Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. IX/No.

2/Apr-Jun/2020

MENELANTARKAN ORANG YANG MENURUT memenuhi unsur Pasal 304 KUHP juncto Pasal
HUKUM ATAU PERJANJIAN WAJIB DIPELIHARA 306 ayat (2) KUHP.
BERDASARKAN PASAL 304 KITAB UNDANG- Kata kunci: Menelantarkan Orang, Menurut
UNDANG HUKUM PIDANA 1 Hukum Atau Perjanjian Wajib Dipelihara, Pasal
Oleh: Jao Maurillius Raymon2 304 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Butje Tampi3
Grace Henni Tampongangoy4 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ABSTRAK Perasaan kesusilaan manusia menghendaki
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk agar manusia saling tolong menolong, terutama
mengetahui bagaimana pengaturan delik jika ada hubungan tertentu antara dua pihak.
menelantarkan orang yang menurut hukum Hubungan tertentu itu umumnya diatur dalam
atau perjanjian wajib dipelihara menurut Pasal hukum perdata, misalnya dalam Undang-
304 KUHP dan bagaimana penerapan Pasal 304 Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
KUHP dalam putusan Pengadilan Negeri Perkawinan, pada Pasal 45 ayat (1) ditentukan
Tanjung Karang Nomor 103/Pid.B/2008/PN.TK, bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan
tanggal 28 April 2008. Dengan menggunakan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya;
metode penelitian yuridisa normatif, dan menurut ayat (2), kewajiban orang tua
disimpulkan: 1. Pengaturan delik yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
menelantarkan orang yang menurut hukum sampai anak itu kawin atau dapat berdiri
atau perjanjian wajib dipelihara menurut Pasal sendiri, kewajiban mana berlaku terus
304 KUHP, yaitu unsur-unsurnya: 1) barang meskipun perkawinan antara kedua orang tua
siapa; 2) dengan sengaja; 3) menempatkan atau putus. Sebaliknya, dari pihak anak, menurut
membiarkan seorang dalam keadaan sengsara; Pasal 46 ayat (1), anak wajib menghormati
dan 4) padahal menurut hukum yang berlaku orang tua dan mentaati kehendak mereka yang
baginya atau karena persetujuan dia wajib baik; dan ayat (2), jika anak telah dewasa, ia
memberi kehidupan, perawatan atau wajib memelihara menurut kemampuannya,
pemeliharaan kepada orang itu. Di antara orang tua dan keluarga dalam garis lurus
unsur-unsur Pasal 304 KUHP tidak ada unsur keatas, bila mereka itu memerlukan
yang menentukan syarat bahwa harus ada bantuannya. Kewajiban berdasarkan Undang-
akibat luka berat atau kematian, sehingga Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
cukup jika korban berada dalam “keadaan Perkawinan ini merupakan kewajiban
sengsara” sudah dapat dikenakan pasal ini, di berdasarkan undang-undang.
mana akibat luka berat atau kematian Ada pula kewajibaan berdasarkan
merupakan alasan pemberat pidana yang diatur perjanjian, misalnya apa yang dikemukakan
tersendiri dalam Pasal 306 ayat (1) dan ayat (2) oleh C. van Vollenhoven dan Ter Haar bahwa di
KUHP. 2. Penerapan Pasal 304 KUHP dalam Minahasa dikenal perjanjian pelihara
putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang (verzorgingskontrakt) yang menurut istilah
Nomor 103/Pid.B/2008/PN.TK, tanggal 28 April setempat ngaranan atau mengara anak,5 di
2008, yaitu perbuatan seseorang yang ketika mana isi perjanjian itu ialah, “fihak yang satu -
melihat pasangan berhubungan badannya pemelihara - (zorggever) menanggung
susah bernapas karena penyakit asmanya nafkahnya fihak yang lain – terpelihara
kambuh, tetapi sengaja tidak membawanya ke (zorgtrekker) lebih-lebih setelah masa tuanya,
rumah sakit guna mendapatkan pertolongan pula menanggung pemakamannya dan
medis, dan ternyata itu mengakibatkan pengurusan harta peninggalannya, sedangkan
kematian korban, maka perbuatan itu telah sebagai imbangan si pemelihara mendapat
sebagian dari harta peninggalannya si

1
Artikel Skripsi
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. B. Ter Haar, Asas-asas dan Suswirjonounan Hukum Adat
15071101211 terjemahan K.Ng. Soebekti Poesponoto dari Beginselen en
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Stelsel van het Adatrecht, cet.7, Pradnya Paramita,
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Jakarta, 1983, hlm. 152.

190
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

terpelihara terkadang-kadang sebagian sama atau perjanjian wajib dipelihara, masih banyak
dengan seorang anak”.6 kali terjadi juga pelanggaran terhadap
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ketentuan tersebut. Dalam berbagai media
(KUHP) memiliki ancaman pidana terhadap massa dapat dilihat berita-berita tentang
orang yang menelantarkan orang sedangkan orang-orang yang tidak memberi perawatan
menurut hukum atau perjanjian wajib atau pemeliharaan kepada seorang lain yang
dipeliharanya. Pasal 304 KUHP memberikan wajib dipelihara, misalnya anak yang tidak
ketentuan sebagai berikut: Barang siapa memberikan perawatan dan pemeliharaan
dengan sengaja menempatkan atau kepada orang tuanya, sedangkan orang tuanya
membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, berada dalam keadaan sengsara.
padahal menurut hukum yang berlaku baginya Kenyataan tersebut menimbulkan
atau karena persetujuan dia wajib memberi pertanyaan tentang pengaturan delik
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan menelantarkan orang yang menutut hukum
kepada orang itu, diancam dengan pidana atau perjanjian wajib dipelihara, yaitu apakah
penjara paling lama dua tahun delapan bulan mencakup peristiwa-peristiwa seperti yang
atau pidana denda paling banyak empat ribu banyak kali diberitakan dalam media massa itu.
lima ratus rupiah.7 Untuk lebih memperjelas cakupan rumusan
Pasal 304 KUHP tidak menyebut kualifikasi Pasal 304 KUHP, maka juga dilakukan suatu
(nama) dari delik (tidnak pidana) ini. Pasal 304 pembahasan terhadap suatu putusan
KUHP henya menyebut unsur-unsur dari delik pengadilan, yaitu putusan Pengadilan Negeri
ini, yaitu: (1) Barang siapa, (2) dengan sengaja, Tanjung Karang Nomor 103/Pid.B/2008/PN.TK,
(3) menempatkan atau membiarkan seorang tanggal 28 April 2008, yang berkenaan dengan
dalam keadaan sengsara, (4) padahal menurut Pasal 304 KUHP. Putusan ini sekalipun hanya
hukum yang berlaku baginya atau karena putusan Pengadilan Negeri, bukan putusan
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, Mahkamah Agung, telah mempunyai kekuatan
perawatan atau pemeliharaan kepada orang hukum tetap di tingkat pengadilan negeri, dan
itu. putusan ini juga ditempatkan dalam laman
S.R. Sianturi menyebut delik (tindak pidana) internet Direktori Putusan Mahkamah Agung,
dalam Pasal 304 KUHP sebagai salah satu delik sehingga patut untuk diperhatikan.
“menelantarkan orang”8 bersama-sama Jadi, sekalipun telah ada ketentuan pidana
dengan delik-delik dalam Pasal 305 sampai berupa Pasal 304 KUHP tetapi masih terjadi
Pasal 309 KUHP, dengan sifat khusus dari Pasal peristiwa-peristiwa menelantarkan orang yang
304 KUHP yaitu “padahal menurut hukum yang menurut hukum atau perjanjian wajib
berlaku baginya atau karena persetujuan dia dipelihara, sehingga merupakan hal yang urgen
wajib memberi kehidupan, perawatan atau untuk dibahas, karenanya dalamrangka
pemeliharaan kepada orang itu”. Karenanya, melaksanakan kewajiban menulis skripsi pokok
delik dalam Pasal 304 KUHP dapat disebut ini telah dipilih untuk dibahas lebih lanjut
sebagai delik menelantarkan orang yang dengan judul “Menelantarkan Orang Yang
menurut hukum atau perjanjian wajib Menurut Hukum Atau Perjanjian Wajib
dipelihara. Dipelihara Menurut Pasal 304 Kitab Undang-
Dalam kenyataan, sekalipun KUHP telah Undang Hukum Pidana”.
memiliki ketentuan pidana dalam Pasal 304
yang mengancamkan pidana penjara paling B. Rumusan Masalah
lama 2 tahun 8 bulan atau pidana denda paling 1. Bagaimana pengaturan delik
banyak Rp.4.500,- terhadap perbuatan menelantarkan orang yang menurut
menelantarkan orang yang menurut hukum hukum atau perjanjian wajib dipelihara
menurut Pasal 304 KUHP?
2. Bagaimana penerapan Pasal 304 KUHP
6
Ibid. dalam putusan Pengadilan Negeri
7
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
(BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
Tanjung Karang Nomor
Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 124. 103/Pid.B/2008/PN.TK, tanggal 28 April
8
S. R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, 2008?
Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1983, hlm. xiii.

191
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

dua tahun delapan bulan atau denda


C. Metode Penelitian sebanjak-banjaknya tiga ratus rupiah”.12
Penelitian yang dilakukan untuk penulisan 2. Terjemahan Tim Penerjemah BPHN:
skripsi ini ,erupakan jenis penelitian yang “Barang siapa dengan sengaja
disebut penelitian hukum normatif. Soerjono menempatkan atau membiarkan seorang
Soekanto dan Sri Mamudji menulis bahwa, dalam keadaan sengsara, padahal menurut
penelitian hukum normatif, adalah “penelitian hukum yang berlaku baginya atau karena
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti persetujuan dia wajib memberi kehidupan,
bahan pustaka atau data sekunder belaka, perawatan atau pemeliharaan kepada
dapat dinamakan penelitian hukum normatif orang itu, diancam dengan pidana penjara
atau penelitian hukum kepustakaan”.9 Jadi, paling lama dua tahun delapan bulan atau
penelitian hukum normatif dikenal juga sebagai pidana denda paling banyak empat ribu
penelitian hukum kepustakaan. Selain itu lima ratus rupiah.13
dikenal pula dengan istilah lain seperti 3. Terjemahan R. Soesilo: “Barangsiapa
“penelitian hukum doktrinal”.10 dengan sengaja menyebabkan atau
membiarkan orang dalam keadaan
PEMBAHASAN sengsara, sedang ia wajib memberi
A. Pengaturan Delik Menelantarkan Orang kehidupan. Perawatan atau pemeliharaan
Dalam Pasal 304 KUHP pada orang itu karena hukum yang berlaku
Pasal 304 KUHP dalam teks bahasa aslinya atasnya atau karena menurut perjanjian,
yang menggunakan bahasa Belanda, yaitu dihukum penjara selama-lamanya dia
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
juncto Staatsblad 1915 No. 732, berbunyi: “Hij banyaknya Rp.4.500,-“.14
die opzettelijk iemand tot wiens onderhoud, 4. Terjemahan P.A.F. Lamintang dan C.D.
verpleging of verzorging hij krachtens het voor Samosir: “Barangsiapa dengan sengaja
hem geldende recht of krachtens overeenkomst menyebabkan artau membiarkan
verplicht is, in een hulpeloozen toestand brengt seseorang yang ia wajib memeliharanya
of laat, wordt gestraft met gevangenisstraf van atau yang berdasarkan hukum yang
ten hoogste twee jaren en acht maanden of berlaku baginya atau yang berdasarkan
geldboete van ten hoogste drie honderd perjanjian ia wajib merawat atau
gulden”.11 mengurusnya, dalam keadaan
Beberapa terjemahan dari Pasal 304 yang sengsara,dihukum dengan hukuman
dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut: penjara selama-lamanya dua tahun dan
1. Terjemahan Engelbrecht: “Barangsiapa delapan bulan atau dengan hukuman
dengan sengadja menjebabkan atau denda setinggi-tingginya empatribu lima
membiarkan orang dalam kesengsaraan, rarus rupiah”.15
sedang ia wajib memberi kehidupan, 5. Terjemahan S.R. Sianturi: “Barangsiapa
perawatan atau pemeliharaan kepada yang dengan sengaja membuat atau
oang itu karena hukum jang berlaku membiarkan seseorang dalam keadaan
atasnja atau karena perdjandjian, dihukum sengsara, padahal berdasarkan hukum
dengan hukuman pendjara selama-lamanja yang berlaku baginya atau berdasarkan
persetujuan dia wajib memberi kehidupan,
merawat atau memelihara seseorang itu,
diancam dengan pidan apenjara
9 maksimumdua tahun delapan bulan atau
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers,
Jakarta, 2014, hlm. 13-14.
10
Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian
Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik), Rajawali Pers, Depok,
12
2018, hlm. 255. Ibid., hlm. 1433.
11 13
W.A. Engelbrecht dan E.M.L. Engelbrecht, Kitab2 Tim Penerjemah BPHN, Op.cit., hlm.124.
14
Undang2, Undang2 dan Peraturan2 Serta Undang2 Dasar R. Soesilo, Op.cit., hlm. 223.
15
Sementara Republik Indonesia, A.W. Sijthoff’s P.A.F. Lamintang dan C.D. Samosir, Hukum Pidana
Uitgeversmij N.V., Leiden, 1956, hlm. 85-86. Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 129.

192
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

denda maksimum tiga ratus rupiah (x bangun tidur kembali melihat korban
15)”.16 meninggal dunia di tempat tidur dan badan
Beberapa terjemahan yang dikutip korban sudah dalam keadaan kaku. Karena
sebelumnya, sekalipun memiliki perbedaan takut terdakwa menyembunyikan mayat
tetapi pada dasarnya maksud yang sama. korban dalam lemari kamar hotel, dan siang
Unsur-unsur Pasal 304 KUHP ini dengan harinya terdakwa mengunci kamar lalu
menggunakans ebagai titik tolak terjemahan kuncinya terdakwa buang di depan hotel dan
Tim Penerjemah BPHN, yaitu sebagai berikut: pergi meninggalkan kamar hotel dalam
1. Barang siapa keadaan dikunci.
2. dengan sengaja Jaksa Penuntut Umum telah membuat surat
3. menempatkan atau membiarkan seorang dakwaan dengan susunan dakwaan sebagai
dalam keadaan sengsara, berikut.
4. padahal menurut hukum yang berlaku Kesatu Bahwa ia terdakwa TOGAR HARAHAP
baginya atau karena persetujuan dia Bin ABDUL HAMID HARAHAP pada hari
wajib memberi kehidupan, perawatan sabtu malam mingggu tanggal 27
atau pemeliharaan kepada orang itu. Oktober 2007 sekira pukul 24.00 wib,
Di antara unsur-unsur Pasal 304 KUHP tidak atau setidaktidaknya pada suatu waktu
ada unsur yang menentukan syarat bahwa pada bulan oktober 2007, bertempat di
harus ada akibat luka berat atau kematian Hotel Laut Intan Jalan Yos Sudarso
sehingga cukup jika korban berada dalam No.18 Kelurahan Way Lunik, Bandar
“keadaan sengsara” sudah dapat dikenakan Lampung atau Setidak-tidaknya pada
pasal inil di mana akibat luka berat atau mati suatu tempat disekitar tempat tersebut
merupakan alasan pemberat pidana yang diatur yang masih termasuk dalam daerah
dalam Pasal 306 KUHP. Hukum pengadilan Negeri Tanjung
Alasan pemberat pidana berupa akibat luka Karang di Bandar Lampung, dengan
berat (Pasal 306 ayat 1) dan akibat kematian sengaja atau membiarkan orang dalam
(Pasal 306 ayat 2) sebaiknya digabungkan ke kesengsaraan, sedang ia wajib memberi
dalam Pasal 304 sebagai ayat (2) dan ayat (3) kehidupan, perawatan atau
untuk memudahkan menemukan pasal dan pemeliharaan pada orang itu karena
menerapkannya. hukum yang berlaku atasnya atau
karena menurut perjanjian, …
B. Penerapan Pasal 304 KUHP dalam Putusan Perbuatan terdakwa sebagaimana
Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor diatur dan diancam pidana pasal 304
103/Pid.B/2008/PN.TK KUH Pidana Jo pasal 306 ayat (1), (2)
Kasus yang diperiksa dan diputus oleh KUH Pidana
pengadilan negeri Tanjung Karang ini bermula Kedua Bahwa ia terdakwa TOGAR
dari terdakwa (laki-laki) ditelepon oleh korban HARAHAP Bin ABDUL HAMID HARAHAP
(perempuan) yang minta terdakwa dating ke pada waktu dan tempat sebagaimana
tempat kos korban, kemudian terdakwa dan telah diuraikan dalam dakwaan kesatu
korban pergi menyewa sebuah kamar hotel dan diatas, mengubur, menyembunyikan,
melakukan hubungan badan/bersetubuh satu atau mengangkut atau menghilangkan
kali, lalu Terdakwa dan korban tidur, mayat, dengan maksud hendak
selanjutnya pada tengah malam keduanya menyembunyikan kematian dan
bangun tetapi terdakwa melihat korban sudah kelahiran orang itu, …
bernapas karena penyakit asma, korban minta Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur
minum dan terdakwa memberikan minum air dan diancam pidana pasal 181 KUH Pidana.
putih. Melihat korban susah bernapas, Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ini
terdakwa tidak membawa korban ke rumah merupakan dakwaan dengan bentuk dakwaan
sakit, malahan terdakwa tidur kembali, kumulatif. Mengenai pengertian dakwaan
sehingga ketika terdakwa sekira jam 4.30 WIB kumulatif dikatakan oleh Lilik Mulyadi,
“dakwaan kumulatif dibuat oleh jaksa/penuntut
umum apabila seorang atau lebih terdakwa
16
S.R. Sianturi, Op.cit., hlm. 518.

193
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

melakukan lebih dari satu perbuatan pidana, menghilangkan mayat dengan maksud
yakni perbuatan tersebut harus dianggap menyembunyikan kematian atau kelahirannya,
berdiri sendiri atau juga dapat dikatakan tidak diancam dengan pidana penjara paling lama
ada kaitan satu dengan lainnya”.17 sembilan bulan atau pidana denda paling
Demikian juga hakim menimbang dakwaan banyak empat ribu lima ratus rupiah.
ini merupakan dakwaan kumulatif dengan Berdasarkan alat bukti dan barang bukti
kata-kata: yang diajukan di persidangan, pengadilan
------- Menimbang, bahwa Terdakwa telah negeri Tanjung Karang telah memberi
didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan pertimbangan bahwa dakwaan PERTAMA
dakwaan :--------------------------------------------- melanggar Pasal 304 jo 306 Ayat (1) dan (2) K U
----------------- H P mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
PERTAMA : Melanggar Pasal 304 KUH Pidana Unsur “ Barang siapa “
jo pasal 306 ayat (1), (2) KUHP ;----------------- Pengertian barang siapa menunjuk kepada
------------------------------------------------ subyek hukum pelaku tindak pidana yang
DAN dapat dipersalahkan dan dipertanggung
KEDUA : Melanggar Pasal 181 K U H Pidana jawabkan menurut hukum. Dipersidangan
;------------------------------------ telah diteliti identitas terdakwa TOGAR
--------- Menimbang, bahwa oleh karena HARAHAP Bin ABDUL HAMID HARAHAP
dakwaan Penuntut Umum berbentuk sehubungan dengan identitas yang
dakwaan Kumulatif, maka dalam hal ini tercantum dalam surat dakwaan dan
Majelis Hakim akan membuktikan kedua ternyata sesuai.
dakwaan tersebut;18 Selama jalannya persidangan terdakwa
tersebut sehat jasmani dan akalnya serta
Dakwaan Kesatu/Pertama, Pasal 304 KUHP mampu menjawab seluruh pertanyaan-
menyatakan bahwa, barangsiapa dengan pertanyaan yang diajukan Majelis Hakim
sengaja menempatkan atau membiarkan maupun Penuntut Umum, sehingga unsur
seorang dalam keadaan sengsara, padahal barang siapa yang dimaksud dalam perkara
menurut hukum yang berlaku baginya atau ini adalah terdakwa TOGAR HARAHAP Bin
karena persetujuan dia wajib memberi ABDUL HAMID HARAHAP dan telah terbukti
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan secara sah dan menurut hukum.
kepada orang itu, diancam dengan pidana Unsur “dengan sengaja menyebabkan atau
penjara paling lama dua tahun delapan bulan membiarkan orang dalam kesengsaraan,
atau pidana denda paling banyak empat ribu sedang ia wajib memberi kehidupan,
lima ratus rupiah. Pasal yang di-juncto-kan, atau perawatan atau pemeliharaan pada orang itu
dihubungkan, yaitu Pasal 306 ayat (1) dan ayat karena hukum yang berlaku atasnya atau
(2) yang berbunyi: (1) Jika salah satu perbuatan karena menurut perjanjian“
berdasarkan pasal 304 dan 305 mengakibatkan Unsur ini bersifat alternatif (artinya :
luka-luka berat, yang bersalah diancamdengan pembuktian tidak perlu seluruh unsur
pidana penjara paling lama tujuh tahun enam terpenuhi cukup memilih diantara unsur
bulan. (2) Jika mengakibatkan kematian pidana tersebut untuk memenuhi unsur delik).
penjara paling lama sembilan tahun. Berdasarkan keterangan saksi-saksi, surat
Dakwaan Kedua, yaitu Pasal 181 KUHP yang dan terdakwa serta barang bukti
menyatakan bahwa, barang siapa mengubur, dipersidangan dimana antara satu dengan
menyembunyikan, membawa lari atau yang lainnya terdapat adanya persesuaian
yaitu pada hari Sabtu malam Minggu tanggal
17
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Indonesia. Suatu 27 Oktober 2007 sekira jam 21.00 Wib
Tinjauan Khusus terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi, dan ditelpon korban Rodiah yang minta
Putusan Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. terdakwa untuk datang ketempat kosnya di
74. Panjang, dan terdakwa datang menemui
18
Direktori Putusan Mahkamah Agung, “Putusan Nomor:
103/Pid.B/2008/PN.TK”,
korban lalu korban oleh terdakwa dibawa ke
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/downloa Hotel Laut Intan di Jalan Yos Sudarso No. 18
dpdf/032666e76748eca1a8abe3898511cee4/pdf, diakses Kelurahan Way Lunik, Bandar Lampung.
tanggal 09/11/2019.

194
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

Setibanya di Hotel Laut Intan terdakwa dakwaan KESATU, maka dalam dakwaan
bertemu dengan Pegawai Hotel Laut Intan KEDUA inipun telah terpenuhi pula.
yaitu saksi Ade Mufid, lalu terdakwa dan Unsur “mengubur, menyembunyikan,
korban menyewa kamar No. A.3 dan mengangkut atau menghilangkan mayat“
terdakwa menyerahkan uang pecahan Rp. Unsur-unsur ini bersifat alternatif (artinya :
100.000,- (seratus ribu rupiah) kepada pembuktian tidak perlu seluruh unsur
kepada saksi Ade Muhfid, Rp. 70.000,- (tujuh terpenuhi cukup memilih diantara unsur
puluh ribu rupiah) untuk sewa kamar tersebut untuk memenuhi unsur delik).
sedangkan sisanya yang Rp. 30.000,- (tiga Berdasarkan keterangan saksi-saksi,
puluh ribu rupiah) terdakwa minta belikan terdakwa dan barang bukti dipersidangan
rokok Dji Sam Soe dan nasi bungkus. Setelah dimana antara yang satu dengan yang lainnya
pesanan rokok dan nasi bungkus datang, terdapat adanya persesuaian yaitu pada hari
terdakwa dan korban makan sama-sama Sabtu malam Minggu tanggal 27 Oktober 2007
dan setelah selesai makan terdakwa dengan sekira jam 21.00 Wib ditelpon korban Rodiah
korban melakukan hubungan yang minta terdakwa untuk datang ketempat
badan/bersetubuh satu kali, lalu terdakwa kosnya di Panjang, dan terdakwa dating
dan korban tidur. Sekira jam 24.00 Wib menemui korban lalu korban oleh terdakwa
terdakwa dan korban bangun tidur namun dibawa ke Hotel Laut Intan di Jalan Yos Sudarso
pada saat bangun tidur tersebut terdakwa No. 18 Kelurahan Way Lunik, Bandar Lampung.
melihat korban susah bernapas karena Setibanya di Hotel Laut Intan terdakwa
penyakit asmanya kambuh. Melihat korban bertemu dengan Pegawai Hotel Laut Intan yaitu
susah bernapas tersebut terdakwa sengaja saksi Ade Mufid, lalu terdakwa dan korban
tidak membawa korban kerumah sakit guna menyewa kamar No. A.3 dan terdakwa
mendapatkan pertolongan medis, lalu menyerahkan uang pecahan Rp. 100.000,-
terdakwa meninggalkan korban tidur (seratus ribu rupiah) kepada kepada saksi Ade
kembali. Sekira jam 04.30 Wib ketika Muhfid, Rp. 70.000,- (tujuh puluh ribu rupiah)
terdakwa bangun tidur melihat korban untuk sewa kamar sedangkan sisanya yang Rp.
sudah meninggal dunia ditempat tidur dan 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) terdakwa
badan korban sudah dalam keadaan kaku. minta belikan rokok Dji Sam Soe dan nasi
Dari uraian diatas maka dengan demikian bungkus. Setelah pesanan rokok dan nasi
unsur ini telah terbukti secara sah dan menurut bungkus datang, terdakwa dan korban makan
hukum. sama-sama dan setelah selesai makan terdakwa
Pertimbangan ini menunjukkan bahwa dengan korban melakukan hubungan
pengadilan melihat fakta “Sekira jam 24.00 Wib badan/bersetubuh satu kali, lalu terdakwa dan
terdakwa dan korban bangun tidur namun pada korban tidur. Sekira jam 24.00 Wib terdakwa
saat bangun tidur tersebut terdakwa melihat dan korban bangun tidur namun pada saat
korban susah bernapas karena penyakit bangun tidur tersebut terdakwa melihta korban
asmanya kambuh. Melihat korban susah susah bernapas karena penyakit asmanya
bernapas tersebut terdakwa sengaja tidak kambuh. Melihat korban susah bernapas
membawa korban kerumah sakit guna tersebut terdakwa sengaja tidak membawa
mendapatkan pertolongan medis, lalu korban kerumah sakit guna mendapatkan
terdakwa meninggalkan korban tidur kembali” pertolongan medis, lalu terdakwa
merupakan bukti bahwa terdakwa “sengaja meninggalkan korban tidur kembali.Sekira jam
membiarkan orang dalam kesengsaraan” 04.30 Wib ketika terdakwa bangun tidur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 304 KUHP. melihat korban sudah meninggal dunia
Berkenaan dengan dakwaan KEDUA, ditempat tidur dan badan korban sudah dalam
pengadilan menimbang bahwa dakwaan Kedua keadaan kaku. Melihat korban sudah dalam
melanggar Pasal 181 KUHP, mengandung keadaan meninggal dunia ditempat tidur
unsur- unsur sebagai berikut: tersebut pikiran terdakwa menjadi panik dan
Unsur “Barang siapa“ takut dituduh membunuh korban sehingga
Dengan mengambil alih pengertian dan terdakwa menyembunyikan mayat korban
pembuktian unsure Barang siapa dalam kedalam lemari dalam kamar Hotel Laut Intan.

195
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

Dari uraian diatas maka dengan demikian dipertimbangkan dan diputuskan sebagai
unsur ini telah terbukti secara sah dan menurut terbukti secara dan meyakinkan. Dengan kata
hukum. lain, baik Pasal 304 juncto Pasal 306 ayat (1)
Unsur “dengan maksud hendak dan ayat (2) KUHP (dakwaan pertama/kesatu)
menyembunyikan kematian dan kelahiran maupun Pasal 181 KUHP (dakwaan kedua)
orang itu“ dipandang terbukti. Tetapi yang menjadi
Unsur-unsur ini bersifat alternatif (artinya : perhatian yaitu berkenaan dengan Pasal 304
pembuktian tidak perlu seluruh unsur KUHP yang menjadi pokok tulisan ini.
terpenuhi cukup memilih diantara unsur Sebagaimana telah dikemukakan
tersebut untuk memenuhi unsur delik). sebelumnya, fakta bahwa “Sekira jam 24.00
Melihat korban sudah dalam keadaan Wib terdakwa dan korban bangun tidur namun
meninggal dunia ditempat tidur tersebut pada saat bangun tidur tersebut terdakwa
pikiran terdakwa menjadi panik dan takut melihat korban susah bernapas karena penyakit
dituduh membunuh korban sehingga terdakwa asmanya kambuh. Melihat korban susah
menyembunyikan mayat korban kedalam bernapas tersebut terdakwa sengaja tidak
lemari dalam kamar Hotel Laut Intan dengan membawa korban kerumah sakit guna
maksud supaya kematian korban tidak mendapatkan pertolongan medis, lalu
diketahui oleh orang lain. Kemudian Minggu terdakwa meninggalkan korban tidur kembali”
pagi tanggal 28 Oktober 2007 terdakwa dipandang oleh pengadilan merupakan bukti
menelpon saksi untung untuk datang ke Hotel bahwa terdakwa “sengaja membiarkan orang
Laut Intan guna dimintai pertimbangan atas dalam kesengsaraan” sebagaimana dimaksud
kematian korban namun setelah Untung datang dalam Pasal 304 KUHP.
terdakwa tunjukkan korban berada didalam Tetapi, dalam menimbang unsur-unsur Pasal
lemari, Untung ketakutan lalu pergi 304 KUHP tidak disinggung tentang unsur
meninggalkan terdakwa. Sekira jam 08.00 Wib “sedang ia wajib memberi kehidupan,
terdakwa memperpanjang sewa kamar sampai perawatan atau pemeliharaan pada orang itu
hari Senin kepada petugas Hotel dengan uang karena hukum yang berlaku atasnya atau
sewa Rp. 70.000,- (tujuh puluh ribu rupiah) dan karena menurut perjanjian”, padahal unsur ini
sekira jam 12.00 Wib terdakwa mengunci pintu merupakan unsur penting dari Pasal 304 KUHP
kamar lalu kuncinya terdakwa buang didepan karena berdasarkan adanya kewajiban, baik
Hotel Laut Intan dan pergi meninggalkan Hotel kewajiban karena hukum atau karena menurut
Laut Intan dalam keadaan terkunci. perjanjian, maka terdakwa dapat dinyatakan
Dari uraian diatas maka dengan demikian bersalah karena melanggar kewajibannya itu.
unsur ini telah terbukti secara sah dan menurut Apabila seorang melihat ada orang lain
hukum. menghadapi bahaya maut dan tidak memberi
Jadi, pengadilan juga menimbang bahwa pertolongan, sehingga kemudian orang lain itu
dakwaan Kedua sebagai terbukti unsur- mati, maka orang yang tidak memberi
unsurnya. pertolongan itu hanya dapat dipidana
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan Pasal 531 KUHP yang menentukan
tersebut maka pengadilan negeri tanjung bahwa, “barangsiapa ketika menyaksikan
Karang dalam putusan Nomor bahwa ada orang yang sedang menghadapi
103/Pid.B/2008/PN.TK, tanggal 28 April 2008 maut tidak memberi pertolongan yang dapat
telah memutuskan mengadili: Menyatakan diberikan padanya tanpa selayaknya
terdakwa TOGAR HARAHAP Bin ABDUL HAMID menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang
HARAHAP terbukti secara sah dan meyakinkan lain, diancam, jika kemudian orang itu
bersalah melakukan tindak pidana meninggal, dengan pidana kurungan paling
“Meninggalkan orang yang memerlukan lama tiga bulan atau pidana denda paling
pertolongan dan menyembunyikan mayat banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
dengan maksud hendak menyembunyikan Berkenaan dengan Pasal 531 KUHP, tidak perlu
kematian”. dibuktikan bahwa terdakwa mempunyai
Jadi, baik dakwaan KWESATU/PERTAMA kewajiban berdasarkan hukum untuk memberi
maupun dakwaan KEDUA, dua-duanya pertolongan

196
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

Sedangkan untuk dipidana berdasarkan tersendiri dalam Pasal 306 ayat (1) dan
Pasal 304 KUHP, tidak perlu korban mati, cukup ayat (2) KUHP.
dengan menelantarkan korban atau 2. Penerapan Pasal 304 KUHP dalam
“membiarkan seorang dalam keadaan putusan Pengadilan Negeri Tanjung
sengsara”, tetapi dalam dakwaan seharusnya Karang Nomor 103/Pid.B/2008/PN.TK,
jelas diuraikan apa dasar kewajiban terdakwa, tanggal 28 April 2008, yaitu perbuatan
yaitu apakah dasar hukumnya atau dasar seseorang yang ketika melihat pasangan
perjanjiannya bahwa terdakwa harus memberi berhubungan badannya susah bernapas
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan karena penyakit asmanya kambuh, tetapi
kepada orang itu. sengaja tidak membawanya ke rumah
Dari sudut Undang-Undang Dasar Negara sakit guna mendapatkan pertolongan
Republik Indonesia Tahun 1945, korban medis, dan ternyata itu mengakibatkan
mempunyai hak untuk hidup sebagaimana kematian korban, maka perbuatan itu
ditentukan dalam Pasal 28A bahwa: “Setiap telah memenuhi unsur Pasal 304 KUHP
orang berhak untuk hidup serta berhak juncto Pasal 306 ayat (2) KUHP.
mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Terhadap adanya hak untuk hidup dari korban, B. Saran
terdakwa seharusnya menghormatinya, 1. Alasan pemberat pidana berupa akibat
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 28J ayat luka berat (Pasal 306 ayat 1) dan akibat
(10 bahwa: “Setiap orang wajib kematian (Pasal 306 ayat 2) sebaiknya
menghormati hak asasi manusia orang lain digabungkan ke dalam Pasal 304 sebagai
dalam tertib ayat (2) dan ayat (3) untuk memudahkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bern menemukan pasal dan menerapkannya.
egara”. Dengan adanya kewajiban 2. Putusan Pengadilan Negeri Tanjung
menghormati hak asasi manusia orang lain, Karang Nomor 103/Pid.B/2008/PN.TK,
termasuk hak untuk hidup, maka terdakwa tanggal 28 April 2008, perlu dipublikasi
mempunyai kewajiban berdasarkan hukum secara lebih luas agar dipahami oleh
untuk memberi kehidupan, dengan berupaya masyarakat luas.
untuk membantunya mempertahankan hidup,
misalnya dengan membawanya ke rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet. 2,
PENUTUP Sinar Grafika, Jakarta, 2012.
A. Kesimpulan Haar, B. Ter, Asas-asas dan Susunan Hukum
1. Pengaturan delik menelantarkan orang Adat terjemahan K.Ng. Soebekti
yang menurut hukum atau perjanjian Poesponoto dari Beginselen en Stelsel
wajib dipelihara menurut Pasal 304 van het Adatrecht, cet.7, Pradnya
KUHP, yaitu unsur-unsurnya: 1) barang Paramita, Jakarta, 1983.
siapa; 2) dengan sengaja; 3) Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana,
menempatkan atau membiarkan seorang Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
dalam keadaan sengsara; dan 4) padahal Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
menurut hukum yang berlaku baginya Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta,
atau karena persetujuan dia wajib 1987.
memberi kehidupan, perawatan atau Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
pemeliharaan kepada orang itu. Di antara Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
unsur-unsur Pasal 304 KUHP tidak ada 1983.
unsur yang menentukan syarat bahwa Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-
harus ada akibat luka berat atau dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
kematian, sehingga cukup jika korban Grafika, Jakarta, 2014.
berada dalam “keadaan sengsara” sudah Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
dapat dikenakan pasal ini, di mana akibat Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
luka berat atau kematian merupakan Jakarta, 2012.
alasan pemberat pidana yang diatur

197
Lex Crimen Vol. IX/No. 2/Apr-Jun/2020

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2, Peraturan Perundang-undangan


Bina Aksara, Jakarta, 1984. Engelbrecht, W.A. dan E.M.L. Engelbrecht,
Mulyadi, Lilik, Hukum Acara Pidana Indonesia. Kitab2 Undang2, Undang2 dan
Suatu Tinjauan Khusus terhadap Surat Peraturan2 Serta Undang2 Dasar
Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Sementara Republik Indonesia, A.W.
Peradilan, Citra Aditya Bakti, Bandung, Sijthoff’s Uitgeversmij N.V., Leiden, 1956.
2012. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Poernomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana, Peraturan Hukum Pidana.
cet. 4, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet. 4, Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Lembaran Negara Republik Indonesia
Pidana di Indonesia, cet. 3, PT Eresco, Nomor 3019).
Jakarta-Bandung, 1981.
______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, cet.4 ed.3,Refika Aditama,
Bandung, 2012.
Sianturi, S. R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1983.
Soekanto, S. dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
cet.16, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.
Soesilo, R., Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Serta Komentar-
komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia, Bogor, 1991.
Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, cet. 27, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1995.
Suteki dan Galang Taufani, Metodologi
Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik), Rajawali Pers, Depok, 2018
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983.
Utrecht, E., Hukum Pidana I, cet. 2, Penerbitan
Universitas Bandung, 1962.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana.
Buku Panduan Mahasiswa, Fikahati
Aneska, Jakarta, 2010.

Sumber Internet
Direktori Putusan Mahkamah Agung, “Putusan
Nomor: 103/Pid.B/2008/PN.TK”,
https://putusan.mahkamahagung.go.id/pu
tusan/downloadpdf/032666e76748eca1a8
abe3898511cee4/pdf, diakses tanggal
09/11/2019

198

Anda mungkin juga menyukai