dapat di gunakan untuk menyalurkan lalu lintas kendaraan
sebagai contoh mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya agar lebih cepat dan mudah.
Tanah adalah lapisan dasar perletakan suatu struktur konstruksi
harus mempunyai sifat dan daya dukung yang baik, oleh karena itu
kekuatan struktur secara langsung akan di pengaruhi oleh kemampuan
tanah dasar dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja, tidak
semua jenis tanah mempunyai sifat dan daya dukung yang baik karena
tanah bersifat heterogen dan anisotropis. Tanah di definisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat atau butiran mineral-mineral padat yang
tidak tersementasi (terkait secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk yang berpatikel padat disertai dengan zat cair
dan gas. Tanah lempung (clay), merupakan partikel mineral yang
berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. partikel-partikel ini merupakan
sumber utama dari kohesi pada tanah kohesif (Bowles 1989)
Kondisi tanah yang berada di lapangan di ruas jalan terdapat
beberapa titik kondisi jalan yang rusak dan berlubang sehingga hal ini
sering di akibatkan oleh kondisi tanah dasar yang tidak baik, sebagai
contohnya jenis tanah dasar lempung tidak mampu tanah dasar dalam
menahan berat beban yang bekerja di atasnya, menyebabkan struktur jalan
perkerasan jalan menjadi rusak. Untuk mengantisipasi kelemahan dari
tanah dasar dalam keadaan asli yang biasanya kandungan mineralnya
sangat bervariasi mengakibatkan tanah tersebut tidak dapat langsung di
2

pakai sebagai lapisan dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu
dipersiapkan dengan secara baik antara lain dengan perbaikan tanah.
Stabilisasi tanah adalah salah satu cara untuk menangani subgrade
yang kurang baik stabilisasi dapat di lakukan dengan cara di padatkan atau
mencampurkan bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah. Ada
beberapa cara untuk meningkatkan nilai keteknikan dari tanah lempung,
salah satunya adalah dengan cara stabilisasi. Stabilisasi tanah dapat terdiri
dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan mekanis, dengan bahan
pencampur (admixture) tertentu (Bowles, 1989). Perkembangan ilmu dan
teknologi perkerasan jalan memungkinkan untuk menggunakan bahan
penambah material Domato dari Quarry Talaud.
Domato/ batu gamping merupakan bagian dari batuan karbonat
yang disusun oleh dominan mineral karbonat (Kusumadunata,1983).
Domato/batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klasik dan
batu gamping klasik. Batu gamping non-klasik, merupakan koloni dari
binatang laut antara lain Coelentrata, Moluska, Protozoa, dan
Foraminifera atau batu gamping ini sering juga disebut batu gamping
koral karena penyusutan utamanya adalah koral.
Uraian di atas melatarbelakangi masalah penelitian yang dituangkan dalam
tulisan skripsi dengan judul :
“Perbaikan Tanah Dasar Menggunakan Material Alam Lokal
(Domato) Dari Quarry Talaud”
3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian dengan judul tersebut diatas


diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan tanah domato terhadap
karakteristik daya dukung tanah lempung?
2. Berapa besar nilai daya dukung tanah lempung setelah dicampur
dengan tanah domato ditinjau dari nilai CBR?
3. Apakah ada hubungan penambahan tanah domato ditinjau dari nilai
CBR?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengetahui pengaruh penambahan tanah domato terhadap
karakteristik daya dukung tanah dasar.
2. Mengetahui daya dukung tanah lempung setelah dicampur dengan
tanah domato ditinjau dari nilai CBR.
3. Mengetahui apakah terdapat penambahan tanah domato ditinjau dari
nilai CBR.

1.4 Manfaat penelitian

Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang di jelaskan di atas, di


harapkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat menjadi bahan acuan dengan menggunakan domato sebagai
bahan stabilisasi tanah lempung sebagai material subgrade pada
perkerasan jalan.
2. Dengan adanya hasil dari penelitian ini, dapat menjadi masukkan
kepada masyarakat sekitar serta pemangku kebijakan dibidang jasa
konstruksi tentang tanah domato.
3. Jika domato bisa dijadikan sebagai bahan material stabilisasi maka
masyarakat penduduk sekitar wilayah Talaud bisa menggunakan
4

domato sebagai bahan tambah tanpa perlu mencari bahan tambah


dari luar pulau Talaud.

1.5 Batasan masalah

Agar tidak terjadi perluasan masalah, maka hal-hal yang akan


dibahas pada penelitian ini difokuskan pada :
1. Studi eksperimental yang dilakukan di laboratorium Politeknik
Negeri Manado.
2. Tanah yang digunakan adalah tanah lempung di Tempat
Pembuangan Akhir Kelurahan Pandu Manado.
3. Bahan tambah untuk stabilisasi yaitu tanah Domato dari Talaud
dengan variasi 10% 15% dan 20% penambahan terhadap berat isi
kering tanah lempung.
4. Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.

1.6 Sistematika penulisan

Untuk mengarahkan penulisan, maka tulisan ilmiah ini disusun


dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang menjadi
pijakan penelitian, berupa laporan penelitian yang pernah
dilakukan para penelitian sebelumnya sehubungan dengan
stabilisasi tanah dan domato. Selain itu juga, buku referensi
lainnya berupa : buku jurnal ilmiah yang berhubungan
dengan topik-topik bahasan.
BAB III METODOLOGI
5

Bab ini memuat tentang metode-metode pengujian


laboratorium yang digunakan di dalam pengumpulan data uji
material.

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA


Bab ini berisi tentang Analisa data dan hasil, guna menjawab
permasalahan dan tujuan dari penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil akhir yang didapat
pada pengujian yang dilakukan, serta saran untuk penelitian
selanjutnya.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Menurut (Das 1995) tanah di definisikan sebagai material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organis yang telah melapuk (yang
berpatikel padat) di sertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Menurut (Wesley, 2012) menjelaskan bahwa pada umumnya semua jenis
tanah terdiri dari tiga bahan seperti butiran tanahnya sendiri, juga air dan udara
yang terdapat dalam rongga butiran. Rongga ini di sebut juga pori (voids).
Secara khusus dalam mekanika tanah, tanah di bentuk oleh pelapukan dari
batuan akibat pengaruh fisika dan kimia. Pelapukan dari fisika ialah terjadinya
akibat pembasahan dan pengeringan yang terus menerus yang mengakibatkan
batuan-batuan yang hancur sehingga menjadi pasir dan kerikil. Pelapukan kimia
ialah proses yang terjadi perubahan mineral yang terkandung dalam batuan seiring
berjalannya waktu di mana mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis
mineral yang baru yang bersifat sangat berbeda dengan sifat mineral yang awal.
2.2 Klasifikasi tanah

Menurut (Wesley 2012) bahwa yang di maksud dengan klasifikasi tanah


adalah memberikan nama pada sifat atau “hakikat” nya (intrincis properties),
merupakan komposisi dari sifat tanah sendiri tanpa memperhatikan keadaan
aslinya di lapangan.
Klasifikasi tanah secara umum ialah pengelompokan berbagai jenis tanah
ke dalam kelompok yang sesuai dengan sifat teknik dan karakteristiknya. System
klasifikasi tanah adalah suatu sistem yang mengatur jenis-jenis tanah yang
berbeda-beda akan tetapi juga mempunyai sifat-sifat yang serupa dalam
kelompok-kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya dengan
adanya sistem klasifikasi ini akan menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum
tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang rinci. Klasifikasi pada
umumnya di dasarkan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi
ukuran butiran dan plastisitas. Ada dua system klasifikasi yang pada umumnya
7

sering digunakan yaitu USCS (Unified Soil Classification System) atau system
klasifikasi satuan dan AASHTO (American Association Of State Highway and
Transportation Officials). Berikut adalah beberapa klasifikasi tanah berdasarkan
ukuran butir, bisa di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir

Sumber: Das, 1995


2.2.1 Klasifikasi Tanah Sistem USCS (Unified Soil Classification System)
a. Tanah butir kasar (coarse-grained-soil)
Merupakan tanah yang lebih 50% bahannya tertahan pada ayakan No. 200.
Tanah butir kasar terbagi atas kerikil dengan simbol G (gravel) dan pasir
dengan symbol (sand).
b. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil)
Tanah berbutir halus adalah tanah yang lebih dari 50% total berat sampel
tanah yang lolos saringan No. 200. Simbol dari grup ini di mulai dengan
huruf awal M untuk lanau organik C untuk tanah liat anorganik dan O untuk
tanah liat organik dan tanah liat anorganik. Kode PT di gunakan untuk
gambut, lumpur dan tanah lainnya dengan kandungan organic tinggi
plastisitas di nyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk
plastisitas tinggi.
Adapun simbol-simbol lain yang di gunakan dalam klasifikasi tanah ini ialah :
C : Lempung (clay)
S : Pasir (sand)
G : Kerikil (gravel)
P : Gradasi Buruk (poorly-graded)
8

O : Lanau atau Lempung Organic (organic sil or clay)


M : Lanau (silt)
W : Gradasi baik (well-graded)
Pt : Tanah Gambut dan Tanah Organic Tinggi (peat and highly
organic
Soil)
H : Plastisitas Tinggi (high-plasticity)
L : Plastisitas Rendah (low-plasticity)

Tabel 2 Klasifikasi Tanah Menurut Unified System (Bowles, 1991).


Jens tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Gradasi Baik W
Kerikil G
Gradasi Buruk P
Berlanau M
Pasir S
Berlempung C
Lanau M
Lempung C W1 < 50% L
Organik O W1 > 50% H
Gambut Pt -
Sumber: Bowles, 1989
2.2.2 Klasifikasi Tanah AASHTO
Sistem klasifikasi tanah AASHTO di kembangkan sejak tahun 1929
adalah sistem yang biasa di gunakan untuk keperluan jalan raya. Sistem ini
membagi tanah menjadi tujuh kelompok besar yaitu A-1 sampai dengan A-7.tanah
di klasifikasikan berdasarkan persentase jumlah butiran tanah yang lolos saringan
No. 200 dan nilai batas Atterberg (PI dan LL).
Menurut Bowles,1984 tanah dalam tiap kelompoknya di evaluasi terhadap indeks
kelompoknya yang di hitung dengan rumus sempiris. Pengujian yang di lakukan
hanya analisis saringan dan batas-batas Atterberg. Komponen khas dalam
kelompok A-1 adalah campuran bertingkat dari kerikil, pasir kasar, pasir halus,
dan pengikat dengan plastisitas sangat sedikit atau tidak sama sekali (Ip ≤ 6).
Kelompok A-3 terdiri dari campuran pasir halus bergradasi halus, dengan
9

sebagian kecil pasir dan kerikil kasar, dan bagian lanau yang merupakan bahan
non-plastik yang keluar dari saringan No. 200. Grup A-2 juga merupakan bahan
granular tetapi mengandung sejumlah besar zat yang melebihi filter No. 200 (tidak
lebih dari 35 persen). Zat ini di temukan di antara zat-zat dalam kelompok A-1
dan A-3, dan bahan tanah liat dari kelompok A-4 hingga A-7. Kelompok A-4
hingga A-7 adalah berbutir halus yang mengandung lebih dari 35 persen dari filter
pas material No. 200. Klasifikasi tanah menurut AASHTO ditunjukkan pada
Tabel 2.3.

Tabel 3. Klasifikasi Tanah Menurut AASHTO

Sumber: AASHTO, 1929


10
11

2.3 Tanah Lempung

Menurut (Das, 1985) Lempung (clay) ialah bagian dari tanah yang
sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat
dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk
lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika mineral-
mineral lempung (clay minerals) dan mineral yang sangat halus. Selanjutnya
menurut (Darwis 2017), mengatakan bahwa tanah lempung terbentuk karena
adanya pelapukan akibat dari reaksi kimia yang membentuk susunan kelompok
partikel yang berukuran koloid berdiameter yang lebih kecil dari 0.002 mm dan
partikel dari lempung tersebut membentuk lembaran (sheet) dan memiliki bidang
permukaan khusus (specific surface).
Tanah lempung juga dapat di klasifikasikan menurut kadar air (Braja M. Das,
1985) terdapat pada tabel 2.4
Tabel 4. Jenis-Jenis Tanah Lempung
Tanah Tipe Lempung Kadar Air, W(%)

Kaku 21
Lembek 30 – 50
Lunak 90 – 120
Sumber: (Braja M Das, 1985)
2.4 Domato

Domato (batu gamping) merupakan bagian dari batuan karbonat yang di


susun oleh dominan mineral karbonat (Kusumadinata,1983). Domato (batu
gamping) itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klasik merupakan koloni dari
binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera
atau batu gamping ini sering juga di sebut batu gamping. Koral karena
penyusunan utamanya adalah koral, sedangkan batu gamping klasik merupakan
hasil rombakan jenis batu gamping non-klasik melalui proses erosi oleh air,
transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi. Penyusunan utama batu gamping
adalah mineral kalsit (CaCO3), sedangkan mineral karbonat lain yang dapat hadir
adalah dolomit (Ca Mg (CO3)2), aragonite (CaCO3), kalsit yang kaya akan
magnesit (MGCO3) dan sediret (FeCO3). Mineral lain dapat juga hadir sebagai
12

mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan seperti mineral magnesit,
lempung dan pasir. Kehadiran mineral pengotor tersebut dapat menjadi dasar
pengklasifikasian batu gamping.
2.5 Stabilitas tanah

Stabilisasi tanah ialah pencampuran tanah dengan bahan-bahan tertentu


guna untuk memperbaiki sifat-sifat teknis tanah salah satunya bisa mencampurkan
bahan-bahan tertentu. Tidak semua jenis tanah memiliki daya dukung yang baik
salah satunya tanah lempung karena tanah lempung merupakan jenis tanah dengan
kondisi daya dukung yang rendah dan kembang susut yang besar hal ini
menjadikan tanah lempung sebagai material yang kurang baik dalam suatu
pekerjaan konstruksi sifat kembang susut tanah lempung dapat mengakibatkan
retak pada perkerasan jalan raya.
Dalam pembangunan perkerasan jalan stabilisasi tanah di definisikan
sebagai perbaikan material jalan lokal yang ada dengan cara stabilisasi mekanis
atau dengan menambahkan suatu bahan tambah (additive) ke dalam tanah agar
bisa memperoleh gradasi yang sesuai di inginkan. Stabilisasi tanah dapat di
lakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah/murah sampai dengan
yang secara ekonomi mahal seperti mencampur tanah dengan semen, kapur,
bahkan abu terbang, dan material lainnya.
Dalam suatu proyek landasan kerja untuk alat berat membutuhkan
permukaan jalan yang kuat maka dari itu apabila kondisi tanah dilokasi proyek
tidak memenuhi syarat, maka di butuhkan penanganan tanah (stabilisasi tanah)
terlebih dahulu agar kondisi tanah mempunyai daya dukung yang baik dan cukup
dalam mempengaruhi persyaratan.
Pada umumnya stabilisasi tanah dapat di lakukan dalam 2 cara yaitu :
1. Stabilisasi Mekanis
Stabilisasi mekanis merupakan perbaikan tanah dengan usaha pemaksaan terhadap
perubahan masa tanah melalui penggunaan pemadatan tanah dan sebagainya.
2. Stabilisasi kimiawi
Stabilisasi kimiawi merupakan perbaikan tanah dengan menambahkan suatu
bahan kimia yang mempunyai sifat khusus yang dapat membantu mendapatkan
13

suatu massa tanah yang lebih stabil contohnya pencampuran semen, kapur, dan
sebagainya.
Menurut (Grim,1992) mendefinisikan tanah lempung sebagai tanah yang terdiri
dari partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam
kondisi basah.
2.6 Pengujian Lab

Pengujian laboratorium memiliki tujuan agar bisa mengetahui sifat fisis


maupun sifat mekanis dari material yang di uji, dalam hal ini yaitu adalah tanah
lempung dari TPA Pandu dan Domato dari Talaud. Pengujian yang akan di
lakukan antara lain : uji kadar air, pemeriksaan berat isi, analisa ayakan, Atterberg
Limit, geser langsung, pemadatan tanah, California Bearing Ratio (CBR), dan uji
kuat tekan bebas.
2.6.1 Uji kadar air
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya di
nyatakan dengan berat kering (Sutanto, 2005). Yang di maksud dengan kadar air
tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam masa tanah
terhadap berat butiran padat (tanah kering), dan di nyatakan dengan persen.
Percobaan ini di lakukan dengan menggunakan metode kering oven (Oven Drying
Method),dimana benda uji di panaskan pada suhu 110 ± 5˚C, selama 16 sampai
dengan 24 jam. Kadar air dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :

W w W 2−W 3
ω = = × 100%........................................................................(1)
W s W 3−W 1
dimana: ω = kadar air
Ww = berat air
Ws = berat benda uji (tanah kering)
W1 = berat cawan
W2 = berat benda uji (tanah basah + cawan)
W3 = berat benda uji (tanah kering+ cawan)
2.6.2 Pemeriksaan berat isi
Seperti halnya pengujian kadar air tanah, berat isi tanah juga merupakan
parameter yang penting untuk di lakukan secara bersamaan dalam pengujian di
14

laboratorium. Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), resolusi berat isi tanah
adalah berat dalam kepadatan kering di bagi dengan volume tanah, di nyatakan
dalam gr/cm³. Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik dengan titik
lainnya karena perbedaan bahan baku organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,
jenis fauna, dan kadar air tanah (Agus et al. 2006). Percobaan ini menggunakan
metode rol tipis yang di masukkan ke tanah (drive cylinder method), sehingga
tidak dapat di lakukan pada jenis tanah berpasir atau banyak kerikil. Berat isi
basah dapat idi hitung dengan rumus :
W 2−W 1
γwet = (gram/cm³)..............................................................................(2)
V
Sedangkan berat isi tanah kering dapat di hitung dengan formula berikut:
Ywet
γdry = ( ) (gram/cm³) ....................................................................................(3)
V
dimana: γwet = berat isi tanah basah (gr/cm³)
γdry = berat isi tanah kering (gr/cm³)
w = kadar air
W1 = berat ring (gr)
W2 = berat ring + tanah (gr)
V = Volume ring (cm³)
2.6.3 Penentuan berat jenis tanah (Spesific Gravitty – GS)
Pengujian ini di maksudkan untuk menentukan berat jenis tanah dengan
ukuran butiran tanah yang lolos ayakan no.4 atau 4,75 mm, dengan menggunakan
piknometer.
Karena yang di perlukan berat jenis dari butiran tanah yang tertahan di
ayakan no,4 maka pemeriksaan berat jenis harus di lakukan menurut pemeriksaan
berat jenis dan penyerapan agregat kasar (AASHTO T-85-74/ ASTM C-127-68).
Apabila nilai berat jenis akan di gunakan dalam perhitungan pada percobaan
hidrometer, maka benda uji yang di pakai adalah yang lolos ayakan no.10 atau
2,00 mm. Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah
dengan berat air yang mempunyai volume sama pada suhu tertentu. Berat jenis
tanah di perlukan untuk menghitung index properties tanah (yaitu: angka pori ,
berat isi tanah, derajat kejenuhan, dan karakteristik pemampatan), dan sifat-sifat
penting tanah lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis tanah (Gs) dapat pula di
15

tentukan sifat tanah secara umum, misalnya tanah organis mempunyai berat jenis
yang kecil, sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya, seperti besi, di
tunjukkan dari berat jenis tanah yang besar.
Dalam prosedur perhitungan, ada beberapa bagian perhitungan yang harus di
lakukan, yaitu:
 Kalibrasi Piknometer
- Piknometer di bersihkan, di keringkan, dan di timbang dengan tutupnya,
lalu catat beratnya, (W1)
- Isi piknometer dengan air suling dan masukkan ke dalam bak pengatur
suhu, pada suhu 28˚C.
- Setelah isi botol (piknometer) mencapai suhu 28˚C, pasang kembali
tutupnya, lalu bagian luar piknometer di keringkan, kemudian piknometer – tutup
– isinya di timbang (W₂₅).
Dari nilai W₂₅ yang di tentukan, susunlah tabel harga W ₄ dalam suatu urutan
suhu kira-kira antara 18˚C sampai dengan 31˚ di mana harga W ₄ di hitung dengan
rumus berikut :
W₄ = W₂₅ × K ........................................................................................(4)
Dimana : W₄ = Berat piknometer + air + tutup setelah di koreksi
: W₂₅ = Berat piknometer + air + tutup pada suhu 25˚C
: K = Faktor koreksi terhadap suhu (lihat tabel 2.5)
 Hitung berat jenis dengan rumus sebagai berikut :
(w 2−w 1)
Gₛ = .................................................................(5)
( w ¿ ¿ 4−w1)−(w ¿ ¿ s−w2 )¿ ¿
dimana: Gₛ = Berat jenis tanah
W1 = Berat piknometer (gr)
W2 = Berat piknometer + contoh tanah (gr)
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air (gr)
W4 = Berat piknometer + air (gr)
16

Tabel 5. Faktor Koreksi Terhadap Suhu


Suhu (T) ˚C Faktor Koreksi (K) Suhu (T) ˚C Faktor Koreksi (K)
18 1.0016 25 1
19 1.0014 26 0.997
20 1.0012 27 0.995
21 1.001 28 0.992
22 1.007 29 0.9989
23 1.005 30 0.9986
24 1.003 31 0.9983
Sumber: Politeknik Negeri Manado 2014

Tabel 6. Berat Jenis Tanah


Macam Tanah Berat Jenis
Kerikil 2.65-2.68
Pasir 2.65-2.68
Lanau anorganik 2.62-2.68
Lempung organik 2.58-2.65
Lempung anorganik 2.68-2.75
Humus 1.37
Gambut 1.25-1.80
Sumber : Hardiyanto 2017
2.6.4 Pemeriksaan batas-batas atterberg
Batas Atterberg di lakukan agar dapat mengetahui perubahan sifat dan
karakteristik tanah yang berbutir halus berdasarkan titik-titik tertentu yang sudah
di tentukan oleh atterberg berupa batas cair (liquid limit) batas plastis (plastic
limit) dan batas kerut atau susut (shrinkage limit). Dengan di ketahuinya nilai
konsistensi tanah, maka sifat-sifat plastisitas dari tanah dapat di ketahui. Sifat-sifat
plastisitas di nyatakan dengan harga indeks plastisitas (plasticity index) yang
merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis,
yaitu :
PI = LL – PL .............................................................. (6)
17

2.6.5 Analisa ayakan ( sieve analysis)


Pengujian ini di lakukan untuk menentukan pembagian ukuran butiran dari
agregat kasar sampai agregat halus menggunakan ayakan ataupun saringan.
Analisa ukuran butir adalah presentase berat butir dalam satu unit filter, dengan
diameter slot tertentu.
1. Tanah berbutir kasar
Distribusi untuk tanah berbutir kasar dapat di tentukan dengan cara menyaring
sejumlah tanah melalui seperangkat saringan yang di susun dengan lubang yang
paling besar berada paling atas, dan semakin ke bawah lubang saringan semakin
kecil.
2. Tanah berbutir alus
Distribusi tanah berbutir halus atau bagian halus dari tanah berbutir kasar, dapat di
tentukan dengan cara sedimentasi. Metode ini di dasarkan pada hokum stokes
yang sehubungan dengan kecepatan pengendapan butiran pada larutan suspense.
Umumnya tanah yang bergradasi baik ukuran butirnya tersebar luas (pada ukuran
butirnya) untuk menghitung analisa butir maka data yang harus di hitung :
Berat tanah tertahan = (Berat ayakan + tanah) – berat ayakan
Prosentase tertahan = (Jumlah berat tertahan/berat contoh tanah) x
100%
Jumlah berat tertahan = Jumlah berat tertahan + berat tertahan berikutnya
Presentasi lolos = 100% kumulatif tertahan.
2.6.6 Geser langsung (direct shear)
Geser langsung ialah salah satu tes tertua dan sangat sederhana untuk
menentukan parameter kuat geser tanah, yaitu : kohesi (c) dan sudut geser (φ)
Menurut hardiyatmo, 2002). Geser langsung tanah merupakan gaya perlawanan
yang di lakukan butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan.
Pengujian ini awalnya di peruntukkan buat jenis tanah yang non-kohesif tapi
seiring waktu di terapkan juga pada tanah yang kohesif. Tujuan pengujian ini
18

sama antara lain : kuat tekan bebas, triaxial, dan percobaan geser baling (vane
shear test) yang bisa di lakukan di laboratorium maupun di lapangan
Nilai gaya geser ini di rumuskan oleh Coulomb dan Mohr dengan rumus berikut :
S = c +σ n . tan  ...............................................(7)

Dimana: S = kekuatan geser maksimum


C = kohesi (kg/cm2)
σn = tegangan normal (kg/cm2)
 = sudut geser dalam (˚)
2.6.7 Analisa hydrometer (hydrometer analysis)
Pengujian ini yang bertujuan menentukan pembagian ukuran butir
berdasarkan tanah yang lewat saringan no. 10. Pengujian analisa hydrometer di
dasarkan pada prinsip sedimentasi atau pengendapan butir-butir dalam air.
Kecepatan mengendapnya partikel-partikel tanah di nyatakan dengan hokum
stokes, melalui rumus berikut :
τ s −τ w
ν= × D2.......................................................................(8)
18 η
dimana :
ν = Kecepatan turun butir-butir tanah (gr/dtk)
τₛ = Berat volume butir-butir tanah (gr/cm)
η = Viscositas/ kekentalan air (gr-dtk/cm)
D = Diameter butiran tanah (cm)
Sedangkan dalam perhitungan digunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Rc = Ra – Zc + Ct .....................................................................................(9)
dimana:
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi
Ra = Bacaan hidrometer saat pengujian
Zc = Koreksi terhadap nol hydrometer
Ct = Koreksi terhadap temperatur
R c .a
% Lolos = X 100%..........................................................................(10)
ws
Dimana :
19

Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi


a = Koreksi terhadap Gs
Ws = Berat benda uji kering
R = Ra + 1 ...............................................................................................(11)
Dimana :
R = Bacaan hidrometer terkoreksi
Ra = Bacaan hidrometer saat pengujian
L
v= .................................................................................................................(12)
t
Dimana :
L = jarak yang di tempuh butiran
v = kecepatan butiran mengendap
t = waktu pengamatan

D=K
√ L
t
.................................................................................................(13)

Dimana: D = Diameter butiran


K = Koreksi terhadap temperatur dan Gs
L = Jarak yang di tempuh butiran
t = Waktu pengamatan

2.6.8 Pengujian pemadatan tanah


Pengujian pemadatan tanah atau (soil compaction) ini bertujuan untuk
meningkatkan sifat fisik tanah dengan cara memadatkannya. Pemadatan
merupakan suatu proses untuk merapatkan butir-butir tanah yang dengan lainnya.
Sehingga partikel tanah akan saling berikatan dan pori-pori tanah akan mengecil.
Demikian berikut rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan;
( w1−w 2)
Berat isi tanah basah : γwet = (gr/cm3)...............................................(14)
v
y wet
Berat isi tanah kering : γdry= (gr/cm3)......................................................(15)
1+ ω
G S X y wet
Berat isi tanah kering ZAVC : γdry = (gr/cm3).............................(16)
1+(ω X G S )
20

2.6.9 Pemeriksaan batas – batas Atterberg


Batas Atterberg di lakukan agar dapat mengetahui perubahan sifat dan
karakteristik tanah yang berbutir halus berdasarkan titik-titik tertentu yang sudah
di tentukan oleh atterberg berupa batas cair (liquid limit) batas plastis (plastic
limit) dan batas kerut atau susut (shrinkage limit). Dengan di ketahuinya nilai
konsistensi tanah, maka sifat-sifat plastisitas dari tanah dapat di ketahui. Sifat-sifat
plastisitas di nyatakan dengan harga indeks plastisitas (plasticity index) yang
merupakan selisih nilai kadar air batas cair dengan nilai kadar air batas plastis,
yaitu :
PI = LL – PL .........................................................................(17)

2.6.10 Pengujian kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strenght)


Metode pengujian ini di lakukan dengan cara memberikan beban vertikal
serta di naikkan secara bertahap terhadap sampel berbentuk silinder yang di
dirikan bebas sampai terjadi batas keruntuhan, pembacaan beban di lakukan pada
interval regangan axial tertentu dan di dapat dengan cara mempertahankan
kecepatan pembebanan dengan besaran tertentu pula selama pengujian
berlangsung (strain control). Yang di maksud dengan pengujian tekan bebas (qᵤ)
ialah besarnya beban axial per satuan luas pada waktu benda uji mengalami
keruntuhan atau beban maksimum, atau bila regangan axial telah mencapai dari
20%. Percobaan kuat tekan bebas di lakukan di laboratorium dengan sampel tanah
asli (undistrub) maupun buatan (remoulded or recompacted samples)
Persamaan nilai tegangan normal yaitu :
P
σ n= .................................................................................................................(18)
A
Dimana: P = Tegangan axial = nx β (kg)
σ n= Tegangan normal (kg/cm²)
A = Luas Penampang rata-rata pada regangan tertentu (cm²)
n = Bacaan arloji (div)
β = Kalibrasi dan ring beban (kg/div)
21

2.6.11 Pemadatan tanah (soil compaction)


Menurut (Imam Aschuri,2013) proses menaikkan berat jenis tanah dengan
energi mekanis agar partikel tanah saling mengikat hingga menjadi padat serta
udara yang mengisi rongga tanah bisa berkurang di namakan pemadatan.
Pemadatan memiliki maksud antara lain :
1. Mengurangi sifat kembang susut tanah lempung.
2. Mengurangi rembesan pada tanah (mengurangi nilai K)
3. Mengurangi penurunan pada tanah akibat beban di atasnya atau
mengurangi compressibility.
4. Meningkatkan kuat geser tanah yakni parameter φ dan c.
Yang mempengaruhi faktor-faktor pemadatan yaitu : jenis tanah, kadar air tanah,
dan cara pemadatan. Percobaan laboratorium yang umum untuk mendapatkan
berat maksimum untuk volume kering dan kadar air optimum adalah uji kompresi
Proctor yang sesuai dengan nama penemunya alah Proctor 1933. Percobaan ini
merupakan upaya untuk memadatkan tanah menggunakan alat yang berdasarkan
spesifikasi ASTM atau AASHTO.
Metode yang di lakukan untuk pemadatan umumnya terdapat 2 metode yaitu
pemadatan standar (Standard Proctor) dan pemadatan berat (Modified Proctor).
Tabel 2.7 memperlihatkan rangkuman spesifikasi untuk pengujian pemadatan
tanah di laboratorium.
Selanjutnya, persamaan yang di gunakan dalam perhitungan pemadatan tanah
adalah sebagai berikut :
Berat isi tanah basah
w2−w
γ wet = 1
................................................................(19)
v
Berat si tanah kering
γ wet
γ dry = ....................................................................(20)
1+ W
Garis kejenuhan/garis kepadatan ZAVC (Zero Air Vords Curve)
Gs × γw
γ dry = ........................................................................... (21)
1+(w× Gs )
dimana: γ wet = berat isi basah (gr/cm3)
γ dry = berat isi kering (gr/cm3)
22

γw = berat isi air (gr/cm3)


ZAVC = Zero Air Vords Curve
Gs = berat jenis
V = volume cetakan/mould
W = kadar air benda uji
W₁ = berat cetakan/mould tanpa alas
W₂ = berat cetakan/mould + benda uji.

Tabel 7. Alternatif Pengujian di Laboratorium


Percobaan Standar/Ringan Modified/Ringan
cara A B C D A B C D
Diameter mould (mm) 102 152 102 152 102 152 102 152
Tinggi Mould (mm) 116 116 116 116 116 116 116 116
Volume Mould (mm) 943 2124 943 943 943 943 943 2124
Berat Penumbuk (kg) 2,50 2,50 2,50 2,50 4,54 4,54 4,54 4,54
Tinggi Jatuh (cm) 30,5 30,5 30,5 30,5 45,7 45,7 45,7 45,7
Jumlah lapisan 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah tumbukan/lapis 25 56 25 56 25 56 25 56
Lolos ayakan (mm) 4,75 4,75 19 19 4,75 4,75 19 19
Sumber: Buku panduan Pengujian Laboratorium Politeknik Negeri Manado 2004
2.6.12 California Bearing Ratio (CBR)
California Bearing Ratio merupakan perbandingan antara beban penetrasi
pada lapisan tanah atau perkerasan dengan material standar pada kedalaman
dengan penetrasi yang sama kecepatannya. Cara ini merupakan pertama kali di
perkenalkan oleh California Division of Highway USA pada tahun 1929,
kemudian di kembangkan lebih lanjut oleh institusi lain seperti : U.S. Corps of
Engineers tahun 1940-an ASTM D 1883-87 tahun 1961 AASHTO T 193-74
tahun 1972, dan British Standart (BS) tahun 1377. Di Indonesia percobaan ini di
standarisasi oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Bina Marga PB-
0113. Sifat pengujian ini eksperimental, di mana mengukur ketahanan geser tanah
23

pada keadaan kadar air optimum, dan kepadatannya menentukan kekuatan daya
dukung dari lapisan bawah atau material yang di gunakan untuk pengaspalan,
yang di nyatakan dengan nilai CBR. Nilai CBR adalah rasio antara beban
penetrasi yang di berikan, dengan beban standar pada kedalaman yang di berikan
dan kecepatan penetrasi. CBR di nyatakan dengan persentase (%) dapat di hitung
melalui persamaan :
Beban penetrasi
CBR = x 100% ................................
Beban Standar
(22)
Perkerasan jalan harus memenuhi dua syarat berikut:
1. Harus mampu menahan gaya gesek dari roda kendaraan serta dampak air
hujan.
2. Harus mampu memikul beban kendaraan yang melintas di atasnya.
Setelah itu, pengujian CBR dapat di lakukan dengan dua cara dibawah ini:
 CBR tak terendam (Unsoaked)
 Percobaan CBR terendam (Soaked)

2.7 Peneltian Relevan

1. Suryanto Batawan (2015)


“Kelayakan Material Domato di Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan
Talaud Sebagai Material Lapis Pondasi Perkerasan Jalan”
berdasarkan hasil penelitian/pengujian, yang bertujuan untuk mengetahui sifat-
sifat fisik material domato dan kelayakan material domato yang memberikan
daya dukung.
2. Oktavianus kambu, Gati Sri Utami (2020) judul
“Pengaruh Waktu Pemeraman Pada Stabilisasi Tanah Lempung dengan
Campuran Limbah Batu Gamping di Tinjau dari Kuat Geser tanah” tanah
dasar berjenis marine soft clay yang terbentuk dari sedimentasi pelapukan biota
laut. Jika tanah dasar tersebut mempunyai daya dukung rendah dan kembang
susut tinggi maka bangunan yang ada diatas tanah tersebut sering mengalami
kerusakan seperti tanah di daerah Wonorejo Timur. Sehingga sebelum tanah
tersebut digunakan sebagai tanah dasar, diperbaiki terlebih dahulu. Salah satu
24

metode yang digunakan untuk memperbaiki adalah dengan stabilisasi dengan


campuran limbah batu gamping..
3. Indriyanti (2020) “uji eksperimental stabilisasi tanah lempung dengan ampas
batu gamping industri marmer”
berdasarkan hasil penelitian/pengujian ini, bertujuan untuk menganalisis
karakteristik limbah marmer. Menganalisisi kekuatan tanah lempung sebelum
dan sesudah di stabilisasi dengan limbah marmer (serbuk marmer). Pengujian
laboratorium di lakukan dengan metode pengujian pencampuran serbuk
marmer 5% - 30% terhadap tanah lempung dan untuk pengujian dengan larutan
asam akrilat 5% - 15% terhadap campuran air.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Dan Jenis Penelitian

Dalam pengujian eksperimental perbaikan tanah dasar menggunakan


domato dari quarry talaud ini bertujuan untuk memperbaiki tanah dasar lempung
yang diambil di tempat pembuangan akhir (TPA) Pandu Manado dan pengujian
eksperimental ini mengacu pada ASTM dan AASHTO. Pengujian ini dilakukan
di Laboratorium Uji Tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado
selama ± 3 bulan.
3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan cara metode eksperimental. Pengujian


berupa pengujian sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan di laboratorium,
penelitian ini meliputi uji kadar air, uji berat isi, uji analisa ayakan, uji
hydrometer, uji Atterberg limit, uji geser langsung, pemadatan tanah (modified
compaction), pengujian CBR (California Bearing Ration), dan pengujian kuat
tekan bebas atau UCS (unconfined compression strength). Semua pengujian di
dasarkan pada standard AAHSTO dan ASTM. Hasil pengujian sifat fisik dan
mekanik tanah asli di jadikan sebagai pembanding dengan hasil penelitian
dengan hasil sifat fisik dan mekanik tanah yang telah di stabilisasi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
25

Metode pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh informasi yang


di butuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Karena itu, ketika
menentukan metode yang digunakan harus sesuai dengan jenis data yang akan di
selidiki. Secara umum, data yang akan di periksa dalam penelitian ini adalah
sifat fisik dan mekanik tanah, sehingga metode yang digunakan adalah metode
observasi melalui pengujian laboratorium. Menurut (Arikunto,2006) Observasi
adalah pengumpulan data atau keterangan yang harus di jalankan dengan
melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang di selidiki.

Mulai

Sampel Tanah Pengambilan Material Domato Talaud


TPA Pandu

Pengujian Tanah Asli Pengujian Domato Talaud

 Uji Kadar Air  Uji Kadar Air


 Uji Analisa Saringan  Uji Berat Jenis
 Uji Berat Isi Tanah  Uji Berat Isi
 Uji Batas Atterberg  Uji Kuat Tekan Bebas
 Uji Hidrometer  Uji Analisa Ayakan
 Uji Berat Jenis  Uji Hidrometer
 UJI Compaction  Uji Batas Atterberg limit
 UJI CBR  Uji Geser Langsung
 UJI Kuat Tekan Bebas

Pengujian Benda Uji Dengan


Penambahan Domato
10%,15%,20%

Uji Compaction, CBR, Geser


Langsung, Kuat Tekan Bebas,
Berat Jenis, Berat Isi, Batas
Atterberg
26

Pengolahan Data

Hasil Eksperimental

Selesai

Gambar 1. Bagan Flow Chart Penelitian Eksperimental

Gambar 2. Pengambilan Tanah TPA (Pandu)


27

Gambar 3. Proses Penjemuran Material


Gambar 4. Proses Penyaringan Material Menggunakan Ayakan No.4

Gambar 5. Pengambilan Domato

Gambar 6. Proses Penjemuran Domato


28

Gambar 7. Penyaringan Material Domato Menggunakan Ayakan No 4

3.6 Perencanaan Campuran

Kadar campuran domato pada penelitian ini ada tiga macam variasi yakni :
10%, 15%, dan 20%. Perhitungan komposisi campuran lempung dan domato di
uraikan sebagai contoh perhitungan di sini, adalah proses persentase domato 10%
dalam campuran metode substitusi , yakni :
Untuk domato = 10%
a. Kadar air koreksi tanah + domato 10% = 14,20 %
b. Berat Tanah = 4500 gr
c. Subtitusi domato = 500 gr
d. Tanah + Domato = 5000 gr
14 , 20 X 5000
Jumlah air yang di gunakan = = 710
100
ml
3.7 Pengujian Laboratorium

Pengujian laboratorium yang di laksanakan adalah : kadar air tanah, berat


isi tanah, berat jenis tanah (specific gravity), analisa ayakan (sieve analysis),
Atterberg limit, geser langsung (direct shear), pemadatan tanah (soil compaction),
California Bearing Ration (CBR), dan uji kuat tekan bebas (unconfined
compressive strength).
Masing-masing pengujian akan di uraikan secara detail.
3.7.1 Kadar air
Kadar air tanah ialah salah satu faktor terpenting yang sering di lakukan
dalam pengujian di laboratorium dengan maksud untuk menentukan hubungan
perilaku tanah dan sifat fisik tanah. Adapun langkah-langkah pengujian yang
sesuai dengan ASTM D 2216-80 adalah sebagai berikut :
1. Ambil cawan bersih dan kering, timbang beratnya kemudian catat (W₁)
2. Ambil sampel tanah yang basah untuk di uji, masukkan ke dalam cawan
kemudian timbang lalu catat berat benda uji + cawan (W₂)
29

Gambar 8. Cawan dan Benda Uji di Timbang


3. Masukkan cawan + sampel tanah basah yang akan di uji ke dalam oven
dengan suhu 110 + 5˚C, selama minimum 24 jam.
4. Keluarkan cawan dan benda uji yang telah di keringkan dari oven, lalu
dinginkan.

Gambar 9. Benda Uji di Dalam Oven


5. Setelah dingin, timbang cawan + benda uji kering, kemudian catat beratnya
(W₃).
30

Gambar 10. Benda Uji Kering di Timbang


Peralatan yang digunakan :
1. Oven dengan pengatur suhu sampai 110 ± 5˚C untuk memanaskan benda uji.

Gambar 11. Oven


2. Timbangan dengan ketelitian 0.01 : 0,1 : 1 gr
31

Gambar 12. Timbangan


3.7.2 Berat isi tanah
1. Peralatan yang di gunakan
Dalam pelaksanaan pengujian ini, di butuhkan peralatan sebagai berikut :
a. Jangka sorong

Gambar 13. Jangka Sorong


b. Cincin (ring) dengan diameter 4,89 mm
c. Spatula
d. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Gambar 14. Peralatan Uji Berat Isi


2. Prosedur pengujian
a. Cetakan (ring) bersihkan dan ukur volume (V), serta timbang beratnya
(W₁).
b. Masukkan benda uji ke dalam silinder sebanyak 3 lapis, kemudian
ditumbuk dengan alat penumbuk sebanyak 30 tumbukan per lapis.
32

Gambar 15. Pengujian Berat Isi


c. Kemudian ratakan sisi atas dan bawah ring dengan spatula hingga benar-benar
rata, bersihkan sisa-sisa tanah yang masih menempel pada bagian luar ring.
d. Timbang ring + tanah (W₂).

Gambar 16. Timbangan Ring + Tanah


3.7.3 Berat Jenis Tanah (specific Gravity –Gs)
Ukuran butir yang di perlukan untuk specific gravity harus di lakukan
sesuai dengan uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar menurut AASHTO T-
33

85-74 / ASTM C-127-68. Prosedur pengujian sesuai tentang cara uji berat jenis
tanah adalah sebagai berikut.
1. Kalibrasi piknometer
Piknometer di bersihkan, di keringkan, dan di timbang dengan tutupnya,
lalu catat beratnya, (W₁).
a. Isi piknometer dengan air suling dan masukkan ke dalam bak pengatur
suhu, pada suhu 25˚C.

Gambar 17. Piknometer di Isi Air Suling

b. Setelah isi botol (piknometer) mencapai suhu 25˚C, pasang kembali


tutupnya, lalu bagian luar piknometer di keringkan, kemudian
piknomter + tutup isinya di timbang, (W₂₅).

Gambar 18. Benda Uji di Vakum


34

2. Bahan dan alat yang di perlukan.


a. Piknometer dengan kapasitas 50 ml atau 100 ml
b. Timbangan dengan ketelitian 0,001.
c. Tungku listrik (hot plate) dan desikator.
d. Pompa hampa udara (vacuum 1-1,5 PK)
e. Oven dengan pengantar suhu (110 ± 5)˚C
f. Thermometer ukuran 0˚C - 50˚C, dengan ketelitian pembacaan 1˚C.
g. Ayakan no.4 dan 10.
h. Botol untuk pengambilan air suling
i. Air suling

Vakum

Ayakan No.4
Air Suling
& No.10 Benda Uji +
Cawan Piknometer

Gambar 19. Peralatan Berat Jenis


3. Persiapan benda uji
Sebelum melakukan penelitian, siapkan benda uji yang akan di teliti.
Adapun menyimpan benda uji mengikuti prosedur berikut.
a. Ambil sampel tanah sebanyak 50 gr hingga 100 gr, lalu keringkan
dalam oven pada suhu 110 ± 5 ˚C.
b. Setelah kering, kemudian dinginkan sampel.
35

c. Saringan tanah yang telah di dinginkan di ayak menggunakan ayakan


No. 4 dan No. 10
d. Siapkan sampel tanah uji ± 10 gram jika menggunakan piknometer
berkapasitas 100 ml, masing-masing 2 buah.
4. Prosedur pengujian

Gambar 20. Piknometer Yang di Timbang


Ambil 2 buah piknometer kapasitas 100 ml, kemudian timbang berat piknometer,
(W₁).
a. Masukkan sampel tanah ± 25 gr ke dalam piknometer, lalu timbang
berat masing-masing (W₂).
b. Tambahkan air suling sampai sampel tanah rendam, lalu masukkan ke
dalam alat vakum untuk penyedotan udara yang terperangkap di dalam
rongga tanah.
c. Setelah selesai, keluarkan piknometer + sampel tanah, lalu
ditambahkan air suling hingga penuh dan timbang setiap piknometer +
tanah kering + air, (W₃)
36

Gambar 21. Sampel + Air Suling + Tanah


d. Bersihkan piknometer, lalu isi dengan air suling sampai terisi penuh,
lalu timbang berat piknometer + air (W₄).

Piknometer
Air Suling

Gambar 22. Piknometer di Isi Air Suling


37

3.7.4 Analisa Ayakan


pengujian analisa ukuran butir di lakukan untuk mendapatkan gradasi
tanah, guna perencanaan ataupun pengawasan di lapangan. Peralatan yang di
gunakan adalah :
1) Timbangan atau neraca dengan kelipatan 0.2% dari benda uji.
2) Satu set saringan dengan berdasarkan ASTM standard, dengan susunan:
19 mm atau no ¾
12.7 mm atau no ½
10 mm atau no 3/8
4,75 mm atau no 4
2,00 mm atau no 10
0.85 mm atau no 20
0.425 mm atau no 4
0.25 mm atau no 60
0.15 mm atau no 100
0.075 mm atau no 200

Gambar 23. 1 Set Saringan No.4 Sampai No.200


3) Oven dengan temperatur suhu sampai ± 110ºC.
38

4) Mesin penggetar saringan.

Mesin
Penggetar
Saringan

Gambar 24. Pengujian Analisa Saringan


Prosedur pelaksanaan pengujian mengikuti urutan berikut :
a. Sampel uji di rendam dengan air sekitar ± 24 jam.
b. Kemudian sampel uji di keringkan dalam oven pada suhu ± 110ºC,
sampai beratnya tetap.
c. Masukkan benda uji pada susunan dengan mengatur susunan saringan,
yakni ukuran saringan terbesar yang di tempatkan di bagian atas.
Sebelumnya, harus dipastikan bahwa masing-masing saringan bersih
dan kosong.
d. Tempatkan susunan saringan pada mesin penggetar (sieve shaker),
kemudian getarkan selama ± 15 menit.
e. Timbang benda uji yang tertahan di setiap set ayakan yang sudah
disusun berdasarkan ayakan yang berukuran besar sampai terkecil yang
di mulai dari ayakan No. 4.
f. Selesai dan lanjutkan pengolahan data.
Karena tanah lempung maka ada sebagian dari material lolos saringan
No. 200, oleh sebab itu perlu di lakukan pengujian hydrometer untuk
menentukan distribusi ukuran butir secara lengkap dari material yang di
uji.
39

3.7.5 Pengujian Hidrometer


Peralatan dan bahan yang di gunakan adalah :
a. Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0.01 gr.
b. Saringan dengan berdasarkan ASTM Standard, dengan susunan :
1) 2.00 mm atau no 10
2) 0.85 mm atau no.20
3) 0.425 mm atau no. 40
4) 0.25 mm atau no. 60
5) 0.15 mm atau no. 100
6) 0.075 mm atau no. 200

Gambar 25. Saringan No.10 Sampai No.200


c. Tabung-tabung gelas ukur kapasitas 50 ml dan 100 ml.
d. Stopwatch.
e. Termometer 0ºC - 50ºC dengan ketelitian 0,1ºC.
f. Sodium Hexametaphosphate
40

Gambar 26. Proses Menghaluskan Sodium Hexametaphosphate


g. Alat mixer

Gambar 27. Alat Mixer


41

h. Tabung kaca dengan kapasitas 1000 ml dengan diameter ± 6,5 cm


i. Soil Hydrometer ASTM dengan skala (5-6- gr per liter) 152 H, atau
untuk pembacaan berat jenis campuran (0,995-1,038)

Tabung
Kaca

Soil Hydrometer

Gambar 28. Soil Hidrometer


Prosedur pengujian mengikuti urutan sebagai berikut :
1. Siapkan sampel tanah kering 50 gr.
2. Rendam sampel tanah dengan air suling 200 ml yang telah dicampur
dengan Sodium Hexametaphosphate selama 24 jam.

3. Mixer sampel ± 15 menit.


42

Gambar 29. Benda Uji di Campur Menggunakan Mixer


4. Setelah di mixer di pindahkan sampel ke dalam tabung kaca 1000 ml
secara hati-hati jangan sampai campuran sampel tumpah, bila kurang
boleh ditambah dengan air suling hingga 1000 ml.
5. Tutup tabung kaca dan kocok lah berulang-ulang secara hati-hati
jangan sampai ada campuran yang tumpah sampai ± 1 menit.

Gambar 30. Benda Uji di Kocok Dalam Tabung Kaca


6. Selesai pengocokan, letakkan tabung diatas meja serta masukan
hidrometer perlahan-lahan ke dalam tabung dan siapkan stopwatch.
7. Lakukan pembacaan hydrometer pada ± 1,2 menit tanpa
memindahkan hidrometernya. Lakukan 4 kali pembacaan, di mana
sebelum di baca dikocok dahulu. Bila di dapat dua hasil pembacaan
yang sama, lanjutkan ke langkah selanjutnya.
43

Gambar 31. Perendaman Hidrometer Dalam Tabung Kaca


8. Setelah pembacaan dua menit selesai, pindahkan hidrometer ke
dalam tabung yang berisi air suling yang telah disiapkan. Kocok
kembali campuran tersebut lalu hidrometer dan termometer di
masukan ke dalam larutan tersebut.
9. Lakukan pembacaan hidrometer dan termometer berturut-turut pada
menit ke 5, 10, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360, sampai dengan
1440.
10. Jangan lupa tulis tanggal, bulan dan tahun awal mulai pembacaan
menit ke 0 setelah kocokan terakhir dan waktu setiap pembacaan.
11. Pindahkan hidrometer dan termometer ke dalam tabung yang berisi
air suling.
12. Kocokkan terakhir kali dan saring dengan ayakan no.200 atau 0,075
mm.
13. Pindahkan sampel yang telah di saring ke dalam cawan yang sudah
di ketahui beratnya kemudian masukkan ke dalam oven. Setelah
sampel kering timbang cawan + benda uji lalu ayak dengan ayakan
No. 10, 20, 40, 60, 80, 100, 200.
3.7.6 Batas-batas Atterberg
Nilai PI yang tinggi menunjukkan bahwa tanah sensitif terhadap
perubahan kadar air, memiliki sifat penyusutan yang signifikan, dan memiliki
dampak signifikan pada daya dukung tanah atau kekuatan tanah. Adapun
peralatan yang di gunakan adalah :
a. Alat batas cair standar (Casagrande).
b. Alat pembuat alur (grooving tool).
c. Spatula
d. Oven yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
e. Cawan untuk penentuan kadar air.
f. Air suling
g. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr.
h. Lempeng kaca ukuran 60 X 60 X 1 gr.

Alat Casagrande
44

Gambar 32. Peralatan Pengujian Atterberg


Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan benda uji
a. Jika sampel tanah yang mengandung butiran yang lebih kecil atau lolos
saringan No. 4 atau 0,425 mm, maka dapat di gunakan langsung dalam
pengujian.
b. Sampel tanah yang di keringkan tumbuk selembut mungkin
menggunakan palu karet sehingga butiran tanah dapat melewati ayakan
No. 4, dan ambil sampel tanah sekitar 200 gr untuk digunakan dalam
pengujian.
2. Prosedur pengujian yang sesuai dengan ASTM D 2216-80 adalah :
a. Batas Cair (liquid limit)
1) Ambil sampel uji 100 gr yang telah di siapkan, dan di tempatkan
dalam cangkir tertutup.
2) Berikan air suling ke sampel sedikit demi sedikit, dan aduk merata
hingga hampir homogen. Kemudian biarkan selama ± 24 jam,
dengan maksud untuk meratakan air pencampur dalam seluruh
sampel uji secara merata.
3) Setelah campuran homogen, ambil spesimen uji secukupnya, dan
letakkan di wadah peralatan es (Casagrande), kemudian sejajar kan
permukaannya menggunakan spatula sehingga sejajar dengan dasar
peralatan uji, dengan ketebalan maksimum 1 cm.
4) Buat alur dengan membagi spesimen uji di dalam mangkuk
menggunakan alat grooving too melalui garis tengah dudukan
mangkuk secara simetris tegak lurus terhadap permukaan mangkuk.
5) Putar tuas peralatan uji sehingga mangkuk naik/turun setinggi 1 cm,
dengan kecepatan dua putaran per detik.
6) Pemeriksaan ini di lakukan terus menerus dengan kecepatan konstan
sampai dasar benda uji (alur yang di buat ± 1,27 cm) bertemu, catat
jumlah putaran tuas (jumlah pukulan).
7) Ulangi langkah (3) hingga (5) setidaknya dua kali sampai jumlah
pukulan yang sama di peroleh, hal ini dimaksud mendistribusikan
45

campuran secara merata. Ketika mendapatkan jumlah pukulan yang


sama, ambil sedikit tanah di bagian yang berdekatan untuk
menentukan kadar air.

Gamb
ar 33. Proses Meratakan Tanah
8) Kembalikan sampel yang tersisa ke piring kaca dan tambahkan air
suling. Ulangi langkah (2) hingga (6) masing-masing dengan bentuk
kadar air yang berbeda untuk mendapatkan perbedaan jumlah
pukulan, yakni : 8 - 10 pukulan.
9) Lakukan percobaan di atas dengan kadar air yang bervariasi (hingga 5
sampel) sehingga pukulan diperoleh antara 10 dan 50 kali.
b. Batas Plastis (Plastic Limits)
1) Sampel adalah sama digunakan dalam mengurangi cairan.
Tempatkan spesimen uji di atas piring kaca dan tambahkan air
suling atau jika terlalu basah, campur spesimen dengan spesimen
uji yang kering dan aduk sampai didistribusikan secara merata.
2) Setelah mendistribusikan kadar air secara merata, buat bola tanah
dengan diameter 1 cm kemudian gelengkan di atas piring kaca
dengan kecepatan 80-90 bergetar.
3) Gelengkan sampel sampai menjadi bentuk batang dengan diameter
3 mm. jika ternyata sampel uji tidak mencapai diameter 3 mm dab
pecah satukan benda uji dan tambahkan sedikit air suling dan aduk
46

hingga homogen. Jika benda uji sudah berdiameter ˂3 mm, biarkan


benda uji selama beberapa saat sehingga kadar air sedikit
berkurang.
4) Pengadukan dua pengocokan diulang sampai rata selanjutnya
gelengkan benda uji di atas kaca hingga mencapai diameter 3 mm,
atau minimum 2,5 cm.
5) Ambil batang uji coba sebanyak ± 5 gr, lalu periksa kadar airnya.

Gambar 34. Pengujian Batas-batas Atterberg


3.7.7 Geser langsung (Direct Shear)
Geser langsung adalah salah satu tes tertua dan sangat sederhana untuk
menentukan parameter gaya geser, yaitu kohesi (c) dan sudut geser (φ).
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini ialah :
1. Mesin geser langsung yang terdiri dari :
a. Alat penggeser horizontal yang dilengkapi dengan cincin beban (proving
ring), arloji regangan horizontal, dan arloji deformasi vertikal.
b. Kotak uji yang terbagi atas dua bagian, dilengkapi dengan baut pengunci.
c. Pelat berpori 2 buah.
d. Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping beban.
47

Gambar 35. Alat-alat Geser Langsung


2. Alat pengeluar contoh tanah (extruder) dan pisau pemotong.
3. Cetakan untuk membuat benda uji.
4. Pengukur waktu (stopwatch).
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.
6. Peralatan untuk penentuan kadar air.
7. Peralatan untuk membuat benda uji buatan.

Penumbuk

Ring cetakan +
Extruder Material yang
diuji

Gambar 36. Geser Langsung


48

Prosedur pengujian adalah sebagai berikut :


I. Penyiapan benda Uji
a. Benda uji yang digunakan berbentuk persegi panjang atau bulat
b. Ketebalan sampel minimum adalah 1,25 cm, atau tidak kurang dari 6
kali diameter butir maksimum tanah.
c. Perbandingan diameter dan ketebalan sampel uji minimal 2.
d. Untuk sampel asli, sampel tanah yang digunakan harus cukup untuk
membuat setidaknya 3 sampel identik. Siapkan sampel uji sehingga
tidak ada kehilangan kadar air, dan hati-hati saat mencetak sampel.
(terutama pada jenis tanah dengan nilai sensitivitas tinggi), sehingga
struktur tanah asli tidak berubah.
II. Pengujian
a. Ukur panjang dan lebar serta berat benda uji.
b. Pindahkan sampel uji dari cetakan ke kotak geser di dalam sel uji
yang ditutup dengan kedua sekrup dan batu berpori di sisi atas dan
bawah dari benda uji.
c. Tangguhkan hubungan beban vertikal untuk memberikan benda uji
beban normal atur arloji distorsi pada mode nol baca.
d. Pasang penggeser horizontal untuk membuat kotak es secara
horizontal. Atur arloji pada titik nol.
e. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang
diinginkan. Instruksi, coba beban normal pertama (termasuk berat
suspensi) yang diberikan untuk menyebabkan tekanan pada benda uji
setidaknya sebanyak tegangan geostasioner di lapangan.
f. Dalam uji standar segera tambahkan air ke permukaan sampel uji
selama pengujian.
g. Dalam pengujian yang tidak seragam, beban geser di terapkan segera
setelah pemuatan normal pada langkah (e).
h. Saat dalam pengujian standar sebelum melakukan perubahan
pertama-tama catat penggabungan pada waktu-waktu tertentu dan
tunggu hingga penggabungan selesai. Gunakan metode Taylor untuk
49

mengatur waktu (t – 50), yaitu ketika tingkat keseragaman adalah U


= 50%.
i. Kecepatan pergeseran horizontal dapat ditentukan berdasarkan jenis
tes.
j. Longgarkan sekrup pengunci, lalu pasang ke dalam dua lubang
lainnya, berikan rotasi yang cukup hingga kotak geser atas dan
bawah dipisahkan ± 0,5 mm.
k. Geser sampai jarum pada arloji muncul dalam 3 (tiga) pembacaan
berurutan dengan nilai konstan. Baca arloji dari 15 detik sampai
kerusakan terjadi.
l. Untuk sampel kedua berikan beban normal 2 kali lipat dari beban
normal pertama, kemudian ulangi langkah (f) hingga (j).
m. Untuk sampel ketiga, berikan beban normal 3 (tiga) kali lipat dari
beban normal pertama, dan kemudian ulangi langkah (f) hingga (j).

Gambar 37. Pengujian Geser Langsung


3.7.8 Percobaan Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strenght)
Salah satu yang digunakan untuk menentukan parameter ketahanan geser
tanah adalah uji kuat tekan bebas. Gaya tekan bebas adalah ukuran beban axial
dari unit lebar ketukan benda uji rusak atau ketukan regangan axial mencapai
20%. Peralatan yang digunakan sebagai berikut :
50

a. Alat penekan tanah


b. Cetakkan atau silinder tinggi 9,50 cm dengan diameter 4,80 cm
c. Alat extruder/ pengeluar contoh tanah dari silinder
d. Stopwatch

Penumbuk

Spatula

Benda Uji

Ekstruder Ring

Gambar 38. Alat Pengujian Kuat Tekan Bebas


Pengujian adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan benda uji
a. Siapkan sampel tanah yang kandungan airnya masih dipertahankan,
seperti ketukan diambil dari tempatnya.
51

b. Ambil tanah, lalu tempatkan 3 lapis dalam cetakan/silinder kemudian


ditumbuk seb anyak 30 tumbukan per lapis.

Gambar 39. Pengujian Kuat Tekan Bebas


c. Kemudian ratakan bagian atas dan bawah dan lepaskan menggunakan
extruder.
2. Prosedur pengujian
a. Tempatkan sampel uji pada pers, berdiri tegak pada dasar perangkat.
b. Sesuaikan alat kompresi, sehingga panel utama menyentuh benda uji.
c. Setel arloji ke loop pemuatan dan jam kompresi pada nol pembacaan.
52

d. Gunakan alat pemuatan pada kecepatan 0,5 – 2% dari tinggi sampel


uji per menit. Kecepatan diperkirakan, sehingga sampel uji pecah
tidak melebihi dari waktu 10 menit.

Gambar 40. Pembacaan Kuat Tekan


e. Pengujian dihentikan jika sampel uji macet dan cakram membaca
menurun.

3.7. 9 Pemadatan (Compaction)


Manfaat dari pemadatan (compaction) tanah adalah peningkatan beberapa
karakteristik teknis tanah. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Cetakkan (mould) dengan diameter ± 102 mm.
b. Alat penumbuk (hammer) dengan berat 4,54 kg.
c. Ayakan No. 4 (4,75 mm)
d. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gr.
e. Jangka sorong (caliper)
f. Extruder (alat pengungkit contoh tanah)
g. Oven dengan temperature suhu, dan peralatan penentuan kadar air.
53

h. Alat perata (straight edge), talam, mistar, palu karet, dan pan besar.

Benda Uji

Cetakan
Diameter
100mm

Penumbuk (Berat 4,54kg)

Gambar 41. Peralatan Pemadatan


Prosedur pengujian pemadatan sesuai dengan ASTM D 3441 – 86 dan
AASHTO T99-81 & T180-74 adalah :
1. Penyiapan benda uji
a. Jika sampel tanah masih basah, keringkan dengan ventilator (udara
kering) atau di dalam oven pada suhu maksimum 60˚C. selanjutnya
pisahkan butiran tanah dengan memukul-mukulnya dengan
menggunakan palu karet.
b. Ayak dengan menggunakan ayakan dengan No. 4 (4,75 mm)
c. Ambil hasil sampel, masukkan dalam kantung plastic dengan berat
3kg per pengujian dengan metode standar, atau 5 kg untuk pengujian
modifikasi, masing-masing 5 buah.
d. Campur tanah pada point (c) dengan sedikit air, aduk sampai merata
dan kemudian peram/simpan selama 24 jam dalam plastic berlabel dan
diikat dengan erat.
Penambahan air di usahakan agar dipadatkan kondisi kadar air sebagai
berikut :
a) 1 benda uji diperkirakan secara visual sebagai kadar air optimum.
b) 2 benda uji dengan kadar air di bawah kadar air optimum.
c) 2 benda uji dengan kadar air di atas kadar air optimum.
54

d) Volume air yang ditambahkan di setiap sampel adalah 3%.

2. Prosedur pengujian untuk tanah lempung


a. Cetakkan mould bersih, ditimbang tanpa alas, ukur tinggi dan diameter
cetakan, dan hitung berat serta volume cetakan.
b. Cetakkan, alas dan leher penghubung cukup diolesi dengan pelumas
dari dalam, untuk memudahkan pengeluaran sampel tanah
c. Ambil salah satu sampel masukkan ke dalam cetakkan/mould lalu
tumbuk 25 atau 56 kali dimana hasil penuangan adalah 1/3 atau 1/5 dari
tinggi cetakan.

Gambar 42. Tumbukkan Compaction


d. Toleransi ketebalan untuk setiap lapisan adalah 0,5 cm kecuali untuk
lapisan terakhir dengan toleransi + 0,5 cm.
e. Lepaskan leher penghubung/spacer disk dan potong tanah berlebihan
dengan pisau level.
f. Bersihkan bagian luar kemudian timbang dengan tanpa alas.
g. Keluarkan sampel dari cetakan dengan alat extruder.
55

h. Potong benda uji dan ambil tanah yang cukup menjadi tiga bagian (atas,
tengah, bawah) untuk menemukan kadar air.
i. Diulangi langkah C hingga G untuk seluruh benda uji yang disiapkan.
3. Prosedur pengujian tanah lempung dicampur domato
a. Cetak bersih, ditimbang tanpa alas, ukur tinggi dan diameter cetakan,
dan hitung berat serta volume cetakan.
b. Cetak, alas dan leher penghubung cukup dilumasi dari dalam, untuk
memudahkan pengeluaran sampel tanah.
c. Ambil salah satu spesimen uji (campuran lempung dan domato) yang
telah diperam selama ± 24 jam masukkan beberapa di dalam cetakan
kemudian tumbuk 25 kali atau 56 kali, di mana hasil penuangan tinggi
1/3 atau 1/5 tinggi mould.
d. Toleransi ketebalan untuk setiap lapisan adalah 0,5 cm kecuali untuk
lapisan terakhir dengan toleransi + 0,5 cm.
e. Lepaskan leher penghubung dan potong tanah berlebihan dengan pisau
levelling.
f. Bersihkan bagian luar dan timbang dengan tanpa alas.
g. Ambil tanah dari cetakan dengan alat pengekstrusi.
h. Potong benda uji dan ambil tanah yang cukup menjadi tiga bagian (atas,
tengah, bawah) untuk menemukan kadar air.
i. Ulangi langkah C hingga G untuk seluruh benda uji yang di siapkan.
56

Gambar 43. Pemadatan Tanah Modified

3.7. 10 CBR (California Bearing Ratio)


Untuk percobaan California Bearing Ratio dipakai metode CBR
terendam (soaked). Metode yang dipakai adalah metode sesuai ASTM D
1883-87 / AASHTO T193-74. peralatan yang digunakan ialah :
a. Mesin beban (load frame) yang dilengkapi dengan cincin beban (load
ring) dan arloji pengukur deformasi (dial gauge).
b. Cetakan dengan diameter ± 15,16 cm dan tinggi ± 11,6 cm termasuk
leher penyambung dan keping alas serta piringan pemisah.
c. Alat penumbuk seberat 4,54 kg.
d. Piston/torak penetrasi dengan diameter 4,49 cm.
e. Keping beban seberat 4kg.
f. Timbangan dengan ketelitian 1 gr.
g. Alat perata.
h. Peralatan untuk penentuan kadar air.

Cetakan +
Leher
ALAT PENUMBUK Benda Penyambung
Uji
Besi
Perata

Soil
shovel

Gambar 44. Peralatan Pengujian CBR


57

Adapun langkah pengujian adalah sebagai berikut :


1. Penyiapan benda uji tanah asli
a. Ambil tanah seberat 4,5 kg kemudian tambahkan air seusia dengan
wₒₚₜ yang diperoleh pada pengujian compaction.
b. Masukkan tanah yang telah dicampur dengan air ke dalam plastik
kemudian ikat erat dan biarkan selama 24 jam.
c. Siapkan cetakan, alat, leher dan masukkan papan pemisah dan
letakkan kertas di atasnya.
d. Masukkan tanah ke dalam cetakan sebanyak 5 lapis.
e. Tumbuk sampel per lapis dengan cara yang sama seperti pada
percobaan pemadatan.
f. Ratakan permukaan benda uji menggunakan pisau perata, dan
kemudian lepaskan leher cetakan kemudian timbang berat cetakan +
tanah sebelum direndam.
g. Ambil kadar air sampel sebelum direndam.
h. Untuk sampel CBR direndam, ikuti langkah-langkah berikut ini :
1) Ganti alas cetakan yang digunakan pada langkah (5) di atas dengan
alas cetakan berlubang, jangan lupa pasang kertas saring.
2) Pasang dasar pengembangan berlubang pada permukaan sampel
uji, serta beri beban 4,00 kg atau tergantung pada beban
perkerasan.
3) Atur jam untuk mengukur pengembangan, dan atur bacaan ke nol.
4) Rendam benda uji, dengan permukaan air ± 2,5 cm di atas
permukaan benda uji. Sampel uji direndam 4 hari.
5) Catat waktu mulai dan selesai perendaman, dan baca ukuran
pengembangan.
6) Lepaskan tripod dan perhatikan perkembangannya, lepaskan
sampel uji, dan miringkan selama 15 menit.
7) Bersihkan cetakan dari air yang tersisa, kemudian timbang, sampel
siap untuk ditekan pada mesin/alat.
2. Prosedur pengujian
58

a. Tempatkan sampel uji pada alt uji CBR, tempatkan beban 4 kg


pada sampel uji
b. Untuk sampel yang direndam, beban harus sama dengan beban
yang digunakan pada saat perendaman.
c. Sesuaikan penetrasi piston sehingga menyentuh permukaan sampel
uji.
d. Lakukan beban awal 4,45 kg untuk memastikan bahwa permukaan
piston benar-benar menyentuh permukaan sampel uji. Kemudian
atur beban jam dan penetrasi ke nol.
e. Hidupkan mesin CBR digital.
f. Tulis bacaan permintaan baca dengan penetrasi 0,5 mm, 1.0 mm,
1.5 mm, 2.0 mm, 2.5 mm, 3.0 mm, 3.5 mm, 4.0 mm, 4.5 mm, 5.0
mm, 5.0 mm, 7.5 mm, 10.0 mm, dan 12.5 mm.
g. Perhatikan bacaan, jika beban maksimum (kapasitas loop muat)
tercapai sebelum menembus 12,5 mm.
h. Lepaskan spesimen uji dan mesin pemuatan, sambungkan pemisah
disk ke permukaan spesimen uji dan tutup dengan kertas.
i. Balikkan potongan uji, lalu lakukan langkah uji (1) hingga (5)
untuk sisi lainnya.
j. Setelah menyelesaikan tes, keluarkan benda uji dan ambil kadar air
setelah direndam.
3. Persiapan benda uji tanah lempung di campur domato
a. Ambil tanah + domato 10% yang telah di campurkan air sesuai
hitungan.
b. Masukkan tanah yang telah di campur dengan domato ke dalam
plastik (peram) kemudian ikat erat dan biarkan selama 24 jam.
c. Siapkan cetakan, alas, leher, dan masukkan papan pemisah dan
letakkan kertas di atasnya.

d. Tumbuk sampel dengan cara yang sama seperti pada percobaan


kompresi.
59

Gambar 45. Pemadatan CBR


e. Kemudian ratakan permukaan menggunakan pisau perata, dan
kemudian lepaskan leher cetakan kemudian timbang cerat cetakan
+ tanah sebelum direndam.
f. Ambil kadar air sampel sebelum direndam.
g. Untuk sampel CBR direndam, ikuti langkah – langkah ini :
1) Ganti alas cetakan yang digunakan pada langkah 5 di atas
dengan alas cetakan berlubang, jangan lupa juga pasang kertas
saring.
2) Pasang dasar pengembangan berlubang pada permukaan sampel
uji, serta beri beban 4,00 kg atau tergantung pada beban
perkerasan.
3) Atur jam untuk mengukur pengembangan, dan atur berat bacaan
nol.
4) Rendam benda uji dengan permukaan air ± 2,5 cm di atas
permukaan benda uji. Sampel uji direndam 4 hari.
5) Catat waktu mulai dan selesai perendaman, dan baca ukuran
pengembangan.
6) Lepaskan tripod dan perhatikan perkembangannya, lepaskan
sampel uji, dan miringkan selama 15 menit.
7) Bersihkan cetakan dari air yang tersisa kemarin, kemudian
timbang, sampel siap untuk menekan mesin penekan.

4. Prosedur pengujian CBR


a. Tempatkan sampel uji pada alat CBR, tempatkan beban 4 kg atau
sesuai dengan perkiraan beban jalan pada sampel uji.
b. Untuk sampel yang di rendam, beban harus sama dengan beban
yang digunakan pada saat pencelupan.
c. Sesuaikan penetrasi piston / piston sehingga menyentuh permukaan
sampel uji.
60

d. Lakukan beban awal, 4,45 kg untuk memastikan bahwa permukaan


piston benar-benar menyentuh permukaan sampel uji. Kemudian
atur beban jam dan penetrasi ke nol.
e. Unduh dengan menjalankan mesin CBR digital.
f. Tulis bacaan permintaan baca dengan penetrasi 0,5 mm, 1.0 mm,
1.5 mm, 2.0 mm, 2.5 mm, 3.0 mm, 4.0 mm, 5.0 mm, 5.0 mm, 7.5
mm, 10.0 mm dan 12.5 mm.
g. Perhatikan bacaan, jika beban maksimum (kapasitas loop muat)
tercapai sebelum menembus 12,5 mm.
h. Lepaskan spesimen uji dari mesin pemuatan, sambungkan pemisah
disk ke permukaan spesimen uji dan tutup dengan matras.
i. Balikkan potongan uji lalu lakukan langkah uji (1) hingga (5) untuk
sisi lainnya.
j. Setelah menyelesaikan tes, lepaskan benda uji dari cetakan dan
sampel tamah di tiga lokasi yang representatif untuk menemukan
kadar air.
61

Gambar 46. Pengujian CBR Laboratorium

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel tanah di tempat pembuangan akhir (TPA)


Pandu sedangkan lokasi pengambilan domato sebagai bahan tambah di ambil di
Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.

Gambar 47. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


4.2 Karakteristik Tanah TPA Pandu

Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari tanah TPA (Tempat


Pembuangan Akhir) Pandu maka dari itu dilakukan beberapa pengujian
laboratorium agar dapat diketahui karakteristik tanah yang ada di TPA Pandu dan
hasil dari pengujian sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Pengujian Tanah
62

Berdasarkan tabel di atas didapat :


1. Kadar air
Dari pengujian kadar air awal tanah asli di dapatkan nilai kadar air tanah
sebesar 45,29%.Seperti terlihat pada tabel 8.
2. Berat jenis
Dari hasil pengujian berat jenis tanah di dapatkan hasil sebesar 2,492%.
3. Berat isi
Dari hasil pengujian tanah asli di dapatkan berat isi tanah yaitu 1,931
gr/cm3
4. Batas-batas Atterberg
a. Batas cair (Liquid Limit, LL) dari hasil grafik hubungan jumlah
ketukan dan kadar air di peroleh nilai batas cair (LL) sebesar
32,1%
b. Batas plastis (Plastic Limit, PL) dalam pengujian di peroleh hasil
batas plastis (PL) = 20,08%
c. Indeks plastisitas di peroleh dari selisih antara batas cair dan batas
plastis, dengan rumus PI = LL – PL maka diperoleh nilai Indeks
Plastisitas (PI), = 12,02%
63

5. Analisa ukuran butir dalam pelaksanaan pengujian gradasi yang dilakukan


dengan pengujian analisa saringan dan pengujian hidrometer di dapat hasil
tanah tersebut 89,60% yang lolos dari saringan No. 200, maka tanah
termasuk dalam kategori A-7 (tanah lempung) sesuai dengan standard
klasifikasi tanah AASHTO. Lihat gambar grafik 48.

Gambar 48. Grafik Analisa Ukuran Butir

Pasir
Lempung Lanau
Halus Kasar s/d sedang

No.100 No.40 No.20 No.10 No.4


No.200
0,150 0,420 0,840 2,00 4,75
0,02
100.00

80.00
Prosentase Lolos (%)

60.00

40.00

20.00

0.00
0.001 0.010 0.100 1.000 10.000
Diameter (mm)

Gambar 49. Analisa Hidrometer


64

Dari hasil analisa hidrometer terlihat di grafik saat memasuki saringan


No.200 garis grafik terjun bebas menandakan bahwa material dominan
dengan lanau dan lempung.
6. Pemadatan
Pengujian Modified compaction yang bertujuan untuk menentukan kadar
air optimum sampel tanah dengan hubungan berat isi kering maksimum,
dan setelah dilakukan pengujian hasil di peroleh sebagai berikut :
Tabel 9. Pemadatan Tiap Variasi Campuran
Variasi Wopt Ydry

Tanah Asli 33,50% 1,437 gr/cm3


Tanah + 10% Domato 31,50 % 1,445 gr/cm3
Tanah +15% Domato 29,00 % 1,470 gr/cm3
Tanah + 20% Domato 28,50 % 1,490 gr/cm3

7. Grafik hubungan Berat Isi Kering Pemadatan


Berdasarkan grafik hubungan berat isi kering di dapat pada berat isi kering
pada asli 1.437 gr/cm3 dan variasi campuran 10% adalah 1.445 gr/cm3,
pada variasi 15% adalah 1.470 gr/cm3 dan variasi campuran 20% adalah
1.490 gr/cm3 dapat dilihat dari gambar 50 grafik hubungan berat isi kering
antar variasi.
65

Gambar 50. Grafik Hubungan Berat Isi Kering


8. Grafik Hubungan Kadar Air Optimum Pemadatan
Berdasarkan pada grafik hubungan pada tiap variasi yaitu pada tanah asli
di dapat 33.5%, dan mengalami penurunan pada variasi 10% sebesar
31,50% , pada variasi campuran 15% terjadi penurunan sebesar 29,00%
dan juga pada variasi campuran 20% terjadi penurunan sebesar 28,50% .
pada gambar 51 bisa dilihat dari grafik kadar air optimum pemadatan

Gambar 51. Grafik Hubungan Kadar Air Optimum


9. CBR variasi campuran domato di tiap tumbukan 15x dari hasil CBR
campuran di dapat di tiap-tiap tumbukan 15x, pada tanah asli untuk 0,1
inch Nilai CBR sebesar 0,56 dan pada 0,2 inch nilai CBR didapat 0,98,
pada tanah variasi campuran 10% nilai CBR 0,1 inch didapat 1,3 dan pada
0,2 inch nilai CBR didapat 1,34, pada tanah variasi campuran 15% nilai
CBR 0,1 inch didapat 4,94 dan pada 0,2 inch nilai CBR didapat 5,02, pada
tanah variasi 20% nilai CBR 0,1 inch didapat 7,14 dan pada 0,2 inch di
dapat nilai CBR 7,79. Lihat gambar 52 grafik hubungan CBR 15x
tumbukan
Gambar 52. Grafik Hubungan CBR 15x Tumbukan
66

CBR Tumbukan 15x


9

8 7.79

7
5.02
6 7.14
5
Nilai CBR

Pene-
4 4.94 trasi 1
Inch
3
1.34
2 0.98

1
0.56 1.3
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Variasi

10. CBR variasi campuran domato di setiap tumbukan 35x dari hasil CBR
campuran di dapat di tiap-tiap tumbukan 35x, pada tanah asli untuk 0,1
inch nilai CBR sebesar 1,30 dan pada 0,2 inch didapat 2,08, pada tanah
variasi 10% nilai CBR 0,1 inch didapat 3,25 dan pada 0,2 inch nilai CBR
didapat 3,46 , pada tanah variasi 15% nilai CBR 0,1 inch didapat 8,18 dan
pada 0,2 inch nilai CBR didapat 8,23, pada tanah variasi 20% nilai CBR
0,1 inch didapat 11,04 dan pada 0,2 inch nilai CBR didapat 11,26. Pada
gambar 53 dapat dilihat grafik hubungan CBR 35x tumbukan di tiap
variasi.

CBR Tumbukan 35x


12.00 11.26
11.00
10.00 11.04
9.00 8.23
8.00
Nilai CBR

7.00
8.18
6.00
Penetrasi 1
5.00 Inch
3.46
4.002.08 Penetrasi 2
Icnh
3.00
2.00 3.25
1.00 1.30
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Variasi
67

Gambar 53. Grafik Hubungan CBR 35x Tumbukan di Tiap Variasi


11. CBR variasi campuran domato di setiap tumbukan 56x tanah asli untuk 0,1
inch nilai CBR sebesar 2,73 dan pada 0,2 inch nilai CBR didapat 3,90,
pada tanah variasi campuran 10% nilai CBR 0,1 inch didapat 5,85 dan
pada 0,2 inch nilai CBR didapat 6,06 , pada tanah variasi campuran 15%
nilai CBR 0,1 inch didapat 12,34, dan pada 0,2 inch nilai CBR didapat
12,56, pada tanah variasi 20% nilai CBR 0,1 inch didapat 16,24, dan pada
0,2 inch nilai CBR didapat 16,46. Pada gambar 54 di lihat grafik hubungan
CBR 56x tumbukan.

CBR Tumbukan 56x


18.00 16.46
16.00
14.00 12.56
16.24
12.00
10.00 12.34
Nilai CBR

Penetrasi 1
8.00 6.06
Penetrasi 2 Inch
6.00 3.90
4.00 5.85
2.00
2.73
0.00
00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .0
0 00 00
. .
0. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Variasi

Gambar 54. Grafik Hubungan CBR 56x Tumbukan di Tiap Variasi

12. CBR desain


1. Tanah asli
Gambar 55. Grafik CBR Desain Tanah Asli
68

Berikut hubungan antara compaction tanah asli dan CBR tanah asli
didapatkan CBR desain 3,80% . Lihat pada gambar 55 Grafik CBR Design
tanah asli.
2. Tanah dan 10% Variasi Campuran

Gambar 56. Grafik Desain CBR Tanah + 10% Campuran


Hasil dari hubungan antara compaction 10% dan CBR 10% campuran
didapatkan nilai 6,70% dan CBR desain pada Gambar 56 Grafik CBR
design tanah + 10% domato .

3. Tanah dan Variasi 15% campuran

Gambar 57. Grafik Desain CBR Tanah + 15% Campuran


Hasil dari hubungan antara compaction 15% dan CBR tanah + 15%
campuran, didapatkan nilai CBR desain 12,00% .

4. Tanah dan Variasi 20% campuran


69

Gambar 58. Desain CBR Tanah + 20% Campuran


Hasil dari hubungan antara compaction 20% domato dan CBR tanah
20% campuran, didapatkan nilai CBR desain 15,10% dan CBR desain
pada Gambar 58 grafik CBR design tanah + 20% campuran domato.
5. CBR Design setiap variasi yang memenuhi spesifikasi Bina Marga

Gambar 59. CBR Design Penambahan Domato 15% dan 20%


Setelah melihat grafik CBR design diatas semakin tinggi penambahan
domato maka terjadi juga penambahan nilai CBR design, pada
penambahan10%,15% dan 20% telah mencapai spesifikasi bina marga
untuk pekerjaan tanah dasar.
70

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan substitusi dengan domato pada
tanah lempung yang di stabilisasi, nilai UCS terjadi peningkatan nilai
qu pada tanah asli sebesar 0,186 kg/cm2. Saat di campur dengan domato
10% sebesar 0,105 kg/cm2, 15% sebesar 0,283 kg/cm2, dan 20%
sebesar 0,450 kg/cm2.
2. Hasil stabilisasi dengan substitusi domato terjadi peningkatan pada
nilai CBR pada setiap variasi. Nilai CBR pada tanah asli sebesar
3,80%, pada variasi campuran penggunaan domato 10% sebesar
6,70%, untuk variasi campuran 15% sebesar 12,00%, dan pada variasi
campuran 20% sebesar 15,10%. Nilai CBR yang di dapat dari setiap
campuran terjadi peningkatan di setiap variasi pada campuran 15%,
dan 20% lebih besar dari nilai CBR minimum untuk tanah dasar
(subgrade).
71

3. Kenaikan signifikan nilai CBR pada variasi 15% dan 20% domato di
sebabkan karena komposisi domato yang meningkat sehingga kadar air
dari tanah lempung menurun sehingga campuran yang ada menjadi
mudah padat dan saling mengikat.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka dapat saran sebagai


berikut :
1. Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya tanah yang dipakai pada
pengujian pemadatan dan CBR tanah harus di keringkan serentak
sama-sama di bawah sinar matahari agar kadar air awal tanah di tiap-
tiap variasi sama dan bisa mempermudah pengolahan data pada tiap-
tiap variasi campuran.
2. Lebih memperhatikan proses pencampuran sampel serta lamanya
waktu pemeraman dan perendaman karena merupakan faktor yang
nantinya akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai California
Bearing Ratio.
72

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO T 180-74 Modified Proctor


AASHTO T 193-73 Swelling test and California Bearing Ration (CBR)
AASHTO, 1929. “Public Road Administration Classification System
Andrews, oflaherty, warsiti, 2009, Meningkatkan CBR dan Memperkecil Swelling
Tanah Sub Grade Dengan Metode Stabilitas Tanah Kapur. (Online), Vol. 14 (1):
38-45
Arif Dermawan, Anas Puri, Roza Mildawati, 2017, Pengaruh Perendaman
Terhadap Kuat Dukung Tanah Terstabilisasi Pasir, Pekan baru.
Arif Rahman Antai, 2018. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi dan Semen
pada nilai CBR Tanah Lempung. , Skripsi, Jurusan Teknik Sipil,Program Studi D-
IV, Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan, Politeknik Negeri Manado, Manado.
ASTM D 2166-85 tentang pengujian kuat tekan bebas
ASTM D 2216-80 tentang pengujian batas atterberg
ASTM D 2216-80 tentang pengujian kadar air
ASTM D 2937-83 tentang pengujian berat isi tanah
ASTM D 854-83 tentang pengujian berat jenis tanah
ASTM D-3080-82 tentang geser langsung
Darwis. H., 2017, Dasar-Dasar Teknik Perbaikan Tanah., Pustaka AQ Nyutran
MG, Yogyakarta.
Das, Braja M. 1995, Mekanika Tanah Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Gati Sri Utami, A. Harris. HA, 2016, Analisis Pemanfaatan Kapur sebagai Bahan
Stabilisasi Tanah Lempung Ditinjau dari Kuat Geser, Prosiding SNTEKPAN VI,
A1- 7
Hardiyatmo H.Ch. 2017, Mekanika Tanah 1., Gadjah Mada University Press,
Anggota IKAPI, Yogyakarta.
Hinoke Jefrianto, 2018. Stabilisasi Tanah Lempung Lunak Menggunakan Semen
Untuk Meningkatkan Daya Dukung Tanah, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil,
Program Studi D-IV, Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan, Politeknik
Negeri Manado, Manado.Politeknik Negeri Manado. 2004, Buku Pedoman
Praktek Laboatorium Uji Tanah.Manado.
73

Nuston Imanuel Patras, 2020. Stabilisasi Tanah Lempung Lunak Menggunakan


Pasir Untuk Meningkatkan Nilai CBR di Jalan Soekarno, Skripsi, Jurusan Teknik
Sipil, Program Studi D-IV, Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan, Politeknik
Negeri Manado, Manado.

Oktavianus Kambu, 2020. Pemgaruh Waktu Pemeraman Pada Stabilisasi Tanah


Lempung dengan Campuran Limbah Batu Gamping di Tinjau dari Kuat Geser
Tanah, Jurnal Teknik Sipil, Vol 1, No 1, Mei 2020: 69-78
Suryanto Bawataa, 2015.Kelayakan Material Domao Di pulau Karakelang
Kabupaten Kepulauan Talaud Sebagai Material Lapis Pondasi Perkerasan,
Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.8 Agustus 2015 (590-598) ISSN: 2337-6732
Wesley L.D., 2017, Mekanika Tanah. Ed.2, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai