Anda di halaman 1dari 4

Perkuliahan Minggu Ke-2

Silahkan dibaca untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

A. Elemen-Elemen Lalu Lintas

Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 2009 mendefinisikan bahwa lalu lintas sebagai gerak
kendaraan dan orang di ruang lalu lintas. Ruang lalu lintas yang dimaksud adalah jalan.
Melalui defenisi UU tersebut, lalu lintas merupakan kesatuan yang dibentuk oleh semua
elemen yang berpengaruh terhadapnya. Elemen-Elemen ini saling terkait satu sama lain.
Umumnya, pada suatu arus lalu lintas, terdapat tiga elemen yang membentuknya.

Seorang perencana lalu lintas (traffic engineers) diharapkan mampu mengetahui masing-
masing dari elemen tersebut. Pengetahuan itu harus meliputi bagaimana hubungan antara
satu elemen dengan elemen lainnya. Elemen-Elemen dasar lalu lintas itu ada 3 macam,
seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Kendaraan

Manusia Jalan

Namun, elemen-elemen lalu lintas yang ada pada gambar-gambar di atas ini dapat dibagi
menjadi 6 elemen. Elemen-Elemen yang dimaksud bersumber dari 3 elemen dasar yang
dijelaskan sebelumnya. Enam elemen yang dimaksud adalah
1. Manusia sebagai pemakai jalan (Road Users).
Semua orang yang menggunakan fasilitas jalan merupakan pemakai jalan. Pemakai
jalan meliputi:
a. Pengemudi, yaitu: orang yang mengemudikan dan menumpang pada kendaraan
bermotor.
b. Pejalan Kaki (pedestrian), yaitu: orang yang menggunakan fasilitas jalan, baik
khusus ataupun tidak untuk dirinya dengan moda berjalan kaki.
Ada 5 faktor yang mempengaruhi prilaku manusia sebagai pengemudi, yaitu: kondisi
lingkungan, karakter, fisik, reaksi, dan jarak padangan.
2. Kendaraan (vehicle/transport)
Elemen ini memiliki peranan penting dalam menciptakan keamanan dan keselamatan
dalam berlalu lintas di jalan raya. Kendaraan dalam elemen lalu lintas memberikan
karakteristik berupa: kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan
(capacity). Kendaraan membutuhkan ruang dalam lalu lintas untuk bisa bermanuver
dalam membentuk arus lalu lintas. Secara Fisiknya, elemen ini bisa mempengaruhi lalu
lintas dalam bentuk perawatan, penggunaan dan desainnya.
3. Jalan
Jalan adalah lintasan yang dilalui kendaraan yang dikemudikan, ditumpangi manusia,
dan dilalui oleh pejalan kaki. Fungsi jalan sebagai elemen adalah mengalirkan aliran
lalu lintas dengan lancar, mendukung beban muatan sumbu kendaraan, dan meredam
angka kecelakaan lalu-lintas.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi semua bagian, seperti: bangunan pelengkap dan
perlengkapannya bagi pergerakan lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, di bawah permukaan air,di atas
permukaan air. Pada defenisi ini, jalan kereta api (rel), jalan lori, dan jalan kabel tidak
termasuk.
Pada PP tersebut, jalan diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya dan ciri-ciri masing-
masing, seperti berikut.
a. Jalan Arteri
1) melayani angkutan utama
2) tipe perjalanan jarak jauh
3) kecepatan rata-rata tinggi
4) jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
b. Jalan Kolektor
1) melayani angkutan pengumpul atau pembagi
2) tipe perjalanan jarak sedang.
3) kecepatan rata-rata sedang.
4) jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
1) melayani angkutan setempat
2) tipe perjalanan jarak dekat
3) kecepatan rata-rata rendah
4) jumlah jalan masuk tidak dibatasi
Berdasarkan kelasnya, sesuai pasal11,PP.No.43/1993, jalan dibagi dengan acuan
Muatan Sumbu Terberat (MST) dalam satuan ton. Pembagian tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut.
MUATAN SUMBU TERBERAT
FUNGSI KELAS
(MST – ton)
Arteri I > 10
II 10
IIIA 8
Kolektor IIIA 8
IIIB
Lokal IIIC 8
Jalan juga dibagi dalam klasifikasi medannya. Klasifikasinya dibagi dalam bentuk tabel
berikut.
JENIS MEDAN NOTASI KEMIRINGAN (%)
Datar D <3
Perbukitan B 3-25
Pegunungan G >25
Pedoman pada tabel ini digunakan dalam perencanaan geometrik jalan, biasanya.
Sedangkan menurut wewenang pembinaannya (PP Nomor 34 tahun 2006), jalan itu
dibagi menjadi: nasional, provinsi, kabupaten, kota, nagari, dan khusus.
a. Nasional
Jalan Nasional dibagi dalam kategori jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibu kota provinsi, jalan tol, dan jalan lain yang mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan nasional
b. Provinsi
Kelompok jalan ini terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan ibu kota
provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibu kota kabupaten atau kota, jalan lain yang mempunyai
kepentingan strategis terhadap kepentingan provinsi, jalan dalam Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta yang tidak termasuk jalan Nasional.
c. Kabupaten
Kelompok jalan kabupaten adalah, jalan lokal primer yang menghubungkan ibu
kota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa
atau nagari, antar ibu kota Kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa atau
nagari, dan antar desa atau nagari, jalan sekunder (arteri sekunder, kolektor
sekunder, dan lokal sekunder) dan jalan lain yang tidak termasuk dalam
kelompok jalan nasional, jalan provinsi. Berdasarkan kelasnya, menurut Petunjuk
Perencanaan Teknis Jalan Kabupaten – 1992 Dirjen Bina Marga, jalan kabupaten
digolongkan seperti tabel berikut.
Kecepatan
Fungsi Volume Lalu Litas Kelas
D B G
Sekunder > 500 III A 50 40 30
Jalan 201 – 500 III B1 40 30 30
Lokal 50 – 200 III B2 40 30 30
< 50 III C 30 30 20

d. Kota
Jalan Kota dikelompokkan kepada jaringan jalan sekunder di dalam kota. Penetapan
status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai
jalan kota dilakukan dengan keputusan gubernur atas usul pemerintah kota yang
bersangkutan. Sedangkan, penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder sebagai
jalan kota dilakukan dengan keputusan walikota yang bersangkutan. Klasifikasi jalan
perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut.
FUNGSI KELAS
Arteri Primer I
Kolektor Primer II
Arteri Sekunder II

e. Nagari
Jalan desa atau nagari adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal sekunder yang
tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan pedesaan atau nagari, dan
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan antar permukiman didalam
desa atau nagari.
f. Jalan Khusus
Kelompok jalan ini adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh instansi badan
hukum atau perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing. Penetapan
status suatu ruas jalan khusus dilakukan oleh instansi atau badan hukum atau
perorangan yang memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan memperhatikan
pedoman yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

4. Rambu-Rambu dan Tanda Pengatur Lalu Lintas (Traffic Control Devices)


Elemen ini harus berada pada kondisi baik dalam menjalankan perannya. Perencanaan
elemen ini dalam lalu lintas meliputi: traffic marking marka jalan, traffic signs rambu-
rambu jalan dan traffic signals lampu pengatur lalu lintas.

5. Hukum-hukum dan peraturan lalu lintas


Elemen ini cukup berperan dalam mendukung keamanan lalu lintas. Sekarang ini
regulasi atau hukum yang mengatur berlalu lintas adalah Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Perannya harus didukung dengan
mekanisme kontrol yang ada.

6. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan memberikan suasana berkendara dalam lalu lintas. Oleh karena itu,
lingkungan yang menjadi elemen penting dalam terbentuknya sistem lalu lintas.

B. Catatan Perkuliahan

Penjelasan sebelumnya adalah teori dalam elemen-elemen lalu lintas. Perlu adanya
penambahan referensi-referensi yang ada dengan memahami poin penting dari apa yang
sudah dijelaskan. Kembangkan secara mandiri dan tambah wawasan anda mengenai
materi minggu pertama ini.

Anda mungkin juga menyukai