Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

2/Feb/2016

TINDAK PIDANA PENDAHULUAN


MENEMPATKAN/MEMBIARKAN SEORANG A. Latar Belakang
DALAM KEADAAN SENGSARA (PASAL 304 Tindak pidana Pasal 304 KUHPidana memiliki
KUHPIDANA) DALAM SISTEM HUKUM PIDANA unsur-unsur, yang keseluruhannya, yaitu: (1)
INDONESIA1 Barangsiapa, (2) dengan sengaja, (3)
Oleh: Hesky J. Runtuwene2 menempatkan atau membiarkan seorang
dalam keadaan sengsara, (4) padahal menurut
ABSTRAK hukum yang berlaku baginya atau karena
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk persetujuan dia wajib memberi kehidupan,
mengetahui bagaimana delik omisi pada perawatan atau pemeliharaan kepada orang
umumnya dalam sistem KUHPidana dan itu.
bagaimana cakupan dari Pasal 304 KUHPidana, Sekalipun KUHPidana Indonesia telah
yang dengan menggunakan metode penelitian memiliki aturan pidana yang mengancamkan
hukum normative disimpulkanb bahwa: 1. pidana dengan penjara paling lama 2 tahun 8
Delik-delik omisi dalam KUHPidana yang paling bulan atau pidana denda paling banyak
dikenal, yaitu: Pasal 164 KUHPidana tentang Rp.4.500,- terhadap perbuatan sedemikian,
tidak memberitahukan ketika mengetahui ada tetapi dalam kenyataan banyak kali terjadi juga
suatu permufakatan jahat; Pasal 165 pelanggaran terhadap ketentuan tersebut.
KUHPidana tentang tidak memberitahukan Dalam berbagai media massa dapat ditemukan
ketika mengetahui ada suatu niat untuk berita-berita adanya orang-orang yang tidak
melakukan kejahatan tertentu; Pasal 224 memberi perawatan atau pemeliharaan kepada
KUHPidana, tidak mengindahkan kewajiban seorang lain, misalnya seorang anak yang tidak
menurut undang-undang sebagai saksi atau memberikan perawatan dan pemeliharaan
ahli; Pasal 304 KUHPidana, menempatkan atau kepada orang tuanya, padahal orang tuanya
membiarkan seorang dalam keadaan berada dalam keadaan sengsara.
sengsaran; Pasal 305 KUHPidana, meninggalkan Salah satu contohnya, suatu media memuat
anak belum tujuh tahun untuk melepaskan diri Œ]š vP v iµ µo ^ l <]• Z D o]v <µv vPU
dari anak itu; Pasal 308 KUHPidana, seorang ibu Ibu dµ ]µ•]Œ v l < v µvPvÇ _U
yang takut ketahuan melahirkan meninggalkan Liputan6.com, Jakarta, 18-11-2014, yang
anaknya untuk melepaskan diri dari anak itu; memberitakan antara lain bahwa nenek berusia
Pasal 531 KUHPidana, tentang tidak memberi 70 tahun menghabiskan waktu di rumah
pertolongan terhadap yang sedang menghadapi seorang warga yang letaknya tak jauh dari
maut. 2. Cakupan Pasal 304 KUHPidana yaitu rumah anak kandungnya sendiri di kawasan
mengancamkan pidana terhadap seseorang Menteng, Jakarta Pusat. Sejak beberapa hari,
yang sengaja menempatkan atau membiarkan nenek asal Bogor ini diusir dari rumahUcok,
seorang dalam keadaan sengsara, khususnya anaknya.Warga sekitar yang tak tega akhirnya
keadaan maut atau sakit, padahal menurut (1) merawat nenek renta itu.3
hukum yang berlaku baginya, yaitu berdasarkan Dengan demikian, sekalipun telah ada
hukum adat ataupun peraturan perundang- aturan pidana yang mengancamkan penjara
undangan, atau (2) berdasarkan perjanjian dia terhadap orang yang tidak melakukan
wajib memberi kehidupan, perawatan atau perawatan/pemeliharaan terhadap orang yang
pemeliharaan. menurut undang-undang atau perjanjian wajib
Kata kunci: 304 KUHPidana, sengsara dirawat/dipelihara, misalnya seorang anak yang
tidak merawat/memelihara orangtuanya yang
dalam keadaan miskin.Hal ini yang menjadi
latar belakang sehingga dalam rangka penulisan

3
>]‰µš v ò dsU ^^ l <]• Z D o]v <µv vPU / µ dµ ]µ•]Œ
1
Artikel skripsi. Pembimbing skripsi: Doortje Turangan, v l < v µvPvÇ _U
SH, MH dan Mien Soputan, SH, MH. http://news.liputan6.com/read/2135717/bak-kisah-malin-
2
Mahasiswa Fakultas Hukumn Universitas Sam Ratulangi, kundang-ibu-tua-diusir-anak-kandungnya kunjungan
Manado; NIM: 110711068. tanggal 16 September 2015.

159
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

skripsi, telah mendorong untuk membahasnya denda paling banyak tiga ratus
] Á Z iµ µo ^d]v l W] v rupiah.5
Menempatkan/Membiarkan Seorang Dalam
Keadaan Sengsara (Pasal 304 KUHPidana) 2. Pasal 165 KUHPidana tentang tidak
o u ^]•š u ,µlµu W] v /v }v •] _X memberitahukan ketika mengetahui ada
suatu niat untuk melakukan kejahatan
B. Rumusan Masalah tertentu.
1. Bagaimana delik omisi pada umumnya Pasal 164 KUHPidana menentukan bahwa,
dalam sistem KUHPidana? (1) Barang siapa mengetahui ada niat
2. Bagaimana cakupan dari Pasal 304 untuk melakukan salah satu
KUHPidana? kejahatan berdasarkan pasal-
pasal 104, 106, 107, dan 108, 110
C. Metode Penelitian - 113, dan 115 - 129 dan 131 atau
Jenis penelitian yang dilakukan di sini, yaitu niat untuk lari dari tentara dalam
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum masa perang, untuk desersi,
normatif merupakan suatu penelitian yang untuk membunuh dengan
menitik beratkan pada hukum sebagai norma rencana, untuk menculik atau
(kadiah), dengan demikian merupakan memperkosa atau mengetahui
penelitian yang bersifat hukum positif. adanya niat untuk melakukan
Penelitian ini disebut pula sebagai penelitian kejahatan tersebut dalam bab 8
kepustakaan (library research) dalam kitab undang-undang ini,
sepanjang kejahatan itu
PEMBAHASAN membahayakan nyawa orang
A. Delik-delik Omisi dalam Sistem atau untuk melakukan salah satu
KUHPidana kejahatan berdasarkan pasal-
Delik omisi adalah delik yang terdiri dari pasal 224 228, 250 atau salah
tidak berbuat atau tidak melakukan sesuatu satu kejahatan berdasarkan
padahal mestinya berbuat.4 Beberapa delik pasal-pasal 264 dan 275
omisi yang sering disebut dalam KUHPidana, sepanjang mengenai surat kredit
baik dalam Buku II (kejahatan) maupun Buku III yang diperuntukkan bagi
(Pelanggaran), yaitu: peredaran, sedang masih ada
1. Pasal 164 KUHPidana tentangtidak waktu untuk mencegah
memberitahukan ketika mengetahuiada kejahatan itu, dan dengan
suatu permufakatan jahat. sengaja tidak segera
Pasal 164 KUHPidana menentukan bahwa, memberitahukan hal itu kepada
Barang siapa mengetahui ada sesuatu pejabat kehakiman atau
permufakatan untuk melakukan kepolisian atau kepada orang
kejahatan berdasarkan pasal-pasal yang terancam oleh kejahatan
104, 106, 107, dan 108, 113, 115, 124, itu, dipidana jika kejahatan itu
187 atau 187 bis, sedang masih ada jadi dilakukan, dengan pidana
waktu untuk mencegah kejahatan itu, penjara paling lama sembilan
dan dengan sengaja tidak segera bulan atau pidana denda paling
memberitahukan tentang hal itu banyak empat ribu lima ratus
kepada pejabat kehakiman atau rupiah.
kepolisian atau kepada orang yang (2) Pidana tersebut diterapkan
terancam oleh kejahatan itu, dipidana terhadap orang yang mengetahui
jika kejahatan itu jadi dilakukan, bahwa sesuatu kejahatan
dengan pidana penjara paling lama berdasarkan ayat 1 telah
satu tahun empat bulan atau pidana dilakukan, dan telah

4 5
Moeljatno, op.cit., h. 76. Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h. 72.

160
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

membahayakan nyawa orang Pasal 304 KUHPidana tentang


pada saat akihat masih dapat menempatkan atau membiarkan seorang
dicegah, dengan sengaja tidak dalam keadaan sengsara, akan dibahas
memheritahukannya kepada secara khusus dalam bagian berikut
pihak-pihak tersebut dalam ayat sehingga belum akan dibahas lebih lanjut
1.6 dalam bagian ini.
Unsur yang menunjukkan bahwa Pasal 165
KUHPidana merupakan delik omisi terletak 5. Pasal 305 KUHPidana, meninggalkan anak
‰ P] v l o]u š ^š] l • P Œ belum tujuh tahun untuk melepaskan diri
u u Œ]š Zµl v Z o ]šµ_ l š]l u vZ š Zµ] dari anak itu.
adanya niat untuk melakukan kejahatan Pasal 308 KUHPidana memberikan
tertentu yang ditentukan dalam Pasal 165 l š všµ vU ^Barang siapa menempatkan anak
KUHPidana. yang umurnya belum tujuh tahun untuk
ditemukan atau meninggalkan anak itu dengan
3. Pasal 224 KUHPidana, tidak maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
mengindahkan kewajiban menurut diancam dengan pidana penjara paling
undang-undang sebagai saksi atau ahli. lama lima š Zµv v u µo vX_9
Pasal 224 KUHPidana memberikan Unsur sebagai delik omisi terlihat dari
ketentuan bahwa, Œµuµ• v ^u v u‰ šl v v l Y µvšµl
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ]š uµl v_ v µv•µŒ ^u v]vPP ol v v l ]šµ
ahli atau juru bahasa menurut dengan maksud untuk melepaskan diri
undang-undang dengan sengaja tidak Œ]‰ vÇ _XW o lµ o u Z o ]v] š] l
memenuhi kewajiban berdasarkan melakukan tindakan misalnya memukul anak
undang-undang yang harus yang bersangkutan melainkan mengabaikan
dipenuhinya, diancam: kewajibannya untuk memelihara anak itu.
1. dalam perkara pidana, dengan
pidana penjara paling lama 6. Pasal 308 KUHPidana, seorang ibu yang
sembilan bulan; takut ketahuan melahirkan meninggalkan
2. dalam perkara lain, dengan pidana anaknya untuk melepaskan diriu dari
penjara paling lama enam bulan.7 anak itu.
Delik dalam Pasal 224 KUHPidana ini oleh Pasal 308 KUHPidana menentukan, ^Jika
D} oi šv} ]• µš • P ] o]l ^š] l seorang ibu karena takut akan diketahui orang
mengindahkan kewajiban menurut undang- tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah
undang sebagai • l•] š µ Zo]_X8 Unsur sebagai melahirkan, menempatkan anaknya untuk
delik omisi dari tindak pidana Pasal 224 ditemukan atau meninggalkannya dengan
<h,W] v š Œo]Z š Œ] Œµuµ• v ^š] l maksud untuk melepaskan diri daripadanya,
memenuhi kewajiban berdasarkan undang- maka maksimum pidana tersebut dalam pasal
µv vP Ç vP Z Œµ• ]‰ vµZ]vÇ _ l š]l ïìñ v ïìò ]lµŒ vP] • ‰ ŒµZX_10
seseorang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa. Dalam hal ini yang bersangkuan tidak 7. Pasal 531 KUHPidana, tentang tidak
berbuat sesuatu, yaitu tidak memenuhi memberi pertolongan terhadap yang
kewajiban, ketika ia seharusnya berbuat sedang menghadapi maut.
sesuatu sebagai saksi, ahli atau juru bahasa. Pasal 531 KUHPidana yang terletak dalam
Buku III tentang Kejahatan memberikan
4. Pasal 304 KUHPidana, menempatkan atau ketentuan bahwa,
membiarkan seorang dalam keadaan Barangsiapa ketika menyaksikan
sengsaran. bahwa ada orang yang sedang
menghadapi maut tidak memberi
pertolongan yang dapat diberikan
6
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h. 72-73.
7 9
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h. 94. Tim Penerjemah BPHN, op.cit.,loc.cit.
8 10
Moeljatno, loc.cit. Ibid., h. 125.

161
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

padanya tanpa selayaknya atau subjek tindak pidana pada umumnya


menimbulkan bahaya bagi dirinya o Z u vµ•] _X13
atau orang lain, diancam, jika Dengan demikian setiap manusia dapat
kemudian orang itu meninggal, menjadi subjek tindak pidana Pasal 304
dengan pidana kurungan paling lama KUHPidana. Walaupun demikian, ada
tiga bulan atau pidana denda paling pembatasan, yaitu manusia sebagai subjek
banyak empat ribu lima ratus tindak pidana dalam Pasal 304 KUHPidan
rupiah.11 adalah manusia yang wajib memberi
kehidupan, perawatan atau perawatan kepada
B. Cakupan Pasal 304 KUHPidana berdasarkan undang-undang atyau
Pasal 304 KUHPidana menurut terjemahan persetujuan.
yang dibuat oleh Tim Penerjemah Badan 2. Dengan sengaja.
Pembinaan Hukum Nasional berbunyi sebagai Pasal 304 KUHPidana dengan tegas
berikut, menyebut adanya unsur dengan sengaja (opzet,
Barangsiapa dengan sengaja dolus).Dalam ilmu hukum pidana dan
menempatkan atau membiarkan seorang yurisprudensi sekarang ini telah umum dikenal
dalam keadaan sengsara, padahal menurut adanya 3 (tiga) macam bentuk kesengajaan,
hukum yang berlaku baginya atau karena yaitu sengaja sebagai maksud, sengaja dengan
persetujuan dia wajib memberi kehidupan, kesadaran tentang keharusan, dan sengaja
perawatan atau pemeliharaan kepada dengan kesadaran tentang kemungkinan.
orang itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau 3. Menempatkan atau membiarkan seorang
pidana denda paling banyak empat ribu dalam keadaan sengsara.
lima ratus rupiah.12 Terhadap unsur ini dikatakan oleh S.R.
Sianturi,
Unsur-unsur Pasal 304 KUHPidana, Yang dimaksud dengan membuat
menurut terjemahan Tim Penerjemah BPHN, dalam keadaan sengsara ialah tadinya
adalah sebagai berikut, belum sengsara, lalu dibuat menjadi
1. Barangsiapa sengsara.Misalnya, orang tuanya yang
2. dengan sengaja ada di rumahnya sudah tidak bisa apa-
3. menempatkan atau membiarkan seorang apa lagi, lalu ditinggalkan begitu saja
dalam keadaan sengsara, tanpa dititipkan kepada seseorang atau
4. padahal menurut hukum yang berlaku tetangganya sehingga kelaparan untuk
baginya atau karena persetujuan dia wajib beberapa hari.Dan yang dimaksud
memberi kehidupan, perawatan atau dengan membiarkan dalam keadaan
pemeliharaan kepada orang itu. sengsara ialah, seseorang itu dilihatnya
Unsur-unsur dari Pasal 304 KUHPidana dalam keadaan sengsara, misalnya sakit
tersebut akan dibahas satu persatu dalam di rumahnya lalu dibiarkan saja begitu
bagian berikut ini. tanpa ada usaha untuk mengobati.14
1. Barangsiapa Menurut S.R. Sianturi, yang dimaksud
Barangsiapa adalah subjek tindak pidana. dengan membuat (menempatkan seorang)
Dalam sistem KUHPidana subjek tindak pidana dalam keadaan sengsara ialah tadinya
adalah manusia.Oleh Teguh Prasetyo dikatakan belum sengsara, lalu dibuat menjadi
ZÁ U ^Zµuµ• v š]v l ‰] v o u µlµ sengsara. Misalnya, orang tuanya yang ada
Kedua dan Ketiga KUHP biasanya dimulai di rumahnya sudah tidak bisa apa-apa lagi,
dengan kata barangsiapa.Ini mengandung arti lalu ditinggalkan begitu saja tanpa
bahwa yang dapat melakukan tindak pidana dititipkan kepada seseorang atau
tetangganya sehingga kelaparan untuk

13
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, cet. 4, Rajawali Pers,
11
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h. 205. Jakarta, 2013, h. 54.
12 14
Tim Penerjemah BPHN, op.cit., h.124. S.R. Sianturi, op.cit., h. 519.

162
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

beberapa hari.Sedangkan yang dimaksud Penjelasaan dan Rancanan KUHP Belanda


dengan membiarkan dalam keadaan dikatakan baha keadaan tak tertolong berarti
sengsara ialah, seseorang itu dilihatnya keadaan maut atau sakit, sedangkan orang itu
dalam keadaan sengsara, misalnya sakit di tidak dapat menolong dirinya sendiri. Jadi, tidak
rumahnya lalu dibiarkan saja begitu tanpa cukup apabila orang yang tidak ditolong itu
ada usaha untuk mengobati. hanya sekadar menemui kesukaran dalam
Mengenai derajar dari pengertian Z] µ‰vÇ U Y17
^• vP• Œ _ ]i o •l v }o Z ^XZX ^] všµŒ]U
Yang menjadi masalah pokok di sini Menurut Wirjono Prodjodikoro, keadaan
ialah apakah yang dimaksudkan dengan orang yang disebut dalam keadaan tak
dalam keadaan sengsara. tertolong/keadaan sengsara itu bukan sekedar
Pada dasarnya yang dimaksudkan menemui kesukaran dalam hidupnya,
adalah jauh di bawah keadaan yang melainkan menurut tisalah penjelasan
biasasnya sesuai kemampuan KUHPidana keadaan itu adalah keadaan maut
sipemelihara.Jadi ukuran kemampuan atau sakit.
sipemelihara harus selalu Berkenaan dengan unsur ini, P.A.F.
diperhitungkan.Jika seorang tua yang Lamintang dan C.D. Samosir mengemukakan
setiap malam kedinginan karena tak putusan Hoge Raad tanggal 30 Mei 1932 di
ada selimut, jika memang itulah mana dipertimbangkan bahwa,
kemampuan anaknya, tidak termasuk Di dalam peradilan tidak hanya harus
dalam keadaan sengsara yang dibuktikan bahwa tertuduh telah lalai
dimaksud dalam pasal ini.Karenanya memberikan penghidupan seperlunya kepada
dalam rangka penerapan pasal ini isterinya ataupun telah menelantarkan
aktivitas hakim untuk menilainya secara isterinya itu dan tidak dapat memelihara
perkasus sangat didambakan.15 isterinya sendiri, melainkan juga bahwa karena
sikap tertuduh itu menyebabkan isterinya
Menurut S.R. Sianturi, pengertian sengsara berada dalam keadaanb sengsara, dalam hal ini
perlu dilihat dari segi kemampuan orang yang isterinya telah diterima dan diurus oleh orang
wajib memberi kehidupan, perawatanatau tuanya.18
pemeliharaan.
Oleh Wirjono Prodjodikoro dikatakan Putusan Hoge Raad menegaskan bahwa di
ZÁ U ^W • o ïìð u vP v ] }Œ vP Ç vP pengadilan harus dibuktikan bahwa si isteri
kaarena hukum atau karena perjanjian berwajib (orang yang wajib diberi kehidupan, perawatan
memberikan kehidupan, perawatan, atau atau pemeliharaan) dalam keadaan
memelihara orang lain,namun orang itu sengsara.Walaupun benar si suami melalaikan
dengabn melalaikan kewajiban itu atau kewajibannya, tetapiu si isteri telah diterima
menyebabkan atau membiarkan orang lain itu dan diurus oleh orang tuanya, sehingga si isteri
o u l v š l š Œš}o}vP_X16Wirjono tidak dalam keadaan sengsara.Oleh karenanya,
WŒ} i} ]l}Œ} š] l u vPPµv l v ]•š]o Z ^ o u tertuduh tidak dapat dihukum berdasarkan
keadaan seng• Œ _ • ‰ Œš] š Œi u Z v- pasal ini.
terjemahan lainnya, melainkan menggunakan
]•š]o Z ^ o u l v š l š Œš}o}vP_X 4. padahal menurut hukum yang berlaku
Sehubungan dengan itu dikatakan oleh Wirjono baginya atau karena persetujuan dia
Prodjodikoro bahwa, wajib memberi kehidupan, perawatan
Melalaikankewajiban-kewajiban ini baru atau pemeliharaan kepada orang itu.
merupakan tindak pidana apabila orang yang Kewajiban untuk memberi kehidupan,
bersangkutan diakibatkan atau dibiarkan dalam perawatan atau pemeliharaan didasarkan pada
keadaan tidak tertolong.Dalam Surat hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan.Oleh Wirjono Prodjodikoro
15
Ibid.
16 17
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Ibid., hl 90-91.
18
Indonesia, op.cit., h. 90. Lamintang dan Samosir, loc.cit.

163
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

]š P •l v ZÁ U ^š] l µlµ‰ ]o Z vÇ S.R. Sianturi menegaskan bahwa


kewajiban moral, yaitu yang hanya berdasar ]•š]o Z Ç vP ]Pµv l v o Z ^ Œ • Œ
atas rasa kesusilaan, tidak atas peraturan Zµlµu Ç vP Œo lµ P]vÇ _U Œ
Zµlµu š µ ‰ Œi vi] v_X19 dengan di negeri Belanda di mana
Kewajiban tersebut didasarkan atas salah ]Pµv l v ]•š]o Z ^ Œ • Œl v µv vP-
satu dari dua dasar, yaitu: (1) berdasarkan pada µv vP_X < Œ v vÇ U u vµŒµš ^] vturi,
hukum yang berlaku baginya; atau (2) karena untuk penerapan pasal ini, harus selalu
persetujuan/perjanjian. Mengenai kewajiban diperhatikan hukum apa/mana yang
yang didasarkan pada hukum yang berlaku pada subjek tersebut dan
berlakubaginya dijelaskan oleh S.R. Sianturi bagaimana kesadaran hukum masyarakat
bahwa, hukum tersebut pada umumnya.
Penggunaan rumusan berdasarkan hukum Selanjutnya bagaimana dalam hukum
yang berlaku baginya untuk Indonesia tersebut diatur tentang kewajiban subjek
adalah sangat tepat, karena pada dasarnya untuk memelihara seseorang.Secara
orang Indonesia masih menjunjung tinggi umum berdasarkan hukum-hukum adat
hukum adat.Juga karena dalam penerapan yang berlaku di Indonesia setiap orang tua
hukum pidana, kita menganut bersifat wajib memelihara anak-anaknya sebelum
melawan hukum yang material.Dinegeri nikah atau dinikahkan atau sebelum
Belanda, justru yang dirumuskan adalah dipisahkan, sepanjang/sejauh
^ Œ •arkan undang-µv vP_U Ç vP Œ Œš] kemampuannya.Demikian juga seseorang
lebih sempit.Karenanya untuk penerapan (orang tua/bujangan) wajib memelihara
pasal ini, harus selalu diperhatikan hukum orang tuanya yang sudah jompo dalam
apa/mana yang berlaku pada subjek jangkauan kemampuannya.Di luar anak
tersebut dan bagaimana kesadaran hukum atau orang tua tersebut juga kewajiban
masyarakat hukum tersebut pada seseorang untuk memelihara seseorang
umumnya.Selanjutnya bagaimana dalam tertentu dalam hubungan kekeluargaan
hukum tersebut diatur tentang kewajiban yang biasanya masih dekat.Dalam hal ini
subjek untuk memelihara seseorang.Secara Sianturi menekankan pada pentingnya
umum berdasarkan hukum-hukum adat memperhatikan hukum adat yang berlaku.
yang berlaku di Indonesia setiap orang tua Dari segi peraturan perundang-
wajib mnemelihara anak-anaknya sebelum undangan dalam KUHPerdata (Burgerlijk
nikah atau dinikahkan atau sebelum Wetboek) dikenal adanya kewajiban untuk
dipisahkan, sepanjang/sejauh memelihara secara bertimbal balik antara
kemampuannya. Demikian juga seseorang anak dengan orang tua dan antara
(orang tua/bujangan) wajib memelihara menantu dengan mertua.
orang tuanya yang sudah jompo dalam Berdasarkan Pasal 321 KUHPerdata,
jangkauan kemampuannya.Di luar anak atau anak wajib memberi nafkah kepada orang
orang tua tersebut juga kewajiban tuanya dan keluarga sedarah dalam garis
seseorang untuk memelihara seseorang ke atas (kakek/nenek dan seterusnya ke
tertentu dalam hubungan kekeluargaan atas) bila mereka itu dalam keadaan
yang biasanya masih dekat. Sudah barang miskin. Menurut Pasal 323 KUHPerdata,
tentu selain dari pada kewjiban yang kewajiban itu bersifat bertimbal balik. Ini
berdasarkan hukum tersebut, harus juga berarti orang tua wajib memberi nafkah
memperhatikan kewajiban yang kepada anak dan keluarga sedarah dalam
berdasarkan perundangan seperti misalnya garis ke bawah (cucu, dan seterusnya ke
yang diatur KUH Perdata Pasal 298, 321, 322 bawaah) bila mereka itu dalam keadaan
dst, terutama bagi mereka yang kawin miskin.
secara hukum perdata.20 Selanjutnya, menurut Pasal 322 KUHPerdata
setiap anak menantu (laki atau perempuan)
wajib memberi nafkah kepada ibu-bapak
19
Wirjono Prodjodikoro, op.cit., h. 91. mertua mereka bila mereka dalam keadaan
20
S.R. Sianturi, op.cit., h. 518.

164
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

miskin. Pasal 323 KUHPerdata menentukan Kewajiban subjek untuk memelihara


kewajiban ini bersifat timbal balik.Dengan seseorang berdasarkan persetujuan a.l. ialah
demikian, ibu-bapak mertua juga wajib seseoranganak yang dipelihara yayasan anak
memberi nafkah kepada menantu bila mereka yatim piatu, atau suatu yayasan lainnya.
itu dalam keadaan miskin. Demikian juga suatu lembaga yang bertugas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mendidik anak-anak termasuk juga yang
tentang Perkawinan memiliki ketentuan seperti yang mengasramakan anak-anak sekolah di
itu walaupun tidak lengkap. Pasal 45 Undang- bawah umur.23
Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan
ketentuan bahwa, Menurut S.R. Sianturi, kewajiban seseorang
(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan untuk memelihara seorang lain berdasarkan
mendidik anak-anak mereka sebaik- persetujuan/perjanjian adalah misalnya
baiknya. kewajiban pengurus yayasan sanak yatim piatu
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud untuk memelihara anak yang ditempatkan
dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai dalam rumah yatim piatu yang bersangkutan.
anak itu kawin atau dapat berdiri
sendiri, kewajiban mana berlaku terus PENUTUP
meskipun perkawinan antara kedua A. Kesimpulan
orang tua putus.21 1. Delik-delik omisi dalam KUHPidana yang
paling dikenal, yaitu:
Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun a. Pasal 164 KUHPidana tentang tidak
1974 mengatur tentang kewajiban orang tua memberitahukan ketika mengetahui
untuk memelihara dan mendidik anak sampai ada suatu permufakatan jahat;
anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. b. Pasal 165 KUHPidana tentang tidak
Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur memberitahukan ketika mengetahui
lebih lanjut sampai pada kewajiban untuk ada suatu niat untuk melakukan
memberi nafkah apabila anak itu di kemudian kejahatan tertentu;
hari dalam keadaan miskin.Sebaliknya tentang c. Pasal 224 KUHPidana, tidak
kewajiban anak ditentukan dalam Pasal 46 ayat mengindahkan kewajiban menurut
~î• ZÁ U ^Jika anak telah dewasa, ia wajib undang-undang sebagai saksi atau ahli;
memelihara menurut kemampuannya, orang d. Pasal 304 KUHPidana, menempatkan
tua dan keluarga dalam garis lurus keatas, bila atau membiarkan seorang dalam
merek ]šµ u u Œoµl v všµ vvÇ X_22 keadaan sengsaran;
Pasal 46 ayat (2) menentukan e. Pasal 305 KUHPidana, meninggalkan
kewajiban anak untuk memelihara orang anak belum tujuh tahun untuk
tua dan keluarga dalam garisluruh ke atas melepaskan diri dari anak itu;
(kakek/nenek dan seterusnya ke atas) bila f. Pasal 308 KUHPidana, seorang ibu
mereka itu memerlukan bantuannya.Jadi, yang takut ketahuan melahirkan
Undang-Undang Perkawinan telah meninggalkan anaknya untuk
mengatur kewajiban anak untuk melepaskan diri dari anak itu;
memelihara orang tua (kakek-nenek dan g. Pasal 531 KUHPidana, tentang tidak
seterusnya ke atas) jika memerlukan memberi pertolongan terhadap yang
bantuannya. sedang menghadapi maut.
Mengenai kewajiban berdasarkan perjanjian 2. Cakupan Pasal 304 KUHPidana yaitu
dikatakan oleh S.R. Sianturi bahwa mengancamkan pidana terhadap
seseorang yang sengaja menempatkan
atau membiarkan seorang dalam keadaan
21
sengsara, khususnya keadaan maut atau
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
sakit, padahal menurut (1) hukum yang
1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3019).
22 23
Ibid. S.R. Sianturi, op.cit., h. 518-519.

165
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

berlaku baginya, yaitu berdasarkan hukum -------, Tindak-tindak Pidana Tertentu di


adat ataupun peraturan perundang- Indonesia., Refika Aditama, cet.4 ed.3,
undangan, atau (2) berdasarkan perjanjian 2012.
dia wajib memberi kehidupan, perawatan Sianturi, S. R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
atau pemeliharaan. Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1983.
B. Saran Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Saran-saran yang dapat dikemukakan Undang Hukum Perdata, cet. 27, Pradnya
sehubungan kesimpulan-kesimpulan tersebut, Paramita, Jakarta, 1995.
yaitu: Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
1. Delik-delik omisi merupakan delik-delik Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
yang mengancamkan pidana terhadap ed. 1, cet. 7, RajaGrafindo Persada,
sikap tidak berbuat yang merupakan Jakarta, 2003
pelanggaran terhadap kaidah yang bersifat Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
perintah, sehingga perlu tetap Nasional, Kitab Undang-Undang Hukum
dipertahankan keberadaannya dalam Pidana, Sinar Harapan, Jakarta, 1983.
KUHPidana. Utrecht, E., Hukum Pidana I, cet. 2, Penerbitan
2. Pasal 304 KUHPidana memiliki dasar moral Universitas Bandung, 1962.
yang kuat berupa kewajiban untuk saling Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana.
menolong antaranggota anggota keluarga Buku Panduan Mahasiswa, Fikahati
apabila ada yang berada dalam keadaan Aneska, Jakarta, 2010.
sengsara sehingga merupakan ketentuan
yang perlu dipertahankan dalam hukum B. Dokumen Elektronik/Sumber Internet
pidana Indonesia. >]‰µš v ò dsU ^^ l <]• Z D o]v <µv vPU / µ
Tua Diusir Anak KandungnÇ _U
DAFTAR PUSTAKA http://news.liputan6.com/read/2135717/
A. Buku bak-kisah-malin-kundang-ibu-tua-diusir-
Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet. 2, anak-kandungnya kunjungan tanggal 16
Sinar Grafika, Jakarta, 2012. September 2015.
Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum C. Peraturan Perundang-undangan
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
1983. Perkawinan (Lembaran Negara Republik
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar- Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan
dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar Lembaran Negara Republik Indonesia
Grafika, Jakarta, 2014. Nomor 3019).
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, 2012.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2,
Bina Aksara, Jakarta, 1984.
Poernomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana,
cet. 4, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet. 4,
Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum
Pidana di Indonesia, cet. 3, PT Eresco,
Jakarta-Bandung, 1981.

166

Anda mungkin juga menyukai