Anda di halaman 1dari 106

TUGAS AKHIR

PENGARUH KEPADATAN TANAH TERHADAP LAJU INFILTRASI


PADA DAERAH PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

Tugas Akhir Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil FT UNP

Oleh:
RAHMI RAMADIYANI
NIM. 17323083

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BIODATA

A. Data Pribadi
Nama : Rahmi Ramadiyani
Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 19 Desember 1998
Agama : Islam
Anak Ke : 3
Jumlah Saudara : 2
Nama Ayah : Bahril
Nama Ibu : Murniati
Alamat Tetap : Jl. Gunung Tandikat No. 42 Kel. Gunung
Pangilun, Kec. Padang Utara, Kota Padang
Email : Rahmiramadiyani98@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar : SD N 03 Alai Padang
Sekolah Menengah Pertama : SMP N 25 Padang
Sekolah Menengah Atas : SMA N 2 Padang
Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang

C. Tugas Akhir
Judul : Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Laju
Infiltrasi Pada Daerah Pengembangan
Permukiman di Kecamatan Kuranji Kota
Padang
Tanggal Sidang : 05 Juni 2021
ABSTRAK

Rahmi Ramadiyani. 2021. “Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Laju


Infiltrasi Pada Daerah Pengembangan Permukiman Kecamatan
Kuranji Kota Padang.”

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen termasuk kedalam


penelitian kuantitatif. Terdapat uji kepadatan tanah dan uji infiltrasi yang
dilakukan di daerah pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji Kota
Padang, bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh kepadatan tanah
terhadap laju infiltrasi di daerah pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji
Kota Padang. Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa observasi dan
pengumpulan data di lapangan berupa uji sand cone dan uji infiltrasi di lokasi
penelitian. Uji kepadatan tanah dilakukan dengan menggunakan alat sand cone
dan uji infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer. Prinsip pengujian sand
cone yaitu dengan memperoleh nilai berat isi tanah basah, lalu memeriksa kadar
air tanah, kemudian dihitung berat isi tanah keringnya. Sedangkan pada uji
infiltrasi pengukuran dilakukan dengan melihat penurunan air pada ring dalam
setiap jangka waktu tertentu sampai penurunannya konstan. Model yang
digunakan untuk analisis laju infiltrasi pada penelitian ini yaitu model Horton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kepadatan tanah di daerah
pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji yaitu 1,11 gr/cm3 dan hasil rata-
rata nilai kapasitas infiltrasinya yaitu 4,089 cm/jam.

Kata kunci: Kepadatan Tanah, Infiltrasi, Horton, Daerah Pengembangan

i
ABSTRACT

Rahmi Ramadiyani. 2021. “The Effect of Soil Density on the Rate of


Infiltration in the Residential Development Area, Kuranji Sub-District,
Padang City”

This research is a type of experimental research, including quantitative


research. There is a soil density test and an infiltration test conducted in the
residential development area of Kuranji District, Padang city, aims to determine
how much influence soil density has on the infiiltration rate in the residential
development area of Kuranji District, Padang City. The method used in this
research is observation and data in the field in the form of a sand cone test and
infiltration test at the research location. Soil density test was carried out using a
sand cone tool and infiltration test using a double ring infiltrometer. The principle
of a sand cone test is to obtain the weight value of the wet soil, then test the water
content of the soil, then calculate the weight of the dry soil. Whereas in the
infiltration test, the measurement is done by looking at the decrease in air in the
ring for a certain period of time until the decrease is constant. The model used for
the analisys of the infiltration rate in this study is the Horton model. The result
showed that the everage value of soil density in the residential development area
of Kuranji District was 1,11 gr/cm3 dan the average value of the infiltration
capacity was 4,089 cm/hour.

Keywords: Soil Density, Infiltration, Horton, Development Area.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Pengaruh Kepadatan Tanah
Terhadap Laju Infiltrasi Pada Daerah Pengembangan Permukiman Kecamatan
Kuranji Kota Padang”. Tidak lupa shalawat beriring salam penulis ucapkan
kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Padang. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
pengarahan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Totoh Andayono, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan waktu untuk bimbingan, petunjuk, pengarahan dan
nasihat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Faisal Ashar, S.T., M.T., Ph.D selaku Pembimbing Akademik, ketua
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
3. Ibu Dr. Eng Prima Yane Putri, ST.,MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
4. Bapak Dr. Ari Syaiful Rahman Arifin, ST., MT selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan arahan yang sangat membangun dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Ibu Nidal Zuwida, S.Pd., M. Pd.T selaku dosen penguji yang telah memberi
saran dan masukan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Bapak/Ibu dosen serta semua staff pengajar dan teknisi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

iii
7. Kepada Rusdiani Fadhli yang telah memberi semangat, motivasi dan
mendengarkan keluh kesah penulis selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
8. Kepada sahabatku Gracias Viyola Saffitri, Khairini Gusti Novi, Yunita Emilia
Sentosa yang telah membantu dalam melakukan penelitian ke lapangan, serta
mensupport penulis selama pembuatan Tugas Akhir ini.
9. Kepada sahabat seperjuangan Zharifa Adila, Fellya Irza, Desrimelda Amelia
dan Rahmad Efendi, ST yang telah memberikan waktu, semangat dan
motivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kepada Nuzul Fikri, Edo Aprilanda, Imam Khairan, Dezy Saputra, dan Rifky
Aditya Prima yang telah membantu dalam melakukan penelitian ke lapangan
dalam rangka menyelesaikan pengerjaan Tugas Akhir ini.
11. Rekan-rekan angkatan 2017, senior dan junior Jurusan Teknik Sipil yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis selama pengerjaan Tugas
Akhir ini
12. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak Bahril dan Ibu Murniati, kedua
kakakku Fani Eka Putri, SE, dan Paradila S.Pd serta semua keluarga yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil kepada
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Mudah–mudahan Tugas
Akhir ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya. Aamiin.

Padang, 05 Juni 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 5
C. Batasan Masalah.......................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 7
A. Kajian Teori ................................................................................................................ 7
1. Tanah................................................................................................................... 7
a. Klasifikasi Tanah ................................................................................................ 8
b. Sifat Fisik Tanah ............................................................................................... 12
2. Permukiman ...................................................................................................... 13
3. Infiltrasi ............................................................................................................. 14
4. Pemadatan Tanah (Bulk Density) ...................................................................... 20
5. Kepadatan Tanah .............................................................................................. 22
6. Statistik ............................................................................................................. 24
B. Penelitian Relevan ..................................................................................................... 26
C. Kerangka Konseptual ................................................................................................ 27
D. Hipotesis.................................................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 28
A. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................... 28
C. Sampel Penelitian ...................................................................................................... 28
v
D. Variabel Penelitian .................................................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 29
1. Data Primer ....................................................................................................... 29
2. Data Sekunder ................................................................................................... 29
F. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 29
1. Studi Literatur ................................................................................................... 29
2. Observasi dan Pengumpulan Data Lapangan .................................................... 29
G. Langkah-Langkah Pengujian di Lapangan ................................................................ 31
1. Pengujian Laju Infiltrasi.................................................................................... 31
2. Pengujian Kepadatan Tanah.............................................................................. 33
H. Teknik Analisis Data ................................................................................................. 34
1. Analisis Regresi ................................................................................................ 35
2. Analisis Uji t ..................................................................................................... 35
I. Diagram Alir Penelitian ............................................................................................ 37
J. Diagram Alir Pengujian Uji Infiltrasi dan Sand Cone .............................................. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 39
A. Proses Pengumpulan Data ......................................................................................... 39
B. Hasil Pengukuran ...................................................................................................... 39
1. Kepadatan Tanah .............................................................................................. 39
2. Laju Infiltrasi .................................................................................................... 42
3. Analisis Laju Infiltrasi Menggunakan Model Horton ....................................... 52
4. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi .......................................................................... 54
C. Pembahasan Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Laju Infiltrasi ........................... 55
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 58
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 58
A. Saran.......................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59
LAMPIRAN ......................................................................................................... 62

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1. Klasifikasi tanah menurut USDA .......................................................... 8
Gambar 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS................................................. 10
Gambar 3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO .............................. 11
Gambar 4. Laju Infiltrasi ....................................................................................... 14
Gambar 5. Kurva Laju Infiltrasi ............................................................................ 15
Gambar 6. Single Ring Infiltrometer ..................................................................... 19
Gambar 7. Double ring infiltrometer .................................................................... 20
Gambar 8. Pemadatan tanah .................................................................................. 21
Gambar 9. Sand Cone Test .................................................................................... 23
Gambar 10. Kerangka Konseptual ........................................................................ 27
Gambar 11. Peta Kecamatan Kuranji .................................................................... 31
Gambar 12. Analisis Regresi................................................................................. 35
Gambar 13. Analisis Uji t ..................................................................................... 36
Gambar 14. Diagram Alir Penelitian .................................................................... 37
Gambar 15. Bagan Alir Pengujian ........................................................................ 38
Gambar 16. Grafik Nilai Gradien.......................................................................... 47
Gambar 17. Kurva Laju Infiltrasi Titik D1 ........................................................... 48
Gambar 18. Kurva Gabungan Laju Infiltrasi ........................................................ 53
Gambar 19. Kurva Hubungan Nilai Kepadatan Tanah Terhadap Infiltrasi .......... 56

vii
viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tanah USCS ........................................................................... 9
Tabel 2. Klasifikasi Besarnya Laju Infiltrasi ........................................................ 18
Tabel 3. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 30
Tabel 4. Hasil Uji Kepadatan Tanah ..................................................................... 40
Tabel 5. Nilai Kepadatan Tanah pada Masing-Masing Titik ................................ 41
Tabel 6. Laju Infiltrasi pada Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec. Kuranji ................ 43
Tabel 7. Mencari Nilai Gradien ............................................................................ 46
Tabel 8. Rekapitulasi Laju Infiltrasi pada Masing-Masing Titik Pengujian ......... 49
Tabel 9. Nilai Kapasitas Infiltrasi ......................................................................... 51
Tabel 10. Kadar Air Pada Masing-masing Titik ................................................... 52
Tabel 11. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Masing-masing Titik ........................... 54
Tabel 12. Hasil analisis Uji t ................................................................................. 55
Tabel 13. Nilai Kepadatan Tanah dan Laju Infiltrasi ............................................ 56

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengukuran dengan Double Ring Infiltrometer ...................... 62
Lampiran 2. Kurva Nilai Infiltrasi Pada Setiap Titik ............................................ 72
Lampiran 4. Hasil Analisis Model Horton ............................................................ 77
Lampiran 5. Dokumentasi Pengujian .................................................................... 80
Lampiran 6. Surat Izin Pengambilan Data ............................................................ 83
Lampiran 7. Surat Tugas Pembimbing.................................................................. 85
Lampiran 8. Lembar Konsultasi Dengan Pembimbing ......................................... 87

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia menempati peringkat pertama dari 265 negara di dunia yang
di survey oleh badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) karena resiko dari
ancaman tsunami di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Jepang. Selama
kurun waktu 1600 - 2000 terdapat 105 kejadian tsunami dengan 90%
diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9% oleh letusan gunung berapi
dan 1% oleh tanah longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mencatat 1.549 kejadian bencana alam yang terjadi sejak 1 Januari
hingga 29 Juni 2020. Dari total kejadian tersebut, lebih dari 99% merupakan
bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan angin puting
beliung. Rincian jumlah bencana pada kurun waktu tersebut adalah 620
kejadian banjir, 425 kejadian puting beliung, 330 kejadian tanah longsor, 139
kejadian kebakaran hutan dan lahan, 21 kejadian gelombang pasang atau
abrasi, 10 kejadian gempa bumi, 3 kejadian erupsi gunung api, dan 1 kejadian
kekeringan (BNPB, 2020).
Indonesia termasuk ke dalam Negara Kepulauan terbesar di dunia
dengan luas wilayahnya 70% ialah wilayah lautan, dari total luas wilayah
tersebut 3,25 juta km2 adalah lautan (BPS, 2020). Dengan jumlah pulau
sekitar 17.504 pulau yang terdiri dari 5 pulau besar dan 30 kepulauan kecil
(Retnowati, 2011). Negara Indonesia sebagian besar merupakan negara
maritim yang di dominasi oleh lautan, sehingga menyebabkan wilayah
Indonesia termasuk kedalam negara yang rawan terhadap bencana gempa
bumi. Salah satu daerah Indonesia yang rawan bencana gempa bumi adalah
Kota Padang.
Kota Padang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Barat. Secara
geografis, Kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera,
dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas wilayah Kota Padang adalah
694,96 km2 yang berbatasan dengan laut seluas 720,00 km2 dan dikelilingi

1
2

perbukitan seluas ±434,63 km2 (BPS, 2020). Kota Padang merupakan daerah
yang sangat rawan bencana gempa bumi karena berada di atas lempeng Indo-
Australia dan memiliki megathrust yang memungkinkan terjadinya gempa
besar. Menurut para ahli gempa, Kota Padang adalah daerah yang rawan
terhadap potensi bencana alam dan diprediksi akan mengalami gempa besar
yang disertai tsunami (Rafika S, 2018).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Kota
Padang berjumlah 950.871 jiwa dengan pertumbuhan penduduk mencapai
13.000 pertahun (BPS, 2020). Kota Padang berada di daerah pesisir pantai
yang merupakan daerah yang rawan terhadap bencana alam gempa bumi dan
tsunami serta daerah pesisir pantai memiliki angka pertumbuhan
perekonomian yang tinggi karena masyarakat di sekitar pesisir pantai
melakukan aktifitas sosial dan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada di darat dan juga sumber daya laut. Masyarakat di sekitar pesisir
pantai dominan bermata pencaharian seperti berdagang, nelayan, budidaya
ikan, penambangan pasir, dan transportasi laut. Di sektor pendidikan banyak
terdapat bangunan sekolah, dan di sektor bisnis seperti rumah makan, pusat
perbelanjaan dan perkantoran. Kondisi ini menyebabkan daerah pesisir
semakin sempit termasuk ketersediaan lahan untuk permukiman penduduk.
Jumlah penduduk Kota Padang yang semakin bertambah salah satunya
di daerah pesisir pantai Kota Padang menjadikan kebutuhan akan lahan
permukiman semakin meningkat, hal ini menyebabkan jumlah lahan untuk
permukiman yang harus tersedia akan semakin besar. Maka, daerah yang
sebelumnya bukan merupakan daerah permukiman harus dialih fungsikan
menjadi daerah permukiman untuk memenuhi kebutuhan lahan permukiman
yang disebut daerah pengembangan.
Berdasarkan dari data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Padang tahun 2010 - 2030, daerah pengembangan di Kota Padang diarahkan
ke bagian selatan dan timur. Terdapat kawasan pengembangan permukiman
yang diperuntukkan untuk daerah permukiman penduduk pada saat sekarang
dan untuk masa yang akan datang yaitu di Kecamatan Pauh, Kecamatan
3

Lubuk Kilangan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Koto


Tangah dan Kecamatan Kuranji (Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4,
2012). Salah satu daerah pengembangan permukiman di Kota Padang yaitu di
Kecamatan Kuranji dengan tingkat kepadatan rendah–sedang.
Kecamatan Kuranji merupakan salah satu daerah pengembangan
permukiman di Kota Padang dengan jumlah penduduk setiap tahunnya rata-
rata mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 jumlah penduduk mencapai
146.709 orang. Berdasarkan (Keputusan Walikota Padang No. 32 Tahun,
2012) tentang Penetapan Lokasi dan Luasan Ruang Terbuka Hijau Kota
Padang, Kecamatan Kuranji ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau Alami
(RTH Alami) dimana terdapat hutan suaka alam, hutan lindung, pertanian,
dan sabuk hijau (green belt). Lahan di Kecamatan Kuranji ini dipergunakan
sebagai lahan pertanian seluas 1.921 Ha, perkebunan seluas 150 Ha, ladang
seluas 941 Ha, hutan rakyat seluas 550 Ha, tegal/kebun seluas 26 Ha (Badan
Pusat Statistik Kota Padang, 2018). Jadi, Kecamatan Kuranji di dominasi oleh
lahan pertanian, sehingga diperlukan pemadatan tanah sebelum dijadikannya
permukiman. Pada saat ini, Kecamatan Kuranji digunakan sebagai daerah
pengembangan permukiman dengan tipe permukiman bersifat permanen.
Dikutip dari (de Almaida dkk, 2018; Walker dkk, 2002), perubahan
tata guna lahan di daerah tersebut diperkirakan dapat mengganggu rantai
siklus hidrologi yang disebabkan kondisi/parameter tanah mengalami
perubahan seperti kepadatan tanah, porositas tanah, permeabilitas, struktur
tanah, tekstur tanah dan lain-lain. Maka, untuk menjadikan Kecamatan
Kuranji menjadi daerah permukiman perlu dilakukan penimbunan tanah, lalu
dipadatkan (Andayono dkk, 2019).
Daerah permukiman harus memiliki daya dukung tanah yang besar
agar dapat menopang bangunan di atasnya. Untuk meningkatkan daya dukung
tanah perlu dilakukan pemadatan tanah yang akan berdampak pada infiltrasi.
Infiltrasi adalah proses meresapnya air kedalam tanah. Semakin tinggi daya
dukung tanah maka akan semakin kecil laju infiltrasi. Pemadatan merupakan
metode yang umum digunakan untuk memperbaiki keadaan tanah yang
4

sifatnya buruk, selain itu pemadatan juga bertujuan untuk meningkatkan kuat
geser tanah, mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi
permeabilitas, dan mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan
kadar air. Tanah timbunan yang dipadatkan akan mempengaruhi laju infiltrasi
karena akan menghambat ruang masuk air (Hakam dkk, 2010).
Untuk memaksimalkan kepadatan pada Kecamatan Kuranji dilakukan
perbaikan tanah dengan cara ditimbun. Timbunan tersebut dapat mengubah
sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berkaitan
dengan kondisi tanah asli. Sifat fisik tanah diantaranya yaitu tekstur tanah,
kepadatan tanah, porositas tanah, kadar air, dan temperatur tanah (Renhardika
dkk, 2015).
Tanah memiliki nilai kadar air. Kadar air (w) merupakan
perbandingan antara berat air didalam suatu massa tanah terhadap berat
butiran padat atau isi tanah dari volume tanah yang akan diselidiki. Jika
kadar air suatu tanah rendah maka tanah akan menjadi keras atau kaku dan
sulit untuk dipadatkan, bila kadar air ditambahkan maka air akan berperan
sebagai pelumas, sehingga mempermudah pemadatan tanah dan celah antar
butir menjadi lebih kecil. Pada kadar air yang mempunyai nilai kepadatan
yang tinggi maka akan mengalami penurunan karena pori-pori tanah terisi
oleh air yang yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara dipadatkan
(Syafruddin, 2007).
Di Kecamatan Kuranji ini belum adanya penelitian yang mengkaji
tentang bagaimana pengaruh kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah
Pengembangan Permukiman Kecamatan Kuranji Kota Padang.
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap permasalahan tersebut. Tugas akhir ini diberi judul
“Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Laju Infiltrasi Pada Daerah
Pengembangan Permukiman di Kecamatan Kuranji Kota Padang”.
5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, identifikasi masalah yang dapat diambil, yaitu:
1. Adanya perubahan tata guna lahan menyebabkan kondisi tanah mengalami
perubahan.
2. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menjadikan kebutuhan akan
lahan permukiman semakin meningkat.
3. Tanah timbunan yang dipadatkan akan mempengaruhi laju infiltrasi
disebabkan ruang masuk air terhambat.
C. Batasan Masalah
Agar tugas akhir ini dapat terarah dengan baik, maka perlu batasan
masalah agar sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Masalah yang dibahas
pada tugas akhir ini yaitu hanya untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah
terhadap laju infiltrasi, karena kondisi tanah mengalami perubahan pada
daerah pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji. Penelitian kepadatan
tanah dengan uji sand cone berpedoman kepada SNI 03-2828-1992 dan laju
infiltrasi menggunakan alat double ring infiltrometer berpedoman kepada SNI
7752:2012.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah berapa besar pengaruh
kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah pengembangan permukiman
Kecamatan Kuranji Kota Padang ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepadatan
tanah terhadap laju infiltrasi pada daerah pengembangan permukiman di
Kecamatan Kuranji Kota Padang.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat tugas akhir ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk memperoleh gelar sarjana teknik Program Studi
Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang, dan sebagai calon sarjana teknik yang nantinya akan terjun ke
6

dunia konstruksi. Penelitian ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan


tentang pengaruh kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi.
2. Bagi Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Negeri Padang, untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan informasi tentang nilai kepadatan
tanah terhadap laju infiltrasi pada daerah pengembangan permukiman di
Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
3. Bagi Pemerintah, untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang
keadaan kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah penelitian.
4. Bagi Masyarakat, untuk memberikan informasi tentang kepadatan tanah
terhadap laju infiltrasi di lokasi penelitian.
5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi dan pedoman dalam
melakukan penelitian kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah
pengembangan permukiman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tanah
Menurut Das (1995), tanah merupakan kumpulan bahan yang
terdiri dari partikel-partikel (agregat) mineral alami yang secara mekanik
dapat dipisahkan ketika agregat berada di dalam air. Bahan organik dan
endapan yang relatif lepas (loose) terletak diatas batuan dasar (bedrock).
Karena adanya zat organik, karbonat, dan oksida pada partikel, maka
ikatan antar partikel relatif lemah. Ruang pada partikel mengandung air,
udara atau benda lain. Partikel tanah memiliki ukuran yang bervariasi dan
mempunyai sifat fisik tanah yang bergantung pada faktor ukuran, bentuk
dan kandungan kimia partikel tersebut (Hardiyatmo, 2010).
Menurut Bowles (1984), tanah ialah suatu campuran dari satu atau
semua jenis partikel-partikel, sebagai berikut :
a. Berangkal (boulders) adalah potongan batu besar, biasanya lebih besar
dari 250 sampai 300 mm dan ukuran 150 mm sampai 250 mm,
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).
b. Kerikil (gravel) adalah suatu partikel batuan yang memiliki ukuran 5
mm sampai 150 mm.
c. Pasir (sand) adalah suatu partikel batuan yang memiliki ukuran 0,074
mm sampai 5 mm, mulai dari partikel kasar berukuran 3 mm sampai 5
mm dan partikel halus berukuran kurang dari 1 mm.
d. Lanau (silt) adalah suatu kumpulan bahan batuan yang memiliki
ukuran mulai dari 0,002 mm sampai dengan 0,0074 mm.
e. Lempung (clay) adalah kumpulan partikel mineral yang memiliki
ukuran lebih kecil dari 0,002 mm dan bersifat kohesif.
f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan memiliki
ukuran kurang dari dari 0,001 mm.

7
8

a. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah merupakan suatu sistem yang mengatur
beberapa jenis tanah yang berbeda-beda, namun menurut kegunaannya
memiliki karakteristik yang hampir sama dan dibagi ke dalam
kelompok dan sub kelompok yang berbeda (Das, 1993). Klasifikasi
tanah bertujuan untuk memudahkan dalam menjelaskan sifat-sifat
umum tanah. Sifat ini sangat bervariasi dan tidak perlu penjelasan
secara detail dan dibagi berdasarkan tekstur dan pemakaian.
1) Klasifikasi Berdasarkan Tekstur
Secara umum, tekstur adalah keadaan permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh ukuran setiap butiran di dalam tanah. Berdasarkan
teksturnya, tanah dibagi menjadi beberapa kelompok ukuran butiran
yaitu kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay).
Pada dasarnya, tanah asli ialah kumpulan campuran butiran dengan
ukuran yang berbeda-beda. Berdasarkan teksturnya, diberikan
penamaan pada tanah sesuai unsur yang terkandung di dalamnya
seperti lempung berpasir (sand clay), lempung berlanau (silty clay).
Klasifikasi tanah menurut USDA dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Klasifikasi tanah menurut USDA


Sumber: USDA
9

2) Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian


Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan merupakan
hasil pengembangan dari sistem klasifikasi yang sudah ada. Sistem
klasifikasi ini memperhitungkan distribusi ukuran butir dan batas
Atterberg, misalnya Unified Soil Classification System (USCS) dan
sistem klasifikasi American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO).
a) Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)
Sistem klasifikasi Unified Soil Classification System
(USCS) dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu pasir dan
kerikil yang memiliki presentase kurang dari 50% berat total
sampel tanah yang lolos saringan No. 200. Sifat teknis tanah
ditentukan dari ukuran butir dan gradasi butirnya.
(2) Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang
memiliki presentase lolos saringan No. 200 lebih dari 50%.
Tanah lanau dan lempung termasuk tanah berbutir halus.
Tanah ini dikelompokkan berdasarkan plastisitas dan ukuran
butirnya.
Menurut Bowles 1991 dikutip dari (Rama Indra
Kusuma, 2016), tanah dikelompokkan kedalam klasifikasi
USCS dapat dilihat pada Tabel.1
Tabel 1. Klasifikasi Tanah USCS
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi Baik W
Gradasi Buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C LL < 50% L
Organik O LL < 50% H
Gambut Pt
Sumber : Bowles 1991
10

Gambar 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS


Sumber : USCS
11

b) Sistem Klasifikasi American Association of State Highway and


Transportation Officials (AASHTO)
Klasifikasi American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO) didasarkan pada kriteria
ukuran butir dan plastisitas. Didalam pengklasifikasian tanah
dibutuhkan pengujian analisis ukuran butiran dan pengujian
batas cair dan batas plastis (Sukirman, 1992). Berdasarkan
sifatnya, AASHTO dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Tanah berbutir kasar, 35% atau kurang dari jumlah butiran
tanah tersebut lolos ayakan No. 200 dan diklasifikasikan
kedalam kelompok A-1, A-2, dan A-3.
(2) Tanah berbutir halus, 35% atau lebih butiran yang lolos
ayakan No. 200 dan termasuk dalam butiran kelompok A-4
sampai A-7.

Gambar 3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO


Sumber: Das (1995)
12

b. Sifat Fisik Tanah


Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berhubungan
dengan kondisi tanah asli atau alami. Menurut (Naldo, 2011) dikutip
dari (Desa, 2016), sifat tanah akan mempengaruhi potensi tanah untuk
berproduksi secara maksimal. Sifat fisik tanah, diantaranya:
1) Ukuran Butiran
Ukuran partikel tanah berbeda-beda tergantung dari jenis tanah
tersebut. Dilakukan uji saringan dengan saringan yang telah
disusun dengan lubang terbesar berada pada bagian atas yang
berguna untuk menentukan ukuran butiran.
2) Kadar Air
Kadar air (w) merupakan perbandingan antara berat air yang
terkandung didalam tanah dengan berat butiran padat dari volume
tanah yang diselidiki.
3) Berat Jenis Tanah
Berat jenis tanah (Gs) merupakan perbandingan antara berat
butir tanah kering dengan volume partikel padat pada suhu tertentu.
4) Tekstur tanah
Tekstur tanah mempengaruhi tingkat laju infiltrasi. Semakin
halus tekstur tanah maka air akan semakin sulit terinfiltrasi
dikarenakan pori-pori tanah menjadi rapat.
5) Porositas
Porositas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air
yang berlebih sehingga tanah tidak jadi jenuh air. Definisi porositas
yaitu suatu perbandingan antara jumlah volume ruang kosong
dengan volume keseluruhan massa tanah.
13

2. Permukiman
Berdasarkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun, 2011) tentang perumahan dan kawasan permukiman mengatakan
bahwa:
a. Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang meliputi
lebih dari satu unit perumahan yang memiliki prasarana, sarana,
utilitas umum, serta sebagai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan.
b. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Komposisi unsur yang membentuk permukiman beraneka ragam,
diantaranya: alam (nature), jejaring (network), manusia (man), masyarakat
(society), serta kegiatan yang ada pada permukiman juga beragam.
Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1980) dalam
Yuniawan (2011), terdapat faktor-faktor yang dijadikan penimbang
parameter kualitas permukiman, yaitu:
1) Kepadatan bangunan
2) Lebar jalan masuk permukiman
3) Tata letak bangunan
4) Kondisi permukaan jalan masuk permukiman
5) Pohon pelindung jalan
6) Lokasi permukiman
7) Kualitas atap pembangun
Tipe Permukiman menurut Wesnawa (2015:32) mengemukakan
tipe permukiman dapat dibedakan menjadi dua tipe permukiman, yaitu:
a) Tipe Permukiman Berdasarkan Waktu Hunian
Ditinjau dari waktu hunian permukiman dapat dibedakan
menjadi permukiman sementara dan permukiman bersifat permanen.
Tipe sementara dapat dihuni hanya beberapa hari (rumah tenda
penduduk pengembara), dihuni hanya untuk beberapa bulan (kasus
perumahan peladang yang berpindah secara musiman), dan hunian
14

hanya untuk beberapa tahun (kasus perumahan peladang yang


berpindah tergantung kesuburan tanah). Tipe permanen, umumnya
dibangun dan dihuni untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Berdasarkan tipe ini, sifat permukiman lebih banyak bersifat
permanen.
b) Tipe Permukiman Berdasarkan Karakteristik Fisik dan Nonfisik.
Pada hakekatnya permukiman memiliki struktur yang dinamis,
setiap saat dapat berubah. Hal ini terjadi dalam kasus permukiman
yang besar, karena perubahan disertai oleh pertumbuhan. Suatu
permukiman yang menjadi semakin besar, secara mendasar dapat
mengalami perubahan sifat, ukuran, bentuk, rencana, gaya bangunan,
fungsi dan kepentingannya.

3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah secara vertikal melalui pori-pori tanah (Ajidirman,
2005). Proses infiltrasi yang terjadi terdiri dari tiga proses yang berurutan,
yaitu proses masuknya air ke permukaan tanah disebut infiltrasi, proses
aliran air dalam tanah (water movement/water flow) dan perubahan
tampungan dalam tanah (change of storage). Ketiga proses tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan berpengaruh kepada besaranya laju
infiltrasi (Annisa, 2018). Ilustrasi laju infiltrasi dilihat pada Gambar.4

Gambar 4. Laju Infiltrasi


Sumber: (Annisa, 2018)
15

Proses infiltrasi merupakan bagian yang sangat penting dalam


siklus hidrologi maupun dalam proses pengalih hujan menjadi aliran ke
dalam tanah sebelum ke sungai. Terdapat dua parameter yang berkaitan
dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi
adalah banyaknya air yang masuk melalui permukaan tanah persatuan
waktu. Pada saat tanah masih dalam keadaan kering maka laju infiltrasi
tinggi. Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju infiltrasi akan menurun
dan menjadi konstan. Sedangkan kapasitas infiltrasi menurut (Arsyad,
1989) dikutip dari (David, 2007) merupakan laju maksimum air yang
dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat. Laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam.

Gambar 5. Kurva Laju Infiltrasi


Sumber : (Syukur, 2009)

Menurut Triatmodjo (2008) dikutip dari (Ikhsan, 2017), faktor-


faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi, yaitu:
a. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh
Air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam
tanah yang dapat menyebabkan lapisan di bawah permukaan tanah
menjadi jenuh air.
16

b. Kelembaban Tanah
Kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara
pori-pori tanah. Kelembaban tanah sangat dinamis disebabkan adanya
penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi.
c. Pemampatan oleh Hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butiran tanah mengalami pemadatan
oleh butiran air hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah
yang berbutir halus seperti lempung, yang masuk ke dalam tanah yang
mengisi pori-pori tanah sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi.
Pada tanah pasir pengaruh pemampatan sangat kecil. Pemampatan
dapat terjadi akibat injakan manusia, hewan dan kendaraan.
d. Penyumbatan oleh Butir Halus
Ketika tanah dalam keadaan sangat kering, terdapat butiran halus pada
permukaannya. Ketika terjadi hujan dan proses infiltrasi terjadi, maka
butiran halus akan terbawa ke dalam tanah dan mengisi pori-pori tanah,
sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi.
e. Tanaman Penutup
Banyaknya tanaman seperti rumput dan pohon-pohon besar pada saat
terjadi hujan dapat memperbesar laju infiltrasi. Karena banyak terdapat
sarang serangga dan tanah humus. Sehingga membantu masuknya air
ke dalam tanah.
f. Topografi.
Topografi merupakan keadaan permukaan/kontur tanah. Apabila hujan
yang turun besar dan topografi tanah terjal, maka laju infiltrasi kecil.
Topografi yang terjal akan mengalirkan air dengan cepat sehingga
waktu infiltrasi kurang. Topografi yang landai maupun datar dapat
menghasilkan infiltrasi yang lebih besar. Kemiringan lahan berkaitan
dengan waktu untuk infiltrasi.
g. Intensitas Hujan.
Intensitas hujan yaitu besarnya hujan yang turun dalam satuan waktu.
Bila intensitas hujan kecil dari kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi
17

aktual akan sama dengan intensitas hujan. Sedangkan jika intensitas


hujan besar dari kapasitas inlfitrasi maka laju infiltrasi aktual sama
dengan kapasitas infiltrasi.
Untuk mendapatkan nilai laju infiltrasi yang ada di lapangan, maka
dilakukan pendekatan melalui persamaan infiltrasi. Model dalam
perhitungan infiltrasi (Munaljid, 2015), sebagai berikut:
1) Model Kostiakov
Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power
dengan tidak memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju
infiltrasi tetap) sebagai komponen fungsi. Fungsi infiltrasi dan laju
infiltrasi disajikan pada persamaan di bawah ini:
𝐹= 0 < b < 1 ……………………….…………………..(1)

𝑓= = ………………………………....……………(2)

Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung


pada karakteristik tanah dan kadar air tanah awal. Konstanta ini tidak
bisa ditentukan sebelumnya dan biasanya ditentukan dengan penarikan
sebuah garis lurus pada kertas grafik untuk data empirik atau dengan
menggunakan metode pangkat terkecil.
2) Model Horton
Model Horton merupakan salah satu model infiltrasi yang
terkenal dalam hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi
berkurang seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai
konstan. Menurut pandangan Horton, bahwa penurunan kapasitas
infiltrasi dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan tanah
dibanding dengan proses aliran di dalam tanah. Model Horton dapat
dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan berikut:
𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐) …………………………………...(3)
Dimana:
f = laju infiltrasi nyata
fc = laju infiltrasi konstan
18

fo = laju infiltrasi awal


K = konstanta geofisik
Model Horton sangat simpel dan cocok untuk dijadikan data
percobaan. Kelemahan utama dari model ini terletak pada penentuan
parameternya fo, fc dan k dan ditentukan dengan pencocokan data.
3) Model Philip
Model perhitungan Philip digunakan data dari dua interval
waktu dan dari dua nilai infiltrasi akumulatif pada interval tersebut.
Dari kedua persamaan pada interval tersebut digabungkan untuk
mengevaluasi konstanta sehingga diperoleh persamaan infiltrasi.
Berikut adalah persamaan infiltrasi model Philip.
𝑓p = C + K. ……………………...…………………….(4)
Dimana:
fp = laju infiltrasi
c = konstanta
k = konstanta infiltrasi
t = waktu infiltrasi
Untuk menentukan klasifikasi infiltrasi, terlebih dahulu harus
diketahui nilai infiltrasi. Adapun untuk menentukan klasifikasi daerah
resapan berdasarkan nilai infiltrasi dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2. Klasifikasi Besarnya Laju Infiltrasi

Klasifikasi Laju Infiltrasi Konstan


(mm/jam)
Sangat Lambat <1
Lambat 1-5
Sedang-lambat 5-20
Sedang 20-65
Sedang-cepat 65-125
Cepat 125-250
Sangat cepat >250
Sumber: U.S Soil Conservation
19

Menurut (Renhardika dkk, 2015), pengukuran infiltrasi


dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang besar laju infiltrasi
dan variasi sebagai fungsi waktu. Cara pengukuran infiltrasi dapat
dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat infiltrometer. Ada
dua bentuk ring infiltrometer, yaitu single ring infiltrometer dan
double ring infiltrometer.
Berikut penjelasan mengenai kedua alat tersebut (Masduqi dkk,
2013), yaitu:
a) Single Ring Infiltrometer
Single Ring Infiltrometer berbentuk silinder baja atau bahan
lain pada umumnya berdiameter antara 10-50 cm dan panjang atau
tinggi 10-20 cm. Alat ini dilengkapi dengan tangki cadangan air.
Untuk alat sederhana, tangki air bisa diganti dengan ember. Pada
dinding silinder terdapat skala dalam mm, dan masih perlu dilengkapi
dengan bantalan kayu dan pukul besi untuk memasukkan silinder ke
dalam tanah. Single ring infiltrometer dapat dilihat pada Gambar. 6

Gambar 6. Single Ring Infiltrometer


Sumber : (Masduqi dkk, 2013)
b) Double Ring Infiltrometer
Double ring infiltrometer pada dasarnya sama dengan single
ring infiltrometer, tetapi ada tambahan satu silinder lain dengan
diameter kurang lebih dua kali silinder yang ada di dalamnya. Alat
yang digunakan adalah jenis alat double ring infiltrometer.
Infiltrometer silinder ditempatkan didalam infiltrometer silinder
lain yang lebih besar. Ukuran ring pengukur/ring bagian dalam
20

umumnya berdiameter 10 - 20 cm, sedangkan ring penyangga bagian


luar berdiameter hingga 50 cm. Untuk tujuan tertentu sering dilakukan
pengaturan pada ring yang lebih kecil. Silinder yang lebih besar hanya
digunakan sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas
yang timbul oleh adanya silinder. Namun, penggunaan ring yang
terlalu kecil dapat menyebabkan tingginya tingkat kesalahan pada saat
pengukuran. Double ring infiltrometer dapat dilihat pada Gambar. 7

Gambar 7. Double ring infiltrometer


Sumber : (Masduqi dkk, 2013)

4. Pemadatan Tanah (Bulk Density)


Pemadatan tanah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk memampatkan
partikel tanah yang membuat jarak antar partikel tanah menjadi lebih kecil.
Tingkat kepadatan tanah diukur dari berat volume isi kering tanah,
semakin tinggi berat volume kering, maka semakin tinggi kepadatannya.
Jika berat volume tanah kering meningkat, maka kadar air juga akan
meningkat (Syafruddin, 2007). Pada saat kadar air memiliki nilai ⱷ = 0,
maka volume tanah kering sama dengan berat volume tanah yang basah.
Tanah yang memiliki pori yang besar akan memudahkan masuknya air ke
dalam agregat tanah (Susilowati dkk, 2018).
21

Gambar 8. Pemadatan tanah


Sumber: (Agustina, 2019)
Menurut (Yuliet, 2011), adapun tujuan pemadatan tanah, sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kuat geser tanah.
b. Mengurangi sifat mudah mampat (compresibilitas).
c. Dapat mengurangi permeabilitas.
d. Mengurangi perubahan volume akibat perubahan kadar air
Dalam pemadatan tanah, terdapat empat faktor yang
mempengaruhi hasil pemadatan, yaitu:
a. Berat volume kering awal
Tanah memiliki berat volume kering sebelum dipadatkan. Tanah yang
memiliki berat volume kering awal yang lebih besar, lalu setelah
dilakukan pemadatan akan mempunyai kepadatan yang lebih tinggi bila
usaha pemadatannya sama.
b. Usaha pemadatan (energi pemadatan)
Usaha pemadatan merupakan suatu pengukur energi mekanik yang
diterapkan ke tanah. Apabila energi pemadatan membesar, maka tanah
menjadi semakin padat.
c. Jenis tanah
Jenis tanah antara lain ukuran butiran, bentuk butiran, dan berat jenis
sangat berpengaruh pada berat volume maksimum dan kadar air
optimum. Pada umumnya, tanah berbutir kasar lebih mudah untuk
dipadatkan dibanding dengan tanah berbutir halus.
22

d. Kadar air
Kadar air merupakan parameter yang sangat penting dalam proses
pemadatan. Air bersifat melicinkan partikel tanah, sehingga membuat
partikel tanah menjadi rapat. Akan tetapi, terlalu banyak air akan
membuat tanah menjadi jenuh.

5. Kepadatan Tanah
Kepadatan tanah merupakan proses naiknya kerapatan tanah
dengan cara memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi
volume udara (Susilowati dkk, 2018). Kepadatan tanah perlu diperhatikan,
karena adanya perubahan cuaca dan iklim yang dapat menimbulkan hal-
hal yang tak diinginkan, seperti sering terjadi hujan daripada cuaca panas
mengakibatkan tanah semakin tipis. Maka, sebelum tanah dipadatkan
terlebih dahulu dilakukan perbaikan tanah dengan cara ditimbun.
Kepadatan tanah di lapangan diuji dengan pengujian sand cone.
Pengujian sand cone adalah pengujian kepadatan tanah di lapangan
menggunakan pasir ottawa sebagai parameter kepadatan tanah. Pasir
ottawa yang digunakan harus lolos saringan No. 10 dan tertahan pada
saringan No. 200 (Ermaningsih & Har, 2018).
Di dalam uji sand cone pasir ottawa yang digunakan harus memenuhi
syarat, sebagai berikut:
a. Pasir harus bersih, keras, kering, dan tidak mengandung bahan
pengikat sehingga dapat mengalir bebas.
b. Ukuran gradasi yaitu 0,075 mm sampai 2 mm atau yang lolos saringan
No. 10 dan tertahan di saringan No. 200.
Penentuan lokasi titik uji sand cone harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Titik uji tidak boleh tergenang air.
b. Hindari akan adanya getaran pada saat pengujian berlangsung.
Sketsa pengujian kepadatan tanah di lapangan dapat dilihat pada
Gambar. 9
23

Gambar 9. Sand Cone Test


Sumber: (Agustina, 2019)

Adapun rumus untuk menghitung kepadatan tanah dengan uji sand


cone berpedoman pada SNI 03-2828-1992, sebagai berikut:
…………………………………………………………(5)

Dimana:
= Berat isi tanah (g/cm3)
Ve = Volume lubang (cm3)
W8 = Berat wadah + tanah (gr)
W9 = Berat wadah (gr)
Perhitungan volume lubang dapat dihitung menggunakan rumus:

………………………….……………………………..(6)

Dimana:
Ve = Volume lubang (cm3)
= Berat isi pasir (gr/cm3)
W10 = Berat pasir dalam lubang (gr)
Sementara itu, W10 dapat dihitung dengan rumus:
W10 = W6-W7-Wc…………………………………………..……(7)
Dimana:
W10 = Berat pasir dalam lubang (gr)
W6 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gr)
W7 = Berat botol + corong + sisa pasir (gr)
Wc = Berat pasir dalam corong (gr)
24

Rumus untuk menghitung berat pasir dalam corong, yaitu:


Wc = W4 – W5………………………….………………………..(8)
Dimana:
Wc = Berat pasir dalam corong (gr)
W4 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gr)
W5 = Berat botol + corong + sisa pasir (gr)
Perhitungan berat isi pasir (γs), yaitu:
…………………………………….…………….. (9)

Dimana:
= Berat isi pasir (gr/cm3)
V1 = Volume/isi botol (cm3)
W1 = Berat botol + corong (gr)
W3 = Berat botol + corong + pasir (gr)
Perhitungan volume/isi botol (V1), yaitu:
V1 = W2 – W1……………….….……………………………… (10)
Dimana:
V1 = Volume/isi botol (cm3)
W1 = Berat botol + corong (gr)
W2 = Berat botol + corong + air (gr)

6. Statistik
Statistik merupakan informasi yang menjelaskan suatu
permasalahan. Statistik berfungsi untuk mendeskripsikan data yang telah
dikumpulkan, untuk membedakan data berdasarkan rata-rata kelompok,
dan menghubungkan pengaruh data yang satu dengan data yang lainnya,
sehingga akan didapatkan kesimpulan dari data yang telah di analisis.
Hasil data yang didapatkan dalam bentuk tabel hingga grafik. Pada
penelitian ini uji statistik berfungsi untuk menentukan hubungan/pengaruh
antara satu variabel dengan variabel yang lainnya agar lebih mudah untuk
dipahami (Statistik, 2013). Adapun jenis uji statistik yang digunakan
yaitu, sebagai berikut:
25

a. Regresi
Analisis regresi merupakan analisis statistik yang mempelajari
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam regresi didapatkan R
square (R2) atau sering disebut dengan koefisien determinasi
merupakan indikator yang digunakan untuk menggambarkan berapa
banyak variasi yang dijelaskan dalam model. Berdasarkan nilai R2
dapat diketahui tingkat signifikansi atau kesesuaian hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dalam regresi.
Pada persamaan regresi bertujuan untuk memberikan proporsi
atau persentase variasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh
variabel bebas. Adapun nilai R2 terletak antara 0 – 1 dan kecocokan
model dikatakan lebih baik apabila R2 semakin mendekati 1 (Junaidi,
2014).

b. Uji T
Uji t digunakan untuk menguji kemaknaan atau keberartian
koefisien regresi partial. Pengujian melalui uji t yaitu dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf nyata α = 0,05. Uji t
berpengaruh positif dan signifikan apabila hasil perhitungan t hitung
lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel) atau probabilitas kesalahan
lebih kecil dari 5%.
Menurut Ghozali (2012:98) Uji beda t-test digunakan untuk
menguji seberapa jauh pengaruh variabel independent yang digunakan
dalam penelitian secara individual dalam menerangkan variabel
dependent. Dasar pengambilan keputusan dalam uji t sebagai berikut:
1) Menentukan formulasi HO dan HA, yaitu:
a) HO : bi ≤ artinya HO tidak ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.
b) HA : bi > 0 artinya HA ada pengaruh yang positif dan
signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat.
26

2) Tes Statistik
a) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan HA diterima,
berarti ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing
variabel independent dan variabel dependent.
b) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan HA ditolak,
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-
masing variabel independent dan variabel dependent.

B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penulis “Pengaruh
Kepadatan Tanah Terhadap Laju Infiltrasi Pada Daerah Pengembangan
Permukiman Di Kecamatan Kuranji, Kota Padang” adalah:
1. Penelitian Totoh, dkk (2019) dengan judul “Hubungan Laju Infiltrasi
Terhadap Kepadatan Tanah di Kawasan Permukiman”. Pada penelitian ini
disebutkan bahwa nilai parameter kepadatan tanah berkisar antara 1,61 –
2,23 gr/cm3 dan laju infiltrasi rata-rata sebesar 0,654 mm/jam yang
tergolong kelas 0 (sangat lambat). Berdasarkan kesimpulan pada penelitian
ini laju infiltrasi tanah berbanding terbalik dengan kepadatan tanah karena
kepadatan tanah berpengaruh terhadap laju infiltrasi sebesar 8,7%,
sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti porositas,
jenis tanah, dan kelembaban.
2. Penelitian Totoh, dkk (2018) dengan judul “Pengaruh Kepadatan Tanah
Terhadap Laju Infiltrasi Dikawasan Pengembangan Kota Padang”. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa untuk kepadatan tanah tinggi (nilai γd =
1,00 – 1,50 gr/cm3) dan laju infiltrasi tanah akhir rata-rata sebesar 0,1 – 0,9
mm/menit yang menyebabkan kemampuan daya serap limpasan air hujan
menjadi rendah. Sedangkan pada tanah dengan kepadatan rendah (nilai γd
= 0,30–1,00 gr/cm3) dan laju infiltrasi relatif tinggi mencapai 0,22
mm/menit. Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa kepadatan tanah berpengaruh terhadap laju infiltrasi, yaitu 23,7%
kapasitas infiltrasi di daerah pengembangan Kota Padang dipengaruhi oleh
27

parameter kepadatan (γd), sementara sisanya dipengaruhi oleh parameter


parameter lain.
3. Penelitian Fauzan, dkk (2018) dengan judul “Kajian Laju Infiltrasi Pada
DAS Air Timbalun Kota Padang Ditinjau Dari Perbedaan Lithology,
Kemiringan Lahan, dan Parameter Fisik Tanah”. Pada penelitian ini
didapatkan analisis statistik yaitu kepadatan tanah terhadap infiltrasi (R2) =
30,1% dengan korelasi -0,549 (sedang).
4. Penelitian Reta (2017) dengan judul “Studi Pengaruh Sifat Fisik Tanah
Terhadap Karakteristik Laju Infiltrasi”. Pada penelitian ini didapatkan
hasil pengukuran laju infiltrasi di lapangan pada Universitas Brawijaya
memiliki nilai laju infiltrasi berkisar antara 4mm/menit – 15 mm/menit.

C. Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui berapa besar
pengaruh kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah pengembangan
permukiman Kecamatan Kuranji, Kota Padang.

X = Kepadatan Tanah Y = Laju Infiltrasi

Gambar 10. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis
Tidak terdapat pengaruh kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi yaitu ,
dimana Ho ditolak dan HA diterima atau Ho diterima dan HA ditolak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen,
dimana data langsung diambil di lapangan. Menurut Suliyanto (2017),
penelitian eksperimen termasuk ke dalam metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang mengandalkan metode
ilmu pengetahuan alam yang menghasilkan data numerik dan fakta. Penelitian
kuantitatif dipilih karena menggunakan angka mulai dari pengumpulan data,
penafsiran data, dan analisis data terhadap hasil yang didapatkan, kemudian
dari hasil analisis didapatkan hubungan dan pengaruh variabel terikat
(kepadatan tanah) dan variabel bebas (infiltrasi).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di lapangan ini dilaksanakan di daerah
pengembangan permukiman di Kecamatan Kuranji dan pengujian
dilaksanakan di laboratorium Universitas Negeri Padang. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 03 Februari 2021 - 25 Februari 2021.
C. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Kuranji. Dalam
pengambilan sampel peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan dan
diambil sebanyak 9 titik di Kecamatan Kuranji mewakili 1 titik per
kelurahannya..
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu variabel terikat adalah kepadatan tanah dan
variabel bebas adalah laju infiltrasi. Variabel terikat yaitu kepadatan tanah
menggunakan sand cone dan variabel bebas yaitu laju infiltrasi menggunakan
alat Double Ring Infiltrometer dengan model Horton.

28
29

E. Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas:
1. Data Primer
Data primer diperoleh di lapangan dan di laboratorium. Data primer yang
digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Laju Infiltrasi
b. Nilai kepadatan tanah
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari jurnal, data literatur dan arsip/dokumen
pemerintah. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah peta
Kecamatan Kuranji. Kecamatan Kuranji terdiri dari 9 kelurahan yaitu
Anduring, Pasar Ambacang, Lubuk Lintah, Ampang, Kalumbuk, Korong
Gadang, Kuranji, Gunung Sarik, Sungai Sapih dengan jumlah penduduk
pada tahun 2018 sebanyak 149.307 orang.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil pelaksanaan studi yang maksimal pada
penelitian ini diperlukan data-data yang dapat menunjangnya. Data-data
tersebut diperoleh dengan metode kerja yang sistematis dan teratur, meliputi:
1. Studi Literatur
Studi literatur mencakup kegiatan pengumpulan referensi yang
mendukung penelitian dan berasal dari penelitian sejenis berupa buku,
jurnal, arsip/dokumen pemerintah. Arsip/dokumen pemerintah yang
digunakan seperti luas wilayah Negara Indonesia, luas wilayah dan
penduduk Kota Padang didapat dari data Badan Pusat Statistik (BPS),
serta daerah pengembangan di Kota Padang didapat dari Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW).
2. Observasi dan Pengumpulan Data Lapangan
Metode observasi dan pengumpulan data dilakukan dengan survey
langsung ke lapangan. Berdasarkan survey yang telah ditentukan diambil
30

data sebanyak 9 titik di daerah permukiman pada Kecamatan Kuranji,


Kota Padang.
Tabel 3. Lokasi Penelitian

Titik Lokasi Koordinat

1 Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec. S 0ᵒ53’00”


Kuranji
E 100ᵒ23’35”

2 Jl. Raya Balai Baru, Gg. Sakinah 6, S 0ᵒ54’08”


Gunung Sarik, Kec. Kuranji
E 100ᵒ24’01”

3 Jl. Mawar Putih Raya Blok 1 No. 1, S 0ᵒ55’08.868”


Korong Gadang, Kec. Kuranji
E 100ᵒ23’54.1608”

4 Jl. Ampang Karang Ganting No. 10, S 0ᵒ55’37.1172”


Lubuk Lintah, Kec. Kuranji
E 100ᵒ23’15.018”

5 Jl. Gurun Laweh, Kalumbuk, Kec. S 0ᵒ55’02.3628”


Kuranji
E 100ᵒ23’15.1188”

6 Jl. Raya Ampang No.22a, Ampang, S 0ᵒ55’26,04”


Kec. Kuranji
E 100ᵒ23’08.9664”

7 Jl. Sarang Gagak 1 No, 17, S 0ᵒ56’02.2092”


Anduring, Kec. Kuranji
E 100ᵒ23’08.61”

8 Jl. Dr. Moh. Hatta, Pasar S 0ᵒ55’57.18”


Ambacang,Kec. Kuranji
E 100ᵒ24’19.6992”

9 Jl. Raya Kuranji No. 1, Kuranji, S 0ᵒ55’29.3052”


Kec. Kuranji
E 100ᵒ25’04.6848”
31

Gambar 11. Peta Kecamatan Kuranji


Sumber : Google Earth

G. Langkah-Langkah Pengujian di Lapangan


1. Pengujian Laju Infiltrasi
a. Langkah Kerja
Pelaksanaan pengujian laju infiltrasi menggunakan metode
double ring infiltrometer. Alat ini mudah untuk digunakan dan mudah
dalam melakukan analisis data, serta bertujuan untuk mengurangi
pengaruh rembesan lateral. Jika menggunakan alat single ring
infiltrometer akan lebih sulit dalam memperoleh hasil pengukuran
akibat pengaruh rembesan. Dengan demikian penggunaan alat double
ring infiltrometer dapat dikatakan lebih akurat dibandingkan alat single
ring infiltrometer.
Alat double ring infiltrometer terdiri dari dua tabung dengan
diameter yang berbeda dan dipasang sepusat. Dalam uji infiltrasi di
32

lapangan digunakan double ring infiltrometer yang mengacu pada SNI


7752:2012. Untuk mendapatkan data laju infiltrasi, langkah pengujian
yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1) Persiapan semua alat dan bahan untuk penelitian, berupa: double
ring infiltrometer, gps, stopwatch, meteran, cangkul, ember, alat
tulis, kayu, kamera, serta bahan yang digunakan peta Kecamatan
Kuranji.
2) Menuju titik/lokasi penelitian yang akan diuji nilai infiltrasinya.
3) Bersihkan titik pengukuran dari benda-benda yang mengganggu
permukaan. Titik pengukuran harus datar.
4) Pasang double ring infiltrometer di titik pengukuran. Alat dipasang
dengan cara membenamkan kedua silinder dari double ring
1
infiltrometer minimal terbenam /3 dari tinggi silinder atau
1
maksimal /2 dari tinggi silinder.
5) Pasang isolasi yang mampu menahan air sebelum pengukuran
dimulai yang bertujuan agar air yang dimasukkan kedalam silinder
tidak langsung meresap ke tanah, sehingga nilai infiltrasi yang
didapat maksimal.
6) Masukkan air ke dalam silinder ring infiltrometer baik silinder
bagian dalam maupun silinder bagian luar hingga ketinggian
tertentu.
7) Pasang penggaris pada silinder bagian dalam untuk dapat melihat
penurunan ketinggian air didalam silinder bagian dalam tersebut.
8) Lakukan pengamatan dan catat penurunan tinggi muka air pada
waktu-waktu tertentu.
9) Bila air di dalam silinder bagian dalam habis meresap atau tidak
mengalami penurunan, maka didapatkan data infiltrasi akumulatif
untuk satu titik yang akan digunakan dalam penentuan persamaan
infiltrasi.

10) Lakukan langkah kerja yang sama untuk mendapatkan nilai laju
infiltrasi di titik pengukuran lainnya.
33

b. Analisis
1) Buat tabel laju infiltrasi berpedoman pada tabel yang terdapat di
dalam lampiran SNI 7752:2012 tentang cara pengukuran laju
infiltrasi tanah di lapangan menggunakan alat double ring
infiltrometer.
2) Buat kurva nilai infiltrasi terhadap waktu yang terdapat pada tabel
dengan menggunakan model Horton. Peneliti menggunakan model
Horton untuk menganalisis laju infiltrasi dikarenakan penurunan
kapasitas infiltrasi ini lebih dikontrol oleh faktor yang beroperasi di
permukaan tanah dibanding dengan proses aliran air di dalam tanah.
Faktor ini berperan dalam pengurangan laju infiltrasi, seperti
penghancuran struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel
halus di permukaan tanah oleh tetesan air hujan. Model Horton ini
juga menyatakan dalam kondisi hujan yang melebihi kemampuan
tanah dalam menyerap air, maka mengakibatkan laju infiltrasi akan
konstan. Pada model Horton ini terlebih dahulu harus dicari data laju
infiltrasi (f), laju infiltrasi awal (f0) dan juga terdapat konstanta (K),
konstanta ini dipengaruhi oleh kondisi alamiah di lapangan sehingga
didapatkan trend data yang nantinya akan dilakukan pendekatan
statistik.
3) Lalu, didapatkan pengaruh nilai laju infiltrasi terhadap kepadatan
tanah pada daerah pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji.
2. Pengujian Kepadatan Tanah
a. Langkah Kerja
Untuk mendapatkan nilai kepadatan tanah, maka langkah
pengujian sand cone di lapangan yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1) Persiapkan semua bahan dan alat yang diperlukan untuk pengujian,
berupa: botol transparan kapasitas ±4 liter, corong diameter 16,51
cm, plat dudukan corong ukuran 30,48 cm x 30,48 cm, mistar baja,
palu, sendok, kuas, pahat, peralatan untuk menentukan kadar air,
34

timbangan, kamera, serta bahan yang digunakan adalah peta daerah


Kecamatan Kuranji, dan pasir ottawa.
2) Isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya
melebihi isi lubang dan corong).
3) Timbanglah botol dengan corong dan pasir.
4) Tentukan posisi yang tepat untuk pelaksanaan pengujian.
5) Tempatkan pada plat dudukan corong dengan posisi lubang tepat
pada corong menghadap ke bawah dan botol diatas.
6) Buka kran dan biarkan pasir mengalir untuk mengisi lubang dan
corong sampai penuh.
7) Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang botol +
corong + sisa pasir.
8) Lalu hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan
berat pasir (dalam lubang + corong) dengan berat pasir dalam
corong yang telah ditimbang sebelumnya.
b. Analisis
1) Buat tabel uji sand cone berpedoman pada SNI 03-2828-1992
tentang pengujian kepadatan lapangan dengan konus pasir.
2) Dari data pengujian sand cone diperoleh nilai

3) Lalu, kadar air (w) diperoleh dengan memeriksa kadar air tanah
hasil galian.
4) Hitung dengan persamaan .

H. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini uji statistik berfungsi untuk menentukan pengaruh
antara satu variabel dengan variabel yang lainnya yang lebih mudah untuk
dipahami. Ada dua jenis uji statistik yang digunakan yaitu uji regresi
exponential dan uji t menggunakan metode t hitung dan t tabel dengan
menggunakan program microsoft excel.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data statistik, sebagai
berikut:
35

1. Analisis Regresi
a. Dalam analisis ini variabel terikat adalah kepadatan tanah dan variabel
bebas adalah infiltrasi.
b. Data yang didapatkan dari pengujian kemudian dimasukkan ke
program microsfot excel.
c. Lalu, data di analisis menggunakan metode regresi exponential.
d. Kemudian didapatkan hasil analisis berupa pengaruh.

Gambar 12. Analisis Regresi


Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Analisis Uji t
a. Dalam analisis ini variabel terikat adalah kepadatan tanah dan variabel
bebas adalah infiltrasi
b. Data yang didapatkan dari pengujian kemudian dimasukkan ke
program microsoft excel.
c. Lalu, data di analisis menggunakan metode t hitung dan t tabel.
36

d. Kemudian didapatkan hasil analisis untuk menguji seberapa jauh


pengaruh variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat.

Gambar 13. Analisis Uji t


Sumber: Dokumentasi Pribadi
37

I. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Data

Data Primer Data Sekunder

Peta Kecamatan Kuranji


Uji Infiltrasi Uji Kepadatan
Tanah

Analisis :
Pengaruh Kepadatan Tanah
Terhadap Laju Infiltrasi

Pembahasan

Selesai

Gambar 14. Diagram Alir Penelitian


38

J. Diagram Alir Pengujian Uji Infiltrasi dan Sand Cone

Mulai

Tentukan titik pengukuran

Uji infiltrasi Uji Sandcone

Pasang cincin Pindah titik


Penentuan volume/isi
botol
Pasang jarum

Penentuan berat isi


Tuangkan air sampai ujung jarum pasir

t=0
Penentuan berat pasir
dalam corong
Ukur dan catat perubahan
volume atau tinggi muka air
Pengambilan tanah
yang diuji
Hitung dan plot nilai fc

tidak Pengukuran pada


Fc konstan lubang galian

Bandingkan kurva fc cincin dalam


Perhitungan volume
dengan kurva fc antar cincin
lubang

tidak
Fc dalam < fc
antara Perhitungan berat isi
kering

Bongkar cincin
Selesai
Selesai

Pengaruh kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 15. Bagan Alir Pengujian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan proses pengumpulan data, analisis data dan
pembahasan untuk mendapatkan gambaran tentang nilai laju infiltrasi di
Kecamatan Kuranji.
A. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengujian di
lokasi yang telah ditentukan sebelumnya melalui survei lokasi. Pengumpulan
data didapat dari penelitian lapangan yang telah dilaksanakan. Pengujian ini
dilakukan mulai tanggal 03 – 25 februari 2021 di Kecamatan Kuranji.
B. Hasil Pengukuran
1. Kepadatan Tanah
Uji kepadatan tanah di lapangan dilakukan dengan pengujian sand
cone. Pengujian ini menggunakan tabung yang diisi dengan pasir ottawa
dan cone pada bagian atas. Pengujian sand cone dilakukan dengan
membuat lubang sedalam 10 cm, lalu lubang tersebut diisi dengan pasir
ottawa yang ada di dalam tabung. Nilai kepadatan tanah didapatkan dari
perbandingan antara berat pasir yang mengisi lubang dengan volume
lubang galian. Setelah mendapatkan data, maka digunakan program
microsoft excel 2019 untuk mengolah data berpedoman pada SNI 03-
2828-1992. Hasil uji kepadatan tanah pada masing-masing titik dapat
dilihat pada Tabel 5.
Contoh perhitungan nilai kepadatan tanah dengan berpedoman
kepada SNI 03-2828-1992, sebagai berikut:
D1 Vb = B2 – B1 = 5498,20–718,40 = 4779,80 cm3
γp = (B3-B1)/Vb = (7955–718,40) / 4779,80 = 1,51
B5 = B3-B4 = 7955–6427 = 1528 gram
B11 = (B9-B10) - B5 = (7955–3177) – 1528 = 3446 gram
VL = B11/γp = 3446/1,51 = 2276,10 cm3
γ = (B7-B6)/VL = (2946-0)/2276,10 = 1,29
γD = γ/(100+W) x 100 = 1,29/(100+16,56) x 100 = 1,11 gr/cm3
39
40

Tabel 4. Hasil Uji Kepadatan Tanah

SAND CONE TEST


SNI 03-2828-1992
Kalibrasi
No. Titik Kode Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
Berat botol+corong
B1 718,40 718,40 718,40 718,40 718,40 718,40 718,40 718,40 718,40
(gr)
Berat
botol+corong+air B2 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20 5498,20
(gr)
Volume botol (cm3) Vb 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80 4779,80
Berat botol penuh
B3 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00
pasir+corong (gr)
Berat isi pasir γp 1,51 1,51 1,51 1,51 1,51 1,51 1,51 1,51 1,51
Berat botol+sisa
B4 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00 6427,00
pasir+corong (gr)
Berat pasir dalam
B5 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00 1528,00
corong (gr)
Kadar Air
No. Titik Kode Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
Berat Tanah
W2 42,37 30,40 33,44 36,88 45,20 39,39 42,60 43,80 45,66
Basah+Cawan (gr)
Berat Tanah
W3 37,60 27,00 29,60 32,40 37,40 34,20 29,60 35,20 41,60
Kering+Cawan (gr)
Berat Cawan (gr) W1 8,80 8,44 8,48 8,77 8,64 8,24 8,45 8,81 8,67
Berat Air (gr) Ww 4,77 3,40 3,84 4,48 7,80 5,19 13,00 8,60 4,06
Berat Tanah Kering
Ws 28,80 18,56 21,12 23,63 28,76 25,96 21,15 26,39 32,93
(gr)
Kadar Air (%) W 16,56 18,32 18,18 18,96 27,12 19,99 61,47 32,59 12,33
Sand Cone Test
No. Titik Kode Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9
Berat Wadah
B6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kosong (gr)
Berat Wadah+Tanah
B7 2946,00 1910,00 2750,00 2619,00 2343,00 2347,00 2240,00 2330,00 2457,00
(gr)
Berat Tanah Basah
B8 2946,00 1910,00 2750,00 2619,00 2343,00 2347,00 2240,00 2330,00 2457,00
(gr)
Berat
Botol+Pasir+Corong B9 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00 7955,00
(gr)
Berat Botol+Sisa
B10 2981,00 3461,00 3603,00 4045,00 3780,00 3862,00 3840,00 3956,00 3847,00
Pasir+Corong (gr)
Berat Pasir dalam
B11 3446,00 2966,00 2824,00 2382,00 2647,00 2565,00 2587,00 2471,00 2580,00
Lubang (gr)
Volume Pasir dalam
VL 2276,10 1959,05 1865,26 1573,32 1748,35 1694,19 1708,72 1632,10 1704,10
Lubang (cm3)
Berat Isi Tanah
γ 1,29 0,97 1,47 1,66 1,34 1,39 1,31 1,43 1,44
Basah (gr/cm3)
Kadar Air (%) W 0,17 0,18 0,18 0,19 0,27 0,20 0,61 0,33 0,12
Berat Isi Tanah
γD 1,11 0,82 1,25 1,40 1,05 1,15 0,81 1,08 1,28
Kering (gr/cm3)
41

Nilai kepadatan tanah pada masing-masing titik penelitian dapat


dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai Kepadatan Tanah pada Masing-Masing Titik

Titik Lokasi Koordinat Kepadatan Tanah


(gr/cm3)
1 Jl. Air Paku, Sungai Sapih, S 0ᵒ53’00” 1,11 gr/cm3
Kec. Kuranji E 100ᵒ23’35”
2 Jl. Raya Balai Baru, Gg. S 0ᵒ54’08” 0,82 gr/cm3
Sakinah 6, Gunung Sarik, E 100ᵒ24’01”
Kec. Kuranji
3 Jl. Mawar Putih Raya Blok 1 S 0ᵒ55’08.868” 1,25 gr/cm3
No. 1, Korong Gadang, Kec. E 100ᵒ23’54.1608”
Kuranji
4 Jl. Ampang Karang Ganting S 0ᵒ55’37.1172” 1,40 gr/cm3
No. 10, Lubuk Lintah, Kec. E 100ᵒ23’15.018”
Kuranji
5 Jl. Gurun Laweh, Kalumbuk, S 0ᵒ55’02.3628” 1,05 gr/cm3
Kec. Kuranji E 100ᵒ23’15.1188”
6 Jl. Raya Ampang No.22a, S 0ᵒ55’26,04” 1,15 gr/cm3
Ampang, Kec. Kuranji E 100ᵒ23’08.9664”
7 Jl. Sarang Gagak 1 No, 17, S 0ᵒ56’02.2092” 0,81 gr/cm3
Anduring, Kec. Kuranji E 100ᵒ23’08.61”
8 Jl. Dr. Moh. Hatta, Pasar S 0ᵒ55’57.18” 1,08 gr/cm3
Ambacang, Kec. Kuranji E 100ᵒ24’19.6992”
9 Jl. Raya Kuranji No. 1, Kec. S 0ᵒ55’29.3052” 1,28 gr/cm3
Kuranji E100ᵒ25’04.6848”
Rata-rata 1, 11 gr/cm3

Nilai kepadatan tanah rata-rata pada masing-masing titik di


Kecamatan Kuranji adalah 1,11 gr/cm3.
42

2. Laju Infiltrasi
Di daerah Kecamatan Kuranji terdapat 9 titik dilakukannya
observasi di lapangan, titik-titik tersebut diperoleh dengan survey
langsung ke lapangan pada daerah permukiman. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat double ring infiltrometer. Prinsip pengukurannya yaitu
dengan melihat penurunan air pada ring pada jangka waktu tertentu selama
±120 menit. Ring bagian luar tetap diisi air dan harus terjaga kondisinya
agar air tetap dalam keadaan penuh menutupi permukaan ring bagian luar.
Hal ini bertujuan agar yang dihitung adalah air infiltrasi, bukan air
rembesan. Pedoman pengukuran laju infiltrasi mengacu pada SNI
7752:2012.
Dalam menghitung laju infiltrasi digunakan model Horton dengan
menggunakan program pengolahan data pada microsoft excel 2019
sehingga nantinya akan diperoleh grafik dan bentuk persamaan. Lalu,
dimasukkan bentuk persamaan tersebut ke dalam persamaan model
Horton. Laju infiltrasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑓 = 𝑓c (𝑓𝑜 − 𝑓a) …………………………………………………..(3)
Rumus ini berlaku untuk keadaan i ≥ 𝑓c
Dimana:
f = Kapasitas infiltrasi pada saat ke t
fc = Kapasitas infiltrasi konstan
f0 = Kapasitas awal
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
dengan analisis laju infiltrasi menggunakan persamaan (3) sebagai berikut:
1. Laju Infiltrasi pada titik ke 1
Infiltrasi pada titik 1 berada di Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec.
Kuranji pada koordinat 0ᵒ53’00” LS dan 100ᵒ23’35” BT dengan
keadaan cuaca cerah. Dimana dapat dilihat hasil laju infiltrasi di titik
ini pada tabel 7.
43

Tabel 6. Laju Infiltrasi pada Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec. Kuranji

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

13:30 1 1 70,65 0,4 0,4 24,00 0,000067 cerah


2 1 88,31 0,5 0,9 30,00 0,000083
3 1 52,99 0,3 1,2 18,00 0,000050
4 1 17,66 0,1 1,3 6,00 0,000017
5 1 52,99 0,3 1,6 18,00 0,000050
6 1 35,33 0,2 1,8 12,00 0,000033
7 1 17,66 0,1 1,9 6,00 0,000017
8 1 17,66 0,1 2 6,00 0,000017
9 1 17,66 0,1 2,1 6,00 0,000017
13:40 10 1 35,33 0,2 2,3 12,00 0,000033
12 2 52,99 0,3 2,6 9,00 0,000025
14 2 35,33 0,2 2,8 6,00 0,000017
16 2 17,66 0,1 2,9 3,00 0,000008
18 2 35,33 0,2 3,1 6,00 0,000017
20 2 35,33 0,2 3,3 6,00 0,000017
22 2 52,99 0,3 3,6 9,00 0,000025
24 2 17,66 0,1 3,7 3,00 0,000008
26 2 35,33 0,2 3,9 6,00 0,000017
28 2 17,66 0,1 4 3,00 0,000008
14:00 30 2 52,99 0,3 4,3 9,00 0,000025
35 5 70,65 0,4 4,7 4,80 0,000013
40 5 35,33 0,2 4,9 2,40 0,000007
45 5 70,65 0,4 5,3 4,80 0,000013
50 5 52,99 0,3 5,6 3,60 0,000010
14:30 60 5 35,33 0,2 5,8 2,40 0,000007
75 15 88,31 0,5 6,3 2,00 0,000006
90 15 123,64 0,7 7 2,80 0,000008
180 90 70,65 0,4 7,4 0,27 0,000001
15:30 210 30 70,65 0,4 7,8 0,80 0,000002

Keterangan:
T = Lamanya waktu sejak dimulai pengukuran (menit)
∆t = Beda waktu antara dua pengukuran berurutan (menit)
∆v = Volume air yang ditambahkan tiap ∆t (cm3)
44

∆h = Tinggi muka air yang meresap (cm)


fc = Kapasitas infiltrasi (cm/jam)
k = Konstanta geofisik
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa hasil dari volume air,
kapasitas infiltrasi yaitu:
∆v = ∆h x luas bidang cincin dalam
∆v1 = 0,4 cm x 176,6 cm2 = 70,64 cm3
∆v2 = 0,5 cm x 176,6 cm2 = 88,30 cm3
∆v3 = 0,3 cm x 176,6 cm2 = 52,98 cm3
∆v10 = 0,2 cm x 176,6 cm2 = 35,32 cm3
∆v18 = 0,2 cm x 176,6 cm2 = 35,32 cm3
∆v30 = 0,3 cm x 176,6 cm2 = 52,98 cm3
∆v60 = 0,2 cm x 176,6 cm2 = 35,32 cm3
∆v90 = 0,7 cm x 176,6 cm2 = 123,62 cm3
∆v210 = 0,4 cm x 176,6 cm2 = 70,64 cm3

= 24,00 cm/jam

= 30,00 cm/jam

= 18,00 cm/jam

= 12,00 cm/jam

= 6,00 cm/jam

= 9,00 cm/jam

= 2,40 cm/jam

= 2,80 cm/jam

= 0,80 cm/jam
45

10-4 x fc

10-4 x 24,00 = 0,000067 m/s

10-4 x 30,00 = 0,000083 m/s

10-4 x 18,00 = 0,000050 m/s

10-4 x 12,00 = 0,000033m/s

10-4 x 6,00 = 0,000017 m/s

10-4 x 9,00 = 0,000025 m/s

10-4 x 2,40 = 0,000007 m/s

10-4 x 2,80 = 0,000008 m/s

10-4 x 0,80 = 0,000002 m/s

Laju infiltrasi pada titik 1 didapatkan data sebagai berikut:


𝑓 = 𝑓c (𝑓𝑜 − 𝑓c)
Dimana:
fc = 0,80 cm/jam
fo = 24,00 cm/jam
K = 1,583
e = 2,718
t = 210 menit
Nilai konstanta diperoleh dengan menggunakan persamaan linier,
maka digunakan persamaan K = , maka terlebih dahulu dicari nilai

gradien (m) dengan menggunakan rumus log (f-fc) cm/jam.


46

Tabel 7. Mencari Nilai Gradien

F Log (f - fc) K

24,00 1,36549 1,583


30,00 1,46538 1,583
18,00 1,23553 1,583
6,00 0,71600 1,583
18,00 1,23553 1,583
12,00 1,04922 1,583
6,00 0,71600 1,583
6,00 0,71600 1,583
6,00 0,71600 1,583
12,00 1,04922 1,583
9,00 0,91381 1,583
6,00 0,71600 1,583
3,00 0,34242 1,583
6,00 0,71600 1,583
6,00 0,71600 1,583
9,00 0,91381 1,583
3,00 0,34242 1,583
6,00 0,71600 1,583
3,00 0,34242 1,583
9,00 0,91381 1,583
4,80 0,60206 1,583
2,40 0,20412 1,583
4,80 0,60206 1,583
3,60 0,44716 1,583
2,40 0,20412 1,583
2,00 0,07918 1,583
2,80 0,30103 1,583
0,27 - 1,583
0,80 - 1,583
47

Setelah didapatkan nilai log (f-fc), kemudian dibuat grafik dengan


sumbu x adalah waktu dan sumbu y adalah log(f-fc), maka akan
didapatkan nilai gradien dari persamaan grafik tersebut.

Gambar 16.Grafik Nilai Gradien


Maka, dapat dicari nilai K dengan rumus sebagai berikut:

K=

K= = 1,583 cm/jam

Nilai K (konstanta geofisik) dipengaruhi oleh kondisi tanah di


setiap lokasi penelitian, dimana semakin kecil nilai m (gradien) maka nilai
K semakin tinggi, begitupun sebaliknya apabila nilai m semakin tinggi
maka nilai K semakin rendah. Setelah memasukkan data-data yang
dibutuhkan untuk model Horton, maka dapat dihitung kapasitas infiltrasi
yaitu pada menit 210, sebagai berikut:
f = fc + (f0 -fc) x e-kt
f = 0,80 + (24,00 – 0,80) x 2,718-1,583. 210
= 0,80 cm/jam
48

Berdasarkan hasil analisis laju infiltrasi pada tabel 7 mengenai laju


infiltrasi terhadap waktu pada titik 1 di daerah Jl. Air Paku, Sungai Sapih,
Kec.Kuranji didapatkan kurva laju infiltrasi dengan memasukkan nilai fc
(cm/jam) terhadap waktu (menit), yang mana laju infiltrasi konstan (fc)
diperoleh pada menit 210 pada microsoft excel 2019. Titik D2 - D9 dapat
dilihat pada lampiran 2 sebagai berikut:

Gambar 17. Kurva Laju Infiltrasi Titik D1


49

Hasil pengukuran laju infiltrasi tersaji pada tabel dan grafik berikut, untuk perhitungan menggunakan persamaan 3.
Tabel 8. Rekapitulasi Laju Infiltrasi pada Masing-Masing Titik Pengujian
Waktu fc 1 Waktu fc 2 Waktu fc 3 Waktu fc 4 Waktu fc 5 Waktu fc 6 Waktu fc 7 Waktu fc 8 Waktu fc 9
1 24,00 1 42,00 1 48,00 1 24,00 1 30,00 1 18,00 1 24,00 1 36,00 1 30,00
2 30,00 2 54,00 2 36,00 2 42,00 2 24,00 2 30,00 2 30,00 2 42,00 2 24,00
3 18,00 3 60,00 3 54,00 3 18,00 3 36,00 3 24,00 3 30,00 3 60,00 3 36,00
4 6,00 4 72,00 4 42,00 4 18,00 4 18,00 4 24,00 4 18,00 4 54,00 4 24,00
5 18,00 5 48,00 5 30,00 5 30,00 5 24,00 5 12,00 5 24,00 5 72,00 5 30,00
6 12,00 6 30,00 6 48,00 6 36,00 6 18,00 6 36,00 6 18,00 6 48,00 6 18,00
7 6,00 7 72,00 7 54,00 7 48,00 7 30,00 7 42,00 7 12,00 7 42,00 7 36,00
8 6,00 8 90,00 8 60,00 8 48,00 8 42,00 8 30,00 8 18,00 8 54,00 8 30,00
9 6,00 9 48,00 9 48,00 9 42,00 9 12,00 9 18,00 9 6,00 9 60,00 9 42,00
10 12,00 10 72,00 10 42,00 10 54,00 10 30,00 10 18,00 10 12,00 10 72,00 10 36,00
12 9,00 12 30,00 12 30,00 12 24,00 12 24,00 12 21,00 12 12,00 12 27,00 12 21,00
14 6,00 14 15,00 14 36,00 14 18,00 14 18,00 14 24,00 14 18,00 14 24,00 14 21,00
16 3,00 16 45,00 16 24,00 16 18,00 16 12,00 16 21,00 16 24,00 16 27,00 16 27,00
18 6,00 18 21,00 18 24,00 18 30,00 18 9,00 18 36,00 18 15,00 18 39,00 18 30,00
20 6,00 20 24,00 20 27,00 20 39,00 20 9,00 20 33,00 20 27,00 20 36,00 20 24,00
22 9,00 22 15,00 22 21,00 22 33,00 22 6,00 22 21,00 22 30,00 22 36,00 22 27,00
24 3,00 24 27,00 24 15,00 24 36,00 24 18,00 24 39,00 24 24,00 24 21,00 24 18,00
50

26 6,00 26 36,00 26 15,00 26 27,00 26 9,00 26 24,00 26 24,00 26 24,00 26 42,00


28 3,00 28 21,00 28 24,00 28 45,00 28 3,00 28 27,00 28 18,00 28 27,00 28 33,00
30 9,00 30 21,00 30 27,00 30 63,00 30 12,00 30 21,00 30 12,00 30 33,00 30 27,00
35 4,80 35 15,60 35 13,20 35 24,00 35 3,60 35 14,40 35 10,80 35 14,40 35 12,00
40 2,400 40 21,600 40 18,000 40 21,60 40 6,00 40 14,40 40 14,40 40 12,00 40 9,60
45 4,800 45 18,000 45 10,800 45 19,20 45 8,40 45 13,20 45 13,20 45 10,80 45 14,40
50 3,600 50 18,000 50 16,800 50 18,00 50 4,80 50 16,80 50 10,80 50 16,80 50 10,80
60 2,400 55 14,400 55 15,600 55 18,00 55 3,60 55 10,80 55 9,60 55 18,00 55 7,20
75 2,000 60 9,600 60 13,200 60 16,80 60 2,40 60 18,00 60 8,40 60 14,40 60 14,40
90 2,800 75 8,400 75 6,400 75 9,60 75 0,40 75 7,20 75 5,20 75 6,00 90 4,80
180 0,267 90 7,600 90 6,400 90 8,40 90 2,00 90 7,20 90 4,80 150 7,60 105 5,60
210 0,800 105 6,400 105 6,800 105 7,60 105 2,40 105 8,00 105 4,80 180 7,60 120 5,60
120 6,400 120 6,400 120 7,60 120 1,60 120 8,40 120 3,60 150 5,60
180 4,000 150 7,200 150 5,20 150 0,40 150 8,60 150 1,00 180 5,60
210 4,000 180 3,600 180 5,20 180 0,40 180 8,60 180 1,00

210 3,600 210 0,40

240 0,40
Nilai kapasitas infiltrasi pada masing titik-titik dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut:
Tabel 9. Nilai Kapasitas Infiltrasi

Titik Lokasi Laju Infiltrasi


(cm/jam)
1 Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec. Kuranji 0,80 cm/jam
2 Jl. Raya Balai Baru, Gg. Sakinah 6, 4,00 cm/jam
Gunung Sarik, Kec. Kuranji
3 Jl. Mawar Putih Raya Blok 1 No. 1, 3,60 cm/jam
Korong Gadang, Kec. Kuranji
4 Jl. Ampang Karang Ganting No. 10, 5,20 cm/jam
Lubuk Lintah, Kec. Kuranji
5 Jl. Gurun Laweh, Kalumbuk, Kec. 0,40 cm/jam
Kuranji
6 Jl. Raya Ampang No.22a, Ampang, Kec. 8,60 cm/jam
Kuranji
7 Jl. Sarang Gagak 1 No, 17, Anduring, 1,00 cm/jam
Kec. Kuranji
8 Jl. Dr. Moh. Hatta, Pasar Ambacang, 7,60 cm/jam
Kec. Kuranji
9 Jl. Raya Kuranji No. 1, Kec. Kuranji 5,60 cm/jam
Rata-rata 4,089 cm/jam

51
52

Dilakukan pengujian kadar air tanah pada setiap titik dikarenakan


kadar air berpengaruh terhadap laju infiltrasi. Nilai kadar air pada masing-
masing titik dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kadar Air Pada Masing-masing Titik

Titik Berat Cawan Berat cawan Berat cawan Kadar air


(gr) + tanah + tanah (%)
basah (gr) kering (gr)
1 8,34 31,91 26,13 32,4901
2 8,42 32,52 27,43 26,7753
3 8,42 34,96 31,94 12,8401
4 8,27 29,39 26,32 17,0083
5 8,38 23,19 20,60 21,1947
6 8,46 29,9 26,62 18,0616
7 8,78 33,83 31,49 10,3038
8 8,28 30,46 28,29 10,8445
9 8,73 25,35 22,01 25,1506

3. Analisis Laju Infiltrasi Menggunakan Model Horton


Analisis laju infiltrasi dengan menggunakan model Horton telah
dilakukan pada 9 titik di Kecamatan Kuranji, Kota Padang yang
menghasilkan kurva laju infiltrasi yang berbeda-beda dan dengan
menggunakan tren kurva seperti yang telah dikemukakan dalam teori
model Horton. Kurva yang berbeda-beda tersebut disebabkan oleh adanya
perbedaan karakteristik tanah pada setiap titik pengujian. Sehingga
mempengaruhi laju infiltrasi seperti tebal lapisan permukaan tanah, kadar
air tanah, kepadatan tanah, vegetasi, tekstur tanah, kelembaban tanah dan
pemampatan oleh butiran tanah.
Berdasarkan hasil rekapitulasi laju infiltrasi dari titik 1 sampai
titik 9 dapat dilihat pada Tabel 9, maka didapatkan kurva analisis model
Horton seperti pada Gambar 15.
53

Gambar 18. Kurva Gabungan Laju Infiltrasi


Berdasarkan kurva diatas dapat dilihat pada Jl. Raya Balai Baru,
Gg. Sakinah 6, Gunung Sarik, Jl. Mawar Putih Raya Blok 1 No. 1, Korong
Gadang, Jl. Ampang Karang Ganting No. 10, Lubuk Lintah, Jl. Raya
Ampang No. 22a, Ampang, Jl. Sarang Gagak 1 No. 17, Anduring, Jl. Dr.
Moh Hatta, Pasar Ambacang, Jl. Raya Kuranji No. 1, Kuranji diperoleh
kepadatan tanah rendah dengan laju infiltrasi tinggi sedangkan pada Jl. Air
Paku, Sungai Sapih dan Jl. Gurun Laweh, Kalumbuk diperoleh kepadatan
tanah tinggi dengan laju infiltrasi rendah. dapat dilihat bahwa rata-rata
kapasitas infiltrasi mencapai konstan pada menit ke 210 dan rata-rata nilai
infiltrasi di Kecamatan Kuranji tergolong sedang lambat – sedang cepat.
Dengan demikian berdasarkan hasil analisis kurva diatas, bahwa
semakin tinggi kepadatan tanah suatu lokasi maka semakin kecil laju
infiltrasinya. Begitupun sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah suatu
lokasi maka akan semakin tinggi laju infiltrasinya. Hal ini menunjukkan
bahwa kepadatan tanah (γd) akan mempengaruhi besar kecilnya laju
54

infiltrasi, kondisi ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat kepadatan


tanah maka semakin kecil nilai rongga (void) diantara butir-butir tanah.

4. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi


Berikut merupakan klasifikasi kapasitas infiltrasi berdasarkan tabel
klasifikasi besarnya laju infiltrasi (tabel 2) menurut USCS, yaitu:
Tabel 11. Klasifikasi Kapasitas Infiltrasi Masing-masing Titik

Titik Lokasi Laju Infiltrasi Klasifikasi


(cm/jam) Infiltrasi

1 Jl. Air Paku, Sungai Sapih, 0,80 Sedang – lambat


Kec. Kuranji
2 Jl. Raya Balai Baru, Gg. 4,00 Sedang
Sakinah 6, Gunung Sarik,
Kec. Kuranji
3 Jl. Mawar Putih Raya Blok 3,60 Sedang
1 No. 1, Korong Gadang,
Kec. Kuranji
4 Jl. Ampang Karang Ganting 5,20 Sedang
No. 10, Lubuk Lintah, Kec.
Kuranji
5 Jl. Gurun Laweh, 0,40 Lambat
Kalumbuk, Kec. Kuranji
6 Jl. Raya Ampang No.22a, 8,60 Sedang – cepat
Ampang, Kec. Kuranji
7 Jl. Sarang Gagak 1 No, 17, 1,00 Sedang - lambat
Anduring, Kec. Kuranji
8 Jl. Dr. Moh. Hatta, Pasar 7,60 Sedang – cepat
Ambacang, Kec. Kuranji
9 Jl. Raya Kuranji No. 1, Kec. 5,60 Sedang
Kuranji
Rata-rata 4,089 Sedang
Nilai kapasitas infiltrasi rata-rata pada masing-masing titik di
Kecamatan Kuranji adalah 4,089 cm/jam. Berdasarkan nilai kapasitas
infiltrasi tersebut didapatkan sebesar 4,089 cm/jam atau 40,89 mm/jam
dapat diklasifikasikan besarnya laju infiltrasi USCS (tabel 2) termasuk
kedalam klasifikasi sedang.
55

Hal ini didukung dengan analisis statistik yaitu uji t dengan


menggunakan program microsft excel. Hasil analisis uji t sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil analisis Uji t

Laju Infiltrasi Kepadatan Tanah


Mean 4,088888889 1,106905482
Variance 8,801111111 0,038690327
Observations 9 9
Pooled Variance 4,419900719
Hypothesized Mean
Difference 0
df 16
t Stat 3,008882457
P(T<=t) one-tail 0,004161899
t Critical one-tail 1,745883676
P(T<=t) two-tail 0,008323798
t Critical two-tail 2,119905299

Dari hasil uji t diatas diperoleh nilai t hitung = 3,008882457


didapatkan dari nilai t Stat pada tabel 12 dan t tabel = 1,932894488
didapatkan dari nilai t critical pada tabel 12. Maka, dapat diketahui bahwa
kepadatan tanah mempunyai pengaruh terhadap laju infiltrasi dimana t
hitung > t tabel.

C. Pembahasan Pengaruh Kepadatan Tanah Terhadap Laju Infiltrasi


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kepadatan tanah dan
kapasitas infiltrasi, maka dapat dibahas hubungan kepadatan tanah terhadap
besarnya kapasitas infiltrasi pada masing-masing titik. Analisis regresi
bertujuan untuk mengukur kontribusi (pengaruh) kepadatan tanah terhadap
laju infiltrasi. Adapun nilai kepadatan tanah dan kapasitas infiltrasi dapat
dilihat pada tabel 13 dibawah ini:
56

Tabel 13. Nilai Kepadatan Tanah dan Laju Infiltrasi

Kepadatan Tanah Laju Infiltrasi


Titik (gr/cm3) (cm/jam)
1 1,11 0,80
2 0,82 4,00
3 1,25 3,60
4 1,40 5,20
5 1,05 0,40
6 1,15 8,60
7 0,81 1,00
8 1,08 7,60
9 1,28 5,60

Dari nilai pada Tabel 13 diatas, maka dapat dicari regresi exponential
didapatkan dari nilai kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi sebagai berikut:

Gambar 19. Kurva Regresi


Dengan menggunakan regresi exponential diperoleh nilai R2 = 0,1407
dimana 14,1%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel
kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di daerah pengembangan Kecamatan
Kuranji sebesar 14,1% yang artinya 14,1% laju infiltrasi di daerah
pengembangan dipengaruhi oleh parameter kepadatan tanah (γd), sisanya
57

85,9% dipengaruhi oleh parameter-parameter lain. Faktor-faktor lain diluar


parameter kepadatan tanah (γd) yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu kadar
air tanah, kelembaban tanah, vegetasi, tekstur tanah, pemampatan oleh
partikel, dan karakteristik air yang akan berinfiltrasi.
Dari tabel 11 diketahui bahwa rata-rata klasifikasi besarnya infiltrasi di
Kecamatan Kuranji tergolong kedalam klasifikasi sedang, dengan klasifikasi
tiap-tiap daerah yang bervariasi. Dari analisis stastistik didapatkan pengaruh
kepadatan tanah terhadap laju infiltrasi di Kecamatan Kuranji memiliki
pengaruh secara signifikan dengan nilai sebesar 14,1% bahwa pada lokasi
penelitian, kepadatan tanah tinggi sedangkan infiltrasi rata-rata tergolong
klasifikasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah penelitian, air
mudah menyerap kedalam tanah, didalam tanah tersebut terdapat ruang untuk
menyimpan air. Sehingga ketika hujan, air dapat menyerap kedalam
permukaan tanah melalui pori-pori tanah, dan tidak beresiko terjadinya banjir
dan bencana lainnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari data hasil pengukuran yang dilakukan
disimpulkan bahwa hasil uji t berpengaruh pada kepadatan tanah terhadap laju
infiltrasi di daerah pengembangan permukiman Kecamatan Kuranji, Kota
Padang secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan analisis regresi sebesar R2
= 0,1407 atau kepadatan tanah mempengaruhi infiltrasi sebesar 14,1% dan
sisanya 85,9% dipengaruhi oleh parameter-parameter lain, seperti kadar air,
angka pori, kelembaban tanah, tekstur tanah dan vegetasi.

A. Saran
1. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti pengaruh kepadatan tanah
terhadap laju infiltrasi, masih banyak faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan infiltrasi, sehingga perlu dikaji juga faktor-faktor lain yang
berhubungan serta mempengaruhi infiltrasi.
2. Dalam pengukuran laju infiltrasi di lapangan, sebaiknya tidak dilakukan
pada saat musim hujan, karena kondisi tanah sering dalam keadaan jenuh
setelah hujan turun.
3. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan model-
model lain untuk mengetahui hubungan infiltrasi dengan parameter
lainnya seperti: kadar air, porositas, kemiringan lahan dan lain-lainnya.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. H. (2019). Pengaruh Energi Pemadatan Terhadap Nilai Kepadatan


Tanah. Sigma Teknika, 2(2), 202. https://doi.org/10.33373/sigma.v2i2.2067
Ajidirman. (2005). Kajian Laju Infiltrasi Dalam Hubungannya dengan Pergerakan
Bahan Liat Penyusun Tubuh Tanah Berbahan Induk Batu Liat dan Pasir.
2(2), 74–80.
Andayono. (2018). The Effect of Soil Density on Infiltration Rate in The Urban
Development Area of Padang.
Andayono dkk. (2019). Hubungan Laju Infiltrasi Terhadap Kepadatan Tanah di
Kawasan Pemukiman. 0, 593–602.
Annisa, B. (2018). Penerapan Model Horton Untuk Kuantifikasi Laju Infiltrasi.
Jurnal Saintis, 18(1), 95–102.
https://doi.org/10.25299/saintis.2018.vol18(1).3198
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2020. Info Bencana. Jakarta:
PusdatinKK
Badan Pusat Statistik Kota Padang. (2018). Kecamatan Kuranji Dalam Angka.
BPS Kota Padang.
Bowles, J. E. (1984). Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).
Jakarta.
BPS. 2020. Kota Padang Dalam Angka. Padang: CV. Graphic Dwipa.
Das. (1993). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis ) Jilid 1.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
David, M. (2007). Analisis Laju Infiiltrasi Pada Tutupan Lahan Perkebunan Dan
Hutan Tanam Industri (HTI) Di Daerah Aliran Sungai Siak. 164(7), 96–99.
Desa, D. I. dkk. (2016). Sifat Fisik Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan.
4(3), 227–234.
Ermaningsih, & Har, R. (2018). Kajian Laju Infiltrasi Akhir pad DAS Batang
Kandih Kota Padang Ditinjau dari Perbedaan Litologi Batuan , Tutupan
Lahan , Kadar dan Matric Suction. Bina Tambang, 3(3), 1213–1224.
Ghozali, Imam. (2012). Applikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
60

SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


Hakam dkk. (2010). Studi pengaruh penambahan tanah lempung pada tanah pasir
pantai terhadap kekuatan geser tanah. 6(1).
Hardiyatmo, H.C. (2010). Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta..
Ikhsan, J. dkk. (2017). Kajian Karakteristik Infiltrasi. 7(1).
Junaidi. (2014). Regresi dengan Microsoft Excel. Jurnal. Jambi:Universitas Jambi.
Kamaluddin & Pribadi, Karina Ayu. (2011). Prediksi Financial Distress Kasus
Industri Manufaktur Pendekatan Model Regresi Logistik. Jurnal Ilmiah STIE
MDP, Vol 1 (1), Hal:11-23.
Keputusan Walikota Padang No. 32 Tahun. (2012). Keputusan Walikota Padang
No. 32 Tahun 2012.
Masduqi dkk. (2013). Penilaian Kemampuan Kawasan Resapan Air (Studi Kasus
Mata Air Umbulan). Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, 11(2), 79.
https://doi.org/10.12962/j12345678.v11i2.2594
Munaljid, J. K. (2015). Aplikasi Model Infiltrasi Pada Tanah Dengan Model
Kostiyacov Dan Model Horton Menggunakan Alat Rainfall Simulator.
Jurnal Ilmiah Konservasi Sumberdaya Air, 1(1), 1–10.
Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4. (2012). Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Padang Tahun 2010-2030. Peraturan Daerah Kota Padang, 1–92.
https://jdih.padang.go.id/po-content/uploads/244. Perda No. 4 Tahun 2012
.pdf
Rafika S. (2018). Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami. E-Conversion -
Proposal for a Cluster of Excellence.
Rama Indra Kusuma. (2016). Tinjauan Sifat Fisis dan Mekanis Tanah. Jurnal
Fondasi, 5(2), 30–39.
Renhardika dkk. (2015). Analisis Penentuan Laju Infiltrasi Pada Tanah Dengan
Variasi Kepadatan.
Retnowati, E. (2011). Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural
(Perspektif Sosial, Ekonomi Dan Hukum). Perspektif, 16(3), 149.
https://doi.org/10.30742/perspektif.v16i3.79
61

Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
SNI 03-2828-1992, 1992,"Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
Konus Pasir".
SNI 7752:2012. Tata Cara Pengukuran Laju Infiltrasi Tanah di Lapangan
Menggunakan Infiltrometer Cincin Ganda.
Suliyanto. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif. Universitas Peradaban Bumiayu
Jaya, Indra & Ardat. (2013). Penerapan Statistik Dalam Pendidikan. Bandung:
Citapustaka Media Perintis.
Soil Conservation Service. 1972. Section 4: Hydrologi In National Engineering
Handbook. USA: SCS.
Sukirman. (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya. 6–32.
Susilowati dkk. (2018). Studi Eksperimental Pengujian Pemadatan Tanah Di
Gunungkidul Dengan Metode Standard Proctor. 25–32.
Syafruddin. (2007). Hubungan Teoritis Antara Berat Isi Kering dan Kadar Air
untuk Menentukan Kepadatan Relatif. Syafruddin, 8(2), 142–150.
Syukur, S. (2009). Laju Infiltrasi dan Peranannya Terhadap Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Allu-Bangkala. J.Agroland, 16(3), 231–236.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun. (2011). Perumahan dan
Kawasan Permukiman. 1–48.
Wesnawa. 2015.Geografi Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yuniawan. (2011). Analisis Kondisi Kualitas Lingkungan Permukiman
Menggunakan Citra Quickbird di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
Yuliet, R. dkk. (2011). Uji Potensi Mengembang Pada Tanah Lempung Dengan
Metoda Free Swelling Test. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 7(1), 25.
https://doi.org/10.25077/jrs.7.1.25-36.2011
62

Lampiran 1. Hasil Pengukuran dengan Double Ring Infiltrometer


63

No. Titik :1
Tanggal Pengukuran : 03 Februari 2021
Lokasi : Jl. Air Paku, Sungai Sapih, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

13:30 1 1 70,65 0,4 0,4 24,00 0,000067 cerah


2 1 88,31 0,5 0,9 30,00 0,000083
3 1 52,99 0,3 1,2 18,00 0,000050
4 1 17,66 0,1 1,3 6,00 0,000017
5 1 52,99 0,3 1,6 18,00 0,000050
6 1 35,33 0,2 1,8 12,00 0,000033
7 1 17,66 0,1 1,9 6,00 0,000017
8 1 17,66 0,1 2 6,00 0,000017
9 1 17,66 0,1 2,1 6,00 0,000017
13:40 10 1 35,33 0,2 2,3 12,00 0,000033
12 2 52,99 0,3 2,6 9,00 0,000025
14 2 35,33 0,2 2,8 6,00 0,000017
16 2 17,66 0,1 2,9 3,00 0,000008
18 2 35,33 0,2 3,1 6,00 0,000017
20 2 35,33 0,2 3,3 6,00 0,000017
22 2 52,99 0,3 3,6 9,00 0,000025
24 2 17,66 0,1 3,7 3,00 0,000008
26 2 35,33 0,2 3,9 6,00 0,000017
28 2 17,66 0,1 4 3,00 0,000008
14:00 30 2 52,99 0,3 4,3 9,00 0,000025
35 5 70,65 0,4 4,7 4,80 0,000013
40 5 35,33 0,2 4,9 2,40 0,000007
45 5 70,65 0,4 5,3 4,80 0,000013
50 5 52,99 0,3 5,6 3,60 0,000010
14:30 60 5 35,33 0,2 5,8 2,40 0,000007
75 15 88,31 0,5 6,3 2,00 0,000006
90 15 123,64 0,7 7 2,80 0,000008
180 90 70,65 0,4 7,4 0,27 0,000001
15:30 210 30 70,65 0,4 7,8 0,80 0,000002
64

No. Titik :2
Tanggal Pengukuran : 04 Februari 2021
Lokasi : Gg. Sakinah 6, Gunung Sarik, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

14:00 1 1 123,62 0,7 0,7 42,00 0,000117 Cerah


2 1 158,94 0,9 1,6 54,00 0,000150
3 1 176,60 1 2,6 60,00 0,000167
4 1 211,92 1,2 3,8 72,00 0,000200
5 1 141,28 0,8 4,6 48,00 0,000133
6 1 88,30 0,5 5,1 30,00 0,000083
7 1 211,92 1,2 6,3 72,00 0,000200
8 1 264,90 1,5 7,8 90,00 0,000250
9 1 141,28 0,8 8,6 48,00 0,000133
14:10 10 1 211,92 1,2 9,8 72,00 0,000200
12 2 176,60 1 10,8 30,00 0,000083
14 2 88,30 0,5 11,3 15,00 0,000042
16 2 264,90 1,5 12,8 45,00 0,000125
18 2 123,62 0,7 13,5 21,00 0,000058
20 2 141,28 0,8 14,3 24,00 0,000067
22 2 88,30 0,5 14,8 15,00 0,000042
24 2 158,94 0,9 15,7 27,00 0,000075
26 2 211,92 1,2 16,9 36,00 0,000100
28 2 123,62 0,7 17,6 21,00 0,000058
14:30 30 2 123,62 0,7 18,3 21,00 0,000058
35 5 229,58 1,3 19,6 15,60 0,000043
40 5 317,88 1,8 21,4 21,60 0,000060
45 5 264,90 1,5 22,9 18,00 0,000050
50 5 264,90 1,5 24,4 18,00 0,000050
55 5 211,92 1,2 25,6 14,40 0,000040
15:00 60 5 141,28 0,8 26,4 9,60 0,000027
75 15 370,86 2,1 28,5 8,40 0,000023
90 15 335,54 1,9 30,4 7,60 0,000021
105 15 282,56 1,6 32 6,40 0,000018
16:00 120 15 282,56 1,6 33,6 6,40 0,000018
180 30 353,20 2 35,6 4,00 0,000011
17:30 210 30 353,20 2 37,6 4,00 0,000011
65

No. Titik :3
Tanggal Pengukuran : 05 Februari 2021
Lokasi : Komp. Mawar Putih, Korong Gadang, Kec.Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm3) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

14:20 1 1 141,30 0,8 0,8 48,00 0,000133 Cerah


2 1 105,98 0,6 1,4 36,00 0,000100
3 1 158,96 0,9 2,3 54,00 0,000150
4 1 123,64 0,7 3 42,00 0,000117
5 1 88,31 0,5 3,5 30,00 0,000083
6 1 141,30 0,8 4,3 48,00 0,000133
7 1 158,96 0,9 5,2 54,00 0,000150
8 1 176,63 1 6,2 60,00 0,000167
9 1 141,30 0,8 7 48,00 0,000133
14:30 10 1 123,64 0,7 7,7 42,00 0,000117
12 2 176,63 1 8,7 30,00 0,000083
14 2 211,95 1,2 9,9 36,00 0,000100
16 2 141,30 0,8 10,7 24,00 0,000067
18 2 141,30 0,8 11,5 24,00 0,000067
20 2 158,96 0,9 12,4 27,00 0,000075
22 2 123,64 0,7 13,1 21,00 0,000058
24 2 88,31 0,5 13,6 15,00 0,000042
26 2 88,31 0,5 14,1 15,00 0,000042
28 2 141,30 0,8 14,9 24,00 0,000067
14:50 30 2 158,96 0,9 15,8 27,00 0,000075
35 5 194,29 1,1 16,9 13,20 0,000037
40 5 264,94 1,5 18,4 18,00 0,000050
45 5 158,96 0,9 19,3 10,80 0,000030
50 5 247,28 1,4 20,7 16,80 0,000047
55 5 229,61 1,3 22 15,60 0,000043
15:20 60 5 194,29 1,1 23,1 13,20 0,000037
75 15 282,60 1,6 24,7 6,40 0,000018
90 15 282,60 1,6 26,3 6,40 0,000018
105 15 300,26 1,7 28 6,80 0,000019
16:20 120 15 282,60 1,6 29,6 6,40 0,000018
150 15 317,93 1,8 31,4 7,20 0,000020
180 30 317,93 1,8 33,2 3,60 0,000010
17:50 210 30 317,93 1,8 35 3,60 0,000010
66

No. Titik :4
Tanggal Pengukuran : 06 Februari 2021
Lokasi : Jl. Ampang Karang Ganting, Lubuk Lintah
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2
∆t ∆h
Waktu Waktu ∆V ∆h fc
(meni kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
t) (cm/jam)
13:25 1 1 70,65 0,4 0,4 24,00 0,000067 cerah
2 1 123,64 0,7 1,1 42,00 0,000117
3 1 52,99 0,3 1,4 18,00 0,000050
4 1 52,99 0,3 1,7 18,00 0,000050
5 1 88,31 0,5 2,2 30,00 0,000083
6 1 105,98 0,6 2,8 36,00 0,000100
7 1 141,30 0,8 3,6 48,00 0,000133
8 1 141,30 0,8 4,4 48,00 0,000133
9 1 123,64 0,7 5,1 42,00 0,000117
13:35 10 1 158,96 0,9 6,0 54,00 0,000150
12 2 141,30 0,8 6,8 24,00 0,000067
14 2 105,98 0,6 7,4 18,00 0,000050
16 2 105,98 0,6 8,0 18,00 0,000050
18 2 176,63 1 9,0 30,00 0,000083
20 2 229,61 1,3 10,3 39,00 0,000108
22 2 194,29 1,1 11,4 33,00 0,000092
24 2 211,95 1,2 12,6 36,00 0,000100
26 2 158,96 0,9 13,5 27,00 0,000075
28 2 264,94 1,5 15,0 45,00 0,000125
13:55 30 2 370,91 2,1 17,1 63,00 0,000175
35 5 353,25 2 19,1 24,00 0,000067
40 5 317,93 1,8 20,9 21,60 0,000060
45 5 282,60 1,6 22,5 19,20 0,000053
50 5 264,94 1,5 24,0 18,00 0,000050
55 5 264,94 1,5 25,5 18,00 0,000050
14:25 60 5 247,28 1,4 26,9 16,80 0,000047
75 15 423,90 2,4 29,3 9,60 0,000027
90 15 370,91 2,1 31,4 8,40 0,000023
105 15 335,59 1,9 33,3 7,60 0,000021
15:25 120 15 335,59 1,9 35,2 7,60 0,000021
150 30 459,23 2,6 37,8 5,20 0,000014
16:20 180 30 459,23 2,6 40,4 5,20 0,000014
67

No. Titik :5
Tanggal Pengukuran : 07 Februari 2021
Lokasi : Jl. Raya Kalumbuk, Kalumbuk, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)
14:30 1 1 88,31 0,5 0,5 30,00 0,000083 cerah
2 1 70,65 0,4 0,9 24,00 0,000067
3 1 105,98 0,6 1,5 36,00 0,000100
4 1 52,99 0,3 1,8 18,00 0,000050
5 1 70,65 0,4 2,2 24,00 0,000067
6 1 52,99 0,3 2,5 18,00 0,000050
7 1 88,31 0,5 3 30,00 0,000083
8 1 123,64 0,7 3,7 42,00 0,000117
9 1 35,33 0,2 3,9 12,00 0,000033
14:40 10 1 88,31 0,5 4,4 30,00 0,000083
12 2 141,30 0,8 5,2 24,00 0,000067
14 2 105,98 0,6 5,8 18,00 0,000050
16 2 70,65 0,4 6,2 12,00 0,000033
18 2 52,99 0,3 6,5 9,00 0,000025
20 2 52,99 0,3 6,8 9,00 0,000025
22 2 35,33 0,2 7 6,00 0,000017
24 2 105,98 0,6 7,6 18,00 0,000050
26 2 52,99 0,3 7,9 9,00 0,000025
28 2 17,66 0,1 8 3,00 0,000008
15:00 30 2 70,65 0,4 8,4 12,00 0,000033
35 5 52,99 0,3 8,7 3,60 0,000010
40 5 88,31 0,5 9,2 6,00 0,000017
45 5 123,64 0,7 9,9 8,40 0,000023
50 5 70,65 0,4 10,3 4,80 0,000013
55 5 52,99 0,3 10,6 3,60 0,000010
15:30 60 5 35,33 0,2 10,8 2,40 0,000007
75 15 17,66 0,1 10,9 0,40 0,000001
90 15 88,31 0,5 11,3 2,00 0,000006
105 15 105,98 0,6 11,9 2,40 0,000007
16:30 120 15 70,65 0,4 12,3 1,60 0,000004
150 30 35,33 0,2 12,5 0,40 0,000001
180 30 35,33 0,2 12,7 0,40 0,000001
210 30 35,33 0,2 12,9 0,40 0,000001
18:30 240 30 35,33 0,2 13,1 0,40 0,000001
68

No. Titik :6
Tanggal Pengukuran : 10 Februari 2021
Lokasi : Jl. Raya Ampang, Ampang, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

13:20 1 1 52,99 0,3 0,3 18,00 0,000050 Cerah


2 1 88,31 0,5 0,8 30,00 0,000083
3 1 70,65 0,4 1,2 24,00 0,000067
4 1 70,65 0,4 1,6 24,00 0,000067
5 1 35,33 0,2 1,8 12,00 0,000033
6 1 105,98 0,6 2,4 36,00 0,000100
7 1 123,64 0,7 3,1 42,00 0,000117
8 1 88,31 0,5 3,6 30,00 0,000083
9 1 52,99 0,3 3,9 18,00 0,000050
13:30 10 1 52,99 0,3 4,2 18,00 0,000050
12 2 123,64 0,7 4,9 21,00 0,000058
14 2 141,30 0,8 5,7 24,00 0,000067
16 2 123,64 0,7 6,4 21,00 0,000058
18 2 211,95 1,2 7,6 36,00 0,000100
20 2 194,29 1,1 8,7 33,00 0,000092
22 2 123,64 0,7 9,4 21,00 0,000058
24 2 229,61 1,3 10,7 39,00 0,000108
26 2 141,30 0,8 11,5 24,00 0,000067
28 2 158,96 0,9 12,4 27,00 0,000075
13:50 30 2 123,64 0,7 13,1 21,00 0,000058
35 5 211,95 1,2 14,3 14,40 0,000040
40 5 211,95 1,2 15,5 14,40 0,000040
45 5 194,29 1,1 16,6 13,20 0,000037
50 5 247,28 1,4 18 16,80 0,000047
55 5 158,96 0,9 18,9 10,80 0,000030
14:20 60 5 264,94 1,5 20,4 18,00 0,000050
75 15 317,93 1,8 22,2 7,20 0,000020
90 15 317,93 1,8 24 7,20 0,000020
105 15 353,25 2 26 8,00 0,000022
15:20 120 15 370,91 2,1 28,1 8,40 0,000023
150 30 759,49 4,3 32,4 8,60 0,000024
16:20 180 30 759,49 4,3 36,7 8,60 0,000024
69

No. Titik :7
Tanggal Pengukuran : 11 Februari 2021
Lokasi : Gg. Sarang Gagak, Anduring, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)
14:20 1 1 70,65 0,4 0,4 24,00 0,000067 Cerah
2 1 88,31 0,5 0,9 30,00 0,000083
3 1 88,31 0,5 1,4 30,00 0,000083
4 1 52,99 0,3 1,7 18,00 0,000050
5 1 70,65 0,4 2,1 24,00 0,000067
6 1 52,99 0,3 2,4 18,00 0,000050
7 1 35,33 0,2 2,6 12,00 0,000033
8 1 52,99 0,3 2,9 18,00 0,000050
9 1 17,66 0,1 3 6,00 0,000017
14:30 10 1 35,33 0,2 3,2 12,00 0,000033
12 2 70,65 0,4 3,6 12,00 0,000033
14 2 105,98 0,6 4,2 18,00 0,000050
16 2 141,30 0,8 5 24,00 0,000067
18 2 88,31 0,5 5,5 15,00 0,000042
20 2 158,96 0,9 6,4 27,00 0,000075
22 2 176,63 1 7,4 30,00 0,000083
24 2 141,30 0,8 8,2 24,00 0,000067
26 2 141,30 0,8 9 24,00 0,000067
28 2 105,98 0,6 9,6 18,00 0,000050
14:50 30 2 70,65 0,4 10 12,00 0,000033
35 5 158,96 0,9 10,9 10,80 0,000030
40 5 211,95 1,2 12,1 14,40 0,000040
45 5 194,29 1,1 13,2 13,20 0,000037
50 5 158,96 0,9 14,1 10,80 0,000030
55 5 141,30 0,8 14,9 9,60 0,000027
15:20 60 5 123,64 0,7 15,6 8,40 0,000023
75 15 229,61 1,3 16,9 5,20 0,000014
90 15 211,95 1,2 18,1 4,80 0,000013
105 15 211,95 1,2 19,3 4,80 0,000013
16:20 120 15 158,96 0,9 20,2 3,60 0,000010
150 30 88,31 0,5 20,7 1,00 0,000003
17:20 180 30 88,31 0,5 21,2 1,00 0,000003
70

No. Titik :8
Tanggal Pengukuran : 12 Februari 2021
Lokasi : Jl. Dr. Moh Hatta, Pasar Ambacang, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

13:20 1 1 105,98 0,6 0,6 36,00 0,000100 Cerah


2 1 123,64 0,7 1,3 42,00 0,000117
3 1 176,63 1 2,3 60,00 0,000167
4 1 158,96 0,9 3,2 54,00 0,000150
5 1 211,95 1,2 4,4 72,00 0,000200
6 1 141,30 0,8 5,2 48,00 0,000133
7 1 123,64 0,7 5,9 42,00 0,000117
8 1 158,96 0,9 6,8 54,00 0,000150
9 1 176,63 1 7,8 60,00 0,000167
13:30 10 1 211,95 1,2 9 72,00 0,000200
12 2 158,96 0,9 9,9 27,00 0,000075
14 2 141,30 0,8 10,7 24,00 0,000067
16 2 158,96 0,9 11,6 27,00 0,000075
18 2 229,61 1,3 12,9 39,00 0,000108
20 2 211,95 1,2 14,1 36,00 0,000100
22 2 211,95 1,2 15,3 36,00 0,000100
24 2 123,64 0,7 16 21,00 0,000058
26 2 141,30 0,8 16,8 24,00 0,000067
28 2 158,96 0,9 17,7 27,00 0,000075
13:50 30 2 194,29 1,1 18,8 33,00 0,000092
35 5 211,95 1,2 20 14,40 0,000040
40 5 176,63 1 21 12,00 0,000033
45 5 158,96 0,9 21,9 10,80 0,000030
50 5 247,28 1,4 23,3 16,80 0,000047
55 5 264,94 1,5 24,8 18,00 0,000050
14:20 60 5 211,95 1,2 26 14,40 0,000040
75 15 264,94 1,5 27,5 6,00 0,000017
150 30 671,18 3,8 31,3 7,60 0,000021
16:20 180 30 671,18 3,8 35,1 7,60 0,000021
71

No. Titik :9
Tanggal Pengukuran : 13 Februari 2021
Lokasi : Jl. Lambung Bukit, Kuranji, Kec. Kuranji
Penggunaan Lahan : Permukiman
Luas Bidang Cincin Dalam : 176,6 cm2

∆h
Waktu Waktu ∆t ∆V ∆h fc
kumulatif fc (m/s) Ket.
(jam) (menit) (menit) (cm³) (cm) (cm/jam)
(cm/jam)

13:40 1 1 88,31 0,5 0,5 30,00 0,000083 cerah


2 1 70,65 0,4 0,9 24,00 0,000067
3 1 105,98 0,6 1,5 36,00 0,000100
4 1 70,65 0,4 1,9 24,00 0,000067
5 1 88,31 0,5 2,4 30,00 0,000083
6 1 52,99 0,3 2,7 18,00 0,000050
7 1 105,98 0,6 3,3 36,00 0,000100
8 1 88,31 0,5 3,8 30,00 0,000083
9 1 123,64 0,7 4,5 42,00 0,000117
13:50 10 1 105,98 0,6 5,1 36,00 0,000100
12 2 123,64 0,7 5,8 21,00 0,000058
14 2 123,64 0,7 6,5 21,00 0,000058
16 2 158,96 0,9 7,4 27,00 0,000075
18 2 176,63 1 8,4 30,00 0,000083
20 2 141,30 0,8 9,2 24,00 0,000067
22 2 158,96 0,9 10,1 27,00 0,000075
24 2 105,98 0,6 10,7 18,00 0,000050
26 2 247,28 1,4 12,1 42,00 0,000117
28 2 194,29 1,1 13,2 33,00 0,000092
14:10 30 2 158,96 0,9 14,1 27,00 0,000075
35 5 176,63 1 15,1 12,00 0,000033
40 5 141,30 0,8 15,9 9,60 0,000027
45 5 211,95 1,2 17,1 14,40 0,000040
50 5 158,96 0,9 18 10,80 0,000030
55 5 105,98 0,6 18,6 7,20 0,000020
14:40 60 5 211,95 1,2 19,8 14,40 0,000040
75 15 211,95 1,2 21 4,80 0,000013
105 15 247,28 1,4 22,4 5,60 0,000016
150 30 494,55 2,8 25,2 5,60 0,000016
180 30 494,55 2,8 28 5,60 0,000016
17:10 210 30 494,55 2,8 30,8 5,60 0,000016
72

Lampiran 2. Kurva Nilai Infiltrasi Pada Setiap Titik


73
74
75
76
77

Lampiran 3. Hasil Analisis Model Horton


78

Waktu fc 1 Waktu fc 2 Waktu fc 3 Waktu fc 4 Waktu fc 5 Waktu fc 6 Waktu fc 7 Waktu fc 8 Waktu fc 9


1 23,396 1 41,023 1 46,993 1 23,50 1 29,32 1 17,72 1 23,50 1 35,05 1 29,33
2 28,499 2 51,462 2 34,547 2 40,08 2 22,93 2 28,76 2 28,74 2 39,73 2 23,01
3 16,691 3 55,791 3 50,647 3 17,01 3 33,61 3 22,68 3 28,13 3 54,90 3 33,58
4 5,479 4 65,272 4 38,632 4 16,70 4 16,44 4 22,27 4 16,56 4 48,08 4 22,07
5 15,875 5 42,627 5 27,138 5 26,89 5 21,42 5 11,53 5 21,59 5 61,90 5 26,84
6 10,360 6 26,238 6 42,289 6 31,43 6 15,72 6 31,51 6 15,88 6 40,52 6 16,10
7 5,123 7 60,666 7 46,521 7 40,68 7 25,57 7 35,71 7 10,42 7 34,69 7 30,64
8 5,011 8 73,823 8 50,541 8 39,75 8 34,96 8 25,46 8 15,24 8 42,91 8 25,15
9 4,901 9 38,805 9 39,715 9 34,12 9 9,82 9 15,79 9 5,10 9 46,14 9 33,97
10 9,403 10 56,407 10 34,126 10 42,53 10 23,88 10 15,58 10 9,81 10 53,38 10 28,65
12 6,775 12 23,021 12 23,645 12 18,83 12 18,27 12 17,27 12 9,43 12 20,48 12 16,65
14 4,394 14 11,639 14 27,097 14 14,00 14 13,13 14 18,74 14 13,46 14 17,77 14 16,05
16 2,242 16 31,026 16 17,731 16 13,54 16 8,41 16 16,30 16 17,13 16 18,84 16 19,34
18 4,034 18 14,637 18 17,097 18 20,51 18 6,07 18 24,62 18 10,39 18 24,59 18 20,42
20 3,868 20 15,879 20 18,388 20 24,98 20 5,81 20 22,04 20 17,69 20 21,95 20 16,17
22 5,389 22 10,202 22 14,103 22 20,62 22 3,76 22 15,04 22 18,81 22 21,00 22 17,24
24 1,968 24 16,309 24 10,172 24 21,40 24 10,49 24 23,46 24 14,51 24 13,51 24 11,98
26 3,419 26 20,257 26 9,878 26 16,07 26 5,11 26 15,69 26 13,93 26 14,35 26 23,32
28 1,851 28 12,198 28 14,330 28 24,00 28 1,76 28 16,59 28 10,14 28 15,06 28 18,22
30 4,516 30 11,782 30 15,355 30 31,08 30 6,19 30 13,67 30 6,66 30 16,72 30 14,92
35 2,389 35 8,662 35 7,900 35 12,56 35 1,82 35 10,64 35 5,51 35 9,66 35 8,03
79

40 1,357 40 10,209 40 9,351 40 10,82 40 2,62 40 10,36 40 6,52 40 8,72 40 6,92


45 2,020 45 8,336 45 6,164 45 9,40 45 3,22 45 9,80 45 5,50 45 8,29 45 8,13
50 1,549 50 7,806 50 7,791 50 8,55 50 1,78 50 10,45 50 4,24 50 9,27 50 6,90
60 1,129 55 6,482 55 6,997 55 8,13 55 1,30 55 9,03 55 3,54 55 9,19 55 5,95
75 0,966 60 5,173 60 6,023 60 7,53 60 0,90 60 10,17 60 2,96 60 8,48 60 7,27
90 0,986 75 4,624 75 4,101 75 5,79 75 0,40 75 8,45 75 1,80 75 7,48 90 5,50
180 0,795 90 4,345 90 3,955 90 5,49 90 0,60 90 8,50 90 1,52 150 7,60 105 5,60
210 0,800 105 4,156 105 3,888 105 5,34 105 0,58 105 8,57 105 1,37 180 7,60 120 5,60
120 4,105 120 3,778 120 5,30 120 0,47 120 8,59 120 1,18 150 5,60
180 4,000 150 3,715 150 5,20 150 0,40 150 8,60 150 1,00 180 5,60
210 4,000 180 3,600 180 5,20 180 0,40 180 8,60 180 1,00
210 3,600 210 0,40
240 0,40
80

Lampiran 4. Dokumentasi Pengujian


81

Pembuatan lubang untuk Uji Sand Cone Pengukuran Kedalaman Lubang Galian

Pengambilan Sampel Tanah Timbang Tanah Hasil Lubang Galian

Memasukkan Pasir Ottawa Memasukkan Pasir Ottawa ke Tabung


82

Pengisian Air Pada Ring Bagian Luar Pengisian Air Pada Ring Bagian Dalam

Proses Infiltrasi di Lokasi Penelitian


83

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data


84
85

Lampiran 6. Surat Tugas Pembimbing


86
87

Lampiran 7. Lembar Konsultasi Dengan Pembimbing


88
89
90
91
92

Anda mungkin juga menyukai