iii
ISU-ISU SEPUTAR SUNNAH
(Studi Perbandingan Ahl Al-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
Xi + 70; 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-602-98990-0-9
iv
KATA PENGANTAR
v
segala sesuatu pada Nabi Muhammad Saw dan hanya memandang
sifat ma’sum hanya pada Rasulullah.
Dus, menurut Syi’ah Imamiyah, bawah Allah Swt wajib
memberi sifat ishmah pada para imam tersebut. Karena, tanpa
adanya sifat ishmah ini, para imam ini dikhawatirkan
menyampaikan pesan keagamaan berdasar hawa nafsu belaka.
Oleh karena itu, mereka berpandangan bahwa yang muncul dari
para imam mereka tak lain adalah wahyu Allah Swt yang tidak
berbeda dengan hadits Nabi.
Demikianlah, masih banyak isu seputar Sunnah antara
pemikiran Sunni-Syiah. Kami berharap buku ini dapat membuka
mata kita, betapa perbedaan pemahaman Sunni-Syiah adalah fakta
yang tak dapat dipungkiri. Perbedaan bukan hal yang harus dicaci
apalagi dimusnahkan, namun sebagai jalan untuk saling mengerti
dan memahami satu dengan lainnya, demi menampakkan Islam
yang rahmatan lil alamin.
Kami segenap kru Penerbit Pustaka Radja mengucapkan
terima kasih pada Bapak Faisol Nasar Bin Madi yang
mempercayakan buku ini untuk diterbitkan kami.
Akhirnya, selamat membaca!
vi
DAFTAR ISI
vii
D. Upaya syi’ah dalam pengumpulan hadits .................. 44
1. Kodifikasi Sunnah Pada Masa Rasulullah SAW . 45
2. Penulisan Hadis dimasa Tabi’in dan
Tabi’u at-Tabi’in.................................................... 49
E. Pengaruh konsep Imamah terhadap Konsep Sunnah 54
viii
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 1
Bab 1
Konsep Sunnah
Menurut Jumhur
1 Yang dimaksud sunnah dalam penulisan ini adalah segala sesuatu yang datang-
nya dari Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan atau juga penetapannya. Sebagaimana
yang telah dipaparkan oleh pakar hadis, fiqih ataupun ushul fiqh. Bukan sunnah yang
berarti Sesuatu yang mendapat pahala dalam mengerjakannya dan tidak mendapat dosa
apabila ditinggalkan, sebagaimana konsep dalam bab fiqih tentang wajib, sunnah, ma-
kruh dan lain sebagainya. Lihat, H. Sulaiman Rasjid. Al-Fiqh al-Islami.(Bandung : Sinar
Baru Al-Gensindo. 2009). Hlm.1
2 Sebagaimana yang telah disematkan didalam Al-Qur‟an “nabi Muhammad tidak
akan berkata kecuali perkataannya merupakan wahyu yang datangnya dari Allah SWT” (An-
Najm : 3-4). Dikisahkan bahwa pada suatu saat Abdullah ibn Umar menulis segala sesua-
tu yang muncul dari Rasulullah SAW untuk diingat dan dihafalnya. Kemudian ada seba-
gian dari kaum Quraiys yang melihatnya dan berkata kepadanya “ mengapa engkau me-
nulis segala sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW, beliau adalah seorang manusia
sebagaimana kita? Yang terkadang beliau juga bisa marah sebagaimana kita. Maka ber-
hentilah ibn Umar, kemudian disampaikanlah peristiwa ini kepada Rasulullah SAW,
beliau menjawab. “tulislah apa yang engkau dengar dariku, demi Dzat yang diriku dalam
kekuasaannya, sesungguhnya tidaklah terucap dari diriku kecuali yang hak. lihat (Abu al-
Fida‟ Ismail ibn Umar ibn Katsir al-Qursyiyyi al-Dassyaq, Tafsir ibn Katsir.(Dar at-
Thaibah : 1999) Juz 7. hlm. 443
3 Dalam hal ini imam Ahmad berkata “mencari hukum dalam Al-Qur‟an harus-
lah melalui al-Hadits, demikan pula halnya mencari agama. Jalan yang telah dibentang
untuk mempelajari fiqhi Islam dan syari‟atnya ialah melalui al-Hadits atau sunnah,
lihat, (M. Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadits. (Jakarta: Gaung Persada Press,
Isu-Isu Seputar Sunnah
2 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
2008) hal 37
4 Muhammad ibn Yazid Abu Abdillah al-Quzwaini, Sunan Ibn Majah, (Saudi:
al-Alami, 1995). Hlm 342. Dalam kitab al-Risalah, Imam as-Syafii menyatakan “wijhat al-
ilmi al-khabar fi al-kitab,aw as-Sunnati, aw al-Ijma‟i aw al-Qiyasi” (rujukan hukum ialah al-
kitab, sunnah, ijma‟ dan qiyas) lihat (ar-Risalah (Muhammad ibn idris as-Syafi‟i, ar-
Risalah, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah)
7 Al-Hasyr : 7
8 Al-Namisyah, adalah wanita yang mencabut rambut dari wajahnya, al-Wasyirah
adalah seorang wanita yang melancipkan giginya dan menipiskan ujungnya agar tampak
lebih muda. Al-Washilah adalah wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut
lain. Lihat, Ahmad ibn Hanbal Musnad Imam Ahmad. Juz IV, hlm 21
9 An-Nahl : 44
Isu-Isu Seputar Sunnah
4 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
10 Muhammad Hasbi al-Shidiqie, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta : Bu-
11 Al-Fath : 23
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 9
yang diperbuatnya, dan barang siapa melakukan perilaku jelek dalam Is-
lam, kemudian diikuti orang setelahnya maka baginya dosa seorang yang
melakukan kejelekan setelahnya, tampa mengurangi dosa orang setelahh-
nya.12
Dari penjelasan tersebut dapat difahami, bahwa yang di-
maksud Sunnah secara bahasa adalah jejak dan lampah. Secara
Syara‟ ialah perintah ataupun larangan yang datangnya dari Nabi
SAW, atau juga sesuatu yang disunnahkan oleh beliau, baik be-
rupa ucapan atau perilaku, selama semua itu tidak tertuang dalam
al-Qur‟an. Oleh karenanya, dikatakan, dalil yang dapat dijadikan
sandaran huku dalam syri‟at Islam ialah al-Kitab dan as-Sunnah.13
Namun kemudian, pendefinisian Sunnah secara termenolo-
gi para pakar berbeda pandangan, tergantung fan ilmu yang dite-
kuninya, seperti definisi Sunnah yang dimunculkan oleh pakar
Hadis akan berbeda dengan definisi yang dimunculkan oleh pakar
Fiqh, atau juga akan berbeda dengan pakar Ushul Fiqh
a. Ulama ahli hadits mendefinisikan Sunnah “sebagai, perkataan,
pekerjaan, ketetapan, sifat (watak budi atau jasmani); atau
tingkah laku Nabi Muhammad saw, baik sebelum menjadi
Nabi maupun sesudahnya.14
Pengertian Sunnah, sebagaimana yang telah dimun-
culkan oleh pakar Hadits sebagaimana dilansir diatas, ialah di-
12Abu al-Husain Muslim ibn al-Hujaj ibn Muslim al-Qsyairi an-Naisabury, Sha-
hih Muslim, (Dar al-Jail : Bairut, tt) Juz 1, hal 705
13 Muhammad ibn Mukrom Ibn mandzur al-Afriqy al-Mishry, Lisan al-Arab,
(Dar al-Shadir : Bairut, tt) Juz 1, hal 2124
14 Muhammad Ujaj al-Khatiby, as-Sunnah Qabla at-Tadwin, (Maktabah Wahbah :
22 Al-Ahzab : 21
23 Ali Imron:31
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 15
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya)
dan berhati-hatilah. jika kamu berpaling, Maka Ketahuilah bahwa Sesung-
guhnya kewajiban Rasul kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah)
dengan terang.24
َُِِٖا أََّٖٗا الَّرََٖٔ آَوٍَُٕا أَطٔٗعُٕا المََّْ َٔأَطٔٗعُٕا ال ٖسضُٕهَ َٔأُٔلٔ٘ الِأَ ِوسِ ؤٍِكُيِ ؾَإ
ًَِِِٕٗ المَّْٔ َٔال ٖسضُٕهِ إُِِ كٍُِتُيِ تُؤِؤٍَُُٕ بٔالمَّْٔ َٔالَٜٕ َؾ ُسدُٗٔٓ ِإلِٞ٘تٍََاشَعِتُيِ ؾٔ٘ َش
الِآَ ٔخسِ َذلٔكَ خَِٗسْ َٔأَحِطََُ تَأِِٖٔمّا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.25
َُٚ المَُّْ َٔ َزضُٕلُُْ أَ ِوسّا أَُِ َٖكَُُٕ لَُّيُ الِخَٔٗسَٜٕ ِإذَا قَضٍََٛٔٔوَا كَاَُ لٔىُؤِؤٍَ َٔلَا وُؤِو
ؤَِ أَ ِوسِِٔيِ َٔوََِ َٖعِصِ المََّْ َٔ َزضُٕلَُْ ؾَقَدِ ضَنٖ ضَمَالّا وُبٍّٔٗا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sung-
guhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.Al-ahzab
24 Al-Maidah : 92
25 Annisa : 59
Isu-Isu Seputar Sunnah
16 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
َََّْاتَاكُيُ ال ٖسضُٕهُ ؾَخُرُُٔٓ َٔوَا ٌََّاكُيِ عٍَُِْ ؾَاٌِتَُّٕا َٔاتٖقُٕا المََّْ إُِٖ المٞ ﴿ َٔوَا
﴾ شَدٖٔدُ الِعٔقَاب
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah
Ta‟ala. Sesungguhnya Allah Ta‟ala sangat keras hukuman-Nya”.26
Juga Allah Ta‟ala berfirman:
﴾ ؾَىَا أَ ِزضَمٍَِاكَ عَمَِِّٗيِ حَؿٔٗظّاَّٜ﴿ وََِ ُٖطٔعِ ال ٖسضُٕهَ ؾَقَدِ أَطَاعَ المََّْ َٔوََِ تََٕل
"Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati
Allah Ta‟ala. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka
Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka27."
Allah Ta‟ala berfirman:
﴾ ْْ َأِٔ ُٖصَٔٗبُّيِ عَرَابْ أَلٔٗيٍَِٛ﴿ ؾَمَِٗخِرَزِ الَّرََٖٔ ُٖخَالٔؿُٕ َُ عََِ أَوِسِٓٔ أَُِ تُصَٔٗبُّيِ ؾٔت
" maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih".28
26 Al Hasyr : 7
27 An Nisaa : 80
28 An Nuur : 63
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 17
29 . Abu daud Sulaiman ibn al-Asy‟ats al-Sajastani. Sunan Abi Daud, (Bairut : Dar
”Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Para sahabat)
bertanya, “Siapa mereka itu yang enggan wahai Rosulullah” ? Beliau ber-
sabda : “Barangsiapa yang menaatiku maka dia akan masuk surga dan
siapa yang mendurhakaiku maka dialah yang enggan masuk surga “31
َّْٕٔ َأضِىَعُُْ ؤَِ َزضُٕهِ المِٞ٘عََِ عَبِدٔ المَّْٔ بَِِ عَ ِىسٍٔ قَاهَ كٍُِتُ أَكُِتبُ كُنٖ َش
َّْٕٔ تَطِىَعُُْ َٔ َزضُٕهُ المِٞ٘أُزِٖدُ حٔؿِظَُْ ؾٍَََّتٍِٔ٘ ُقسَِٖضْ َٔقَالُٕا أََتكُِتبُ كُنٖ َش
َط ِكتُ عََِ اِلكٔتَابٔ ؾَرَ َكسِتُ َذلٔك
َ ِضبٔ َٔالسِّضَا ؾَأَو
َ َصسْ ََٖتكَمَّيُ ؾٔ٘ الِػ
َ َب
ٌَؿِطٔ٘ بَٔٗدٔٓٔ وَاٙٔ اكُِتبِ ؾََٕالَّر: َ ؾْٔٗٔ ؾَقَاهَٜٔل َسضُٕهِ المَّْٔ ؾَأَِٔوَأَ بٔأُصِبُعْٔٔ ِإل
ٓخسُجُ ؤٍُِْ إِلَّا حَق
ِ َٖ
Dari Abdulah bin Amr bahwasanya dia berkata: Dulu saya menulis selu-
ruh apa yang saya dengar dari Rosulullah Shallallhu „alaihi wa sallam yang
ingin saya hafal, namun kaum Quraisy melarangku, mereka berkata: Se-
sungguhnya engkau menulis segala sesuatu yang kamu dengar dari Rosulul-
lah Shallallhu „alaihi wa sallam padahal Rosulullah Shallallhu „alaihi wa
sallam adalah seorang manusia biasa yang berbicara saat marah dan senang.
Maka saya menghentikan penulisan tersebut lalu saya menyebutkan hal
tersebut kepada Rosulullah Shallallhu „alaihi wa sallam lalu beliau bersab-
da-sambil mengisyaratkan dengan jarinya ke mulut beliau-:”Tulislah ! De-
mi zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya tidak ada yang keluar darinya
kecuali haq “
b. Perintah beliau untuk memegang teguh Sunnahnya dan laran-
gan beliau hanya mengambil dan mengamalkan Al Qur‟an
tanpa As Sunnah dan mengikuti hawa nafsu serta hanya
menggunakan logika belaka.
ِ المَّْٔ َٔالطٖىِعَِٕٝ أُٔصٔٗكُيِ بٔتَق: ََ أُ زضٕه اهللَقَاهَِٖٛعَ الِ ٔعسِبَاضَ بََِ ضَاز
اخِتٔمَاؾّا كَجٔريّاَٝ ؾَطََٗسٙٔٔ َٔإُِِ عَبِدّا حَبَصٔٗ٘ا ؾَإٌُِْٖ وََِ َٖعٔضِ ؤٍِكُيِ بَعِدََٛٔالطَّاع
طكُٕا بَّٔا َٔعَضٕٗا
ٖ َٔ الِىَِّدِّٖٔنيَ السٖاشٔدََٖٔ تَىٞٔ الِخُمَؿَاٍُٖٛؾَعَمَِٗكُيِ بٔطٍُٖتٔ٘ َٔض
َْٕٛ َٔكُنٖ بٔدِعَٕٛ بٔدِعَٛعَمََِّٗا بٔالٍَٖٕاجٔرٔ َٔإِٖٖاكُيِ َٔوُخِدَثَاتٔ الِأُوُٕزِ ؾَإُِٖ كُنٖ وُخِدَث
َْٛضَمَال
Dari „Irbadh bin Sariyah bahwasanya Rosulullah Shallallhu „alaihi
wa sallam bersabda :” Saya berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa
kepada Allah Ta‟ala, dan untuk mendengar serta taat (kepada pemimpin),
walaupun (yang memerintah kalian) seorang hamba yang bersal dari Haba-
syah(Ethiopia), karena sesungguhnya siapa yang hidup diantara kalian
Isu-Isu Seputar Sunnah
20 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
sesudahku maka dia akan melihat ikhtilaf (perselisihan) yang banyak, ma-
ka hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para
khulafaur rosyidin, pegangilah Sunnah tersebut dan gigitlah dengan gigi ge-
raham kalian, dan jauhilah seluruh perkara-perkara yang baru, karena
sesungguhnya segala yang baru itu bid‟ah dan setiap yang bid‟ah adalah
sesat.32
ُ أَزِٖكَتْٔٔ َٖأِتْٔٗٔ الِأَ ِوسَّٜا عَم٠ٔ لَا ُألِؿََٖٔٗ أَحَدَكُيِ وُٖتك: َ زاؾع عَ الٍيب قَاهٜعَ أب
ٔ وَا َٔجَدٌَِا ؾٔ٘ كٔتَابِٙ ؤىٖا أَ َوسِتُ بْٔٔ أَِٔ ٌََِّٗتُ عٍَُِْ ؾََٗقُٕهُ لَا ٌَدِزِٙؤَِ أَ ِوس
.ُٓالمَّْٔ اتٖبَعٍَِا
kaan mereka terhadap nabi-nabi mereka, maka jika aku melarang sesuatu
maka tinggalkanlah dan jika aku memerintah kalian sesuatu maka lak-
sankanlah sekemampuan kalian “34
c. Perintah beliau untuk mendengarkan haditsnya, menghafal-
kannya, dan menyampaikannya kepada yang belum menden-
garnya dan beliau menjanjikan bagi yang menyampaikannya
berupa pahala yang sangat besar.
ضسَ المَُّْ ا ِوسَأّ ضَىٔعَ ؤٍٖا
ٖ ٌَ : ُعَ عَبِدٔ المَّْٔ بَِِ وَطِعُٕدٕ قَاهَ ضَىٔ ِعتُ الٍٖٔبٖ٘ َٖقُٕه
ٍ ؤَِ ضَاؤعَّٜا ؾَبَمَّػَُْ كَىَا ضَىٔعَ َؾسُبٖ وُبَمِّؼٍ أَِٔع٠َِٗش
Dari Abdullah bin Mas‟ud berkata:” Saya telah mendengar Nabi Shal-
lallhu „alaihi wa sallam bersabda:” Semoga Allah Ta‟ala menjadikan
berseri-seri wajah seseorang yang mendengarkan sesuatu dari kami kemu-
dian dia menyampaikannya sebagaimana yang dia dengarkan. Boleh jadi
yang disampaikan lebih memahami dari yang mendengar (langsung) “35
َّٖٛ بَمِّػُٕا عٍَِّ٘ َٔلَِٕ آ:َعََِ عَبِدٔ المَّْٔ بَِِ عَ ِىسٍٔ أَُٖ الٍٖٔبٖ٘ قَاه
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash t bahwasanya Nabi Shallallhu „alai-
hi wa sallam bersabda: ” Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat
ََِبَ َؾمَعَنٖ بَعِضَ ؤٟ َألَا لُٔٗبَمِّؼِ الصٖأِدُ الِػَا: َٔ٘ قَاه
ِّ َ عََِ الٍٖبَٚعََِ ابَِِ أَبٔ٘ َب ِكس
َُْ لَُْ ؤَِ بَعِضِ وََِ ضَىٔعََٜٖبِمُػُُْ أَُِ َٖكَُُٕ أَِٔع
Dari Abu Bakrah dari Nabi Shallallhu „alaihi wa sallam bersabda:
Al-Bukhary, Shahih Bukhary, (Biarut : Dar Ibn Katsir. 1987). Juz 6, hlm 2658
34
Al-Turmudzy, Sunan at-Tirmudzy, (Dar Ihya‟ Turats al-Araby : Bairut, tt) Juz
35
37 Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah. I‟lam al-Muwaqqi‟in „an Rabbu al-Alamin. (Dar al-
Jail : Bairut, 1973 M ) Juz 2. hlm 361
38 Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah. I‟lam al-Muwaqqi‟in „an Rabbu al-Alamin,,,,,,,,, hlm
364
Isu-Isu Seputar Sunnah
24 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
atas nama saya maka bersiaplah (pada) tempatnya di neraka” (HR. Mus-
lim).39
Disini Nabi melarang para sahabat menulis hadits, tetapi
cukup dengan menghafalnya. Beliau membolehkan meriwayatkan
hadits dengan disertai ancaman bagi orang yang berbuat bohong.
Dan hadits tersebut merupakan satu satunya hadits yang shahih
tentang larangan menulis hadits. Menurut Dr. Muhammad Alawi
al-Maliki, meskipun banyak hadits dan atsar yang semakna den-
gan hadits larangan tersebut, semua hadits itu tidak lepas dari ca-
cat yang menjadi pembicaraan di kalangan para ahli hadits.
Adapun faktor-faktor utama dan terpenting yang menye-
babkan Rasulullah melarang penulisan dan pembukuan hadits
adalah:
a. Khawatir terjadi kekaburan antara ayat-ayat Al-Qur‟andan
hadits Rasul bagi orang-orang yang baru masuk Islam.
b. Takut berpegangan atau cenderung menulis hadits tanpa di-
ucapkan atau ditela‟ah.
c. Khawatir orang-orang awam berpedoman pada hadits saja.40
Nabi telah mengeluarkan izin menulis hadits secara khusus
setelah peristiwa fathu Makkah. Itupun hanya kepada sebagian
sahabat yang sudah terpercaya. Dalam hadits yang diriwayatkan
Abu Hurairah disebutkan, bahwa ketika Rasulullah membuka
kota Makkah, beliau berpidato di depan orang banyak dan ketika
itu ada seorang lelaki dari Yaman bernama Abu Syah meminta
I. hlm. 16
Isu-Isu Seputar Sunnah
26 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
49 Muhammad 'Ajaj Al Khatib (penerj. Qodirun Nur & ahmad musyafiq), Ushul
Bab 2
Konsep Sunnah
Menurut Syi’ah Imamiyyah
65 Al-Thabrasi, Al-Bihar, Juz 37, hal 209/ al-Burujudy al-Ihtijaj hal 31-33.
Isu-Isu Seputar Sunnah
40 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
66 Ushulu al-Kafi menurut syi‟ah adalah sebuah kitab yang selefel dengan kitab
shahih al-Bukhari.
67 Abu Ja‟far Muhammad bin Ya‟qub al Kulayni , Ushulu al-Kafi, (Dar al-Kutub
lan-hafalan diantara para tabi‟in saat itu, yang sebagian dari para
penghafal Hadis itu sedikit-demi sedikit meninggal dunia, dan
secara otomatis Sunnah Nabi hilang bersamaan dengan meninggal
beserta para huffadz yang meninggal dunia. Pada periode tersebut
telah tersebar para pencerita-pencerita dan para pembohong khu-
susnya pada periode kekuasaan umawiyyah.
Sekelompok ulama pada saat itu, mulai sadar akan pen-
tingnya pengkodifikasian Hadis karena ditakutkan hilangnya Ha-
dis, sejak saat itu penulisan Hadis terus berkembang seiring den-
gan perkembangan zaman hingga mereka berlomba-lomba untuk
menuliskan Hadis dengan beberapa tema yang berbeda, merepa
menulis setiap Sunnah yang mereka temukan dari para perawi
Hadis, hingga dari para perawi Hadis dari kelompok umawiyyin.81
Para periwayat Hadis Imamiyah hanya sedikit jumlahnya
dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang musthalah Hadis. Se-
bab mereka hanya menerima apa yang datang dari para imam
mereka dalam kitab-kitab Hadis yang menjadi sandaran mereka.82
Bahkan mereka berpendapat tentang mutawatirnya setiap Hadis
dan kalimat dengan semua harakat dan sukunnya dalam i‟rab dan
bina‟ serta urutan kalimat dan huruf yang terdapat dalam kitab-
kitab tersebut. Di mana empat kitab Hadis mereka itu muncul
pada abad keempat dan kelima hijriyah, dan para penulisnya ber-
pendapat tentang sahihnya segala sesuatu yang mereka tetapkan
Rasul Ja‟fariyan, Penulisan dan Penghimpunan Hadis kajian Historis, terj. Dedi Ja-
82
90 Al-Hakim adalah seorang syi‟ah tapi bukan dari kelompok Rafidhah, sehingga
dalam pendapatnya tidak terjadi pembauran antara sikap syi‟ah dan sikap Rafidhah
91 Ali Ahamad Al-Salus, Ma‟a al-Isna „Asyariyah fi al-Ushul wa al-Furu‟ Mausu‟ah
Abi Thalib dengan Mu‟awiyah yang berbuntut kekalahan Ali dalam tahkim (arbitrase),
atau menurut pendapat lain berdasarkan hadis Nabi keberadaannya sudah dapat ditemui
pada masa awal Islam. Namun demikian kekalahan Ali dalam arbitrase merupakan sebab
utama kemunculan aliran Syi‟ah. Karena pada masa sebelumnya, masa Rasulullah, kebe-
radaan Syi‟ah hanya sebatas embrio. Syi‟ah dalam hal ini merupakan suatu golongan
yang mendukung dan setia kepada Ali ibn Abi Thalib dan keturunannya sebagai pewaris
kepemimpinan Rasulullah, baik dalam masalah keduniaan maupun keagamaan. Lihat Ibn
Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar al-Kutub al-‟Ilmiyyah, 1978), hlm. 196. bandingkan
dengan Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), hlm. 146.
96 Abdullah A. al-Munifi, The Islamic Constitutional Theory. (Disertasi yang tidak di-
pada asumsi bahwa Syi‟ah tidak akan dapat berjalan tanpa adanya
kekuasaan mutlak yang berfungsi memeliharanya serta manafsir-
kan pengertian yang benar dan murni pada syari‟ah.98 Setelah
memandang keterbatasan-keterbatasan dan tidak sempurnanya
akal manusia, kaum Syi‟ah mengatakan bahwa orang yang meme-
nuhi syarat untuk berperan sebagai pelindung dan penafsir hu-
kum Tuhan hanyalah perantara supra-manusia yang diberi petun-
juk oleh Sang Pencipta hukum tersebut. Jadi kaum Syi‟ah men-
gembangkan teori mereka tentang imamah segaris dengan keten-
tuan iman yang dipilih oleh Tuhan dan bukan hasil pilihan umat.
Perilaku Tuhan (Allah) itu disebut dengan luthf atau rahmat
(grace) sedangkan urutan imam-imam tunjukan Allah dikenal
dengan julukan imamah. Bahkan golongan Syi‟ah mengklaim
bahwa Nabi, atas perintah Allah menunjuk Ali sebagai imam
yang pertama, kemudia Ali menunjuk penerusnya dan demikian
selanjutnya sampai dengan imam keduabelas.
Bagi mereka seorang Imam adalah seorang pemimpin poli-
tik dan keagamaan yang ma‟sûm.99 „Ismah al-Imâm ini, menurut
konsep Isna „Asyariyah, merupakan kelanjutan dari konsep Nu-
buwwah. Andaikata Allah SWT menunjuk seseorang untuk meng-
siyasah Syiah, sampai-sampai mereka beranggapan Umat manusia akan berada pada
kehancurannya. Sebagaiamana yang telah diriwayatkan dari Ja‟far al-Shadiq.
لى ان االمام رفع ساعة مه االرض لماجت بأهلها كما يمىج البحر: ويروي عه الجعفر الصادق
Dirwayatkan dari Ja‟far al-Shadiq “seandainya bumi ini tidak memiliki Imam
meskipun sesaat maka umat manusia akan bergejolak, sebagaimana bergejolaknya om-
bak dilautan” lihat “AL-Kulaini . Ushul al-Kafi. (dar al-Ta‟arif bairut cet 4 1401) j 1 hal
175”
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 57
taan Rasul SAW. Dan sabda beliau adalah fiman Allah SWT.102
Oleh karennya, menurut Syi‟ah Imamiyah secara khusus,
berdasarkan dalil kuat bagi mereka, bahwa perkataan imam yang
ma‟shum dari ahl al-bait sama seperti perkataan Nabi saw dan se-
bagai hujjah bagi manusia yang wajib diikuti, dalam hal ini Hadis
mencakup ucapan setiap imam yang ma‟shum, perbuatan atau
ketetapannya. Jadi Hadis dalam istilah mereka adalah ucapan,
perbuatan atau ketetapan imam yang ma‟shum.103
Hal ini memberikan pengertian, bahwa para imam dari ahl
al-bait bukan sebagai para periwayat dan penyampai Hadis dari
Nabi saw agar ucapan mereka menjadi hujjah karena mereka siqah
dalam riwayat, tapi mereka diangkat Allah melalui Nabi Muham-
mad saw untuk menyampaikan hukum-hukum aktual, sehingga
mereka tidak mengkhabarkan kecuali hukum-hukum aktual dari
sisi Allah sebagaimana aslinya. Ridha Mudhaffar berkata :
Adapun keilmuan yang dimiliki para Imam, ialah pengeta-
huan-pengetahuan dan hukum-hukum yang bersifat ila-
hiyyah (ketuhanan) dan seluruh pengetahuan-pengetahun
yang diperolehnya ialah sebagaimana pengetahuan yang di-
peroleh oleh Rasulullah atau kalangan imam yang menda-
huluinya. Manakala dia menemukan masalah maka dia
akan segera mengetahui solusi ataupun jawabanya, hal ini
mereka peroleh dari kekuatan ilham yang diberikan Allah
kepadanya, mereka dalam menanggapi apapun tidak mem-
butuhkan kekuatan akal, ataupun juga dari pemberitahuan
dari orang lain. Cukuplah bagi mereka ilham dari Allah.104
Bab 3
KESIMPULAN
Kodifikasi Sunnah
Pengkodifikasian Sunnah pada masa Rasulullah SAW ialah
terlarang, khususnya sebelum fathu makkah, pelarangan ini me-
nurut para pakar ialah karena ditakutkan adanya percampur adu-
kan antara firman Allah dan sabda Rasulullah SAW, namun sete-
lah fathu makkah penulisan Sunnah diperboleh. Sedangkan sekte
Syi‟ah berbeda pandangan, menurut mereka penulisan Sunnah
pada masa Rasulullah SAW ialah mutlak diperbolehkan, alasannya
Hadis tentang pelarangan tersebut ialah dla‟if (lemah) sehingga
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 65
Khilafah/Imamah
Khilafah atau lebih masyhur dengan sebutan dengan Imamah
dalam tradisi pemahaman kepemimpinan sekte Syi‟ah Imamiyyah
Itsna Asyariyyah merupakan sumber pokok penyebab terjadinya
konflik diantara kaum muslim, wabilkhusus Ahlussunnah dan
Syi‟ah Imamiyyah, yang dengan perbedaannya memunculkan
doktrin-doktrin yang sangat mendasar yang dengan perbedaan itu
muncul klaim-klaim sesat dan pengkafiran antara sekte yang satu
dengan sekte yang lain, dalam hal ini yang paling parah adalah
doktrin yang dimunculkan sekte Syi‟ah Imamiyyah, diantaranya
adalah pernyataan yang menandaskan bahwa para Imam kedudu-
kannya sama dengan para Nabi, bahkan lebih utama dari pada
Nabi selain Nabi Muhammad. Kedua, memunculkan klaim bahwa
Sunnah bukan hanya dari para Nabi melainkan juga dari para
Imam yang dua belas. Ketiga, Memunculkan klaim bahwa para
khalifah (Abu Bakar, Umar dan Utsman) ialah termasuk orang
musyrik karena telah menggosob hak Ali Ibn Abi Thalib, yang
menurut mereka adalah satu-satunya orang yang berhak mendu-
duki mandat kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah SAW.
Kelima. Mereka menyatakan bahwa orang-orang muslim diluar
Isu-Isu Seputar Sunnah
66 Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah)
Wallahu A’lam
Isu-Isu Seputar Sunnah
Study Perbandingan ahl As-Sunnah dan Syi’ah Imamiyah) 67
Daftar Pustaka
Biografi Penulis