Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN

PADA PESERTA BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL)


DAN NON BPJS DI RSUD GAMBIRAN
KEDIRI JAWA TIMUR

1
Romaji, S.KM., M.Kes. 2Latifatun Nasihah,SST.,M.Kes.

Abstrak
Kepuasan pasien merupakan perasaan yang dirasakan setelah membandingkan antara harapan dengan kenyataan.
Upaya pemenuhan kepuasan harus menyeluruh kepada semua pasien baik pasien BPJS maupun don BPJS yang berobat
ke rumah sakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan pada peserta
BPJS dan Non BPJS di Ruang Nifas RSUD Gambiran Kediri Jawa Timur.
Desain penelitian adalah observasional analitik dengan metode cross sectional. Populasi Pasien rawat inap (post
partum dan lainnya) dari peserta BPJS dan non BPJS dengan rata-rata 140 pasien/bulan dengan sampel 100 responden
(50 BPJS dan 50 Non BPJS) diambil accidental sampling. Variabel bebas kepersertaan pasien dilihat dari BPJS
Kesehatan dan Non BPJS dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Diketahui hampir seluruh responden kelompok BPJS puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu 40 responden
(80,0%), hampir hampir seluruh responden kelompok Non BPJS puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu 44 responden
(88,0%) dari total 50 responden dan ada perbedaan kepuasan antara pasien BPJS dan Non BPJS terhadap pelayanan
kesehatan (p = 0,012 > 0,05 Ho ditolak). Hal ini disebabkan adanya penilaian subyektif dari pasien.
Disimpulkan masih ada perbedaan kepuasan pasien antara peserta BPJS dan non BPJS. Disarankan agar pihak
rumah sakit melakukan evaluasi kembali mengenai pelayanan yang diberikan.

Kata kunci : kepuasan pasien, peserta BPJS dan Non BPJS

ABSTRACT
The patients’ satisfaction was a sense after comparing between expectation and reality. The efforts to fulfill the
satisfaction should be totally either to BPJS or non BPJS patients who went to the hospital. The objective of this
research was to know the patients’ satisfaction towards BPJS or non BPJS patients’ health service at partum room of
Gambiran Regional Hospital Kediri, East Java.
The design of this research was observational analytics with cross-sectional approach. The population was 140
BPJS and non BPJS inpatients on average every month (postpartum patients and others), and 100 respondents (50
BPJS patients and 50 non BPJS patients) were taken as samples by accidental sampling technique. The independent
variable was the patients’ membership or non-membership of BPJS, collected from questionnaires and analyzed with
Wilcoxon Test.
The research results were almost all BPJS patients or 40 respondents (80.0%) felt satisfied of the health service,
almost all non BPJS patients or 44 respondents (88.0%) felt satisfied of the health service of toally 50 respondents, and
there was a difference of the satisfaction between BPJS and non BPJS patients towards the health service (p = 0.012 >
0.05 Ho was denied), it was because of the patients’ subjective judgments.
The conclusion was that there was and there was a difference of the satisfaction betw een BPJS and non
BPJS patients. The hospital was recommended to make reevaluation towards the service given.

Keywords: The patients’ satisfaction, BPJS and non BPJS members


Rumah sakit merupakan salah satu yaitu p < 0,05, sehingga didapatkan perbedaan
unit pelayanan kesehatan yang harus melayani kepuasan yang bermakna antara pasien BPJS
semua masyarakat. Mulai 1 Januari 2014 ada dan Non BPJS. Penelitian Yuniar (2016) juga
perubahan dalam sistem pembiayaan kesehatan, menunjukkan hal yang sama yaitu sebagian
seperti tercantum dalam Undang-Undang No. pasien BPJS merasa kurang puas terhadap
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan “semua obat dalam resep masuk dalam
Kesehatan Nasional (SJSN). Dalam tanggungan biaya BPJS” dan “Ketersediaan
pelaksanaanya dikenal dengan sistem JKN semua obat dalam resep yang ditanggung BPJS di
(Jaminan Kesehatan Nasional) yang apotek”.
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Kondisi serupa bisa juga terjadi di
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dimana rumah sakit lain termasuk Rumah Sakit Umum
dalam memberikan pelayanan bekerjasama Gambiran Kota Kediri. Hasil penelitian
dengan fasilitas kesehatan yang ada di seluruh sebelumnya oleh Yosi Arum Ariningtyas,
Indonesia. Salah satu indikator yang dapat Purnomo Suryantoro, Mufdlilah (2017) di
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Ruang Bersalin RSUD Gambiran Kota Kediri,
sistem adalah dengan menilai tingkat kepuasaan hampir seluruh responden BPJS termasuk puas
pasien peserta JKN (Christiani, 2016). terhadap pelayanan kebidanan yaitu 38
Permasalahannya adalah masih ada responden (95%) dari total 40 responden,
pasien yang belum puas. Dalam pengalaman akan tetapi masih ada 2 pasien (5%) yang
sehari-hari ketidakpuasan pasien yang paling merasa cukup puas. Hal ini memberikan
sering antara lain : keterlambatan pelayanan gambaran bahwa belum seluruh pasien belum
dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, merasa puas terhadap pelayanan yang diterima
lamanya proses masuk rawat, keterbatasan dari RSUD Gambiran Kota Kediri.
obat dan peralatan, ketersediaan sarana (toilet, Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
tong sampah) serta ketertiban dan kebersihan kepuasan pasien, diantaranya adalah persepsi,
rumah sakit. Banyaknya complain dan penilaian latar belakang sosial-ekonomi, norma,
yang kurang baik dari peserta BPJS terhadap pendidikan, budaya, kepribadian kustomer
kualitas pelayanan kesehatan membuat konsumen bersangkutan (Rewansyah dalam Mulyawan,
merasa tidak puas. Mulai dari sistem yang 2016). Ada dua aspek yang mempengaruhi
berbelit-belit, tidak ada batasan pembiayaan yang kepuasan pasien yakni aspek pelanggan (umur,
jelas, pembatasan obat bahkan pelayanan yang jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain)
dinilai lama terhadap peserta BPJS (Murtiana, dan aspek pelayanan kesehatan (aspek medis,
2016). seperti tersedianya peralatan yang memadai,
Penelitian sebelumnya seperti survei dan aspek non medis yang mencakup layanan
di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, dari 30 petugas kesehatan, kenyamaan dan kebersihan
pasien pengguna BPJS, sebanyak 27 pasien ruang tunggu, serta biaya yang murah (Yuniar,
kurang puas tentang ketentuan dan persyaratan 2016). Faktor lain demografi pasien (umur, jenis
yang ditetapkan BPJS, adanya pembatasan kelamin, status sosial, pendidikan) (Christasani,
sarana prasarana seperti penarikan biaya 2016). Faktor lain jenis kepersertaan pasien
saat memasuki IGD, adanya ketentuan (BPJS dengan umum) (adanya sistem rujukan
beberapa pelayanan kesehatan yang tidak berjenjang, pelayanan lebih lama berkaitan
dijamin BPJS serta keluhan terlalu lama dengan waktu antrian panjang) (Sari, 2015),
waktu yang diperlukan untuk mengurus alur yang berbeda maka antrian berlangsung
persyaratan BPJS saat berobat, dimana dulu lama (Megawati, dkk., 2016).
bisa langsung menuju poli klinik tetapi Kualitas pelayanan juga dapat
sekarang lebih lama (Ningrum, 2014). mempengaruhi kepuasan pasien (yang dapat
Demikian juga dari penelitian Sari dibedakan antara pasien BPJS dengan Non
(2015) menyebutkan bahwa secara umum BPJS). Kualitas pelayanan yang baik akan
kepuasan antara pasien BPJS dan pasien menimbulkan kepuasan pada pelanggan atau
umum untuk rerata tingkat kepuasan pasien pengguna jasa layanan (pasien) dan mempunyai
umum sebesar 106,14 sedangkan pasien BPJS hubungan yang positif dan signifikan dengan
hanya 66,62. Peneliti menyimpulkan rerata skor tingkat kepuasan pasien (Wahyuni, 2015).
tingkat kepuasan pasien umum lebih tinggi Dampak dari kepuasan pasien terhadap pelayanan
dibandingkan dengan pasien BPJS. Nilai p (sig) kesehatan akan mempengaruhi jumlah kunjungan
sebesar 0,001 telah memenuhi kriteria normal di unit pelayanan kesehatan termasuk rumah
sakit. Apabila pasien tidak puas (misal menunggu sebanyak 40 responden (80,0%) dari total 50
terlalu lama, ”provider” kurang ramah, responden, hampir seluruh responden pada
ketrampilannya juga kurang), maka akan kelompok Non BPJS termasuk puas terhadap
membuat pasien kecewa. Faktor kepuasan pasien pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 44 responden
juga dapat menciptakan persepsi masya-rakat (88,0%) dari total 50 responden.
tentang citra rumah sakit (Wirijadinata dalam Hasil analisis bivariate didapatkan hasil
Antina, 2016). pada responden kelompok BPJS hampir
Mengingat permasalahan di atas maka harus seluruhnya puas yaitu 40 responden (80%) dan
segera dilakukan upaya perbaikan mutu pada Non BPJS didapatkan hampir seluruhnya
pelayanan kesehatan termasuk bagi peserta puas yaitu sebanyak 44 responden (88%) dan ada
BPJS. Untuk itu BPJS Kesehatan, berdasarkan perbedaan tingkat kepuasan antara pasien peserta
Pasal 83 Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 BPJS dan Non BPJS terhadap pelayanan
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan kesehatan di RSUD Gambiran Kediri (p = 0,012 >
Kesehatan, harus melakukan kendali mutu 0,05 maka Ho ditolak).
melalui salah satunya adalah pemenuhan standar
mutu fasilitas kesehatan dan proses pelayanan PEMBAHASAN
kesehatan. Fasilitas kesehatan (rumah sakit) juga a. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap
dituntut memberikan pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS
paripurna (Pasal 57 Peraturan BPJS Kesehatan Berdasarkan tabel 4.2 diketahui hampir
No.1 Tahun 2014) dengan memperhatikan mutu seluruh responden dari kelompok asuransi BPJS
pelayanan (Pasal 42 Peraturan Presiden No. 12 termasuk puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan). Secara sebanyak 40 responden (80%) dari total 50
teknis peran petugas kesehatan dapat responden.
diwujudkan melalui kinerjanya berupa Kepuasan menurut Oliver dalam (Sari,
kecepatan, kemudahan dan kenyamanan. 2008) merupakan tingkat perasaan seseorang
Petugas memberikan jasa pengobatan yang (pelanggan) setelah membandingkan antara
cepat, memenuhi kebutuhan pasien dan kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang
kenyamanan dengan memperhatikan kebersihan, diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkan.
keramahan dan kelengkapan (Nursalam, 2013). Selanjutnya Rahmayanty (2013) mendefinisikan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kepuasan pasien adalah evaluasi positif dari
mengetahui kepuasan pasien terhadap dimensi pelayanan yang beragam yang diberikan
pelayanan kesehatan pada peserta BPJS (Badan pemberi jasa pelayanan. Kepuasan adalah tingkat
Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Non BPJS perasaan seseorang (pelanggan) setelah
di Ruang Nifas RSUD Gambiran Kediri Jawa membandingkan antara kinerja atau hasil yang
Timur. dirasakan (pelayanan yang diterima dan
dirasakan) dengan yang diharapkannya (Sari,
METODE 2008). Wijono dikutip Nugroho (2009)
Penelitian ini menggunakan rancangan mengungkapkan kepuasan pelanggan rumah sakit
observasional analitik yang dilakukan dengan atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau
metode cross sectional. Lokasi dalam penelitian kepuasan pasien dipengaruhi banyak faktor antara
ini adalah di RSUD Gambiran Kota Kediri Jawa lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu
Timur. Waktu penelitian dilaksanakan bulan informasi, prosedur perjanjian, waktu tunggu,
Agustus 2018. Variabel bebas adalah kepersertaan fasilitas umum yang tersedia, fasilitas perhotelan
pasien dilihat dari BPJS yaitu BPJS Kesehatan untuk pasien seperti mutu makanan, pengaturan
dan Non BPJS atau pasien umum dapat berupa kunjungan dan "privasi" outcome terapi dan
peserta asuransi swasta atau sama sekali tidak perawatan yang diterima. Selain itu juga
memiliki asuransi dikumpulkan dengan kuesioner. dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, usia pasien,
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan pendidikan, kominiksai terapeutik, sikap dan
teknik statistik wilcoxon. pendekatan stap, kualitas pelayanan (Budiastuti
dalam Liestriana, 2010).
HASIL Hasil penelitian menunjukkan hampir
Penelitiqan ini dengan sampel 100 seluruh responden dari kelompok BPJS termasuk
responden. Hasil analisis univariate didapatkan puas terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini dapat
hampir seluruh responden pada kelompok BPJS disebabkan oleh berbagai faktor. Mengacu kepada
termasuk puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu teori yang ada bahwa kepuasan akan terwujud jika
pelanggan atau pasien mendapatkan pelayanan hotline service yang bisa dihubungi klien/pasien
sesuai atau melebihi dari keinginan atau peserta BPJS. Adanya keluhan pasien yang
harapannya. Umumnya pasien datang sampai kepada pengelola BPJS akan menjadi
mengharapkan adanya pelayanan yang cepat, bahan masukan kepada pihak PPK. Oleh
petugas ramah dalam memberikan pelayanan, karenanya pada saat ini banyak pihak PPK
penampilan fisik terlihat baik, bersih, rapi dan (puskesmas, rumah sakit, dokter keluarga) sudah
meyakinkan serta dapat dipercaya, terkesan memberikan pelayanan yang berkualitas sehingga
memiliki keahlian dan pengetahuan yang sesuai mendekati harapan pelanggan (pasien).
dengan kebutuhan pasien, juga pasien merasa Disamping faktor dari provider tersebut,
mudah dalam mendapatkan pelayanan apapun, masalah keinginan dan harapan pada dasarnya
secara etika petugas juga terlihat sopan, ada rasa merupakan masalah yang sifatnnya subyektif.
hormat serta ada kesungguhan dalam melayani Oleh karenanya penilaian mengenai pemenuhan
pasien. Kesan seperti ini merupakan hal pertama harapan juga sangat subyektif dan sangat
yang terekam pasien yang dapat berpengaruh tergantung dari penilaian subyektif
terhadap kepuasan pasien. Berbagai dimensi pelanggan/pasien. Subyektifitas itu sendiri sangat
tersebut sesuai hasil penelitian ternyata sudah di dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing
dapatkan pasien, termasuk saat ini pasien juga orang, mulai dari latar belakang usia, pendidikan,
merasa bahwa ruang pelayanan atau ruang rawat pekerjaan, penghasilan maupun faktor yang lain.
inap di rumah Gambiran sudah sangat bagus, Berdasarkan hasil analisis diketahui hampir
bersih, rapi, luas, akses mudah dan berbagai seluruh responden kelompok BPJS berusia >35
kelebihan lainnya. Sebagai contoh untuk penilaian tahun. Dapat diinterpretasikan bahwa usia tersebut
“Keadaan ruang rawat inap sudah terlihattertata tergolong sebagai usia yang sudah dewasa dan
rapi dan bersih”, dari 50 pasein BPJS yang cukup matang, sehingga mampu menempatkan
mengatakan puas sebanyak 41 responden (82%) diri dalam terhadap pelayanan yang ada dan tidak
bahkan ada 7 pasien (14%) mengatakan sangat terlalu menuntut pelayanan yang lebih dari
puas. Untuk kecepatan pelayanan misalnya petugas.
“Prosedur penerimaan pasien dilakukan secara Faktor lain yang berpengaruh terhadap
cepat dan tidak berbelit-belit”, dari 50 pasien kepuasan pasien adalah latar belakang pendidikan.
BPJS yang sudah puas sebanyak 34 responden Teori menjelaskan bahwa tingkat pendidikan akan
(68%) dan yang sangat puas ada 11 responden cenderung mambantu seseorang dalam melakukan
(22%). Untuk pernyataan “Dokter/Perawat/Bidan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
bersikap ramah dansopan”, dari 50 pasien yang Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa
mengatakan puas sebanyak 37 pasien (74%) dan responden dengan tingkat pendidikan rendah akan
yang sangat puas sebanyak 11 pasien (22%). merasa lebih puas. Berdasarkan hasil analisis
Untuk “keamanan dan kenyamanan pasien selama diketahui hampir setengah responden kelompok
di rumah sakit terjamin karena ada dokter umum BPJS berpendidikan SMA. Hal ini dapat
dan dokter spesialis”, dari 50 pasien yang diinterpretasikan dengan jenjang pendidikan SMA
mengatakan puas sebanyak 40 pasien (80%) dan maka jenjang pendidikannya tidak terlalu tinggi
yang sangat puas sebanyak 8 pasien (16%). sehingga standar tuntutan akan pelayanan juga
Berikutnya “dokter/perawat/bidan dan tenaga tidak teerlalu tinggi, sehingga pelayanan yang
penunjang mempunyai sikap dan perilaku yang diterima sudah dirasakan dapat memenuhi
baik”, dari 50 responden yang mengatakan puas harapan atau bahkan melebihi harapannya.
sebanyak 40 pasien (80%) dan yang sangat puas Faktor lain yang dapat berpengaruh
sebanyak 9 pasien (18%). Beberapa indikator ini terhadap kepuasan pasien adalah latar belakang
terlihat sama untuk indikator lainnya sehingga pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui
secara umum dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengah responden kelompok BPJS
mayoritas pasien sudah puas. sebagai ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah
Terwujudnya kesan tersebut tidak terlepas tangga dapat diasumsikan pada umumnya
dari peran BPJS yang selama ini sebagai pihak memiliki keterbatasan pengetahuan, wawasan,
ketiga dalam asuransi kesehatan. BPJS berwenang tuntutan akan pelayanan yang sangat berkualitas.
memberikan kontrol kepada pihak PPK (Pemberi Dapat diinterpretasikan bahwa pelayanan yang
Pelayanan Kesehatan) termasuk rumah sakit diterima pada akhirnya sudah dapat memuaskan
sebagai mitra kerjanya dan kewenangan ini juga pelanggannya.
sudah dilaksanakan secara baik. Monitoring dan
evaluasi selama ini sudah jalan disamping adanya
b. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap harapannya. Namun demikian pada umumnya
Pelayanan Kesehatan Pasien Non BPJS pasien non BPJS juga mengharapkan adanya
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui hampir pelayanan yang lebih baik yaitu pelayanan cepat,
seluruh responden dari kelompok Non BPJS tepat, konsistensi, termasuk fasilitas atau sarana
termasuk puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu dan prasarana atau penampilan secara fisik terlihat
sebanyak 44 responden (88%) dari total 50 meyakinkan, petugas memiliki pengetahuan
responden. yangbaik, mudah dalam mendapatkan pelayanan,
Sebagaimana telah diuraikan di atas selalu dilayani dengan sopan, ramah tamah dan
bahwa pada prinsipnya kepuasan itu adalah hormat kepada pasien, adanya kesungguhannya
tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah dalam memberikan pelayanan dan berbagai
membandingkan antara kinerja atau hasil yang tuntutan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
dirasakan (pelayanan yang diterima dan untuk “keadaan ruang rawat inap sudah terlihat
dirasakan) dengan yang diharapkan. Rahmayanty tertata rapi dan bersih”, dari 50 pasein BPJS
(2013) juga mendukung definisi kepuasan pasien yang mengatakan puas sebanyak 34 responden
dengan menyatakan bahwa kepuasan itu (68%) bahkan ada 4 pasien (8%) mengatakan
merupakan evaluasi positif dari dimensi sangat puas. Untuk kecepatan pelayanan misalnya
pelayanan yang beragam. dengan Wijono yang “prosedur penerimaan pasien dilakukan secara
dikutip Nugroho (2009) menyatakan bahwa cepat dan tidak berbelit-belit”, dari 50 pasien
kepuasan pelanggan di rumah sakit atau BPJS yang sudah puas sebanyak 34 responden
organisasi pelayanan kesehatan lainnya (68%) dan yang sangat puas ada 11 responden
dipengaruhi banyak faktor antara lain pendekatan (22%). Untuk pernyataan “dokter/perawat/bidan
dan perilaku petugas, mutu informasi, prosedur bersikap ramah dan sopan”, dari 50 pasien yang
perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang mengatakan puas sebanyak 32 pasien (64%) dan
tersedia, fasilitas perhotelan untuk pasien seperti yang sangat puas sebanyak 4 pasien (4%). Untuk
mutu makanan, pengaturan kunjungan dan “keamanan dan kenyamanan pasien selama di
"privasi" outcome terapi dan perawatan yang rumah sakit terjamin karena ada dokter umum dan
diterima. Selain itu juga dipengaruhi faktor jenis dokter spesialis”, dari 50 pasien yang mengatakan
kelamin, usia pasien, pendidikan, kominiksai puas sebanyak 35 pasien (70%) dan yang sangat
terapeutik, sikap dan pendekatan stap, kualitas puas sebanyak 3 pasien (6%). Berikutnya
pelayanan (Budiastuti dalam Liestriana, 2010). “dokter/perawat/bidan dan tenaga penunjang
Jika hasil penelitian menunjukkan hampir mempunyai sikap dan perilaku yang baik”, dari 50
seluruh responden dari kelompok Non BPJS responden yang mengatakan puas sebanyak 40
termasuk puas terhadap pelayanan kesehatan, pasien (80%) dan yang sangat puas sebanyak 1
maka hal ini juga dapat disebabkan oleh berbagai pasien (2%). Beberapa indikator ini terlihat sama
faktor. Pasien non BPJS umumnya mampu untuk indikator lainnya sehingga secara umum
membayar sendiri biaya pelayanan kesehatan. dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas pasien
Mereka bebas memilih kelas pelayanan yang sudah puas.
disediakan sesuai kemampuannya. Umumnya Disamping faktor di atas terwujudnya
dengan beban harus mengeluarkan biaya seperti kepuasan pasien non BPJS juga terkait dengan
ini maka mereka menuntut adanya pelayanan karakteristik masing-masing pasien, mulai dari
yang baik atau yang bermutu. Disisi lain petugas latar belakang usia, pendidikan, pekerjaan,
kesehatan juga merasa bahwa pasien yang penghasilan maupun faktor yang lain.
dilayani adalah orang yang mampu yang dapat Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian
membayar secara langsung atas biaya pelayanan besar responden kelompok BPJS berusia 20-35
kesehatan. Secara psikologis akan memberikan tahun. Dapat diinterpretasikan bahwa usia
dampak tersendiri bagi provider untuk responden sudah cukup matang dan dewasa
memberikan pelayanan terbaiknya bahkan jika sehingga tuntutan akan pelayanan juga sudah
mungkin juga berlebih. Tidak heran jika selama sangat baik dalam arti wajar, sehingga apa yang
ini ada asumsi di masyarakat bahwa pelayanan diharapkan dari petugas juga wajar, sehingga dari
bagi pasien non BPJS akan lebih baik jika pelayanan yang diterima saat ini sudah dinilai
dibandingkan dengan pasien BPJS. memenuhi harapannya sehingga pasien merasa
Mengingat hal tersebut di atas maka dapat puas.
diasumsikan bahwa bagi pasien non BPJS akan Faktor lain yang berpengaruh terhadap
cenderung bisa mendapatkan pelayanan yang kepuasan pasien adalah latar belakang pendidikan.
sesuai atau bahwa melebihi dari keinginan atau Tingkat pendidikan akan cenderung mambantu
seseorang dalam melakukan penilaian terhadap sama sehingga harus mendapatkan pelayanan
suatu materi atau objek. Berdasarkan hasil yang sama. Oleh karenanya petugas kesehatan
penelitian sebelumnya didapatkan bahwa harus tetap bekerja secara profesional. Dalam
responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah penelitian Burhan (2014), sebagai panduan dalam
akan merasa lebih puas. Berdasarkan hasil analisis menilai profesionalisme, Arnold dan Stern (2006)
diketahui setengah responden kelompok non BPJS memberikan definisi bahwa profesionalisme
juga berpendidikan SMA. Hal ini dapat ditunjukkan melalui sebuah dasar kompetensi
diinterpretasikan bahwa jenjang pendidikan klinis, kemampuan berkomunikasi, pemahaman
responden juga tidak terlalu tinggi sehingga etika dan hukum yang dibangun oleh harapan
standar tututan mutu pelayanan juga tidak terlalu untuk melaksanakan prinsip profesionalisme.
tinggi. Oleh karenanya pelayanan yang diberikan Ada perbedaan kepuasan pasien terhadap
kepada peserta non BPJS sudah dirasakan dapat pelayanan kesehatan pada peserta BPJS (Badan
memenuhi harapan semua pelanggan atau bahkan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Non BPJS
melebihi harapan mereka. Oleh karenanya disebabkan adanya penilaian subyektif dari
meskipun dengan perbedaan latar belakang pasien. Sebenarnya petugas kesehatan sudah tidak
pendidikan yang ada, mereka sama-masa membeda-bedakan pasien dalam memberikan
merasakan telah mendapatkan pelayanan yang pelayanan. Apapun jenis pasien (BPJS ataupun
baik dan sudah sesuai dengan harapan atau Non BPJS) semua akan diperlakukan sama,
kebutuhannya. dilayani dengan sama, yakni sama-sama cepat,
Faktor lain yang dapat berpengaruh sama-sama mendapatkan fasilitas fisik atau sarana
terhadap kepuasan pasien adalah latar belakang dan prasarana yang sama baiknya sesuai dengan
pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis diketahui kelasnya, sama jenis obat yang diberikan yang
sebagian besar responden kelompok non BPJS sesuai standar yang telah ditetapkan BPJS, ruang
juga sebagai ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan rawat inap juga sama, keramahan petugas dalam
dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memberikan pelayanan juga sama, dan semua
umumnya memiliki keterbatasan penghasilan.. pendukung yang lainnya juga sama. Namun
Pada umummya akan berimplikasi terhadap demikian dari hasil wawancara dengan pasien saat
besarnya tuntutan akan pelayanan kesehatan yang pengambilan data, ada pasien yang merasa bahwa
baik. Terbukti berdasarkan hasil analisis diketahui untuk pasien BPJS terkadang terkesan lama dalam
hampir seluruhnya juga puas. Dapat pelayanan tertentu, misalnya jadwal operasi bagi
diinterpretasikan bahwa pelayanan dapat pasien BPJS sering di undur sehingga memberi
memuaskan semua golongan ekonomi dari pasien kesan untuk pasien BPJS sering di buat lama,
non BPJS. berbeda dengan pasien Non BPJS yang selalu
tepat waktu.
c. Perbedaan Tingkat Kepuasan antara Sebenarnya saat ini petugas kesehatan
Pasien BPJS dan Non BPJS juga tidak berani membedakan kualitas dalam
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui ada pelayanan. Monitoring dan evaluasi pelayanan
perbedaan kepuasan pasien terhadap pelayanan sudah dilaksanakan secara periodik kepada PPK
kesehatan pada peserta BPJS (Badan (pemberi pelayanan kesehatan) atau kepada
Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Non BPJS di provider (petugas kesehatan) oleh pihak BPJS.
Ruang Nifas RSUD Gambiran Kediri Jawa Timur Dalam arti peserta BPJS dijamin kualitas
(Wilcoxon p = 0,012 < 0,05 maka Ho ditolak). pelayanan yang akan diterima sama dengan pasien
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau non BPJS. Petugas BPJS dengan ketat
(BPJS) merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberikan persyaratan sarana dan prasarana
menyelenggarakan program jaminan sosial di yang harus dipenuhi PPK (pemberi pelayanan
Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 kesehatan) bagi pasien BPJS. Adanya persyaratan
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 demikian ini maka pasien akan sama-sama merasa
Tahun 2011.Sesuai Undang-undang Nomor 40 puas terhadap pelayanan yang diterima.
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. PENUTUP
Pasien BPJS berarti pasien yang sudah terdaftar Penelitian ini didapatkan hasil bahwa 1) hampir
program jaminan sosial di Indonesia. Dalam seluruh responden pada kelompok BPJS termasuk
kontek ini pasien BPJS berbeda dengan non BPJS puas terhadap pelayanan kesehatan yaitu sebanyak
dilihat dari aspek pembiayassan kesehatan. 40 responden (80,0%) dari total 50 responden.,
Dalam pasien medis kedua jenis pasien ini adalah 2)hampir hampir seluruh responden pada
kelompok Non BPJS termasuk puas terhadap
pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 44 responden
(88,0%) dari total 50 responden, 3) ada perbedaan
tingkat kepuasan antara pasien peserta BPJS dan
Non BPJS terhadap pelayanan kesehatan di
RSUD Gambiran Kediri (p = 0,012 > 0,05 maka
Ho ditolak). Saran yang peneliti berikan kepada
RSUD Gambiran agar tetap berusaha memberikan
pelayanan terbaik kepada semua pasien baik
peserta BPJS maupun non BPJS. Senantiasa
melakukan peningkatan kualitas pelayanan mulai
dari sarana, prasarana, staff dan tenaga kesehatan
agar tercapai pelayanan kesehatan yang
memuaskan. Sedangkan kepada BPJS agar selalu
mengontrol kinerja petugas kesehatan selaku PPK
(Pemberi Pelayanan Kesehatan) dalam
memberikan pelayanan. Selalu merespon dengan
cepat umpan balik dari pelanggan jika ada
keluhan yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Burhan, Fatmadina. (2014). Penilaian terhadap
Profesionalisme Dokter di Unit
RawatJalan RSUP Haji Adam Malik
Medan. Skripsi untuk Memperoleh
Sarjana Kedokteran Universitas
Sumatra Utara Medan: Diterbitkan di
123dok.com
Liestriana. 2010. Hubungan Komunikasi
Terapeutik dengan Kepuasan Pasien
Pasca Operasi Rawat Inap di RSUD
Kajen Kabupaten Pekalongan.
Nugroho, Haryanto Adi & Septyani Aryati. 2009.
Hubungan antara Komunikasi
Terapeutik Perawat dengan Kepuasan
Pasien di Rumah Sakit lslam Kendal.
FIKkUS Jurnal Keperawatan Vol. 2 No.
2 Maret 2009 : 36-41
Rahmayanty, Nina. (2013). Manajemen
Pelayanan Prima (Mencegah
Pembelotan dan Membangun Customer
Loyality. Yogyakarta: GrahaIlmu
Sari, Irine Diana. (2008). Manajemen Pemasaran
Usaha Kesehatan. Yokyakarta: Mitra
Cendikia Press

Anda mungkin juga menyukai