Pendewasaan
Dalam sistem hukum perdata (BW), mereka yang belum dewasa tetapi
harus melakukan perbuatan-perbuatan hokum seorang dewasa,
terdapat lembaga hokum pendewasaan (handlichting), - yang diatur
pada Pasal-pasal 419 s.d. 432. Pendewasaan merupakan suatu cara
untuk meniadakan keadaan belum dewasa terhadap orang-orang yang
belum mencapai umur21 tahun. Jadi, maksudnya adalah memberikan
kedudukan hukum(penuh atau terbatas) sebagai orang dewasa kepada
orang-orangyang belum dewasa. Pendewasaan penuh hanya diberikan
kepada orang-orang yang telah mencapai umur 18 tahun, yang
diberikan dengan Keputusan Pengadilan Negeri.
Bagi golngan Eropa dan mereka yang dipersamakan, soal nama mereka
ini diatur dalam Buku I titel II bagian kedua (Pasal 5a s.d 12) yang
menentukan tentang nama-nama, perubahan namanama, dan
perubahan nama-nama depan. Akan tetapi, dengan adanya Undang-
undang No. 4 tahun 1961 yang mengatur tentang penggantian nama,
maka pasal-pasal BW tentang nama yang telah diatur dalam undang-
undang ini tidak berlaku lagi.
Nama seorang golongan Eropa pada umumnya terdiri dari dua bagian
yaitu '[nama kecil" (misalnya Karel, Jan, Robert, dan sebagainya) yang
biasa diberikan sendiri oleh orang tuanya dan "nama keluarga" (seperti
Bakker, Koch, Tounissen dan sebagainya) yang dipakai oleh bapak dan
ibunya.
E. Tempat Tinggal
Selain daripada nama, untuk lebih jelas lagi siapa yang mempunyai
sesuatu hak dan/atau kewajiban serta dengan siapa seseorang
mengadakan hubungan hukum, maka dalam hokum perdata ditentukan
pula tentang tempat tinggal (domisili).Kepentingan adanya ketentuan
tentang tempat tinggal seseorang ini antara lain adalah untuk
menyampaikan gugatanperdata terhadap seseorang.
Setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggal (domisili)dimana ia
berkediaman pokok, tetapi bagi orang yang tidak mempunyai tempat
kediaman tertentu, maka tempat tinggal dianggap dimana ia sungguh-
sungguh berada.
Meskipun demikian, dalam setiap masa itu orang yang tidak di tempat
tersebut tetap mempunyai wewenang berhak dan wewenang bertindak
atas harta kekayaan yang ditinggalkannya, dimana kalau ia muncul
kembali, maka hak-hak dan kewajiban-kewajibannya kembali
kepadanya dengan pembatasan-pembatasan tertentu (Pasal 486 dan
Pasal 487).